Clara menelpon Raja karena telah pergi Terlalu lama. Namun Raja sengaja tidak menjawabnya karena sudah akan sampai ke kursi yang mereka tempati. Sedang Sisil pulang dengan wajah ketakutan.
"Maaf menunggu lama, ayo silahkan makan." Raja terkejut ternyata Clara menunggunya kembali dan sama sekali belum menyentuh makanannya. Sangat sopan dan beretika! Clara tersenyum dan mulai memakan makanannya. Jika ada orang lain yang melihat mereka mungkin akan mengira jika Raja dan Clara berpacaran. Selesai makan, Raja mengantarkan Clara pulang dan kembali ke kantor untuk memanasi Niko. Malam hari. Tidak biasanya Niko belum pulang terlambat seperti ini. Karena Clara menunggu Niko cukup lama, jadi Clara memutuskan untuk makan malam seorang diri. Clara juga tidak ingin mengganggunya dengan menelponnya. Lagi pula tadi pagi, Niko mengatakan jika dirinya mungkin akan pulang larut malam atau tidak puNiko menelpon Raja dan memaki habisnya tanpa membiarkan Raja memberikan alasannya."Hei, dasar sialan! Beraninya kau membawa istriku pergi tanpa ijin dariku dan membohonginya!""Bukan kah tadi pagi anda sudah mengatakan jika saya membiarkan anda berhubungan dengan model majalah dewasa itu, anda akan memberikan gadis manis itu pada saya?" jawab Raja dengan tenang seakan tau jika hal ini pasti akan terjadi."Benar, tapi harusnya kamu memberitahuku dasar sialan! Bagaimana jika saat kamu membawanya pergi, orang tuaku datang?""Aku menginginkannya. Jadi anda mau apa?" Niko semakin menggila saat Raja dengan terus terang mengatakan menginginkan istrinya."Lagi pula dia masih virgin, 'kan? Itu bonus yang cocok untukku," ujar Niko memanas-manasi Niko."Enak saja! Aku tidak akan memberikannya padamu!""Lalu saya akan melaporkan hal ini pada Tuan dan Nyonya. Bagaimana?"Pranggg!Niko melemparkan ponselnya hingga membuat ponselnya hancur tak berbentuk."Ahhhh, dasar sialan! Aku tidak akan melepa
Niko mengantarkan Stevani ke depan pintu dan memberikannya kecupan sebagai tanda perpisahan. Setelah mobil Stevani menghilang dari pandangan, Niko segera pergi ke kamar Clara untuk melakukan sesuatu. Tok ... Tok ... Tok ... "Clara, buka pintu sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ujar Niko sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Clara. Clara membuka sedikit pintu kamarnya dan mengeluarkan sedikit kepalanya untuk mengintip dan tetap masih menahan pintu agar tidak terbuka. "Ada apa?" Clara bertanya tanpa ingin keluar. "Kamu lupa atas kewajibanmu ya? Kamu tadi tidak menyiapkan sarapan." Niko beralasan. "Lalu? Bukan kah anda bisa beli sarapan sendiri?" "Hei, kamu itu istriku. Bersikap yang sopan." "Oh ya, kata apa yang anda pikir aku mengatakannya secara tidak sopan?" "Kalau tidak ada hal lain, jangan ganggu aku. Aku mau belajar," ujar Clara menu
Niko membuka dasi dan pakaiannya hingga menyisahkan satu wadah untuk menjaga senjatanya. Pakaian Niko dan Clara terlihat berceceran tanpa bentuk di atas lantai. Tapi siapa yang perduli? Sedang pemilik pakaian tersebut sedang sibuk dengan urusannya yang sangat mendesak. Niko masuk ke dalam selimut dan mengungkung Clara serta menguncinya. Clara sudah terlihat tidak bergerak, mungkin dia tertidur setelah Niko memberi jeda untuk melepas pakaian mereka. Niko tidak perduli. Niko mengecup dahi, hidung, pipi dan mendarat di bibir mungil, kenyal, hangat dan manis Clara. Niko sangat menikmati lahabannya yang sangat menggoda ini hingga membuat bibir Clara memerah dan sedikit bengkak. Clara yang merasa risih dan tidak nyaman saat Niko mengganggu tidurnya segera membuka mata dan mendorong dada polos Niko dan berusaha menjauhkannya. Percuma saja, tenaga Clara tidak sebanding dengan Niko. Sebesar apapun Clara
Niko berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar Clara. Belum ada terdengar tanda-tanda Clara bangun dari tidurnya. Tiba-tiba Niko mengingat jika ponsel Clara berada di kamarnya, setelah dipikir-pikir bisa saja Clara menelpon Yola dan memberitahukannya tentang perbuatan kotor Niko. Sedang di sisi lain, Clara sudah bangun dan sedang merenungkan apa yang sudah terjadi padanya. Tidak sesuai dengan ekspektasi Niko yang mengira Clara akan berteriak histeris dan mengamuk, tapi Clara hanya diam saja menatap kosong ke arah pintu. Marah, sedih dan sakit hati tentu Clara rasakan. Tapi bagaimanapun, Niko tetaplah suaminya dan Niko berhak atasnya. Tapi Niko memperlakukannya dengan sangat kasar dan buruk, itu yang membuat Clara berpikir bahwa dirinya dilecehkan oleh suaminya sendiri. Di sekujur tubuh Clara terasa sakit dan juga perih. Terutama bagian sensitifnya dan juga gunung kembarnya yang masih kecil.
