Share

Bab 9

Penulis: Putri Tidur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-27 13:27:34

Raden berhenti memarahi Adelia saat mendengar suara tangis Adelia.

"Cukup, dasar cengeng! Katakan kamu dimana?" Raden menjadi tidak tega setelah mendengar isakan tangis Adelia yang disebabkan olehnya. Bagaimana pun Adelia masih anak kecil, wajar jika Adelia lebih cengeng.

"Saya ... Saya di rumah Bunda." Di tengah isakan tangisnya, Adelia menjawab pertanyaan Raden.

"Tunggu di situ, aku akan segera kesana." Raden menutup ponselnya dengan kasar

Hati Adel masih sangat lembut. Adelia tidak pernah dibentak oleh orang tuanya, maka Adelia akan langsung menangis saat ada orang yang membentaknya.

Adelia sampai di rumah Yulia dengan mata yang masih memerah.

"Assalamualaikum, Bunda ...."

"Waalaikumsalam, Nak. Sini nak, uda makan?" Yulia sangat senang melihat Adelia pulang ke rumahnya.

Namun ekspresi wajah Yulia berubah setelah melihat mata Adelia yang murni mencerminkan sebuah kesedihan.

"Kamu kenapa, Del? Ada apa? Sini cerita sama, Bunda." Yulia langsung berdiri memeluk Adelia.

"Gak apa-apa, Bunda. Tadi Adelia jatuh di jalan. Ayah mana, Bun?" Adelia terpaksa berbohong agar bundanya tidak kepikiran.

"Astaghfirullah, Adel. Ada yang luka, Nak?" Yulia mengecek tubuh Adelia namun tidak menemukan apapun.

"Syukurlah jika tidak ada luka. Ayah pergi me mesjid, ada apa kamu pulang, nak. Apa kamu ada masalah?" Yulia dengan lembut mencoba bertanya pada Adelia.

"Gak ada, Bun. Mereka semua baik. Adelia hanya kangen sama Ayah Bunda." Adelia memeluk manja Yulia.

Tak lama, Raden sampai di halaman rumah Yulia. Ini adalah hal sulit bagi Raden karena Raden harus berpura-pura bersikap baik dan lembut pada keluarga Adelia.

"Assalamualaikum, Bun. Saya mau jemput Adelia, tadi saya telat jemput Adel-nya jadi Adel pulang ke rumah Bunda deh. Raden minta maaf ya, Bunda." Raden menyalami Yulia dan duduk di samping Adelia hingga membuat Adel ketakutan.

"Waalaikumsalam, Nak. Begitu, yaudah yuk makan dulu. Bunda uda masak tuh," ujar Yulia dengan nada lembut, sangat jauh berbeda dengan nada suara Yola, mamanya Raden.

Ini kali pertama Raden makan di rumah orang lain selain rumahnya dan Raden tidak bisa menolaknya karena takut jika mertuanya akan tersinggung.

Raden terkejut saat mencicipi makanan yang Yulia masak.

"Bunda, sambel tempe ini sangat enak. Boleh Raden bawa pulang?" Raden dengan lahab dan tanpa malu-malu makan dengan rakusnya seperti orang yang sedang kerasukan.

Adelia dan Yulia menatap aneh ke arah Raden. Tapi Yulia senang melihat Raden menyukai masakannya.

"Boleh, nanti Bunda akan siapkan untuk kalian bawa pulang." Dengan tersenyum Yulia menambah porsi makanan Raden.

"Cukup, Bunda. Kalau makanan ini habis, Ayah makan apa?" Dengan polosnya Adelia menyinggung makanan yang Raden makan hingga Raden tersedak dan malu.

"Hush kamu tuh, liat tuh suami kamu jadi tersedak. Kasih air, kasihan tau ...." Yulia menepuk pelan lengan Adelia dan menunjuk ke arah Raden.

Adelia memberi Raden segelas air dengan terpaksa. Setelah merasa lebih baik, Raden membersihkan mulutnya dengan tissue yang tersedia di atas meja.

"Del, ayo aku antar pulang. Aku harus balik ke kantor soalnya." Raden mengajak Adelia pulang agar tidak membuatnya menjadi lebih malu.

"Hmm duluan aja, aku bisa pulang naik angkot nanti," jawab Adelia ragu.

"Nanti Mama marahin aku loh, Del. Kamu tega?" Raden pura-pura memegang lembut tangan Adelia padahal Raden menekannya.

"Yaudah, kamu pulang dulu aja, Del. Lain kali kamu juga kan bisa datang lagi." Yulia menengahi dengan adil.

"Yaudah deh, Adelia pulang ya, Bun." Dengan wajah murung Adelia mengambil tasnya dan memeluk Yulia.

Ini benar-benar sangat berat bagi Adelia. Harus meningggalkan rumah orang tuanya dan pergi ke rumah mertuanya.

Tak lupa Yulia membawakan sisa lauk yang sangat disukai Raden pada Adelia walau Adelia keberatan.

Raden berpamitan pada Yulia dan menitip salam pada Adnan, ayah mertuanya.

Raden dan Adelia masuk ke dalam mobil dengan keadaan canggung. Raden mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang bisa dibilang stabil.

"Hei anak kecil, tolong jangan sering menyusahkanku. Simpan nomorku, telpon aku jika kamu butuh sesuatu. Paham?" Raden tidak henti-hentinya memarahi Adelia di sepanjang perjalanan hingga mereka sampai dan Adelia tertidur.

Adelia masih mengenakan pakaian sekolah dan juga hijabnya. Setelah Raden memberhentikan mobilnya sejenak Raden menatap wajah polos Adelia yang terlihat sangat imut dan menggemaskan.

Sekejap kemudian Raden membuang pikirannya tentang Adelia dan membangunkannya.

"Hei anak kecil, bangun. Kita uda sampai," ujar Raden menggoyangkan lengan Adelia.

Adelia terkejut saat Raden menyentuh lengannya dan hampir memukulnya. Adelia memang selalu waspada saat ada pria asing yang ingin menyentuhnya. Dan Raden kagum akan hal itu.

"Turun! Aku akan langsung pergi ke kantor. Bawa saja makanan itu ke kamar," pinta Raden.

"Baik, Tuan." Rasanya Raden tidak senang dan nyaman mendengar panggilan yang keluar dari mulut Raden.

"Kenapa kamu berbicara formal padaku? Bagaimana jika ada orang yang salah paham?" Raden yang kesal mencegah Adelia melangkah jauh sebelum dirinya selesai berbicara.

Adelia berbalik dengan tatapan bingung.

"Lalu aku harus memanggil anda apa?"

"Terserah, yang penting jangan 'Tuan'. Kamu sama saja seperti pria kaku itu," ujar Raden yang asik menggerutu.

"Baik, Kak."

"Itu lebih baik, sana ... Aku pergi!" Entah kenapa terasa sangat menyenangkan untuk Raden mengganggu Adelia karena respon dan reaksinya yang polos.

Adelia masuk ke dalam rumah tak lupa memberi salam dan menyapa para pelayan dengan ramah. Hal itu yang membuat para pelayan menyukai Adelia.

"Mbak Ita, uda makan?"

"Uda, Non. Terima kasih. Mau saya bantu bawa tasnya, Non?"

"Tidak. Terima kasih. Mama kemana, Mbak?"

"Nyonya lagi keluar, Non. Mungkin sore baru akan kembali."

"Oh oke, Adelia masuk ke kamar duluan ya, Mbak." Dengan sopan Adelia berpamitan dan segera berlalu.

Para pelayan senang akan kehadiran Adelia yang cukup perhatian pada mereka. Adelia juga kadang tak segan membantu pekerjaan mereka walau mereka melarang karena takut dimarahi Pak Darto.

Pak Darto melaporkan pada Yola bahwa Adelia sudah pulang bersama dengan Raden. Yola senang mendengar kabar itu dan berharap Raden dan Adelia bisa saling mengenal lebih dalam.

Saat Raden sampai di kantor, tiba-tiba Raden ingat pada gadis yang mengatakan jika Adelia punya Sugar Daddy selain dirinya dan itu membuatnya tertawa geli.

Bagaimana bisa anak kecil seperti mereka memahami arti dari kata 'Sugar Daddy'?

Raden paham, mungkin yang dimaksud oleh gadis itu adalah Raja.

