Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya đđđ.
di sebuah area gelap yang sunyi dan dingin, sepasang bola berwarna oranye tampak menyala dengan mengesankan dari kejauhan. Kedua bola cahya itu tampak seperti mata predator yang ingin menerkam mangsanya di dalam kegelapan. mata itu terus berjalan menuju ke satu arah dengan perlahan tanpa sadar mengeluarkan hawa dingin yang mempengaruhi area sekitarnya. Ketika mata menyala itu sampai di satu tempat yang luas dan lapang tanpa adanya pohon yang menghalangi cahaya rembulan, sosok pemuda berbadan tegap akhirnya terkuak bisa terlihat jelas gagah di bawah sinar bulan. Sosok pemuda itu adalah Surya yang tengah mencari kayu bakar untuk kemahnya malam ini. Dengan sedikit berjongkok, Surya mengambil sebuah ranting kering yang ada di hadapannya. Saat Surya tengah berjongkok sambil memegang beberapa kayu di tangan kirinya itu, sebuah suara yang ricuh mulia terdengar dari kejauhan. Indra Surya yang sensitif samar-samar bisa merasakan pergerakan dari arah belakang punggungnya. Dengan itu Sury
Di sebuah area yang gelap, tampak seorang anak tengah terpaku melihat ke sebuah benda yang melayang ke arahnya. Sosok pemuda tegap itu hanya bisa bereaksi tepat waktu ketika benda merah itu hampir saja menghantam ke wajahnya. Surya dengan sedikit tergesa-gesa melompat ke samping agar benda merah aneh itu tidak mengenai tubuhnya. Saat Surya menghindar itu, suara hantaman besar pun terjadi. âDuar!â Surya tidak peduli dengan suara itu, dia hanya fokus untuk memposisikan dirinya sendiri yang tengah melayang di udara. Setelah Surya bisa stabil jatuh dan akhirnya berdiri tegak di tanah, barulah surya bisa memandang ke arah serangan itu. Pemuda itu hanya bisa terkejut sekaligus negri. Apa yang dilihat Surya kali ini adalah kawah cekung yang memiliki retakan di dalamnya. Sudah jelas bahwa itu adalah ulah dari benda merah sebelumnya. Dan lagi yang membuat Surya semakin bingung adalah bahwa benda merah sebelumnya menghilang entah kemana. âSebenarnya apa benda aneh itu?â tanya Surya deng
Seorang pemuda tengah berteriak dengan horor ketika terseret oleh tarikan benda merah aneh di udara. âAhhhhhh!â Teriakan pemuda itu akhirnya berhenti ketika sebuah suara tabrakan mulai terdengar. âKaboom!â Surya yang melayang itu akhirnya terus melayang, namun kini Surya melayang menjauh dari tarikan benda merah aneh itu. Surya telah dipukul dengan buruk di dalam kegelapan! Kini Surya merasakan rasa sakit yang begitu memuaskan karena ada semacam benda tumpul yang telah memukul kepalanya untuk mundur ke belakang. Dengan ini Surya terus saja mengudara ke belakang sebelum akhirnya terjatuh dan kemudian terseret di tanah. Surya begitu kesal dengan apa yang baru saja dia rasakan. Jelas dia kesal karena tidak mengetahui siapa yang telah memukulnya hingga seperti ini. Surya bergerak ingin beranjak, namun tampaknya pihak lain tidak ingin membiarkan dia untuk bernafas. sekali lagi benda merah itu melesat bergerak menuju Surya. âDuar!â Sebuah suara mulai terdengar ketika perasaan terj
Di sebuah malam yang gelap, tampak ada kelompok orang yang tengah bergotong royong untuk berkemah. âNova, apakah kau melihat Surya?â tanya tetua pertama. âYa tetua aku melihatnya pergi ke arah itu, tampaknya dia mencari kayu bakar.â Nova menunjuk ke satu arah ketika memberikan pendapatnya. âAhhh ternyata seperti itu. baiklah lanjutkan pekerjaanmu,â kata tetua pertama mengangguk paham kemudian berjalan menjauh. Nova yang melihat hal ini hanya bisa sedikit tidak tahu harus berbuat apa. Dia sedikit khawatir karena jelas Surya telah pergi begitu lama. âMengapa begitu lama mencari kayu bakar? Bukan kah dia hanya malas untuk membantu disini,â ejek fajar yang mendengarkan pembicaraan Nova dan tetua pertama. Nova yang melihat hal ini hanya bisa jijik namun tidak membalas. ... Sementara itu di salah satu sudut lain di area itu yang tidak kalah gelapnya. Seorang pemuda tengah berpikir keras ketika melihat ke satu arah. âAku tidak bisa terus seperti ini, jika tidak maka akhirnya aku akan
