“Swoshhh... ting ting ting!”Suara ricuh angin terdengar beriringan dengan suara benturan logam.Toni, Fajar, dan Nova yang tengah pasrah saat melihat jarum hitam lekat-lekat saat bergerak dengan cepat ke arah mereka hanya bisa tersentak kaget.Tiba-tiba saja kematian akan menghampiri mereka, namun seorang pemuda berbadan tegap mulai memblokir sejumlah serangan untuk melindungi mereka.“Ahhhh benar saja itu dia!” kata fajar semangat.“Hampir saja aku melupakan bahwa kami meliki pengawal yang seharusnya menjaga, cih dasar, kemana saja dia!” keluh fajar setelahnya.Meskipun pemuda itu mengeluh, fajar tetap saja berharap saat menatap Surya dengan tampilan terima kasih, pemuda itu hanya gengsi untuk memuji pihak lain.Sementara itu, dua orang lainnya yang ada di kelompok juga tampak sama-sama memunculkan harapan baru di cahaha mata mereka.Namun meskipun kelompok itu telah menumbuhkan harapan ketika Surya datang, mereka masih saja belum bisa bernafas lega sepenuhnya.Jelas kelompok orang
Hai assalamualaikum semua! Apa kabar? Semoga baik baik saja ya! Batam, 3 Oktober 2022 Saya Ampas tahu selaku author dari novel yang berjudul [Taring Putih Dari Barat] ingin menyampaikan beberapa hal yang mungkin harus diketahui pembaca. Novel ini merupakan karangan dan imajinasi author, sehingga teman-teman pembaca harus bijak dalam menyikapi segala macam hal-hal yang ada di dalam novel ini. sekiranya pembaca dapat mengambil pelajaran yang baik dan buang hal-hal yang buruknya. Tidak terasa saya telah menulis di Good novel ini selama kurang lebih empat bulan lamanya. Di bulan september sebelumnya ini saya telah menulis bab sebanyak 64 bab dengan jumlah kata kurang lebih 51357 kata. Saya sebenarnya sangat kecewa dengan diri saya sendiri karena tak bisa menulis seperti bulan-bulan sebelumnya. namun meskipun begitu, saya hanya bisa melupakannya karena kesibukan yang telah saya lalui saat prosesi magang ini. Saya tak berharap banyak, saya hanya ingin agar diri saya sendiri bisa te
Di sebuah area hutan hujan yang tampak hijau dan asri, sebuah tempat tampak begitu kontras ketika sejumlah tanah di tempat itu tampil kacau berantakan. Di tempat yang kacau itu, terdapat seekor burung besar yang menegangkan bulunya dengan marah saat menatap ke satu arah. Aura haus darah yang kental mulai dikeluarkan oleh burung itu dengan tanpa ampun sedikitpun. Dengan aura haus darah ini, orang-orang yang ada di area sekitar menjadi sedikit sesak karena nya. Mereka menjadi sedikit ngeri saat melihat tampilan marah dari burung besar itu. Hal ini jelas membuat Surya tercengang. “Apakah dia akan berubah?” tanya Surya dengan waspada. Jelas bahwa pemuda berbadan tegap itu ingat bahwa dia sering kali menjumpai musuh-musuhnya berubah pada saat-saat yang krusial, dengan ini Surya mau tak mau memikirkan hal yang sama. Bersamaan dengan pemikiran Surya itu, sejumlah jarum-jarum hitam yang sudah lama tersebar di area sekitar mulai mengambang dengan penuh makna. Kelompok orang di sekitar y
“Ssshhhh!” Angin ricuh tampak begitu kacau saat menekan area di sekitar. Lingkungan yang seharusnya damai saat penuh dengan tumbuhan berwarna hijau kini malah tertutup awan debu akibat bentrokan antara dua makhluk kuat. “Argh sial! Apakah kau benar-benar ingin bermain dengan cara licik?” tanya Surya kesal. Jelas bahwa meskipun Surya sedang menyerang sekarang, indra pemuda berbadan tegap itu begitu jernih merasakan pergerakan benda asing yang melesat ke arahnya. Surya dengan ini hanya bisa menggertakkan giginya dengan geram saat melihat bahwa benda jarum besar itu sudah hampir sampai ke tubuhnya. “Aku jelas sudah tak bisa menghindar sekarang!” teriak Surya dalam hati. Merasakan kedinginan di punggungnya, Surya langsung saja memobilisasi aura biru gelap agar bisa bergerak dengan leluasa di dalam tubuhnya. Dengan pergerakan itu, sejumlah aura berwarna biru mulai tumpah dan sedikit bercampur dengan aura oranye yang sebelumnya telah keluar dari tubuh Surya. Bulir-bulir air mulai mu