"Anak-anak jaman sekarang sangat lucu. Sepertinya mereka kebanyakan baca komik atau novel romantis." Raden dengan asik bermonolog lalu tertawa seperti orang gila.

Bahkan karyawannya pun menatapnya dengan tatapan bingung dan bertanya-tanya.

"Apakah Tuan Muda mulai gila atau kerasukan? Ahh aku merinding," ucap pelan salah satu karyawan yang berpapasan dengan Raden.

Bab terkait

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 10

    Sore hari. Yola yang baru pulang segera memanggil Pak Darto untuk menyuruhnya memanggil Adelia karena Yola ingin mengajak Adelia pergi berbelanja. Tak menunggu waktu lama Adelia turun sudah lengkap dengan memakai kerudung hitam andalannya. Tadi Pak Darto sudah menjelaskan jika Yola ingin mengajak Adelia berbelanja, jadi Adelia langsung bersiap-siap agar Yola tidak menunggu waktu lama. "Baru pulang, Ma?" Adelia menyapa Yola dan mencium tangannya. Yola terharu dengan sikap dan etika Adelia. Bahkan putra Yola, Raden saja tidak pernah bersikap seperti itu padanya. "Iya, yuk kita berangkat sekarang." Yola merangkul pundak Adelia yang masih lebih pendek darinya agar mereka bisa berjalan berdampingan. Di dalam mobil. "Kita mau kemana, Ma?" Adelia bertanya pada Yola agar bisa menyesuaikan diri. "Hmm kita ke Mall aja, Del. Kita harus beli pakaian dan tas baru untuk kamu sekolah. Hmm pokoknya kita harus beli semua yang akan kamu butuhkan," jawab Yola tersenyum senang. "Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 11

    Raja menunggu Adelia turun ke meja makan, tapi gadis itu masih tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sedangkan Yola, Abimanyu dan Raja sudah berkumpul untuk makan malam. "Dimana Raden dan Adelia?" Tanya Abimanyu yang mulai tidak sabar sembari melihat jam tangannya. "Raja, apa kamu sudah memanggil mereka?" Tanya Yola yang juga sudah lapar. "Maaf, Tuan ... Nyonya ... Tuan Muda sedang keluar dan Nona Muda, saya sudah memanggilnya tadi. Tapi saya juga tidak tau kenapa Nona belum turun juga. Saya akan panggil lagi," ujar Raja kesal. "Hmm!" Gumam Abimanyu. Dengan sangat terpaksa, Raja kembali ke kamar Adelia dan mengetuk pintu kamar Adelia dengan sedikit kuat. Mendengar suara berisik yang mengganggu waktu belajarnya, Adelia langsung membuka pintu kamarnya dengan wajah masam. "Ada apa?" Adelia bertanya dengan nada ketus untuk pertama kali. "Ayo pergi ke meja makan sekarang. Semua orang menunggu anda. Mereka tidak bisa makan karena harus menunggu anda." Dengan tegas R

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 12

    "Apa dia benar-benar meninggalkanku seperti ini? Cihh, dasar sialan! Jika bukan karena hartamu aku juga tidak ingin menjadi kekasih bayanganmu yang tak pernah diakui." Stevani memungut pakaiannya dan mengenakannya. "Hmm, aku jadi penasaran siapa itu Adelia. Kenapa sepertinya Raden sangat takut dengannya," gumam Stevani menatap cermin sembari merapikan penampilannya. Sedang Raden bergerak begitu cepat sembari menyeka air keringatnya yang terus mengembun sembari mengumpat yang pastinya ditujukan untuk Raja, asistennya. "Ahh bodohnya aku, kenapa aku bisa memiliki asisten sialan seperti Raja!" Raden menyetir dengan kecepatan penuh seperti seorang pembalap yang dikejar hantu sembari terus menatap jam tangannya. "Lihat saja suatu saat nanti aku pasti akan menekanmu dan mengingatkanmu akan posisimu. Dan pada saat itu, aku pastikan kamu akan sujud dan memohon ampun padaku," sambungnya lagi berapi-api. Beberapa saat kemudian, mobil Raden sampai di pekarangan rumah. Raden menatap rumahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 13

