Raja menunggu Adelia turun ke meja makan, tapi gadis itu masih tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sedangkan Yola, Abimanyu dan Raja sudah berkumpul untuk makan malam.
"Dimana Raden dan Adelia?" Tanya Abimanyu yang mulai tidak sabar sembari melihat jam tangannya. "Raja, apa kamu sudah memanggil mereka?" Tanya Yola yang juga sudah lapar. "Maaf, Tuan ... Nyonya ... Tuan Muda sedang keluar dan Nona Muda, saya sudah memanggilnya tadi. Tapi saya juga tidak tau kenapa Nona belum turun juga. Saya akan panggil lagi," ujar Raja kesal. "Hmm!" Gumam Abimanyu. Dengan sangat terpaksa, Raja kembali ke kamar Adelia dan mengetuk pintu kamar Adelia dengan sedikit kuat. Mendengar suara berisik yang mengganggu waktu belajarnya, Adelia langsung membuka pintu kamarnya dengan wajah masam. "Ada apa?" Adelia bertanya dengan nada ketus untuk pertama kali. "Ayo pergi ke meja makan sekarang. Semua orang menunggu anda. Mereka tidak bisa makan karena harus menunggu anda." Dengan tegas Raja membuat Adelia terdiam. "Ah, maaf untuk itu. Saya kira kalian sudah mulai makan. Saya sedang banyak tugas yang sulit untuk dikerjakan. Jadi saya rasa, saya akan makan malam setelah tugas saya selesai," jawab Adelia malu dan merasa bersalah. "Tidak ada alasan. Setelah anda membuat kami kelaparan, sekarang anda juga tidak ingin pergi?" Sinis Raja menahan amarah yang mulai menyeruak. Adelia sangat takut melihat sosok Raja yang seperti ini. Adelia menundukkan kepalanya dan membuat Raja berubah menjadi kasihan padanya. Raja mempersilahkan Adelia jalan lebih dulu di depan Raja. "Adel, kamu kok lama banget sih keluarnya? Kita uda lama loh nunggu kamu. Ayo duduk," ujar Yola yang sebenarnya juga kesal. Mereka memang terbiasa hidup disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam saat apapun dan yang bertugas mengontrol mereka adalah Raja. "Maaf, Ma ... Pa ...." Adelia duduk di hadapan Yola dan pada saat itu Raja meminta para pelayan untuk mulai menghidangkan makan malam untuk mereka. Abimanyu agak sedikit pendiam, dan lebih suka langsung melakukan pekerjaannya jadi wajar saja jika Abimanyu tidak memiliki banyak dialog. Dan hal itu yang membuat semua orang segan padanya. Setelah acara makan malam bersama, seperti biasa mereka akan mulai berbincang santai. Entah itu mengenai bisnis atau hal lain. "Apa kamu punya kesulitan selama berada di sini, Adel?" Tanya Abimanyu tanpa menoleh. "Tidak, Pa. Tidak ada," jawab Adelia terbatah-batah. "Hmm, bagus. Katakan apa yang kamu butuhkan pada kami. Kami akan segera mengurusnya. Bagaimana dengan Raden? Apa dia pernah mengancam atau memarahimu?" Sambung Abimanyu bertanya sedang Yola masih menikmati pudingnya. "Tidak, Pa. Baik, terima kasih." Rasanya jantung Adelia seakan ingin copot saat Abimanyu bertanya atau lebih tepatnya mengintrogasinya. "Lalu, apa yang tadi sedang kamu kerjakan sampai kamu terlambat turun, Del?" Tanya Yola dengan nada santai agar suasana tidak bertambah canggung. "Adel tadi ngerjain tugas yang cukup sulit, Ma. Jadi Adel pikir, Adel akan menyelesaikan soal itu baru pergi makan malam. Tadi Adel kira yang lain sudah makan malam. Adel tidak tau jika semuanya menunggu. Sekali lagi Adel minta maaf, Pa ... Ma ...." "Jangan diulangi lagi ya, Sayang. Kamu harus menghargai waktu orang lain. Tugas sekolah apa yang sulit untuk kamu kerjakan? Apa sudah selesai?" Sambung Yola lagi sembari menyuapi Abimanyu puding yang tadi Yola makan. Sangat romantis! "Hmm, pelajaran ekonomi, Ma. Adel kurang paham mengenai jumlah perhitungan mata uang dunia." "Bagaimana, Pa? Papa tau?" Yola bertanya pada suaminya, tapi Abimanyu hanya menggelengkan kepalanya malas sebagai jawaban. Bukan Abimanyu tidak tau, tapi Abimanyu terlalu malas saat ini dan Abimanyu hanya ingin bermanja pada Yola. "Mama juga tidak paham kalau soal begitu, Del. Mama cuman bisa ngabisin uang Papa soalnya," jawab Yola bercanda tapi tidak ada orang yang tertawa. "Tidak apa-apa, Ma. Nanti Adel akan coba tanya sama teman-teman Adel," ujar Adelia kemudian menegak habis air minumnya. "Kalau begitu, Raja kamu tolong ajarin Adel." Yola memberi perintah pada Raja yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara. "Tapi saya, setelah ini ada ...." Ucapan Raja terhenti saat Yola menegaskan perintahnya. "Adel ambil buku kamu, pergi belajar di ruang tamu sama Raja." "Baik, Ma." Dengan cepat Adelia pergi ke kamarnya dan kembali lagi dengan membawa tas sekolahnya yang baru saja mereka beli karena Yola memaksa Adelia untuk memakainya. Dengan sabar Raja mengajari Adelia hingga Adelia berhasil menyelesaikan tugasnya. Adelia tidak tau sejak kapan mereka mulai dekat dan tidak begitu canggung. Bahkan rasanya Adelia lebih dekat dengan Raja dari pada suaminya. Bukan sebagai pasangan, tetapi sebagai kakak dan adik. Adelia merupakan anak tunggal, jadi Adelia tidak pernah merasakan disayang oleh seorang kakak atau menyayangi seorang adik. "Terima kasih, Tuan." Adelia membereskan bukunya yang berserakan dan menyusunnya ke dalam tas. "Tidak perlu berterima kasih. Anda bisa memanggil saya jika anda butuh sesuatu," ujar Raja yang senang mengajari Adelia. "Terima kasih, bolehkah saya memanggil anda dengan sebutan 'kakak'? Itu pun jika anda tidak keberatan." Adelia mencoba memberanikan diri menatap mata Raja yang selalu membuatnya degdegan. "Boleh, silahkan jika anda bersedia bertanggung jawab jika Tuan dan Nyonya bertanya pada anda," ujar Raja berlalu setelah sebelumnya memberikan Adelia senyum perpisahan. Di tempat lain, tepatnya di salah satu hotel berbintang di Jakarta, Raden dan Stevani masih betah bertempur dalam ruangan yang gelap juga dingin. Mereka saling menyerang untuk memuaskan pasangan mereka saat ini dan sepertinya tidak ada yang ingin mengalah diantara mereka. "Aku pastikan, aku akan menang malam ini." Stevani mengambil alih permainan dan mencoba mendominasi Raden yang menatapnya dengan senyum dan juga menyeringai. "Kita lihat saja, berapa lama kamu akan bertahan," balas singkat Raden menikmati gerakan Stevani dengan nafas memburu. Dugaan Raden benar, Stevani sudah jatuh lemas saat dirinya mulai menyiksa Stevani dengan kenikmatan yang tidak dapat dijelaskan. Sejenak Raden dan Stevani tertidur setelah menghabiskan seluruh tenaga mereka untuk berperang. Namun sepertinya Raja tidak akan membiarkan Raden bersenang-senang terlalu lama. Raja terus menghubungi Raden hingga Raden terpaksa bangun untuk menjawab telepon. "Halo, ada apa sih? Mengganggu saja!" Kesal Raden masih dengan tubuh polosnya dan suara Raden sontak membuat Stevani bangun dan terkejut. "Saya beri anda waktu 10 menit sampai ke rumah atau saya pastikan anda akan kehilangan perusahaan anda." Ancam Raja dari seberang telepon. "Dasar sialan!" Umpat Raja yang langsung menutup panggilannya dan segera memungut pakaiannya serta segera pergi meninggalkan Stevani yang masih menatap Raden dengan wajah kaget."Apa dia benar-benar meninggalkanku seperti ini? Cihh, dasar sialan! Jika bukan karena hartamu aku juga tidak ingin menjadi kekasih bayanganmu yang tak pernah diakui." Stevani memungut pakaiannya dan mengenakannya. "Hmm, aku jadi penasaran siapa itu Adelia. Kenapa sepertinya Raden sangat takut dengannya," gumam Stevani menatap cermin sembari merapikan penampilannya. Sedang Raden bergerak begitu cepat sembari menyeka air keringatnya yang terus mengembun sembari mengumpat yang pastinya ditujukan untuk Raja, asistennya. "Ahh bodohnya aku, kenapa aku bisa memiliki asisten sialan seperti Raja!" Raden menyetir dengan kecepatan penuh seperti seorang pembalap yang dikejar hantu sembari terus menatap jam tangannya. "Lihat saja suatu saat nanti aku pasti akan menekanmu dan mengingatkanmu akan posisimu. Dan pada saat itu, aku pastikan kamu akan sujud dan memohon ampun padaku," sambungnya lagi berapi-api. Beberapa saat kemudian, mobil Raden sampai di pekarangan rumah. Raden menatap rumahnya
Dengan sigap Raja segera memberi Adelia tisu tanpa menoleh ke arahnya. Yola seperti sedikit curiga dengan jawaban Adelia karena melihat ekspresinya yang canggung. "Jam berapa tadi malam Raden pulang, Del?" tanya Abimanyu menyela. "Hmm, maaf, Pa. Adel gak tau," jawab Adelia hati-hati. "Sudah, biarkan saja. Jangan dibangunkan, nanti kamu pergi sekolah sama Raja," sambung Abimanyu dengan wajah datarnya. "Baik, Pa." "Del, ini uang saku untuk kamu." Yola mengeluarkan uang ratusan ribu dan memberikannya pada Adelia karena tidak yakin jika Raden akan peka terhadap Adelia. "Tidak usah, Ma. Terima kasih. Kak Raden sudah memberikan uang saku pada Adel," jawab Adelia menunjukkan uang yang Raden berikan dan itu berhasil membuat Yola terkejut namun juga senang. "Ahh, anak itu pelit sekali. Ambil aja Del, buat kamu jalan sama teman kamu nanti," ujar Yola memaksa. "Ini sudah sangat cukup, Ma." Adelia menolak. "Apa itu cukup?" "Cukup, Ma. Adel pergi sekarang ya, Ma ... Pa ...." Selesai sar
Di dalam kelas. Adelia, Renata dan Putri menertawakan wajah Sisil yang memerah malu tadi saat akan menjebak Adelia. "Itu namamya senjata makan tuan, Del. Hahahhahahaha," Renata tertawa lepas sampai Renata hampir menangis sedang Putri menahan pipinya yang terasa pegal. Saat bel masuk akan berbunyi, Dimas masuk lebih dulu ke dalam kelas untuk mengecek keadaan Adelia karena tadi Dimas mendengar dari seseorang jika Sisil memarahi Adelia. "Wah ... Wah ... Bidadariku makan apa?" Dimas mulai bercanda dan mengeluarkan sisi buayanya saat berada di dekat Adelia. "Halah, basi kamu tuh, Mas. Gaya banget bidadari segala," ujar Putri bercanda. "Ckk, sirik aja nih jomblo dua," sahut Dimas tak mau kalah hingga membuat Adelia terkekeh geli. "Uda, bel uda bunyi tuh. Duduk di tempat kalian masing-masing. Bentar lagi anak-anak bakal masuk," ujar Adelia salah tingkah. "Cieee ada yang salting, baper ya ...." Goda Dimas sembari berlalu duduk di kursinya yang berada tepat di belakang Adelia. Di temp
Setelah dipikir-pikir keputusan Yola dan Abimanyu sedikit lebih menguntungkan untuk Raden yang akan lebih bebas kedepannya tanpa pengawasan Raja. Sedangkan Raja menjadi khawatir pada Adelia karena harus hidup berdua satu atap dengan Niko si pria brengsek. Padahal Clara masih sangat polos dan baik. Tapi apa boleh buat, Raja harus sadar dengan status dan tugasnya. Raja tidak boleh melibatkan perasaannya dalam bekerja walaupun mereka menganggap Raja adalah bagian dari keluarga mereka. Di dalam kamar Raden, Adelia menghubungi bundanya sembari menangis. Adelia tidak ingin tinggal berdua bersama dengan Raden karena Adelia masih sangat takut pada Raden. "Bunda, Adel tinggal sama Ayah dan Bunda aja ya. Adel gak mau tinggal berdua sama Tuan Muda. Nanti gimana Adel sekolah sama makannya? Adel kan gak bisa masak, Bunda." Adelia terus merengek pada Yulia agar Adelia bisa kembali ke rumah Yulia. Tapi Yulia berusaha menguatkan putri tunggalnya agar mau pindah ke rumah baru mereka besok.
Hari ini selama jam pelajaran sekolah Adelia terus murung dan tidak banyak bicara, tidak seperti biasanya. Bahkan Adelia diam saja saat Sisil berulah padanya hingga Sisil menyerah karena tidak mendapat respon. Perasaan kesal Adelia semakin bertambah setelah guru menegurnya akibat tidak mengerjakan tugas rumah dan ini kali pertama Adelia mendapat teguran akibat hal tersebut. Suasana kelas menjadi agak sepi dan juga mendung. Tidak ada orang yang berani berbicara pada si primadona satu ini lebih dulu jika ekspresi Adelia sudah seperti itu. Bahkan Dimas yang biasa menggoda Adelia pun tidak berani berbicara padanya saat mata Adelia menatap tak suka kepadanya. Semua teman sekelas Adelia hari ini mendadak menjadi detektif untuk menyelidiki hilangnya matahari yang biasa memancar dari wajah cantik gadis ceria itu. Mereka penasaran, curiga namun juga khawatir. Bukan tanpa sebab, bahkan jika Adelia marah, mereka masih terbiasa melihatnya menunjukkan ekspresi seperti itu. Bahkan banyak
Abimanyu menghubungi Yola dan melaporkan jika rumah baru Niko dan Clara sudah siap. Setelah mendengar laporan dari Abimanyu, mereka berempat segera bersiap-siap untuk berangkat ke sana. Disepanjang perjalanan, Clara dilanda kekhawatiran dan juga gugup. Ini kali pertama untuk Clara tinggal tanpa pengawasan orang tua, apalagi tinggal bersama pria seperti Niko. Kenapa harus Niko? Bukankah akan lebih baik jika itu adalah Raja? Clara menghela napas untuk mengontrol diri agar tetap stabil dan normal. Bukan hanya Clara, sebenarnya ini juga cukup sulit untuk orang tua Clara ataupun Niko. Tapi mereka harus melakukan ini agar Niko bisa berkembang menjadi lebih dewasa dalam bersikap ataupun berpikir. Jarak dari rumah Yola ke perumahan yang akan Clara dan Niko tempati hanya membutuhkan waktu 40-50 menit perjalanan tanpa macet. Dan itu adalah jarak tempu waktu tercepat untuk tinggal di kota Jakarta yang selalu macat. Tidak sulit untuk mencari lokasi perumahan yang cukup elit ini di kota Jak
Niko menghela napas kesal melihat tingkah polos Clara yang cukup menggemaskan. "Aku bilang bantu aku pindahkan barangku ke kamar sebelah. Kita akan tidur di kemar yang terpisah agar kamu lebih aman. Aku tau kamu takut kan aku melakukan sesuatu padamu?" "Baik," singkat Clara segera berlalu sembari sedikit berlari. Niko yang ternyata masih penasaran melihat ke luar jendela namun tidak dapat menemukan apapun. "Siapa yang dia lihat?" Niko bertanya-tanya sembari berkacak pinggang. Di sisi lain, Raja tidak tau jika Clara dan Niko sudah pindah ke rumah baru mereka. Hal ini sengaja Yola rahasiakan dari Raja, agar Niko tidak punya kesempatan untuk memanfaatkan Raja demi kesenangannya. Malam hari. Di meja makan di rumah Yola hanya ada mereka bertiga. Raja terus melihat ke anak tangga dengan wajah bingung lalu menatap wajah Abimanyu dan Yola secara bergantian. "Kenapa kamu kelihatan begitu bingung, Raja?" tanya Yola yang paham dengan ekspresi wajah bingung Raja. "Kabar baik, Niko dan Cl
"Anak-anak jaman sekarang sudah seperti orang gila saat sudah memegang ponsel." Niko menggerutu kesal tapi Clara tidak mendengarnya hingga semakin membuatnya kesal. Sesuai permintaan Clara, Niko menurunkan Clara di pinggir jalan yang tidak jauh dari sekolahnya. Sepertinya Niko mulai paham kenapa Clara selalu bersikap sembunyi-sembunyi seperti ini. Sebelum turun dari mobil, Niko menahan tangan Clara dan memberinya tugas mulia. "Tunggu, aku suamimu. Maka dari itu kamu harus menghormatiku dan mematuhi perintahku. Sekarang kamu harus cium tanganku saat kamu ingin pergi." Tanpa malu Niko berbicara yang membuat Clara bingung. Cuppp... Clara berlari setelah mencium tangan Niko sedang Niko terdiam terpaku menatap tak percaya ke tangannya dengan wajah memerah. Padahal biasanya Niko sudah melakukan lebih dari ini dengan Stevani, tapi dengan Clara mencium tangannya saja bisa membuat jantung Niko berdegup kencang seakan ingin melompat dari tempatnya. Jangan lebay! Niko segera melajukan mo
Ketiga gadis dan satu pria yang asik bercanda menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari dalam rumah. "Siapa yang datang?" tanya Yulia lagi. "Assalamualaikum, Bunda." serentak teman-teman Clara yang langsung menghampiri Yulia dan mencium punggung tangan Yulia. Yulia sangat dekat dengan ketiga teman Clara ini karena mereka sering mampir ke rumah Clara untuk sekedar bermain atau belajar bersama saat pulang sekolah. "Waalaikumslaam. Ayo silakan masuk," jawab Yulia mempersilahkan Renata, Putri dan Dimas masuk. "Terima kasih, Bun." Seperti biasa, saat rumah mereka kedatangan tamu tanpa pilih kasih Yulia pasti akan menghidangkan mereka kue buatannya dan juga air teh. "Bunda, kue ini sangat enak. Sama seperti biasanya," ujar Putri si tukang makan yang tanpa malu-malu langsung menyerobot wadah kue yang baru saja Yulia letakkan dan membuat Yulia sedikit tertawa senang dengan pujianny
Raja menjadi pusat perhatian di dalam ruang wali kelas Clara setelah sebelumnya harus menjadi korban teriakan dan colekan para wanita baik muda ataupun tua, baik siswa maupun guru. Raja mengatakan alasan kenapa Clara dan Sisil mengambil cuti itu karena mereka sedang dalam masa pemulihan setelah insiden yang menimpa mereka. Raja tidak langsung pergi dari sekolah Clara, namun Raja pergi ke belakang sekolah Clara untuk menunggu seseorang. Siapa yang sedang Raja tunggu dan untuk apa? Ternyata pria misterius yang beberapa waktu lalu ditemui oleh Pak Davit secara diam-diam adalah Raja. Kenapa Raja melakukan hal itu? Apa tujuan Raja sebenarnya? Kembali lagi di awal bahwa alasan Raja menyuruh David, sepupunya mengajar di sekolah Clara adalah untuk mengawasinya karena Raja merasa jika Sisil, teman Clara akan berusaha mencelakainya belum lagi Stevani. Jika Niko mencampakkannya nanti mungk
Niko sedang memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Clara untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi di satu sisi Niko takut jika Clara akan membencinya jika mendengar cerita yang sebenarnya terkait Stevani. Tapi bagaimana pun, cepat atau lambat semuanya juga pasti akan terungkap. Jadi Niko harus mempersiap diri untuk itu dan menaggung semua resikonya. Niko berjanji pada dirinya sendiri jika Niko akan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan melupakan Stevani. Baru saja Niko berjanji akan melupakan Stevani, tapi sepertinya Tuhan sangat ingin menguji Niko. Tepat saat Niko ingin beristirahat, Stevani menelpon Niko dan meminta Niko agar membukakan pintu untuknya karena dirinya sudah berada di depan pintu. Takut ada orang yang melihat Stevani dan salah paham, Niko segera berlari dari kamarnya ke depan pintu masuk rumah dan membuka pintu. "Ada apa?
Niko menelan kasar salivanya mendengar keputusan terbaik oleh Abimanyu. Mungkin dengan begini hidup Niko akan berubah dan akan menjadi dewasa. Sebenarnya Raja tidak cukup puas mendengar keputusan Abimanyu, namun Raja tidak bisa melakukan apapun selain menerima perintah. "Pergi pulang lah ke rumah kamu. Renungkan kesalahanmu dan siapkan dirimu. Mulai besok kamu adalah seorang pegawai baru di kantor Papa." Abimanyu meminta agar Niko pulang. "Sendirian, Pa?" tanya Niko memastikan. "Menurut kamu?" "Iya, Pa." Sesuai perintah Abimanyu sekarang Niko harus kembali ke rumah barunya tanpa Clara. Dengan wajah frustasi, Niko mengendarai mobilnya dengan kecepatan kilat membelah ramainya suasana jalan di kota Jakarta yang bukan lagi ibu kota negara. Rasanya ini sangat menyebalkan untuk Niko. Bagaimana dirinya bisa lalai hingga membuat Clara, istrinya terluka. Dan
Abimanyu mendengar cerita Yola dengan sangat serius dan rahang yang mulai mengeras. Rasanya seperti Abimanyu ingin meledak saat mendengar bahwa kelalaian Niko membuat menantunya celaka dan Niko malah memilih bersama dengan wanita yang sangat ia benci. Abimanyu mengajak Yola untuk menunggu Niko di ruang tamu sembari Abimanyu menelpon Niko. "Halo," "Halo, Pa. Ada apa? Clara ada di rumah gak ya, Pa?" Niko menjawab pada deringan pertama. "Segera pulang ke rumah Papa." Abimanyu langsung menutup panggilan telepon setelah memerintahkan agar Niko segera pulang ke rumah Yola tanpa membiarkan Niko menjawab. Dari nada yang Niko terima, Niko sudah tau pasti Abimanyu sedang marah. Hanya saja Niko tidak tau alasan yang membuat Abimanyu marah. Apakah terjadi sesuatu pada Clara? Atau apakah dirinya bertemu dengan Stevani ketahuan oleh Abimanyu? Jantung Niko berdegup kencang membayangkan apa yang
Clara diantar pulang oleh Raja setelah keluarga Sisil datang untuk menemani Sisil. Clara termenung mengingat perkataan Sisil sebelum keluarganya datang tadi. Dalam kondisi menangis Sisil memeluk Clara dan meminta maaf padanya dan Sisil juga mengucapkan banyak terima kasih pada Clara dan meminta agar Clara tidak membencinya. Perasaan Clara menjadi campur aduk saat ini. Raja terus menyetir sembari memerhatikan Clara yang hanya diam dan menatap kosong keluar jendela. "Bagaimana lukanya? Apa kamu yakin tidak ingin dirawat di rumah sakit aja?" Raja memulai percakapan. "Tidak, terima kasih. Aku akan lebih sakit jika berada di rumah sakit," jawab Clara tanpa menoleh. "Kak, terima kasih untuk hari ini dan juga maaf karena telah membuatmu terluka." Mata Clara berkaca-kaca saat Clara mengucapkan banyak terima kasih pada Raja dan menangis karena merasa sakit hati saat penggilan teleponnya di tolak oleh Niko.
