Hari ini selama jam pelajaran sekolah Adelia terus murung dan tidak banyak bicara, tidak seperti biasanya. Bahkan Adelia diam saja saat Sisil berulah padanya hingga Sisil menyerah karena tidak mendapat respon. Perasaan kesal Adelia semakin bertambah setelah guru menegurnya akibat tidak mengerjakan tugas rumah dan ini kali pertama Adelia mendapat teguran akibat hal tersebut. Suasana kelas menjadi agak sepi dan juga mendung. Tidak ada orang yang berani berbicara pada si primadona satu ini lebih dulu jika ekspresi Adelia sudah seperti itu. Bahkan Dimas yang biasa menggoda Adelia pun tidak berani berbicara padanya saat mata Adelia menatap tak suka kepadanya. Semua teman sekelas Adelia hari ini mendadak menjadi detektif untuk menyelidiki hilangnya matahari yang biasa memancar dari wajah cantik gadis ceria itu. Mereka penasaran, curiga namun juga khawatir. Bukan tanpa sebab, bahkan jika Adelia marah, mereka masih terbiasa melihatnya menunjukkan ekspresi seperti itu. Bahkan banyak
Abimanyu menghubungi Yola dan melaporkan jika rumah baru Niko dan Clara sudah siap. Setelah mendengar laporan dari Abimanyu, mereka berempat segera bersiap-siap untuk berangkat ke sana. Disepanjang perjalanan, Clara dilanda kekhawatiran dan juga gugup. Ini kali pertama untuk Clara tinggal tanpa pengawasan orang tua, apalagi tinggal bersama pria seperti Niko. Kenapa harus Niko? Bukankah akan lebih baik jika itu adalah Raja? Clara menghela napas untuk mengontrol diri agar tetap stabil dan normal. Bukan hanya Clara, sebenarnya ini juga cukup sulit untuk orang tua Clara ataupun Niko. Tapi mereka harus melakukan ini agar Niko bisa berkembang menjadi lebih dewasa dalam bersikap ataupun berpikir. Jarak dari rumah Yola ke perumahan yang akan Clara dan Niko tempati hanya membutuhkan waktu 40-50 menit perjalanan tanpa macet. Dan itu adalah jarak tempu waktu tercepat untuk tinggal di kota Jakarta yang selalu macat. Tidak sulit untuk mencari lokasi perumahan yang cukup elit ini di kota Jak
Niko menghela napas kesal melihat tingkah polos Clara yang cukup menggemaskan. "Aku bilang bantu aku pindahkan barangku ke kamar sebelah. Kita akan tidur di kemar yang terpisah agar kamu lebih aman. Aku tau kamu takut kan aku melakukan sesuatu padamu?" "Baik," singkat Clara segera berlalu sembari sedikit berlari. Niko yang ternyata masih penasaran melihat ke luar jendela namun tidak dapat menemukan apapun. "Siapa yang dia lihat?" Niko bertanya-tanya sembari berkacak pinggang. Di sisi lain, Raja tidak tau jika Clara dan Niko sudah pindah ke rumah baru mereka. Hal ini sengaja Yola rahasiakan dari Raja, agar Niko tidak punya kesempatan untuk memanfaatkan Raja demi kesenangannya. Malam hari. Di meja makan di rumah Yola hanya ada mereka bertiga. Raja terus melihat ke anak tangga dengan wajah bingung lalu menatap wajah Abimanyu dan Yola secara bergantian. "Kenapa kamu kelihatan begitu bingung, Raja?" tanya Yola yang paham dengan ekspresi wajah bingung Raja. "Kabar baik, Niko dan Cl
"Anak-anak jaman sekarang sudah seperti orang gila saat sudah memegang ponsel." Niko menggerutu kesal tapi Clara tidak mendengarnya hingga semakin membuatnya kesal. Sesuai permintaan Clara, Niko menurunkan Clara di pinggir jalan yang tidak jauh dari sekolahnya. Sepertinya Niko mulai paham kenapa Clara selalu bersikap sembunyi-sembunyi seperti ini. Sebelum turun dari mobil, Niko menahan tangan Clara dan memberinya tugas mulia. "Tunggu, aku suamimu. Maka dari itu kamu harus menghormatiku dan mematuhi perintahku. Sekarang kamu harus cium tanganku saat kamu ingin pergi." Tanpa malu Niko berbicara yang membuat Clara bingung. Cuppp... Clara berlari setelah mencium tangan Niko sedang Niko terdiam terpaku menatap tak percaya ke tangannya dengan wajah memerah. Padahal biasanya Niko sudah melakukan lebih dari ini dengan Stevani, tapi dengan Clara mencium tangannya saja bisa membuat jantung Niko berdegup kencang seakan ingin melompat dari tempatnya. Jangan lebay! Niko segera melajukan mo