    Dengan sigap Raja segera memberi Adelia tisu tanpa menoleh ke arahnya. Yola seperti sedikit curiga dengan jawaban Adelia karena melihat ekspresinya yang canggung. "Jam berapa tadi malam Raden pulang, Del?" tanya Abimanyu menyela. "Hmm, maaf, Pa. Adel gak tau," jawab Adelia hati-hati. "Sudah, biarkan saja. Jangan dibangunkan, nanti kamu pergi sekolah sama Raja," sambung Abimanyu dengan wajah datarnya. "Baik, Pa." "Del, ini uang saku untuk kamu." Yola mengeluarkan uang ratusan ribu dan memberikannya pada Adelia karena tidak yakin jika Raden akan peka terhadap Adelia. "Tidak usah, Ma. Terima kasih. Kak Raden sudah memberikan uang saku pada Adel," jawab Adelia menunjukkan uang yang Raden berikan dan itu berhasil membuat Yola terkejut namun juga senang. "Ahh, anak itu pelit sekali. Ambil aja Del, buat kamu jalan sama teman kamu nanti," ujar Yola memaksa. "Ini sudah sangat cukup, Ma." Adelia menolak. "Apa itu cukup?" "Cukup, Ma. Adel pergi sekarang ya, Ma ... Pa ...." Selesai sar

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 14

    Di dalam kelas. Adelia, Renata dan Putri menertawakan wajah Sisil yang memerah malu tadi saat akan menjebak Adelia. "Itu namamya senjata makan tuan, Del. Hahahhahahaha," Renata tertawa lepas sampai Renata hampir menangis sedang Putri menahan pipinya yang terasa pegal. Saat bel masuk akan berbunyi, Dimas masuk lebih dulu ke dalam kelas untuk mengecek keadaan Adelia karena tadi Dimas mendengar dari seseorang jika Sisil memarahi Adelia. "Wah ... Wah ... Bidadariku makan apa?" Dimas mulai bercanda dan mengeluarkan sisi buayanya saat berada di dekat Adelia. "Halah, basi kamu tuh, Mas. Gaya banget bidadari segala," ujar Putri bercanda. "Ckk, sirik aja nih jomblo dua," sahut Dimas tak mau kalah hingga membuat Adelia terkekeh geli. "Uda, bel uda bunyi tuh. Duduk di tempat kalian masing-masing. Bentar lagi anak-anak bakal masuk," ujar Adelia salah tingkah. "Cieee ada yang salting, baper ya ...." Goda Dimas sembari berlalu duduk di kursinya yang berada tepat di belakang Adelia. Di temp

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 15

    Setelah dipikir-pikir keputusan Yola dan Abimanyu sedikit lebih menguntungkan untuk Raden yang akan lebih bebas kedepannya tanpa pengawasan Raja. Sedangkan Raja menjadi khawatir pada Adelia karena harus hidup berdua satu atap dengan Niko si pria brengsek. Padahal Clara masih sangat polos dan baik. Tapi apa boleh buat, Raja harus sadar dengan status dan tugasnya. Raja tidak boleh melibatkan perasaannya dalam bekerja walaupun mereka menganggap Raja adalah bagian dari keluarga mereka. Di dalam kamar Raden, Adelia menghubungi bundanya sembari menangis. Adelia tidak ingin tinggal berdua bersama dengan Raden karena Adelia masih sangat takut pada Raden. "Bunda, Adel tinggal sama Ayah dan Bunda aja ya. Adel gak mau tinggal berdua sama Tuan Muda. Nanti gimana Adel sekolah sama makannya? Adel kan gak bisa masak, Bunda." Adelia terus merengek pada Yulia agar Adelia bisa kembali ke rumah Yulia. Tapi Yulia berusaha menguatkan putri tunggalnya agar mau pindah ke rumah baru mereka besok.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 16

