Home / Romansa / Tawanan Cinta Sang Penguasa / Bab 1. Sang penggoda

Share

Tawanan Cinta Sang Penguasa
Tawanan Cinta Sang Penguasa
Author: Strrose

Bab 1. Sang penggoda

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-03-26 15:23:31

Hiriety Berdine Walton.

Banyak wanita yang ingin menjadi dirinya, dan banyak pria yang memujanya.

Dengan rambut cokelat gelap panjang yang lembut, mata abu-abu yang tajam seperti elang, serta bibir merah yang sering melengkung dalam senyum penuh kepercayaan diri, Hiriety bukan hanya sekadar cantik—dia adalah pusat perhatian di mana pun ia berada.

Tapi dia bukan sekadar sosialita yang hidup di bawah bayang-bayang nama besar Walton. Hiriety adalah wanita yang tahu apa yang ia mau, dan ia tidak ragu untuk mendapatkannya. Termasuk ketika seseorang mencoba menyentuh dunianya tanpa izin.

Seperti pria itu.

Marco Valley.

Pria yang dikenal dingin, tidak kenal takut, dan penuh kebencian pada keluarganya.

Namun bagi Hiriety, Marco bukan ancaman—dia adalah tantangan yang menarik.

“Dia benar-benar berani, ya?” Hiriety berbisik dengan nada geli sambil menyesap sampanye dari gelas kristal yang ia pegang. Ia berdiri di sudut ruangan, mengamati pria berjas hitam yang baru saja tiba di pesta malam itu.

Hiriety tahu semuanya.

Dia tahu jika malam ini dirinya akan diculik dan dijadikan sandera

Dia tahu jika Marco Valley adalah musuh kakaknya

Dan dia tahu jika Marco Valley terobsesi pada Selena, calon istri kakaknya sendiri

“Kau harus berterimakasih padaku setelah ini, Mattie...” Gumam Hiriety

Hiriety mengeratkan pegangannya pada gelas kristalnya. Dia berjalan dengan penuh percaya diri menuju sosok pria itu dan..

“Ah....” Dengan polosnya Hiriety menumpahkan sampanye dari gelasnya ke jas hitam mahal yang dikenakan Marco Valley. "...Maaf sir" Hiriety melanjutkan, suaranya lembut, hampir tidak terdengar di tengah musik dan obrolan ramai. Mata abu-abunya yang tajam menatap Marco, tanpa sedikit pun rasa bersalah. Sampanye mahal membasahi jas hitam itu, meninggalkan noda yang mencolok.

Marco mengernyit, tangannya terangkat untuk menyentuh jasnya yang basah. Tatapan dinginnya bertemu dengan tatapan Hiriety yang sama dinginnya, bahkan mungkin lebih tajam. Ia mengenal wanita ini, reputasinya mendahului dirinya.

"Kau sengaja?" suaranya berat, tertahan. Ia berusaha menahan amarahnya, berusaha untuk tetap tenang.

Hiriety tersenyum tipis, senyum yang tidak sampai ke matanya. "Oh, maafkan aku" katanya, suaranya masih lembut, tetapi ada nada sindiran yang tersirat. "Aku sedikit ceroboh." Ia mengangkat gelasnya yang kosong, seolah-olah tidak menyadari betapa mahalnya sampanye yang baru saja ia tumpahkan.

Marco memperhatikan gerakannya, setiap detailnya. Wanita ini tidak takut. Ia tahu ini bukan kecelakaan. Ia tahu Hiriety sudah tahu tentang rencananya. Tetapi, mengapa ia membiarkan dirinya didekati?

Suasana pesta yang semula dipenuhi dengan suara musik klasik dan tawa ringan tiba-tiba terasa hening di sekitar mereka. Beberapa tamu yang berdiri di dekatnya menahan napas, menunggu reaksi pria yang dikenal memiliki temperamen buruk itu.

Hiriety menatap Marco dengan mata abu-abunya yang berkilat penuh kepolosan. “Apa Anda marah, Sir?” katanya dengan nada menyesal yang tidak sepenuhnya tulus. “Jas anda pasti sangat mahal.”

Hiriety tidak memberi Marco waktu untuk bereaksi lebih jauh. Dia meraih saputangan dari tas kecilnya dan dengan gerakan halus, menepuk-nepuk noda sampanye di jas Marco.

“Walton” gumamnya dengan suara rendah dan dingin. Rahang Marco mengencang, dan tatapannya terangkat, bertemu dengan mata Hiriety yang penuh tantangan.

“Sepertinya aku harus bertanggung jawab.” Suaranya terdengar genit, tapi tangannya sengaja bergerak lambat di atas dadanya, menikmati sensasi ketegangan yang ia ciptakan.

Marco menangkap pergelangan tangannya dengan cepat, mencengkeramnya cukup erat hingga Hiriety bisa merasakan kekuatan pria itu.

“Tanggung jawab?” Marco berbisik rendah, mendekat hingga napasnya hampir menyentuh wajah Hiriety. “Hati-hati dengan kata-katamu, Walton. Aku bisa saja benar-benar menagihnya nanti.”

Alih-alih merasa terancam, Hiriety justru tersenyum lebih lebar. “Aku harap begitu, Valley.”

Dia melepaskan tangannya dari cengkeraman Marco dengan lembut dan melangkah mundur, meninggalkan pria itu dengan jasnya yang masih basah dan tatapan penuh arti.

Hiriety tahu apa yang akan terjadi malam ini.

Brak---

Pintu mobil Hiriety ditutup dengan paksa oleh seorang pria yang sejak tadi mengikutinya. Mata abunya hanya melirik sekilas ke arah pria bertubuh besar yang baru saja menutup pintu mobilnya dengan kasar.

Tangan Hiriety menahan seorang pria yang hendak membekapnya “Aku harap kalian tidak mengikatku seperti dalam film-film kriminal atau bahkan membuatku tak sadarkan diri” suara Hiriety memecah kesunyian. “Itu terlalu klise. Biarkan aku jalan sendiri”

Pria di sampingnya, yang sejak tadi menatapnya tajam, hanya mengangkat sebelah alis. “Kau seharusnya lebih takut, Walton.”

Hiriety terkekeh pelan. “Takut?” Ia menoleh, menatap pria itu dengan mata abu-abunya yang berkilat nakal. “Kalian salah menculik orang jika menginginkan kepanikan.”

Pria itu tidak menjawab, tetapi sorot matanya mengatakan bahwa ia tidak menyukai kepercayaan diri berlebihan Hiriety.

“Jadi.. dimana mobil yang harus kunaiki?” Tanyanya santai

Pria di sampingnya tampak ragu sejenak, tapi kemudian melirik ke arah mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari mereka. “Masuk” perintahnya dengan suara rendah dan tegas.

Hiriety tersenyum kecil sebelum melangkah dengan anggun ke arah mobil tersebut, seolah ia sedang menaiki kendaraan pribadinya, bukan dalam situasi penculikan. Ketika pintu terbuka, ia masuk tanpa ragu dan duduk di kursi belakang dengan santai, menyilangkan kakinya.

Salah satu pria bertubuh besar masuk setelahnya, duduk di sampingnya dengan ekspresi waspada. Sementara pria lain menutup pintu dengan kasar sebelum kendaraan mulai melaju, meninggalkan pesta mewah di belakang mereka.

Hiriety melirik sekilas ke arah sopir yang berada di depan. “Siapa namamu?” tanyanya ringan.

Pria itu tidak menjawab.

“Oh, baiklah. Tidak ingin berbasa-basi, ya?” Hiriety terkekeh kecil sebelum menoleh ke arah pria di sampingnya. “Lalu, kapan aku bisa bertemu bos kalian?”

Pria itu mendecak, tampak tidak suka dengan sikapnya yang terlalu tenang. “Kau seharusnya berhenti bersikap sombong. Situasi ini bukan dalam kendalimu, Walton.”

Hiriety mengangkat bahu. “Memangnya aku terlihat peduli?”

Saat itu juga, suara lain terdengar dari kursi depan. Suara yang lebih berat dan dalam.

“Sikapmu menyebalkan.”

Hiriety menoleh, dan bibirnya langsung melengkung dalam seringai penuh kemenangan.

Marco Valley.

Akhirnya, pria itu menampakkan diri.

“Kenapa tak bilang jika sejak tadi kau duduk disana?” Hiriety menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, menatapnya dengan ekspresi puas. “Aku berharap setidaknya kau memberiku sedikit lebih banyak waktu untuk menikmati pestaku.”

Marco tidak merespons leluconnya. Sorot matanya tetap tajam, penuh ketegangan yang tidak bisa dijelaskan.

