hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di suatu area yang tidak diketahui, tampak seorang pemuda yang kacau duduk terjatuh di lantai. Tatapan sosok itu mendadak kaku Ketika melihat ke segala arah. Apa yang dilihat Surya adalah sebuah ruangan berdebu yang memiliki sejumlah barang aneh di dalamnya. Dia menjadi terkejut karena barang-barang yang ada di tempat itu terlihat mencolok dan mewah. “Tempat apa ini?” tanya Surya kebingungan. Sementara Surya kebingungan, anjing yang membawanya ke tempat itu mulai menggonggong dengan semangat. Seolah-olah anjing itu berkata seperti meminta untuk di banggakan. “Ayo puji aku, bukan kah aku sudah membawamu ke tempat penting. Ayo puji aku.” Begitulah sekiranya gonggongan anjing itu jika di terjemahkan. Melihat anjing yang terlalu girang itu, Surya hanya bisa menatapnya dengan tatapan aneh. Dengan begitu Surya mulai memikirkan kemungkinan tentang tempat apa ini. Saat Surya tengah berpikir, dia akhirnya ingat bahwa anjing-anjing itu adalah hewan pendamping dari kelompong penyerangnya s
Di salah satu area yang cukup gelap di kota Tanah datar. Tampak segerombolan orang yang dipimpin satu pemuda tengah berlari menuju satu arah dengan cukup semangat. Pemuda yang memimpin itu terlihat Bahagia karena satu alasan. Dia terus saja berlari tanpa lelah menuju ke satu arah. Sosok itu tidak lain adalah Taji, di sebelumnya bertemu dengan Retriever yang berada di dalam kondisi buruk. Dia masih tidak percaya bahwa orang udik yang ditemuinya beberapa saat lalu bisa menjadi bencana bagi bandit yang telah lama dipelihara tuan mudanya. Dengan pembantaian itu jelas dia dan bosnya adalah orang yang dirugikan. Mereka akan kesulitan untuk melakukan hal-hal kotor di masa yang akan datang. Dengan begitu Taji menjadi sedikit dendam kepada pihak lain. Meskipun begitu, Taji tidak menunjukan ekspresi kaku sama sekali, malahan dia hanya tersenyum berarti sejak tadi. Akibat permusuhan yang begitu kental, hal yang paling dipikirkan Taji saat ini adalah bagaimana caranya menyiksa pihak lain den
Di salah satu rumah gadang yang ada di kota Tanah datar, tampak seorang pemuda sedang mendengarkan perkataan pemuda lain yang ada di ruangan dengan seksama. “Apa! Apakah kau tidak bercanda!” teriak pemuda itu dengan terkejut. “Tidak tuan mudo, ini semua sama seperti apa yang telah saya beritahukan,” kata sosok lain dengan sedikit takut. “Argh sial!” pemuda yang dipanggil tuan mudo itu marah. Masiak tidak pernah habis pikir bahwa anak buahnya yaitu kelompok Anjing liar rakus bisa dibersihkan dengan tuntas oleh pihak lain. Dia bahkan lebih terkejut Ketika mengetahui bahwa mereka juga telah di rampok. Dengan begitu dia semakin memerah karena marah. “Sial! Aku sudah sangat berhemat selama ini, tapi harta yang aku kumpulkan bertahun-tahun hilang begitu saja hanya dalam satu malam? Sungguh bajingan!” Masiak kini tidak bisa lagi mengontrol amarahnya, pemuda itu tidak tahu lagi harus berekspresi seperti apa Ketika anak buah dan gudang hartanya telah hilang. dia dengan emosi memukul kur
“Surya, apa yang telah kau lakukan? aku tidak menyangka kau akan melakukan hal yang keji seperti ini,” teriak seorang pemuda bermata biru yang ada di dekat pintu. “...” Seketika ruangan itu hening seolah telah terjadi suatu yang penting di saat itu. dengan begitu setiap makhluk hidup yang ada di tempat itu melihat ke arah pemuda bermata biru dengan tatapan aneh. Sementara kecanggungan mulai terjadi, Rohid bisa melihat hal yang semakin membuatnya tidak habis pikir. Ada selusin anjing yang sedang menatapnya, Anjing-anjing itu terlihat menyedihkan karena tubuh mereka yang penuh dengan luka. Dengan hal ini Rohid menjadi semakin tinggi untuk menceramahi pihak lain. “Surya aku tidak habis pikir kepadamu, selain mencuri, kau bahkan menyiksa anjing-anjing penjaga dari rumah yang telah kau curi!” teriak Rohid kecewa. “...” Sekali lagi ruangan itu menjadi sunyi. Kelompok makhluk hidup yang ada di tempat itu tertahan seolah melihat sesuatu pertunjukan yang cukup bagus. Sementara Rohid men
Seorang pemuda bermata biru menatap ke arah pemuda lain yang ada di ruangan berantakan itu dengan tatapan aneh. Dia berharap bahwa apa yang ditanyakan pihak lain hanyalah halusinasinya. “Coba ulangi perkataanmu?” tanya Rohid. “Benda apa kantung jelek ini? mengapa kau terlihat sangat bersemangat Ketika melihatnya?” tanya Surya sedikit jelas sekarang. Pernyataan itu membuat Rohid tersadar bahwa dia tidak sedang berhalusinasi. Dia hanya bisa bingung Ketika melihat pihak lian. “Kau ini sangat bodoh atau apa?” tanya Rohid ke arahnya dengan mengejek. “...” Surya yang mendengar hal ini hanya bisa diam. Mungkin benar dia bodoh karena terlalu lama terkurung di dunianya yang kecil. Karena tidak ada balasan dari pihak lain, Rohid muali menjelaskan. “Benda ini disebut kantung semesta penyimpanan ...” “Kantung semesta penyimpanan?” Surya bergumam dengan raut bertanya. Melihat penampilan Surya, Rohid hanya bisa percaya bahwa pihak lain tidak sedang bercanda. Dia benar-benar tidak tau be
Getaran yang ditunjukkan pedang Pralaya semakin kuat seiring berjalannya waktu. Setelah beberapa saat bergetar, pedang itu mulai melayang menuju ke satu arah. Melihat arah yang dituju pedang aneh itu, Surya mau tidak mau menangis dalam diam. “Sial! Benar dugaan ku...” katanya pasrah. Sementara itu, Rohid yang melihat hal ini hanya bisa takjub. Dia sekali lagi mengingat fenomena yang terjadi saat pelelangan. “Mengapa begitu banyak benda ajaib bersamanya?” tanya Rohid penasaran identitas Surya sebenarnya. Meskipun terlihat bahwa Surya adalah orang udik, tidak ada bantahan melihat caranya bersikap. Namun jelas bahwa Surya bukanlah sosok acak sembarangan. Melainkan sosok yang berpengaruh atau semacamnya. Memikirkan hal ini, Rohid hanya bisa melihat ke arah pedang yang mengambang itu dengan tatapan penuh fokus. Pedang yang sudah lama melayang itu akhirnya berhenti mendarat di tumpukan harta. Seolah telah menemukan apa yang dia inginkan, pedang itu dengan sangat bersemangat masuk ke d
Suara dentingan terdengar Ketika dua buah benda logam saling beradu. Benda benda itu adalah Sebuah pedang besar dan keris yang cukup mungil tampak menggesekan bilah mereka satu sama lain di udara. Selain kejadian itu mistis, namun itu juga terlihat cukup lucu mengingat pedang besar itu berlawanan dengan keris yang jauh lebih kecil darinya. Surya, Rohid, dan juga selusin anjing yang berada di ruang penginapan hanya bisa melihat dengan seksama. Meskipun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun tetap saja hal di depan mereka adalah sebuah pertunjukan yang tidak bisa mereka lewatkan. “Dentang... denting...” Suara benturan benda logam terus saja terdengar untuk waktu yang cukup lama. kini Surya dapat melihat bahwa keris yang hidup itu kini perlahan mulai menyusut. Surya sama sekali tidak tau kenapa. namun yang jelas bilah logam itu seperti telah hilang sedikit demi sedikit Ketika berbenturan dengan tubuh Pralaya. Setelah sekian lama, akhirnya keris yang berada di udara itu
Cahaya menyilaukan mulai tumpah memenuhi ruangan penginapan yang cukup kecil itu. Surya yang melihat hal ini hanya bisa khawatir apakah benda itu akan membuat sesuatu yang besar dan akan membuat kekacauan sekali lagi. Cangkang dari telur yang berwarna ke abu-abuan itu mulai retak, sejumlah cahaya emas menusuk mata mulai keluar dari celah retakan itu. Saat sebagian besar tubuh dari cangkang sudah benar-benar penuh dengan retakan, sebuah suara nyaring mulai terdengar. “Nging!” Mendengar hal ini, Surya mau tidak mau menjadi panik Ketika melihat ke arah pihak lain. Telur abu-abu itu akhirnya mulai pecah beriringan dengan suara nyaring yang terdengar semakin tebal. Hanya selang beberapa detik telur itu akhirnya pecah. “...” Tidak seperti apa yang dibayangkan Surya, telur abu-abu yang memiliki ukuran sebesar anak sapi itu pecah dengan sangat tidak keren. Telur itu pecah dengan cangkangnya yang terkikis seperti abu yang telah ditiup oleh angin. Dan juga suara yang ditimbulkan berh