    Hari ini selama jam pelajaran sekolah Adelia terus murung dan tidak banyak bicara, tidak seperti biasanya. Bahkan Adelia diam saja saat Sisil berulah padanya hingga Sisil menyerah karena tidak mendapat respon. Perasaan kesal Adelia semakin bertambah setelah guru menegurnya akibat tidak mengerjakan tugas rumah dan ini kali pertama Adelia mendapat teguran akibat hal tersebut. Suasana kelas menjadi agak sepi dan juga mendung. Tidak ada orang yang berani berbicara pada si primadona satu ini lebih dulu jika ekspresi Adelia sudah seperti itu. Bahkan Dimas yang biasa menggoda Adelia pun tidak berani berbicara padanya saat mata Adelia menatap tak suka kepadanya. Semua teman sekelas Adelia hari ini mendadak menjadi detektif untuk menyelidiki hilangnya matahari yang biasa memancar dari wajah cantik gadis ceria itu. Mereka penasaran, curiga namun juga khawatir. Bukan tanpa sebab, bahkan jika Adelia marah, mereka masih terbiasa melihatnya menunjukkan ekspresi seperti itu. Bahkan banyak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 17

    Abimanyu menghubungi Yola dan melaporkan jika rumah baru Niko dan Clara sudah siap. Setelah mendengar laporan dari Abimanyu, mereka berempat segera bersiap-siap untuk berangkat ke sana. Disepanjang perjalanan, Clara dilanda kekhawatiran dan juga gugup. Ini kali pertama untuk Clara tinggal tanpa pengawasan orang tua, apalagi tinggal bersama pria seperti Niko. Kenapa harus Niko? Bukankah akan lebih baik jika itu adalah Raja? Clara menghela napas untuk mengontrol diri agar tetap stabil dan normal. Bukan hanya Clara, sebenarnya ini juga cukup sulit untuk orang tua Clara ataupun Niko. Tapi mereka harus melakukan ini agar Niko bisa berkembang menjadi lebih dewasa dalam bersikap ataupun berpikir. Jarak dari rumah Yola ke perumahan yang akan Clara dan Niko tempati hanya membutuhkan waktu 40-50 menit perjalanan tanpa macet. Dan itu adalah jarak tempu waktu tercepat untuk tinggal di kota Jakarta yang selalu macat. Tidak sulit untuk mencari lokasi perumahan yang cukup elit ini di kota Jak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07

Bab terbaru

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Final Ending

    Raja mulai menikmati waktunya saat ini bersama Kania dengan saling menyalurkan hasrat yang sempat tertahan sebelumnya.Tanpa melepas panggutannya Raja mulai membuka kancing baju Kania satu persatu. Kania yang kaget hanya tersentak sejenak dan melepaskan panggutan mereka namun kembali menyesap menikmati manisnya bibir Raja sembari memejamkan mata.Selesai dengan pemanasan singkat, Raja membawa Kania masuk ke dalam kamar dengan menggendongnya dari arah depan sedang Kania menyilangkan kakinya di punggung Raja untuk melanjutkan aktivitas halalnya.Raja membaringkan tubuh Kania dengan lembut ke atas ranjang dan mulai mengungkung Kania.Kania mulai bergetar geli saat bibir Raja berjalan dari dagunya ke leher lalu berhenti di atas gunung kembar milik Kania dan Raja bisa merasakan getaran tak biasa itu.Kania memejamkan mata sembari mwnggigit bibir bawahnya menikmati setiap sentuhan yang Raja berikan padanya.Tubuh Kania kini menggelinjang tegang dengan dada membusung saat tangan Raja dengan

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Ending H-1

    "Yasudah, kamu tunggu disini. Aku akan segera kembali membawa makanan dan juga pakaian untukmu." Raja segera berlalu setelah memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan Kania sendirian di dalam kamar hanya dengan handuk."Oke," singkat Kania membenarkan posisi handuknya.Kania tidak tahu harus memanggil Raja dengan sebutan apa sekarang karena sebelumnya Raja memarahinya karena masih menggunakan panggilan secara formal pada Raja.Sembari menunggu Raja datang, Kania keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan handuk untuk melihat-lihat isi rumah yang tidak begitu besar tersebut."Apa yang kamu lakukan?" tanya Raja yang muncul tiba-tiba di belakang Kania dan mengejutkan Kania yang asik melihat-lihat lukisan yang terpajang di sekitar kamar."Ah itu, aku, aku cuman lihat-lihat aja kok." Kania yang kaget pun menjawab sembari tergagap."Ambil, ini pakaianmu. Aku akan menyiapkan makanan." Raja menyerahkan sebuah kantung tas berisi pakaian baru yang baru Raja beli di toko terdekat untuk Kani