“Kenapa kau tidak terlihat terkejut?” tanyanya datar.

Hiriety menautkan jemarinya di pangkuannya, lalu menatap Marco dengan ekspresi penuh arti. “Mungkin karena aku tahu ini akan terjadi.”

Dahi Marco sedikit berkerut. “Apa maksudmu?”

Alih-alih menjawab, Hiriety hanya tersenyum misterius “Apa kau pikir hanya kau dan Matthias yang menyukai Selena?”

Untuk pertama kalinya, Marco menampakan ekspresi yang sangat mudah dibaca, pria itu jelas terkejut

“Aku juga menyukai Selena, dan rasa sukaku padanya jauh lebih dalam dari kau ataupun kakakku. Jadi aku takkan membiarkan apapun mengganggu kebahagiannya”

Marco menatap Hiriety. Rahangnya mengencang, dan genggaman tangannya di atas lututnya mengepal kuat. “Kau bercanda” gumamnya, tapi nada suaranya terdengar ragu.

Hiriety hanya tersenyum, menikmati ekspresi langka dari pria yang selalu berusaha terlihat tidak terpengaruh oleh apa pun. “Apa aku terlihat seperti sedang bercanda, Valley?” katanya sambil menyandarkan punggungnya ke kursi dengan anggun.

Hening.

Marco menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba membaca apa yang ada di balik mata abu-abu wanita itu. Sesuatu tentang caranya berbicara, ekspresi percaya dirinya, membuat Marco merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang dimainkan di sini.

Marco Valley pikir ia sedang memainkan permainannya sendiri malam ini.

Tapi yang tidak ia sadari adalah—Hiriety Berdine Walton telah lebih dulu menyiapkan panggungnya sendiri.

Dan Marco? Dia baru saja masuk ke dalamnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 2. Lust

    Hiriety menapakan kakinya di halaman luas, rerumputan yang tertata rapi terinjak oleh hak tingginya yang elegan. Udara malam terasa dingin, namun bukan itu yang membuat bibirnya melengkung dalam seringai kecil—melainkan fakta bahwa Marco Valley benar-benar membawanya ke sini.Sebuah mansion berdiri megah di depannya, arsitekturnya khas gaya klasik dengan pilar-pilar tinggi dan jendela besar yang diterangi cahaya lampu dari dalam. Ini bukan tempat yang asing bagi Hiriety.“Jadi, kau benar-benar membawaku ke sarang singamu sendiri?” katanya santai, melirik Marco yang berdiri di sisinya.Pria itu tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menatap Hiriety sejenak sebelum mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada anak buahnya agar pergi. Beberapa pria yang sejak tadi mengawal mereka segera mundur, meninggalkan keduanya di depan mansion besar itu.Marco kemudian berjalan lebih dulu, membukakan pintu besar di hadapan mereka. “Masuk.”Hiriety menyisir rambutnya dengan jari sebelum melangkah a

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 3. OCD?

    Hiriety beranjak masuk ketika selesai dengan ucapannya yang provokatif, yang tak ia duga adalah ketika Marco secara tiba-tiba menghantamkan tubuhnya ke dinding ruang tengah dengan keras, udara seakan terhenti sesaat saat jari-jari Marco melingkar erat di lehernya. Tatapan pria itu gelap, penuh amarah yang sudah sejak tadi ia tahan.“How rude...” Hiriety bergumam dengan seringai tipis. Meskipun udara yang bisa ia hirup mulai menipis"shut up your fuckin mouth! Aku sudah muak dengan permainanmu, Walton" geram Marco, jemarinya menekan kulit leher Hiriety, cukup kuat untuk memperingatkan tapi tidak sampai menghancurkannya.Hiriety hanya terkekeh kecil, meski napasnya mulai terasa berat. Mata abu-abunya menatap Marco tanpa sedikit pun ketakutan, seolah pria itu hanyalah hiburan yang menyenangkan baginya."Apa ini yang bisa kau lakukan, Valley?" suaranya terdengar parau, namun masih dipenuhi nada mengejek. "Aku pikir kau lebih dari sekadar pria yang frustrasi atau mungkin ini pelampiasanmu