Clara dengan buru-buru mencari nomor seseorang yang berada di kontaknya dan menghubunginya namun seseorang yang ternyata dia adalah Niko tidak menjawab ponselnya karena sedang pergi ke toilet dan meletakkan ponselnya di atas meja yang telah ia pesan bersama Stevani di salah satu restauran. Melihat ponsel Niko berdering, Stevani hanya melihat nama Clara sekilas lalu menolak panggilan tersebut sebelum Niko kembali. Sedang di sisi lain, Clara yang sudah mulai panik dengan kondisi Sisil memencet nomor Raja berharap Raja akan langsung menjawab teleponnya dan membantunya. Tuttttt .... Pada deringan pertama Raja menjawab telepon Clara dan menjadi panik setelah mendengar suara Clara. "Halo, Kak. Tolong aku!" "Halo, kamu kenapa? Dimana? Share lokasi sekarang!" Clara menutup panggilannya dan mengirimkan posisi dirinya saat ini pada Raja agar bisa
Pak David mengehela napas panjang melihat kelakuan murit barunya yang genit. "Sudah, cukup! Sekarang kalian bertiga ambil posisi push up." Clara, Renata dan Putri telah siap dengan posisi mereka dan para penonton mulai teriak tidak terima jika Clara harus mendapatkan hukuman itu karena tau lemah secara fisik. "Maaf, Pak. Boleh kah saya saja yang menggantikan hukuman untuk Clara?" Dimas maju menawarkan diri lebih dulu karena tidak terima jika guru tampan mereka menekan wanita pujaannya. Pak David mengerutkan dahi melirik ke arah Dimas, dan berkacak pinggang. Pak David berjalan ke arah Dimas dengan karismanya dan menepuk pundak Dimas hingga berhasil membuat Dimas tergoyah takut. "Mana yang namanya Clara?" Clara mengangkat tangan saat Pak Dimas melihat ke arah mereka bertiga. "Apa gadis itu pacarmu?" Pak David bertanya mengintimidasi kepada Dimas. "Tidak, Pak."
Sesuai dengan yang telah disepakati hari ini Niko dan Clara akan tetap tidur di kamar yang berbeda. Tapi bukan Niko namanya jika tidak bertindak curang dan licik. Malam hari saat Clara sudah tidur, diam-diam Niko menyelinap masuk ke dalam kamar Clara seperti seorang pencuri. Niko tersenyum senang saat berhasil masuk tanpa harus memikirkan dan melakukan banyak cara tipuan. Niko melihat Clara yang tertidur dengan nyenyak dan mulai berjalan mendekatinya. Dengan sangat lembut dan perlahan Niko mulai merebahkan tubuhnya tepat di samping Clara. Niko mulai memeluk Clara masuk ke dalam pelukannya namun gerakan Niko ini mengganggu tidur Clara dan membuatnya terbangun. Clara melirik Niko sekilas dan kemudian mengabaikannya. Niko melanjutkan aksinya dengan mulai mengusap paha Clara dan terkejut saat tangan Niko menyentuh benda aneh yang sedikit tebal menutupi jalan masuk lembah idaman Niko.