Clara menelpon Raja karena telah pergi Terlalu lama. Namun Raja sengaja tidak menjawabnya karena sudah akan sampai ke kursi yang mereka tempati. Sedang Sisil pulang dengan wajah ketakutan. "Maaf menunggu lama, ayo silahkan makan." Raja terkejut ternyata Clara menunggunya kembali dan sama sekali belum menyentuh makanannya. Sangat sopan dan beretika! Clara tersenyum dan mulai memakan makanannya. Jika ada orang lain yang melihat mereka mungkin akan mengira jika Raja dan Clara berpacaran. Selesai makan, Raja mengantarkan Clara pulang dan kembali ke kantor untuk memanasi Niko. Malam hari. Tidak biasanya Niko belum pulang terlambat seperti ini. Karena Clara menunggu Niko cukup lama, jadi Clara memutuskan untuk makan malam seorang diri. Clara juga tidak ingin mengganggunya dengan menelponnya. Lagi pula tadi pagi, Niko mengatakan jika dirinya mungkin akan pulang larut malam atau tidak pu
Niko menelpon Raja dan memaki habisnya tanpa membiarkan Raja memberikan alasannya."Hei, dasar sialan! Beraninya kau membawa istriku pergi tanpa ijin dariku dan membohonginya!""Bukan kah tadi pagi anda sudah mengatakan jika saya membiarkan anda berhubungan dengan model majalah dewasa itu, anda akan memberikan gadis manis itu pada saya?" jawab Raja dengan tenang seakan tau jika hal ini pasti akan terjadi."Benar, tapi harusnya kamu memberitahuku dasar sialan! Bagaimana jika saat kamu membawanya pergi, orang tuaku datang?""Aku menginginkannya. Jadi anda mau apa?" Niko semakin menggila saat Raja dengan terus terang mengatakan menginginkan istrinya."Lagi pula dia masih virgin, 'kan? Itu bonus yang cocok untukku," ujar Niko memanas-manasi Niko."Enak saja! Aku tidak akan memberikannya padamu!""Lalu saya akan melaporkan hal ini pada Tuan dan Nyonya. Bagaimana?"Pranggg!Niko melemparkan ponselnya hingga membuat ponselnya hancur tak berbentuk."Ahhhh, dasar sialan! Aku tidak akan melepa
Niko mengantarkan Stevani ke depan pintu dan memberikannya kecupan sebagai tanda perpisahan. Setelah mobil Stevani menghilang dari pandangan, Niko segera pergi ke kamar Clara untuk melakukan sesuatu. Tok ... Tok ... Tok ... "Clara, buka pintu sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ujar Niko sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Clara. Clara membuka sedikit pintu kamarnya dan mengeluarkan sedikit kepalanya untuk mengintip dan tetap masih menahan pintu agar tidak terbuka. "Ada apa?" Clara bertanya tanpa ingin keluar. "Kamu lupa atas kewajibanmu ya? Kamu tadi tidak menyiapkan sarapan." Niko beralasan. "Lalu? Bukan kah anda bisa beli sarapan sendiri?" "Hei, kamu itu istriku. Bersikap yang sopan." "Oh ya, kata apa yang anda pikir aku mengatakannya secara tidak sopan?" "Kalau tidak ada hal lain, jangan ganggu aku. Aku mau belajar," ujar Clara menu
Niko membuka dasi dan pakaiannya hingga menyisahkan satu wadah untuk menjaga senjatanya. Pakaian Niko dan Clara terlihat berceceran tanpa bentuk di atas lantai. Tapi siapa yang perduli? Sedang pemilik pakaian tersebut sedang sibuk dengan urusannya yang sangat mendesak. Niko masuk ke dalam selimut dan mengungkung Clara serta menguncinya. Clara sudah terlihat tidak bergerak, mungkin dia tertidur setelah Niko memberi jeda untuk melepas pakaian mereka. Niko tidak perduli. Niko mengecup dahi, hidung, pipi dan mendarat di bibir mungil, kenyal, hangat dan manis Clara. Niko sangat menikmati lahabannya yang sangat menggoda ini hingga membuat bibir Clara memerah dan sedikit bengkak. Clara yang merasa risih dan tidak nyaman saat Niko mengganggu tidurnya segera membuka mata dan mendorong dada polos Niko dan berusaha menjauhkannya. Percuma saja, tenaga Clara tidak sebanding dengan Niko. Sebesar apapun Clara