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 4. Mask

    Hiriety melangkah santai di dalam rumah besar itu, seolah-olah dia adalah pemiliknya, bukan seseorang yang baru saja diculik.Rumah Marco Valley ternyata lebih megah daripada yang dia bayangkan—langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal, lorong panjang dengan lukisan-lukisan mahal, dan aroma kayu mahoni yang khas memenuhi udara. Bukan aroma kematian atau penyiksaan seperti yang mungkin dibayangkan kebanyakan orang tentang tempat persembunyian seorang pria seperti Marco ValleyHiriety tersenyum kecil. "Cukup nyaman. Sudah kutebak dia itu gila kebersihan" gumamnya sambil menyentuh pilar di sepanjang lorong.Sejauh ini, Hiriety tak menemukan setitik debupun dirumah besar ini dan melihat respon Marco, sepertinya benar jika pria itu OCD. Namun dia nampak tak masalah jika ada orang lain.“Mungkin kau hanya lemah pada sentuhan..” Hiriety kembali bergumamBeberapa pelayan yang lewat tampak terkejut melihatnya berkeliaran tanpa pengawalan, namun mereka tidak berani mengatakan apa pun. S

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 5. Lunch

    Cahaya matahari siang menyusup melalui jendela besar ruang makan, memantulkan sinarnya pada meja panjang yang telah ditata dengan elegan. Piring-piring porselen, perak yang mengilap, serta berbagai hidangan menggoda tersaji rapi di hadapan mereka.Marco Valley duduk di ujung meja, mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung hingga siku, memperlihatkan otot-otot lengannya yang kencang. Rahangnya tegas, garis wajahnya tajam, dan matanya yang gelap menatap makanannya dengan fokus yang intens—seolah dia mencoba mengabaikan fakta bahwa Hiriety sedang duduk di hadapannya.Hiriety sendiri, dengan tangan yang masih patah tetap tidak kehilangan pesonanya, duduk dengan anggun. Dia menyilangkan kakinya, menikmati setiap suapan makanan yang ia ambil dengan tangan kirinya, sesekali melirik ke arah Marco dengan mata abu-abunya yang penuh minat.Tanpa malu-malu, dia meletakkan garpunya, menyandarkan dagunya di atas punggung tangannya, lalu menatap Marco terang-terangan."Aku harus mengakuinya, V

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 6. Diam-diam tergoda

    Tok... tok..“Permisi nona Walton”Hiriety menghela napas panjang, dengan terpaksa, ia menghentikan aksinya membobol sistem keamanan Marco Valley karena ketukan dipukul 11 malam iniDia menghela napas panjang, melirik sekilas ke layar di depannya yang masih menampilkan sistem keamanan rumah Marco Valley. Dia hampir berhasil menerobosnya, tetapi tampaknya seseorang memilih waktu yang sangat buruk untuk mengganggu. Dengan malas, dia menutup laptop hasil curian dari pelayan itu dan berjalan menuju pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pelayan berdiri dengan wajah sopan dan hormat. Di belakangnya, seorang pria berjas putih berdiri dengan membawa tas medis.“Tuan Valley mengirimkan dokter untuk memeriksa tangan Anda” ucap pelayan muda itu dengan nada datar.Alis Hiriety terangkat, matanya sekilas berkilat dengan ketertarikan. “Oh? Aku tidak tahu bahwa Marco memiliki sisi peduli yang seperti ini.”Pelayan itu tetap diam, jelas tidak ingin terlibat dalam permainan kata-kata Hiriety. Sementara

    Last Updated : 2025-04-09
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 7. Tawanan ranjang ++

    Hiriety mengerang. Napasnya terengah, nyatanya permainan Marco sungguh luar biasa.Lidah pria itu bergerak disekujur tubuhnya, membelainya, membuatnya lupa akan posisi mereka untuk sesaat"Beware, Walton" Marco berbisik, suaranya berat dan dalam, mengungkapkan dominasi yang ia miliki. "You're in danger right now."Hiriety membuka matanya, tatapannya bertemu dengan tatapan Marco yang gelap dan penuh gairah. Ia melihat keinginan yang membara di mata Marco, keinginan yang sama bergairahnya dengan keinginan di dalam dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa ia sedang berada dalam bahaya, bahaya yang ia sendiri ciptakan. Tetapi ia tidak menyesalinya. Ia menikmati bahaya ini, menikmati permainan ini.“I am the danger, Valley”Ia meraih rambut Marco, menariknya mendekat. Membalas ciuman Marco dengan penuh gairah, lidahnya beradu dengan lidah Marco dalam sebuah tarian yang penuh gairah dan juga penuh bahaya.Lidah Marco kembali menjelajahi lek

    Last Updated : 2025-04-16
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 8. Hyper x hyper

    Hiriety mengerang, suara yang nyaris putus asa, mengungkapkan kenikmatan yang melampaui batas. Bola matanya terpejam erat, rambutnya berantakan, tubuhnya bergetar tak terkendali. Sensasi yang diberikan Marco jauh lebih intens, jauh lebih memuaskan daripada apapun yang pernah ia alami sebelumnya. Bahkan Erasmus, sang dosen tampan yang selalu memanjakannya, tidak pernah bisa membuatnya merasakan hal seperti ini.Marco, dengan instingnya yang tajam, mengetahui setiap titik sensitif Hiriety dengan sempurna. Ia merangsang Hiriety dengan penuh perhitungan. Ia menikmati reaksi Hiriety, menikmati erangannya yang penuh gairah, menikmati bagaimana tubuh Hiriety bergetar di bawah sentuhannya."Hahh…" Hiriety mendesah panjang, suara yang penuh kenikmatan dan juga kepuasan. Sensasi panas mengalir keluar dari inti tubuhnya, membanjiri seluruh tubuhnya dengan gelombang kenikmatan yang luar biasa. Ia merasa melayang, merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tak

    Last Updated : 2025-04-16
  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 9. Tawanan istimewa

    “Astaga... bisa-bisa lengan kananmu cacat permanen”Hiriety hanya terkekeh saat dokter wanita bernama Alice ini mengomelinya“kau juga, bisa-bisa bermain dengan anak muda polos ini hingga tangannya patah” Alice mengomeli Marco“Dia tak sepolos itu” Sanggah MarcoAlice menghela napas panjang “Kapan kau akan berhenti menjadi maniak, Marco? Apa kau tak puas hanya dengan satu wanita?” Alice bertanya setelah selesai memperbaiki perban di lengan kanan Hiriety“Alice!”“Apa Marco?! Apa kau pikir situasi ini nyaman bagiku? Kau tahu aku menyukaimu tapi kau memintaku merawat wanita yang sudah tidur denganmu?”Hiriety menutup mulutnya, matanya menatap drama di depannya dengan binar kesenangan. Ia telah menduga bahwa Alice menyukai Marco, tetapi Marco sendiri tampak acuh tak acuh terhadap perhatian Alice. Ini lebih menarik daripada yang ia bayangkan.Alice menatap Marco

    Last Updated : 2025-04-17

Latest chapter

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 12. Kontrol Hiriety

    Marco melonggarkan dasinya, dia sudah cukup menahan emosi berhadapan dengan seorang pelayan yang tak tahu diri.Bukan hanya sekali dua kali ada pelayan yang melemparkan diri padanya. Ini sudah hampir yang ke sepuluh kalinya dan alhasil Marco harus mengganti pelayannya dengan yang baruSetelah memberikan perintah pemecatan dan mencari orang baru pada Ducan, kepala pelayannya. Marco berjalan menuju kamarnyaKetika ia membuka pintu kamar, pandangannya langsung tertuju pada Hiriety yang sudah ada di atas ranjang"Bagaimana rapatnya, Valley?" tanya Hiriety, suaranya manis dan menggoda.Marco terdiam sejenak, memandangi Hiriety. Ia merasa terkejut, tapi juga… tertarik. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia juga tidak ingin menghindarinya.Marco hampir lupa dengan keberadaan wanita itu di rumahnya. Hiriety sungguh berada di atas ranjangnya hanya dengan pakaian dalam yang transparan“Aku mendapatkan ini dari

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 11. Untouchable man

    Berbeda dengan para mafia yang cenderung begerak di dunia gelap, Marco Valley adalah seorang CEO muda dengan aura kepemimpinan yang kuatPria itu tak tertarik dengan perkelahian ataupun aksi ilegal dalam bentuk apapunKekuasaannya bukan didapat dari senjata api atau ancaman kekerasan, melainkan dari strategi bisnis yang cermat dan visi yang tajam. Ia memimpin perusahaan teknologi terkemuka, ValleyTech, dengan tangan besi yang terbalut sutra. Keputusan-keputusannya tegas, namun selalu didasari oleh perhitungan yang matang dan analisis yang mendalam.Marco bukanlah tipe orang yang gemar pamer kekayaan. Kemewahan yang ia miliki tersembunyi di balik kesederhanaan penampilannya. Jas mahalnya selalu rapi, namun tak pernah mencolok.Arloji mewah di pergelangan tangannya hanya terlihat sekilas, namun cukup untuk menunjukkan statusnya. Ia lebih suka menghabiskan waktu di kantornya, bergelut dengan angka-angka dan strategi bisnis, daripada menghadiri pesta-pesta me