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Ending H-2

    Setelah acara doa selesai, Kania dan Raja menandatangi semua berkas dan juga buku nikah mereka yang diurus secara kilat dan express oleh anak buah Raja.Kini Raja dan Kania telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Dan orang tua Kania berarti juga akan menjadi orang tua Raja.Setelah semua acara selesai, Kania dan Raja serta Burhan dan Sulis berpisah karena Raja dengan terang-terangan ini berduaan dengan Kania."Bapak, Ibuk, anak buah Raja nanti akan bawa Bapak dan Ibuk ke rumah Raja yang baru. Di sana belum ada orang, jadi itu kesempatan untuk Bapak dan Ibuk untuk beradaptasi. Saya dan Kania akan berada di sini untuk malam ini dan akan menyusul besok. Oke?" Raja menjelaskan."Baiklah, Nak." Burhan dan Sulis menjawab sembari menahan tawa sedang Kania bersemu merah."Hati-hati ya, Pak, Buk." Kania mencium tangan kedua orang tuanya yang hendak berangkat.Anak buah Raja membawa Burhan dan Sulis ke Jakarta tepatnya di rumah baru Raja yang belum dihuni oleh siapapun.Sedang Raja kembal

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Ending H-3

    "Hmm, kamu sangat polos atau bodoh? Atau, apakah kamu berpura-pura?"Raja menarik kedua tangan Kania ke pinggangnya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir hangat Kania.Kania yang kaget juga takut, memaksa agar Raja melepaskan tangannya.Plakkk!Satu tamparan mendarat ke wajah dingin Raja dari Kania."Maaf!" Kania perlahan berjalan menjauh dan hendak kabur karena takut Raja akan berbuat tak senonoh padanya dan Kania tidak ingin hal itu terjadi."Pergilah, maka aku akan menyiksa keluargamu!" Kania terhenti saat mendengar ancaman Raja yang sangat menakutkan.Rasanya Raja yang saat ini sedang bersama dengan Kania bukanlah Raja yang biasa, Raja yang membuat Kania kagum padanya.Saat ini Kania telah kehilangan perasaan bangga dan takjubnya pada Raja dan berubah menjadi perasaan kesal dan juga takut."Jangan, aku mohon ...." Kania kembali dan memohon di bawah kaki Raja."Itu tergantung bagaimana perlakuanmu terhadapku!""Aku akan menuruti anda, tapi jangan dengan hal ini." Kania memelas de

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Ending H-4

    Raja membawa Kania dan keluarganya ke sebuah tempat. Bukan mereka, tapi hanya Burhan dan Sulis.Raja meminta anak buahnya yang mengikuti mobilnya dari belakang agar membawa Burhan dan Sulis ke sebuah penginapan yang masih berada di sekitar Bandung sedang Raja membawa Kania ke tempat berbeda.Sedang anak buah Pak Darto pergi mendatangi rumah Pak Darto dan memberi kabar jika ada sebuah komplotan yang menyerang mereka dan menculik Kania serta keluarganya.Pak Darto yang murka setelah mendengar laporan anak buahnya mulai mengepalkan tinjunya, mengeraskan rahangnya dan memukuli anak buahnya."Dasar kalian bodoh! Gak becus! Cari sampai ketemu siapa orang yang berani membawa calon istriku! Siapa yang berani menantangku?" Pak Darto mengamuk dan menghancurkan barang-barang di rumahnya dan membuat kedua istrinya ketakutan.Pak Darto segera berganti pakaian untuk mendatangi rumah Kania dan mencari tahu apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu."Pasti pria sombong itu yang membawa calon istr

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Ending H-5

    Clara menoleh ke arah terakhir kali Clara melihat Ameera dan Steve bermain. Clara kebingungan dan mulai berjalan mendekati ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki.Seketika kepanikan Clara menyerang saat tidak dapat menemukan Ameera dan Steve di sekitar odong-odong ataupun mereka.Clara berbalik dengan wajah paniknya dan membuat Niko juga panik."Sayang, anak-anak gak ada. Tadi mereka di sini." Clara menarik tangan Niko ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki."Maksud kamu gak ada gimana, Sayang?" Niko bergegas menyisir pandangan untuk mencari Ameera dan Steve."Sayang, dimana mereka?""Ayo coba kita cari. Tenang, Sayang. Tolong tenang, jangan panik." Niko berusaha menemangkan Clara walau dirinya juga sebenarnya panik.Di sini, Niko dan Clara panik karena kehilangan Ameera dan Niko sedang di tempat lain, Raja sibuk dengan masalah Kania.Dari kejauhan Raja memantau Pak Darto dan anak buahnya mendatangi rumah Kania dengan membawa beberapa gaun dan juga perhiasa

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 100

    Raja bingung mendengar Pak Darto yang sejak tadi terus memanggil Kania calon istrinya dan menatap Pak Darto dengan tajam."Kania? Apa kamu pulang kampung hanya untuk menikahi pria tua beristri ini?" Raja dengan santai menunjuk ke wajah Pak Darto dengan tangannya."Apa karena hutang itu? Kalau gitu katakan berapa hutang mereka, saya akan membayarnya!" "Tadinya saya kira anda pegawai bank, ternyata tidak. Ckk, kalau gitu anda siapa?" Pak Darto menuding Raja dengan jarinya."Ckk, hahahahh." Raja tertawa setelah melepar ke arah Pak Darto sebuah cek kosong dan menghinanya.Pak Darto sangat tersinggung dan marah saat Raja menghinanya namun Pak Darto semakin murka saat melihat kedua istrinya berjongkok dan hendak berebut cek yang Raja lemparkan."Berdiri! Hentikan! Kemarikan cek itu!" Pak Darto merampas ceknya dari salah satu istrinya dan merobeknya."Terserah saja, yang penting berarti hutang mereka lunas, 'kan?" Raja berjalan maju dan menarik kerah baju Pak Darto."Beraninya anda, orang a

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 99

    Raja sudah berada di rumah Kania dan bertemu dengan orang tua dan adik perempuan Kania sedang Kania sedang pergi ke pasar terdekat.Keluarga Kania menyambut Raja dengan baik setelah Raja memperkenalkan diri sebagai bos Kania dan tujuan Raja datang ke rumah Kania tidak lain adalah ingin membantu membiayai pengobatan ayah Kania, Burhan.Kania yang baru pulang dari pasar bersama ibunya, Sulis merasa terkejut melihat mobil yang seperti Kania kenali berada di halaman rumahnya.Namun Kania mencoba tetap berpikir positive tentang hal itu dan bersikap biasa saja di hadapan ibunya."Mobil siapa ini ya, Nia?" Sulis bertanya pada Kania walau tidak menuntut Kania untuk menjawab."Kania gak tau, Buk. Yuk kita masuk dulu," ujar Kania santai.Mata Kania melotot kaget saat dirinya baru saja masuk ke dalam rumah dan melihat Raja di sana sedang mengobrol dengan ayahnya yang sedang sakit.Perasaan bingung, malu dan juga sedih bersatu dalam benak Kania. Tapi sebisa mungkin Kania harus mengatur perasaanny

  • Tarik Ulur Cinta sang CEO   Bab 98

    Di tempat lain, Raja masih belum tidur sampai dini hari karena sibuk dengan laptopnya. Steve tidur dengan cepat tadi saat Raja memberinya susu hangat dan menidurkannya di ranjang kamarnya."Aku menemukanmu, Kania." Raja bermonolog dengan suara pelan saat layar laptopnya menunjukkan posisi Kania berada."Dia tidak menelpon aku ataupun Steve, apa dia merencanakan sesuatu?" Pikir Raja sembari mengusap wajah lelahnya."Aku akan mencoba mencari tau soal ini besok. Steve sudah nyaman dengan wanita ini, akan sulit bagi Steve untuk beradaptasi dengan pengasuh baru jika Kania tidak kembali dalam waktu dekat." Raja bermonolog lagi namun kali ini sembari menatap Steve yang tengah terlelap."Steve butuh Kania. Bukan aku yang butuh," ujar Steve lagi yang masih tidak ingin mengakui perasaannya.Setelah selesai dengan tugasnya, Raja membaringkan tubuhnya sejenak di samping Steve dan mengistirahatkan matanya yang terasa kering dan lelah karena harus bekerja sejak pagi.Pagi hari.Setelah Steve bangun

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status