Ketiga gadis dan satu pria yang asik bercanda menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari dalam rumah. "Siapa yang datang?" tanya Yulia lagi. "Assalamualaikum, Bunda." serentak teman-teman Clara yang langsung menghampiri Yulia dan mencium punggung tangan Yulia. Yulia sangat dekat dengan ketiga teman Clara ini karena mereka sering mampir ke rumah Clara untuk sekedar bermain atau belajar bersama saat pulang sekolah. "Waalaikumslaam. Ayo silakan masuk," jawab Yulia mempersilahkan Renata, Putri dan Dimas masuk. "Terima kasih, Bun." Seperti biasa, saat rumah mereka kedatangan tamu tanpa pilih kasih Yulia pasti akan menghidangkan mereka kue buatannya dan juga air teh. "Bunda, kue ini sangat enak. Sama seperti biasanya," ujar Putri si tukang makan yang tanpa malu-malu langsung menyerobot wadah kue yang baru saja Yulia letakkan dan membuat Yulia sedikit tertawa senang dengan pujianny
Raja menjadi pusat perhatian di dalam ruang wali kelas Clara setelah sebelumnya harus menjadi korban teriakan dan colekan para wanita baik muda ataupun tua, baik siswa maupun guru. Raja mengatakan alasan kenapa Clara dan Sisil mengambil cuti itu karena mereka sedang dalam masa pemulihan setelah insiden yang menimpa mereka. Raja tidak langsung pergi dari sekolah Clara, namun Raja pergi ke belakang sekolah Clara untuk menunggu seseorang. Siapa yang sedang Raja tunggu dan untuk apa? Ternyata pria misterius yang beberapa waktu lalu ditemui oleh Pak Davit secara diam-diam adalah Raja. Kenapa Raja melakukan hal itu? Apa tujuan Raja sebenarnya? Kembali lagi di awal bahwa alasan Raja menyuruh David, sepupunya mengajar di sekolah Clara adalah untuk mengawasinya karena Raja merasa jika Sisil, teman Clara akan berusaha mencelakainya belum lagi Stevani. Jika Niko mencampakkannya nanti mungk
Niko sedang memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Clara untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi di satu sisi Niko takut jika Clara akan membencinya jika mendengar cerita yang sebenarnya terkait Stevani. Tapi bagaimana pun, cepat atau lambat semuanya juga pasti akan terungkap. Jadi Niko harus mempersiap diri untuk itu dan menaggung semua resikonya. Niko berjanji pada dirinya sendiri jika Niko akan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan melupakan Stevani. Baru saja Niko berjanji akan melupakan Stevani, tapi sepertinya Tuhan sangat ingin menguji Niko. Tepat saat Niko ingin beristirahat, Stevani menelpon Niko dan meminta Niko agar membukakan pintu untuknya karena dirinya sudah berada di depan pintu. Takut ada orang yang melihat Stevani dan salah paham, Niko segera berlari dari kamarnya ke depan pintu masuk rumah dan membuka pintu. "Ada apa?
Niko menelan kasar salivanya mendengar keputusan terbaik oleh Abimanyu. Mungkin dengan begini hidup Niko akan berubah dan akan menjadi dewasa. Sebenarnya Raja tidak cukup puas mendengar keputusan Abimanyu, namun Raja tidak bisa melakukan apapun selain menerima perintah. "Pergi pulang lah ke rumah kamu. Renungkan kesalahanmu dan siapkan dirimu. Mulai besok kamu adalah seorang pegawai baru di kantor Papa." Abimanyu meminta agar Niko pulang. "Sendirian, Pa?" tanya Niko memastikan. "Menurut kamu?" "Iya, Pa." Sesuai perintah Abimanyu sekarang Niko harus kembali ke rumah barunya tanpa Clara. Dengan wajah frustasi, Niko mengendarai mobilnya dengan kecepatan kilat membelah ramainya suasana jalan di kota Jakarta yang bukan lagi ibu kota negara. Rasanya ini sangat menyebalkan untuk Niko. Bagaimana dirinya bisa lalai hingga membuat Clara, istrinya terluka. Dan
Abimanyu mendengar cerita Yola dengan sangat serius dan rahang yang mulai mengeras. Rasanya seperti Abimanyu ingin meledak saat mendengar bahwa kelalaian Niko membuat menantunya celaka dan Niko malah memilih bersama dengan wanita yang sangat ia benci. Abimanyu mengajak Yola untuk menunggu Niko di ruang tamu sembari Abimanyu menelpon Niko. "Halo," "Halo, Pa. Ada apa? Clara ada di rumah gak ya, Pa?" Niko menjawab pada deringan pertama. "Segera pulang ke rumah Papa." Abimanyu langsung menutup panggilan telepon setelah memerintahkan agar Niko segera pulang ke rumah Yola tanpa membiarkan Niko menjawab. Dari nada yang Niko terima, Niko sudah tau pasti Abimanyu sedang marah. Hanya saja Niko tidak tau alasan yang membuat Abimanyu marah. Apakah terjadi sesuatu pada Clara? Atau apakah dirinya bertemu dengan Stevani ketahuan oleh Abimanyu? Jantung Niko berdegup kencang membayangkan apa yang