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 10. Manipulation

    “Jangan pergi kemanapun, tetap diranjang dan sambut aku dengan kedua kakimu yang sudah terbuka”Nada suaranya datar, tanpa sedikit pun menunjukkan emosi, namun di balik kata-kata tersebut tersirat sebuah dominasi yang kuat. Sebuah perintah yang tak bisa dibantah, yang menunjukkan siapa yang berkuasa di sini. Nada suaranya datar, tanpa sedikit pun menunjukkan emosi, namun di balik kata-kata tersebut tersirat sebuah dominasi yang kuat. Sebuah perintah yang tak bisa dibantah, yang menunjukkan siapa yang berkuasa di sini.Hiriety terkikik pelan lalu mengangguk“Cepatlah kembali, Valley” ujarnya, suara lembut dan menggoda itu diiringi dengan sebuah ciuman jauh yang dilemparkannya ke udara, seolah-olah ciuman itu ditujukan langsung pada Marco yang tengah menjauhSetelah kepergian Marco, Hiriety tidak langsung bergerak. Hiriety menikmati keheningan sesaat, merasakan sisa-sisa sentuhan Marco di kulitnya. Ia tersenyum, senyum yang pen

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 9. Tawanan istimewa

    “Astaga... bisa-bisa lengan kananmu cacat permanen”Hiriety hanya terkekeh saat dokter wanita bernama Alice ini mengomelinya“kau juga, bisa-bisa bermain dengan anak muda polos ini hingga tangannya patah” Alice mengomeli Marco“Dia tak sepolos itu” Sanggah MarcoAlice menghela napas panjang “Kapan kau akan berhenti menjadi maniak, Marco? Apa kau tak puas hanya dengan satu wanita?” Alice bertanya setelah selesai memperbaiki perban di lengan kanan Hiriety“Alice!”“Apa Marco?! Apa kau pikir situasi ini nyaman bagiku? Kau tahu aku menyukaimu tapi kau memintaku merawat wanita yang sudah tidur denganmu?”Hiriety menutup mulutnya, matanya menatap drama di depannya dengan binar kesenangan. Ia telah menduga bahwa Alice menyukai Marco, tetapi Marco sendiri tampak acuh tak acuh terhadap perhatian Alice. Ini lebih menarik daripada yang ia bayangkan.Alice menatap Marco

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 8. Hyper x hyper

    Hiriety mengerang, suara yang nyaris putus asa, mengungkapkan kenikmatan yang melampaui batas. Bola matanya terpejam erat, rambutnya berantakan, tubuhnya bergetar tak terkendali. Sensasi yang diberikan Marco jauh lebih intens, jauh lebih memuaskan daripada apapun yang pernah ia alami sebelumnya. Bahkan Erasmus, sang dosen tampan yang selalu memanjakannya, tidak pernah bisa membuatnya merasakan hal seperti ini.Marco, dengan instingnya yang tajam, mengetahui setiap titik sensitif Hiriety dengan sempurna. Ia merangsang Hiriety dengan penuh perhitungan. Ia menikmati reaksi Hiriety, menikmati erangannya yang penuh gairah, menikmati bagaimana tubuh Hiriety bergetar di bawah sentuhannya."Hahh…" Hiriety mendesah panjang, suara yang penuh kenikmatan dan juga kepuasan. Sensasi panas mengalir keluar dari inti tubuhnya, membanjiri seluruh tubuhnya dengan gelombang kenikmatan yang luar biasa. Ia merasa melayang, merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tak