Di sebuah area hutan hujan yang hijau, sejumlah debu tampak naik yang jelas begitu kontras dengan area di sekelilingnya. Kabut kotor itu terus saja mengudara untuk waktu yang cukup lama, hal ini membuat jarak pandang menjadi terhalang. Sampai-sampai kelompok murid belati bengkok yang telah lama melihat ke arahnya masih belum jelas tentang situasi area berdebu itu. “Apakah dia tamat?” tanya Fajar tak berharap. Sementara itu, Nova juga tampil dengan raut wajah was-was dibalut kesedihan ketika melihat ke arah area berdebu itu. Jelas bahwa kelompok itu tak siap menerima berita buruk dari orang yang akan menyelamatkan mereka. Kelompok itu baru saja bahagia saat menemukan Sosok pemuda akrab yang berusaha melindungi mereka. Namun meskipun kelompok orang itu tak berharap banyak pada awalnya, mereka masih saja tak bisa untuk tidak sedih saat melihat harapan mereka hancur begitu saja. “Chouk...chouk.... ahhhh ini begitu menyakitkan.” Sebuah Suara batuk diiringi keluhan mulai terdengar di k
“Swihuswushwuhsuwhsuw” Gejolak tinggi ricuh mulai mengacaukan area sekitar. Hal ini disebabkan oleh tabrakan antara dua makhluk hidup yang saling bermusuhan. Sementara burung besar melesat mengarahkan paruhnya ke arah Surya, pemuda berbadan tegap itu malah menghindar dengan santai sebelum akhirnya menyatakan kuda kuda tertekuk yang serius. Hanya dengan beberapa inci saja, Surya sudah benar-benar terbebas dari serangan pihak lain. Senyuman yang telah lama tergantung di wajah Surya kini semakin melebar akibat perkembangan peristiwa yang telah diciptakan olehnya. Sementara Surya tampak begitu senang, burung besar itu sedikit lengah. Dia tak berharap Surya akan bisa menghindari serangannya dengan begitu mudahnya. Dengan ini burung itu siap menghentikan tubuhnya saat sudah melewati Surya. Namun meskipun burung itu sudah berencana, Surya sama sekali tak mau memberikan apa yang burung itu mau menjadi terwujud. Setelah tampilan kuda kuda menekuk itu siap hanya dalam waktu sepersekian d
“Ssshhhh!” “Swoosh!” Sejumlah proyektil seperti jarum hitam mulai keluar dari paruh burung besar yang sedang tergeletak penuh darah di satu tempat. Burung itu memuntahkan apa yang ada di mulutnya dengan begitu semangat seolah tengah melakukan lomba yang memiliki batas waktu untuk dimenangkan. Sementara burung itu melanjutkan untuk meludah, Surya yang melihat hal ini dari jauh menampilkan postur waspada tepat di wajahnya. Hal ini dikarenakan Surya merasakan bahaya keluar dari arah jarum-jarum yang telah diludahkan oleh burung puyuh raksasa itu ke arahnya. Pada awalnya Surya bingung apa motivasi pihak lain memakan senjatanya sendiri, namun setelah pemuda itu melihat sekali lagi, dia akhirnya tahu apa yang diinginkan burung itu. Seolah telah disadarkan dari kesurupan, pemuda itu tak lagi berjalan dengan santai, namun bersiap dengan waspada menunggu serangan yang akan datang. Seolah panah yang memiliki kecepatan beberapa kali lipat dari panah biasa, jarum-jarum yang bergerak keluar
Di sebuah area hutan hujan yang begitu asri, tampak sebuah area begitu kontras dengan area yang ada disekitarnya karena satu alasan. Ada sejumlah jejak pertarungan yang tertingga mengacaukan area yang damai itu. sosok pemuda berbadan tegap juga tampak terbaring lemas saat tubuhnya naik turun dengan tak menentu. “Ahhh ini sangat melelahkan!” keluh Surya saat masih saja terbaring dengan nyaman di atas tubuh burung tanpa kepala yang telah dia lawan sebelumnya. Pemuda itu terus saja berbaring untuk waktu yang tak ditentukan hingga beberapa pemuda pincang bergerak dengan susah payah ke arahnya. Setelah beberapa saat berjalan, kelompok orang pincang yang bergerak ke arah Surya itu hanya bisa melihat ke arah pemuda itu dengan tampilan yang tak percaya. Kelompok orang itu hanya bisa bolak-balik melihat ke arah Surya yang sedang terbaring lemas di atas bangaki coklat dan juga melihat ke arah kepala unggas yang terpotong dengan rapi seolah membutuhkan banyak usaha untuk melakukannya. “Sepe
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga