Adelia seperti tidak rela saat orang tuanya hendak pulang dan meninggalkannya bersama keluarga barunya yang sama sekali tidak Adel kenal.
"Ingat ya, Nak. Kapanpun kamu ingin pulang, rumah kita akan selalu terbuka untuk kamu. Jadi anak yang baik dan juga penurut ya, Nak. Tolong jangan kecewakan kami, Bunda percaya sama kamu," ujar Yulia mengecup kening Adelia lama sebelum akhirnya Adelia menangis histeris saat melihat orang tuanya pergi. Adnan tidak sanggup melihat Adelia menangis, oleh sebab itu Adnan memutuskan untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu atau Adnan akan gagal menahan emosinya saat melihat Adel, putri kesayangannya. "Ayo, Bun. Kita masih punya pekerjaan lain," ujar Adnan memanggil Yulia yang masih menangis. Yola dan Abimanyu menahan Adelia yang hendak mengejar mobil yang ditumpangi orang tuanya dengan memeluknya dan juga menenangkannya. "Sayang, dengerin Mama. Sekarang kamu juga anak kami. Jadi jangan takut, kami akan menjaga dan melindungi kamu. Kamu harus panggil Mama dengan panggilan Mama dan Papa untuk suami Mama. Kamu paham? Ayo masuk ...." "I-iya, Ma." Adelia tergagap untuk menyebut kata Mama untuk pertama kalinya. "Bagus, ayo istirahat besok kamu harus sekolah," sambung Yola membawa Adelia masuk. Orang tua Adel bekerja membuat kue dan memasarkannya melalui warung-warung sekitar rumah mereka dan juga pasar tradisional. Selain itu mereka juga menjualnya secara online untuk pemesanan jumlah besar. Biasanya setelah pulang sekolah, Adelia lah yang bertugas untuk mengutip uang kue bundanya dan menyerahkannya pada Yulia tanpa dipotong sedikitpun. Malam hari. Di rumah Yulia dilanda kesunyian dan itu membuat Yulia dan Sang Suami kesepian sebab biasanya Adelia yang membuat suasana menjadi ramai dengan keceriaannya dan juga tingkah konyolnya yang selalu menghibur orang tuanya yang lelah. Yulia masih terlihat diam termenung di depan televisi yang masih menyala. Dari seberang pandangan, Adnan memperhatikan Yulia yang terlihat sedih. Adnan berusaha mengajak Yulia mengobrol agar Yulia tidak banyak memikirkan Adelia walau nyatanya dirinya juga selalu memikirkan gadis cantik nan ceria itu. "Bunda, ada apa?" Adnan datang dengan memegang bahu Yulia dan memijitnya lembut tapi Yulia terkejut dengan sentuhan yang diberikan Adnan. Yulia menoleh ke arah Adnan dan tersenyum. "Bunda masih gak nyangka, Yah kalau putri kita satu-satunya sudah menjadi istri orang secepat ini. Bunda takut kalau Adel sulit berbaur dengan mereka," ujar Yulia jujur. "Bunda, kalau Bunda kangen sama Adel, kita kan masih bisa menelpon Adelia. Kita juga bisa datang ke rumah mertuanya Adelia," jawab Adnan menenangkan Yulia. "Hmm ini sudah malam. Biarkan mereka istirahat, tidak apa-apa. Nanti juga kita semua akan terbiasa," ujar Yulia mencoba ikhlas. Adnan tersenyum melihat Yulia tersenyum. Yulia memang benar istri terbaik dan Bunda terbaik bagi Adnan dan juga Adelia. Kesabaran dan juga kelembutan Yulia, Adnan berharap Adel juga bersikap seperti itu di rumah barunya. Di tempat lain, Yola masih sibuk membantu Adelia menyiapkan pakaian sekolah Adelia. Untuk beberapa hari ini Adelia dan Raden akan tinggal di rumah Yola agar mereka bisa mengawasi Raden. Selanjutnya Adel dan Raden akan pindah ke rumah baru mereka yang lebih sederhana karena mereka akan tinggal berdua saja tanpa pelayan. Setelah selesai menyelesaikan peralatan sekolah Adelia, Yola mengantarkan Adelia ke kamar Raden yang sudah Raden acak-acak dengan sengaja. Raden sudah menebak hal ini pasti akan terjadi. "Istirahat yang cukup, besok Mama akan bangunkan kamu untuk siap-siap pergi sekolah. Besok Raden yang antar kamu sekolah." Yola mencium pucuk kepala Adelia dengan sayang karena Yola tidak punya putri, maka Yola menganggap Adelia adalah putrinya. Melihat hal manis itu, Raden berdecak kesal. Tampaknya Raden cemburu pada kasih sayang Yola yang terlihat lebih menyayangi Adelia. "Ckk, dasar anak kecil." Kesal Raden sembari berbaring dengan ponsel di tangannya. "Diam kamu, awas aja kamu kalau berani ganggu Adelia. Adelia dengerin Mama, bilang sama Mama kalau Raden ganggu kamu," ujar Yola memarahi Raden yang tampak tidak menyukai Adelia. "Iya, Ma. Terima kasih. Besok pulang sekolah, Adelia boleh gak pulang ke rumah Bunda? Kasihan Bunda gak ada yang bantuin," ujar Adel memelas meminta ijin karena sebenarnya Adelia tidak betah di rumah Yola yang megah dan besar ini. "Boleh, besok biar Raden yang antar kamu. Oke?" Yola berlalu meninggalkan kamar Raden dan bergegas pergi ke kamarnya. Di kamar Yola. "Sayang, kamu uda meletakkan pengaman kan di laci kamar Raden? Bahaya kalau sampai gak ada pengamannya, Adelia masih sekolah. Kalau Raden nanti gak tahan, wah bisa berabe urusannya." Abimanyu bertanya pada Yola yang baru saja mengurus Adelia. "Hari ini sangat melelahkan. Aku sudah mengatur semuanya, tenang aja, Sayang. Mama sih pengen cepat punya cucu. Tapi sayangnya Adelia masih sekolah. Dia belum boleh mengandung," ujar Yola yang tau jika Adelia dan Raden tidak pernah berhubungan badan. "Istriku memang hebat, ke sini biar Papa kasih Mama hadiah," ujar Abimanyu tersenyum nakal. "Ah Papa, uda tua juga. Enggak ah Mama capek." Yola yang paham dengan kode Abimanyu menolaknya dan tidur membelakangi Abimanyu. "Mama tega banget sih sama Papa. Kasihan nih senjata Papa uda mulai berkarat enggak ada yang gesek," ujar Abimanyu manja. Meski sudah cukup tua, nyatanya Abimanyu dan Yola suka bertingkah seolah mereka adalah remaja yang sedang berpacaran hingga terkadang membuat Raden mual. Sedang di kamar Raden, Adelia yang bertanya takut dengan Raden tidak berani berbicara padanya sampai Raden yang berbicara lebih dulu. "Hei anak kecil, tidur di sampingku. Aku tidak akan menyentuhmu, tenang aja." Raden yang risih melihat Adel terus berdiri di depan lemari menyuruh Adelia agar tidur di sampingnya. "Iya, Kak. Terima kasih." Adelia berjalan perlahan ke ranjang besar milik Raden dan perlahan masuk ke dalam selimut dan tertidur dengan selimut yang menutupi wajah. Karena sangat lelah, tak butuh waktu lama untuk Raden dan Adel untuk tidur. Setelah memastikan Adelia sudah tidur, Raden menyingkap selimut yang menutupi wajah polos Adelia. "Dasar anak kecil, kamu akan mati jika tidur dengan posisi seperti itu," ujar Raden menggerutu sembari menyingkap selimut yang menutupi wajah Adelia. Sebelum tidur Raden terus menatap wajah polos Adelia yang masih terlihat seperti anak bayi. Sangat berbeda dengan Stevani yang tampak dewasa dan juga sexi. Hal ini tentu saja sangat berbeda karena usia mereka juga sangat berbeda jauh. Seharusnya Adelia menjadi adik atau keponakan Raden saja!Pagi hari.Adelia bangun lebih dulu saat mendengar suara adzan subuh berkumandang karena Adelia sudah terbiasa bangun saat hari masih gelap. Berbeda dengan Raden yang terlihat semakin menarik selimut ke seluruh tubuhnya saat adzan mulai mengganggu telinganya."Ckk, apa mereka tidak pernah shalat subuh?" Guman Adelia dalam hati saat melihat pria yang sudah menjadi suaminya ini semakin menarik selimut.Adelia turun dari ranjang dengan perlahan dan pergi ke kamar mandi yang berada di kamar mereka.Bahkan kamar mandi mereka terlihat sangat besar seperti satu ruangan di rumah bundanya.Adelia membersihkan diri lalu berwudhu dan setelahnya Adelia mengeluarkan mukenahnya yang ia bawa dari rumah.Untung saja Adelia membawanya!Adelia bingung melihat sisi kamar Raden. Adelia tidak tau kemana arah kiblat dan lupa menanyakannya pada Mama mertuanya semalam.Gadis manis itu keluar dari kamar dan mengintip sekitar ruangan. Adelia menghampiri salah satu pelayan yang kebetulan lewat dengan membawa sa
Selama di perjalanan diam-diam Adelia mencuri pandang terhadap pria yang saat ini Adelia kagumi bukan hanya wajah tampannya, tapi juga sikap dan etikanya. Andai saja Adelia bisa memilih, pasti akan lebih baik jika Adelia menikah dengan Raja. "Ada apa? Kenapa anda menatap saya seperti itu? Apa ada yang salah? Apa anda kesal yang mengantarkan anda bukan suami anda? Jangan berharap lebih padanya ... Sudah sampai, turunlah. Nanti saya akan mengingatkan Tuan Muda untuk menjemput anda," ujar Raja dengan cool yang semakin membuat Adelia hanyut dalam pesonanya. Adelia tersentak saat Raja berbicara padanya yang artinya Adelia tertangkap basah. Ini benar-benar memalukan. "Maafkan saya, tolong jangan salah paham. Saya hanya kagum dengan anda. Anda bisa menganggap saya sebagai fans saja. Maaf jika saya lancang. Baiklah, terima kasih .... " Adelia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya karena bingung harus memanggil Raja dengan sebutan apa. Adel membuka pintu mobil dan berlari ke kelasnya. Say
Dengan ekspresi kesal Raja terpaksa keluar dari ruangan Raden. Sebelum keluar, Raja mengingatkan Raden akan tugasnya dan itu membuat Stevani terkejut tak percaya. "Tuan Muda jangan lupa untuk menjemput Nona Adel atau anda akan mendapat masalah jika saya melapor pada Nyonya Besar." Raja segera berlalu tak lupa untuk memberikan Stevani tatapan mengintimidasi dan itu berhasil membuat Stevani takut padanya. "Aku tau, keluarlah!" Bentak Raden melirik Stevani. Setelah Raja keluar. "Sayang, siapa itu Adel? Kenapa kamu harus menjemputnya?" Stevani merengek dan merajuk pada Raden. Raden si buaya darat langsung berdiri dari kursinya dan memegang wajah Stevani yang sangat menggoda. Cupp! Raden mengecup singkat bibir merah Stevani. "Jangan hiraukan dia. Kamu tau kan, jika aku tidak bisa berpaling darimu? Hmm?" Raden semakin melanjutkan aksinya. Kali ini tangan nakal Raden mulai berjelajah di paha mulus Stevani dan itu berhasil membuat Stevani tanpa sadar mulai mendesah. Pukk!
Raden berhenti memarahi Adelia saat mendengar suara tangis Adelia. "Cukup, dasar cengeng! Katakan kamu dimana?" Raden menjadi tidak tega setelah mendengar isakan tangis Adelia yang disebabkan olehnya. Bagaimana pun Adelia masih anak kecil, wajar jika Adelia lebih cengeng. "Saya ... Saya di rumah Bunda." Di tengah isakan tangisnya, Adelia menjawab pertanyaan Raden. "Tunggu di situ, aku akan segera kesana." Raden menutup ponselnya dengan kasar Hati Adel masih sangat lembut. Adelia tidak pernah dibentak oleh orang tuanya, maka Adelia akan langsung menangis saat ada orang yang membentaknya. Adelia sampai di rumah Yulia dengan mata yang masih memerah. "Assalamualaikum, Bunda ...." "Waalaikumsalam, Nak. Sini nak, uda makan?" Yulia sangat senang melihat Adelia pulang ke rumahnya. Namun ekspresi wajah Yulia berubah setelah melihat mata Adelia yang murni mencerminkan sebuah kesedihan. "Kamu kenapa, Del? Ada apa? Sini cerita sama, Bunda." Yulia langsung berdiri memeluk Adelia.
Sore hari. Yola yang baru pulang segera memanggil Pak Darto untuk menyuruhnya memanggil Adelia karena Yola ingin mengajak Adelia pergi berbelanja. Tak menunggu waktu lama Adelia turun sudah lengkap dengan memakai kerudung hitam andalannya. Tadi Pak Darto sudah menjelaskan jika Yola ingin mengajak Adelia berbelanja, jadi Adelia langsung bersiap-siap agar Yola tidak menunggu waktu lama. "Baru pulang, Ma?" Adelia menyapa Yola dan mencium tangannya. Yola terharu dengan sikap dan etika Adelia. Bahkan putra Yola, Raden saja tidak pernah bersikap seperti itu padanya. "Iya, yuk kita berangkat sekarang." Yola merangkul pundak Adelia yang masih lebih pendek darinya agar mereka bisa berjalan berdampingan. Di dalam mobil. "Kita mau kemana, Ma?" Adelia bertanya pada Yola agar bisa menyesuaikan diri. "Hmm kita ke Mall aja, Del. Kita harus beli pakaian dan tas baru untuk kamu sekolah. Hmm pokoknya kita harus beli semua yang akan kamu butuhkan," jawab Yola tersenyum senang. "Tapi
Raja menunggu Adelia turun ke meja makan, tapi gadis itu masih tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sedangkan Yola, Abimanyu dan Raja sudah berkumpul untuk makan malam. "Dimana Raden dan Adelia?" Tanya Abimanyu yang mulai tidak sabar sembari melihat jam tangannya. "Raja, apa kamu sudah memanggil mereka?" Tanya Yola yang juga sudah lapar. "Maaf, Tuan ... Nyonya ... Tuan Muda sedang keluar dan Nona Muda, saya sudah memanggilnya tadi. Tapi saya juga tidak tau kenapa Nona belum turun juga. Saya akan panggil lagi," ujar Raja kesal. "Hmm!" Gumam Abimanyu. Dengan sangat terpaksa, Raja kembali ke kamar Adelia dan mengetuk pintu kamar Adelia dengan sedikit kuat. Mendengar suara berisik yang mengganggu waktu belajarnya, Adelia langsung membuka pintu kamarnya dengan wajah masam. "Ada apa?" Adelia bertanya dengan nada ketus untuk pertama kali. "Ayo pergi ke meja makan sekarang. Semua orang menunggu anda. Mereka tidak bisa makan karena harus menunggu anda." Dengan tegas R
"Apa dia benar-benar meninggalkanku seperti ini? Cihh, dasar sialan! Jika bukan karena hartamu aku juga tidak ingin menjadi kekasih bayanganmu yang tak pernah diakui." Stevani memungut pakaiannya dan mengenakannya. "Hmm, aku jadi penasaran siapa itu Adelia. Kenapa sepertinya Raden sangat takut dengannya," gumam Stevani menatap cermin sembari merapikan penampilannya. Sedang Raden bergerak begitu cepat sembari menyeka air keringatnya yang terus mengembun sembari mengumpat yang pastinya ditujukan untuk Raja, asistennya. "Ahh bodohnya aku, kenapa aku bisa memiliki asisten sialan seperti Raja!" Raden menyetir dengan kecepatan penuh seperti seorang pembalap yang dikejar hantu sembari terus menatap jam tangannya. "Lihat saja suatu saat nanti aku pasti akan menekanmu dan mengingatkanmu akan posisimu. Dan pada saat itu, aku pastikan kamu akan sujud dan memohon ampun padaku," sambungnya lagi berapi-api. Beberapa saat kemudian, mobil Raden sampai di pekarangan rumah. Raden menatap rumahnya
Dengan sigap Raja segera memberi Adelia tisu tanpa menoleh ke arahnya. Yola seperti sedikit curiga dengan jawaban Adelia karena melihat ekspresinya yang canggung. "Jam berapa tadi malam Raden pulang, Del?" tanya Abimanyu menyela. "Hmm, maaf, Pa. Adel gak tau," jawab Adelia hati-hati. "Sudah, biarkan saja. Jangan dibangunkan, nanti kamu pergi sekolah sama Raja," sambung Abimanyu dengan wajah datarnya. "Baik, Pa." "Del, ini uang saku untuk kamu." Yola mengeluarkan uang ratusan ribu dan memberikannya pada Adelia karena tidak yakin jika Raden akan peka terhadap Adelia. "Tidak usah, Ma. Terima kasih. Kak Raden sudah memberikan uang saku pada Adel," jawab Adelia menunjukkan uang yang Raden berikan dan itu berhasil membuat Yola terkejut namun juga senang. "Ahh, anak itu pelit sekali. Ambil aja Del, buat kamu jalan sama teman kamu nanti," ujar Yola memaksa. "Ini sudah sangat cukup, Ma." Adelia menolak. "Apa itu cukup?" "Cukup, Ma. Adel pergi sekarang ya, Ma ... Pa ...." Selesai sar
Ketiga gadis dan satu pria yang asik bercanda menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari dalam rumah. "Siapa yang datang?" tanya Yulia lagi. "Assalamualaikum, Bunda." serentak teman-teman Clara yang langsung menghampiri Yulia dan mencium punggung tangan Yulia. Yulia sangat dekat dengan ketiga teman Clara ini karena mereka sering mampir ke rumah Clara untuk sekedar bermain atau belajar bersama saat pulang sekolah. "Waalaikumslaam. Ayo silakan masuk," jawab Yulia mempersilahkan Renata, Putri dan Dimas masuk. "Terima kasih, Bun." Seperti biasa, saat rumah mereka kedatangan tamu tanpa pilih kasih Yulia pasti akan menghidangkan mereka kue buatannya dan juga air teh. "Bunda, kue ini sangat enak. Sama seperti biasanya," ujar Putri si tukang makan yang tanpa malu-malu langsung menyerobot wadah kue yang baru saja Yulia letakkan dan membuat Yulia sedikit tertawa senang dengan pujianny
Raja menjadi pusat perhatian di dalam ruang wali kelas Clara setelah sebelumnya harus menjadi korban teriakan dan colekan para wanita baik muda ataupun tua, baik siswa maupun guru. Raja mengatakan alasan kenapa Clara dan Sisil mengambil cuti itu karena mereka sedang dalam masa pemulihan setelah insiden yang menimpa mereka. Raja tidak langsung pergi dari sekolah Clara, namun Raja pergi ke belakang sekolah Clara untuk menunggu seseorang. Siapa yang sedang Raja tunggu dan untuk apa? Ternyata pria misterius yang beberapa waktu lalu ditemui oleh Pak Davit secara diam-diam adalah Raja. Kenapa Raja melakukan hal itu? Apa tujuan Raja sebenarnya? Kembali lagi di awal bahwa alasan Raja menyuruh David, sepupunya mengajar di sekolah Clara adalah untuk mengawasinya karena Raja merasa jika Sisil, teman Clara akan berusaha mencelakainya belum lagi Stevani. Jika Niko mencampakkannya nanti mungk
Niko sedang memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Clara untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi di satu sisi Niko takut jika Clara akan membencinya jika mendengar cerita yang sebenarnya terkait Stevani. Tapi bagaimana pun, cepat atau lambat semuanya juga pasti akan terungkap. Jadi Niko harus mempersiap diri untuk itu dan menaggung semua resikonya. Niko berjanji pada dirinya sendiri jika Niko akan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan melupakan Stevani. Baru saja Niko berjanji akan melupakan Stevani, tapi sepertinya Tuhan sangat ingin menguji Niko. Tepat saat Niko ingin beristirahat, Stevani menelpon Niko dan meminta Niko agar membukakan pintu untuknya karena dirinya sudah berada di depan pintu. Takut ada orang yang melihat Stevani dan salah paham, Niko segera berlari dari kamarnya ke depan pintu masuk rumah dan membuka pintu. "Ada apa?
Niko menelan kasar salivanya mendengar keputusan terbaik oleh Abimanyu. Mungkin dengan begini hidup Niko akan berubah dan akan menjadi dewasa. Sebenarnya Raja tidak cukup puas mendengar keputusan Abimanyu, namun Raja tidak bisa melakukan apapun selain menerima perintah. "Pergi pulang lah ke rumah kamu. Renungkan kesalahanmu dan siapkan dirimu. Mulai besok kamu adalah seorang pegawai baru di kantor Papa." Abimanyu meminta agar Niko pulang. "Sendirian, Pa?" tanya Niko memastikan. "Menurut kamu?" "Iya, Pa." Sesuai perintah Abimanyu sekarang Niko harus kembali ke rumah barunya tanpa Clara. Dengan wajah frustasi, Niko mengendarai mobilnya dengan kecepatan kilat membelah ramainya suasana jalan di kota Jakarta yang bukan lagi ibu kota negara. Rasanya ini sangat menyebalkan untuk Niko. Bagaimana dirinya bisa lalai hingga membuat Clara, istrinya terluka. Dan
Abimanyu mendengar cerita Yola dengan sangat serius dan rahang yang mulai mengeras. Rasanya seperti Abimanyu ingin meledak saat mendengar bahwa kelalaian Niko membuat menantunya celaka dan Niko malah memilih bersama dengan wanita yang sangat ia benci. Abimanyu mengajak Yola untuk menunggu Niko di ruang tamu sembari Abimanyu menelpon Niko. "Halo," "Halo, Pa. Ada apa? Clara ada di rumah gak ya, Pa?" Niko menjawab pada deringan pertama. "Segera pulang ke rumah Papa." Abimanyu langsung menutup panggilan telepon setelah memerintahkan agar Niko segera pulang ke rumah Yola tanpa membiarkan Niko menjawab. Dari nada yang Niko terima, Niko sudah tau pasti Abimanyu sedang marah. Hanya saja Niko tidak tau alasan yang membuat Abimanyu marah. Apakah terjadi sesuatu pada Clara? Atau apakah dirinya bertemu dengan Stevani ketahuan oleh Abimanyu? Jantung Niko berdegup kencang membayangkan apa yang
Clara diantar pulang oleh Raja setelah keluarga Sisil datang untuk menemani Sisil. Clara termenung mengingat perkataan Sisil sebelum keluarganya datang tadi. Dalam kondisi menangis Sisil memeluk Clara dan meminta maaf padanya dan Sisil juga mengucapkan banyak terima kasih pada Clara dan meminta agar Clara tidak membencinya. Perasaan Clara menjadi campur aduk saat ini. Raja terus menyetir sembari memerhatikan Clara yang hanya diam dan menatap kosong keluar jendela. "Bagaimana lukanya? Apa kamu yakin tidak ingin dirawat di rumah sakit aja?" Raja memulai percakapan. "Tidak, terima kasih. Aku akan lebih sakit jika berada di rumah sakit," jawab Clara tanpa menoleh. "Kak, terima kasih untuk hari ini dan juga maaf karena telah membuatmu terluka." Mata Clara berkaca-kaca saat Clara mengucapkan banyak terima kasih pada Raja dan menangis karena merasa sakit hati saat penggilan teleponnya di tolak oleh Niko.