Clara diantar pulang oleh Raja setelah keluarga Sisil datang untuk menemani Sisil. Clara termenung mengingat perkataan Sisil sebelum keluarganya datang tadi. Dalam kondisi menangis Sisil memeluk Clara dan meminta maaf padanya dan Sisil juga mengucapkan banyak terima kasih pada Clara dan meminta agar Clara tidak membencinya. Perasaan Clara menjadi campur aduk saat ini. Raja terus menyetir sembari memerhatikan Clara yang hanya diam dan menatap kosong keluar jendela. "Bagaimana lukanya? Apa kamu yakin tidak ingin dirawat di rumah sakit aja?" Raja memulai percakapan. "Tidak, terima kasih. Aku akan lebih sakit jika berada di rumah sakit," jawab Clara tanpa menoleh. "Kak, terima kasih untuk hari ini dan juga maaf karena telah membuatmu terluka." Mata Clara berkaca-kaca saat Clara mengucapkan banyak terima kasih pada Raja dan menangis karena merasa sakit hati saat penggilan teleponnya di tolak oleh Niko.
Clara dengan buru-buru mencari nomor seseorang yang berada di kontaknya dan menghubunginya namun seseorang yang ternyata dia adalah Niko tidak menjawab ponselnya karena sedang pergi ke toilet dan meletakkan ponselnya di atas meja yang telah ia pesan bersama Stevani di salah satu restauran. Melihat ponsel Niko berdering, Stevani hanya melihat nama Clara sekilas lalu menolak panggilan tersebut sebelum Niko kembali. Sedang di sisi lain, Clara yang sudah mulai panik dengan kondisi Sisil memencet nomor Raja berharap Raja akan langsung menjawab teleponnya dan membantunya. Tuttttt .... Pada deringan pertama Raja menjawab telepon Clara dan menjadi panik setelah mendengar suara Clara. "Halo, Kak. Tolong aku!" "Halo, kamu kenapa? Dimana? Share lokasi sekarang!" Clara menutup panggilannya dan mengirimkan posisi dirinya saat ini pada Raja agar bisa
Pak David mengehela napas panjang melihat kelakuan murit barunya yang genit. "Sudah, cukup! Sekarang kalian bertiga ambil posisi push up." Clara, Renata dan Putri telah siap dengan posisi mereka dan para penonton mulai teriak tidak terima jika Clara harus mendapatkan hukuman itu karena tau lemah secara fisik. "Maaf, Pak. Boleh kah saya saja yang menggantikan hukuman untuk Clara?" Dimas maju menawarkan diri lebih dulu karena tidak terima jika guru tampan mereka menekan wanita pujaannya. Pak David mengerutkan dahi melirik ke arah Dimas, dan berkacak pinggang. Pak David berjalan ke arah Dimas dengan karismanya dan menepuk pundak Dimas hingga berhasil membuat Dimas tergoyah takut. "Mana yang namanya Clara?" Clara mengangkat tangan saat Pak Dimas melihat ke arah mereka bertiga. "Apa gadis itu pacarmu?" Pak David bertanya mengintimidasi kepada Dimas. "Tidak, Pak."
Sesuai dengan yang telah disepakati hari ini Niko dan Clara akan tetap tidur di kamar yang berbeda. Tapi bukan Niko namanya jika tidak bertindak curang dan licik. Malam hari saat Clara sudah tidur, diam-diam Niko menyelinap masuk ke dalam kamar Clara seperti seorang pencuri. Niko tersenyum senang saat berhasil masuk tanpa harus memikirkan dan melakukan banyak cara tipuan. Niko melihat Clara yang tertidur dengan nyenyak dan mulai berjalan mendekatinya. Dengan sangat lembut dan perlahan Niko mulai merebahkan tubuhnya tepat di samping Clara. Niko mulai memeluk Clara masuk ke dalam pelukannya namun gerakan Niko ini mengganggu tidur Clara dan membuatnya terbangun. Clara melirik Niko sekilas dan kemudian mengabaikannya. Niko melanjutkan aksinya dengan mulai mengusap paha Clara dan terkejut saat tangan Niko menyentuh benda aneh yang sedikit tebal menutupi jalan masuk lembah idaman Niko.