Di sebuah area yang gelap, kini tampak ada semacam kabut asap berwarna hijau yang mulai memenuhi ruangan. Sosok pemuda yang ada di tengah-tengah asap itu hanya bisa menjadi sesak dengan tampilan kesusahan. âI-ini racun!â teriak Surya dalam hati. Jelas dia tidak berharap bahwa pihak lain mempunyai metode yang menyeramkan seperti ini untuk melawannya. âJika dia bisa melakukan hal ini , mengapa dia tidak melakukannya dari awal?â tanya Surya dengan kesal. Andai Surya tahu bahwa sosok yang menyerangnya saat ini adalah psikopat terkenal yang memiliki nama julukan Si bengis penikmat darah. mungkin Surya akan paham mengapa sosok itu menyimpan serangan krusial seperti ini di akhir pertempuran. Seperti Namanya, sosok pesilat ini adalah seorang yang sangat suka melihat darah dari mangsa-nya. Dia sering kali menyiksa mangsanya hanya untuk memuaskan birahinya terhadap darah. âAku sudah begitu sopan meminta darah mu, namun kau malah meminta darahku, sungguh lancang!â kata sosok itu dengan se
Di sebuah tempat gelap yang penuh asap, tampak seorang pemuda tengah melakukan gerakan aneh di tengah-tengah area yang telah ditutupi oleh awan warna hijau mencolok. Pemuda itu tampak kesulitan saat mencoba bergerak mewujudkan pose anehnya dengan begitu bertekad. Pemuda itu terlihat begitu memilukan ketika sejumlah urat yang ada di tubuhnya menegang akibat kegiatan yang dilakukannya sekarang. Pemuda itu tidak lain adalah Surya. dia tengah merasakan rasa sakit yang teramat sangat menyiksa akibat kabut hijau yang ada di sekelilingnya. itu semua karena kabut hijau yang ada di sekelilingnya bukan hanya sekedar kabut biasa, namun merupakan racun dari sosok kekar namun feminim yang kini ada di seberang tubuh Surya. Meskipun tampak kesulitan di setiap gerakannya, Surya sama sekali tidak pernah menghentikan usaha dari tubuhnya bahkan walau hanya sesaat. Ini semua bukan karena Surya telah gila dan menikmati rasa sakit. Namun ini semua karena perasaan euphoria dari harapan. Pemuda itu bar
Seorang pemuda tegap kini sedang berdiri dengan sedikit kesulitan di dalam kegelapan berwarna hijau. namun meskipun begitu, pemuda itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi tidak puas atau semacamnya. Malahan hanya senyum lebar hangat yang bisa di lihat dari penampilan sosok pemuda itu. âSial aku akan berusaha dengan keras!â kata Surya bertekad dalam hati. Setelah semua kelelahan yang dialami dan juga rasa sakit yang menghampir. akhirnya ada secercah harapan yang sekali lagi menghampiri Surya. Dengan sangat tidak sabar Surya memposisikan energi rimau dan juga energi raja api yang ada di tekonya untuk segera menyebar ke setiap sudut tubuhnya. Dengan itu aliran berwarna oren kemerahan terlihat mulai menginvasi pergerakan racun yang sudah tertanam di dalam tubuh Surya cukup lama. Jika di lihat dari dekat, kedua energi benih dan racun itu saling bertabrakan tidak ada satu sama lain di antara benih Surya maupun racun yang menang dari tabrakan itu. kedua benda aneh itu hilang bersamaa
Di udara, kini seorang pemuda tampak dengan buruk terlempar ke satu arah. sosok itu tampak begitu menyedihkan ketika mendarat dengan tidak mulus di sekumpulan pepohonan. âDebuk debuk debuk,â suara itu terdengar kacau. Setelah beberapa saat terseret jauh kebelakang, sosok pemuda itu akhirnya berhenti setelah tubuhnya benar-benar babak belur akibat hantaman. âArgh punggung ku,â lirih Surya meringis kesakitan. Kesadaran Surya sudah hampir menghilang, namun dirinya terus saja di kejutkan oleh perlakuan yang melecehkan dari pihak lan. Dengan ini Surya mau tidak mau mengutuk dalam hati. Tidak ada perasaan paling buruk di dunia kecuali perasaan tidak berdaya. Dan kali ini Surya sekali lagi mengalaminya. Dia baru saja menempuh segitiga bintang satu silat, dia berpikir bahwa dirinya sudah begitu kuat untuk orang di sekitarnya, namun tampaknya pemikiran itu hanya omong kosong. Kini terbukti bahwa Surya hanya tong kosong nyaring bunyinya, dia mungkin terlihat kuat namun tidak benar-bena