Clara dengan buru-buru mencari nomor seseorang yang berada di kontaknya dan menghubunginya namun seseorang yang ternyata dia adalah Niko tidak menjawab ponselnya karena sedang pergi ke toilet dan meletakkan ponselnya di atas meja yang telah ia pesan bersama Stevani di salah satu restauran. Melihat ponsel Niko berdering, Stevani hanya melihat nama Clara sekilas lalu menolak panggilan tersebut sebelum Niko kembali. Sedang di sisi lain, Clara yang sudah mulai panik dengan kondisi Sisil memencet nomor Raja berharap Raja akan langsung menjawab teleponnya dan membantunya. Tuttttt .... Pada deringan pertama Raja menjawab telepon Clara dan menjadi panik setelah mendengar suara Clara. "Halo, Kak. Tolong aku!" "Halo, kamu kenapa? Dimana? Share lokasi sekarang!" Clara menutup panggilannya dan mengirimkan posisi dirinya saat ini pada Raja agar bisa
Pak David mengehela napas panjang melihat kelakuan murit barunya yang genit. "Sudah, cukup! Sekarang kalian bertiga ambil posisi push up." Clara, Renata dan Putri telah siap dengan posisi mereka dan para penonton mulai teriak tidak terima jika Clara harus mendapatkan hukuman itu karena tau lemah secara fisik. "Maaf, Pak. Boleh kah saya saja yang menggantikan hukuman untuk Clara?" Dimas maju menawarkan diri lebih dulu karena tidak terima jika guru tampan mereka menekan wanita pujaannya. Pak David mengerutkan dahi melirik ke arah Dimas, dan berkacak pinggang. Pak David berjalan ke arah Dimas dengan karismanya dan menepuk pundak Dimas hingga berhasil membuat Dimas tergoyah takut. "Mana yang namanya Clara?" Clara mengangkat tangan saat Pak Dimas melihat ke arah mereka bertiga. "Apa gadis itu pacarmu?" Pak David bertanya mengintimidasi kepada Dimas. "Tidak, Pak."
Sesuai dengan yang telah disepakati hari ini Niko dan Clara akan tetap tidur di kamar yang berbeda. Tapi bukan Niko namanya jika tidak bertindak curang dan licik. Malam hari saat Clara sudah tidur, diam-diam Niko menyelinap masuk ke dalam kamar Clara seperti seorang pencuri. Niko tersenyum senang saat berhasil masuk tanpa harus memikirkan dan melakukan banyak cara tipuan. Niko melihat Clara yang tertidur dengan nyenyak dan mulai berjalan mendekatinya. Dengan sangat lembut dan perlahan Niko mulai merebahkan tubuhnya tepat di samping Clara. Niko mulai memeluk Clara masuk ke dalam pelukannya namun gerakan Niko ini mengganggu tidur Clara dan membuatnya terbangun. Clara melirik Niko sekilas dan kemudian mengabaikannya. Niko melanjutkan aksinya dengan mulai mengusap paha Clara dan terkejut saat tangan Niko menyentuh benda aneh yang sedikit tebal menutupi jalan masuk lembah idaman Niko.