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 7. Tawanan ranjang ++

    Hiriety mengerang. Napasnya terengah, nyatanya permainan Marco sungguh luar biasa.Lidah pria itu bergerak disekujur tubuhnya, membelainya, membuatnya lupa akan posisi mereka untuk sesaat"Beware, Walton" Marco berbisik, suaranya berat dan dalam, mengungkapkan dominasi yang ia miliki. "You're in danger right now."Hiriety membuka matanya, tatapannya bertemu dengan tatapan Marco yang gelap dan penuh gairah. Ia melihat keinginan yang membara di mata Marco, keinginan yang sama bergairahnya dengan keinginan di dalam dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa ia sedang berada dalam bahaya, bahaya yang ia sendiri ciptakan. Tetapi ia tidak menyesalinya. Ia menikmati bahaya ini, menikmati permainan ini.“I am the danger, Valley”Ia meraih rambut Marco, menariknya mendekat. Membalas ciuman Marco dengan penuh gairah, lidahnya beradu dengan lidah Marco dalam sebuah tarian yang penuh gairah dan juga penuh bahaya.Lidah Marco kembali menjelajahi lek

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 6. Diam-diam tergoda

    Tok... tok..“Permisi nona Walton”Hiriety menghela napas panjang, dengan terpaksa, ia menghentikan aksinya membobol sistem keamanan Marco Valley karena ketukan dipukul 11 malam iniDia menghela napas panjang, melirik sekilas ke layar di depannya yang masih menampilkan sistem keamanan rumah Marco Valley. Dia hampir berhasil menerobosnya, tetapi tampaknya seseorang memilih waktu yang sangat buruk untuk mengganggu. Dengan malas, dia menutup laptop hasil curian dari pelayan itu dan berjalan menuju pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pelayan berdiri dengan wajah sopan dan hormat. Di belakangnya, seorang pria berjas putih berdiri dengan membawa tas medis.“Tuan Valley mengirimkan dokter untuk memeriksa tangan Anda” ucap pelayan muda itu dengan nada datar.Alis Hiriety terangkat, matanya sekilas berkilat dengan ketertarikan. “Oh? Aku tidak tahu bahwa Marco memiliki sisi peduli yang seperti ini.”Pelayan itu tetap diam, jelas tidak ingin terlibat dalam permainan kata-kata Hiriety. Sementara

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 5. Lunch

    Cahaya matahari siang menyusup melalui jendela besar ruang makan, memantulkan sinarnya pada meja panjang yang telah ditata dengan elegan. Piring-piring porselen, perak yang mengilap, serta berbagai hidangan menggoda tersaji rapi di hadapan mereka.Marco Valley duduk di ujung meja, mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung hingga siku, memperlihatkan otot-otot lengannya yang kencang. Rahangnya tegas, garis wajahnya tajam, dan matanya yang gelap menatap makanannya dengan fokus yang intens—seolah dia mencoba mengabaikan fakta bahwa Hiriety sedang duduk di hadapannya.Hiriety sendiri, dengan tangan yang masih patah tetap tidak kehilangan pesonanya, duduk dengan anggun. Dia menyilangkan kakinya, menikmati setiap suapan makanan yang ia ambil dengan tangan kirinya, sesekali melirik ke arah Marco dengan mata abu-abunya yang penuh minat.Tanpa malu-malu, dia meletakkan garpunya, menyandarkan dagunya di atas punggung tangannya, lalu menatap Marco terang-terangan."Aku harus mengakuinya, V

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 4. Mask

    Hiriety melangkah santai di dalam rumah besar itu, seolah-olah dia adalah pemiliknya, bukan seseorang yang baru saja diculik.Rumah Marco Valley ternyata lebih megah daripada yang dia bayangkan—langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal, lorong panjang dengan lukisan-lukisan mahal, dan aroma kayu mahoni yang khas memenuhi udara. Bukan aroma kematian atau penyiksaan seperti yang mungkin dibayangkan kebanyakan orang tentang tempat persembunyian seorang pria seperti Marco ValleyHiriety tersenyum kecil. "Cukup nyaman. Sudah kutebak dia itu gila kebersihan" gumamnya sambil menyentuh pilar di sepanjang lorong.Sejauh ini, Hiriety tak menemukan setitik debupun dirumah besar ini dan melihat respon Marco, sepertinya benar jika pria itu OCD. Namun dia nampak tak masalah jika ada orang lain.“Mungkin kau hanya lemah pada sentuhan..” Hiriety kembali bergumamBeberapa pelayan yang lewat tampak terkejut melihatnya berkeliaran tanpa pengawalan, namun mereka tidak berani mengatakan apa pun. S

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status