Tanpa menunggu jawaban, Clara berdiri lebih dulu memberikan tangannya untuk Niko sambut agar berdiri juga. Clara membawa Niko duduk di sofa yang hampir menjadi tempat dirinya dilecehkan. Sedang Niko hanya diam saja saat Clara memperlakukannya dengan lembut dan menatap setiap gerak-geriknya. Niko berpikir ternyata cara yang Niko ambil ini salah untuk membuat Clara menurutinya. Niko mulai berpikir bahwa Niko juga harus bersikap lembut pada Clara jika ingin Clara juga bersikap lembut padanya. Walau bagaimana pun Clara masih labil hingga membutuhkan kesabaran ekstra untuk berlaku padanya. Tatapan Niko jadi salah fokus saat melihat cara Clara berjalan yang terlihat seperti pinguin. Dan itu merupakan hiburan ringan untuk Niko. Niko terkekeh melihat cara Clara berjalan dan menyadari jika itu adalah akibat ulahnya tadi malam yang sudah seperti orang kesurupan. Dengan lembut dan perasaan berdebar, Clara
Tak lama kemudian Niko dan Clara sampai di halaman rumah Yola. Tidak ada sambutan karena tidak ada yang tau jika pasangan unik ini akan datang. Niko langsung membawa Clara masuk dengan menggandeng mesra tangan Clara sedang Clara menatap aneh Niko dengan wajah julidnya. "Assalamualaikum, Ma ...." sapa Clara seperti biasa saat akan memasuki rumah. Clara dan Niko terkejut saat melihat kehadiran Raja di tengah-tengah Yola dan Abimanyu. Agaknya Niko cemburu melihat orang tuanya lebih dekat dengan Raja dari pada dirinya. Tapi Niko sudah terbiasa dengan itu, jadi tidak sulit untuk Niko bersikap cuek. Sedang di tengah keterkejutan Clara, Clara senang melihat Raja setelah beberapa hari tidak bertemu. Clara melepaskan genggaman tangan Niko dan berjalan ke arah Abimanyu dan Yola untuk mencium tangan mereka. Clara segera duduk di samping Raja tanpa di suruh, namun 3 orang ini menatap aneh ke
Raja bingung, sebenarnya bagaimana perasaan Raja pada Clara dan sebaliknya. Apa hanya rasa sayang, atau lebih dari itu? Sebagai kakak dan adik, atau sebagai pria dan wanita? Hah, jika dipikirkan lebih dalam ini semakin membuat Raja pusing. "Jika benar Clara hidup bahagia bersama denganmu, aku tidak akan mengusik atau mengganggu kalian, tapi jika kamu berani menyakitinya jangan salahkan aku jika aku akan merebutnya darimu nanti!" gumam Raja dalam hati. Sedang di tempat berbeda, tiba-tiba saja hidung Niko terasa gatal dan terus bersin. "Hachhi! Sialan, siapa yang sedang memakiku?" Niko menggerutu karena berpikir ada orang yang sedang memakinya. Beberapa saat kemudian Niko dan Clara sampai di halaman rumah Yulia dan Adnan tepat pukul 15.00 WIB. Pada saat seperti itu biasanya banyak anak-anak akan datang berkumpul ke rumah Yulia untuk belajar mengaji. Jadi tidak heran saat mereka sampai, rumah Yuli
Niko dan Clara mengambil kue yang telah Yulia sajikan dan mulai memakannya. Clara sudah sering memakan kue buatan bundanya dan Clara selalu menyukai rasa khas yang selalu bundanya buat. Sedang Niko masih mencoba menyesuaikan rasa manis di lidahnya karena sejujurnya Niko tidak suka makanan manis. Yulia merasa aneh melihat Niko terus berdiri sedang Clara duduk dengan nyaman di atas ranjang tanpa mengucapkan apapun. "Niko kenapa berdiri, duduk saja di samping Clara," ujar Yulia akhirnya menyadari hal yang ingin Niko tunjukkan. Clara terdiam tanpa bisa menyela ucapan Yulia dan ini kesempatan bagus untuk Niko untuk membuat Clara menurut dengannya. "Eh, Bunda katanya Kak Niko mau pulang, makanya berdiri." Clara beralasan. "Benar Niko?" Yulia memastikan. Clara memberi kode pada Niko agar Niko setuju dan pergi, tapi Niko malah melakukan hal sebaliknya. "Enggak kok, Bunda. Sebenarnya kita
Raja mulai menikmati waktunya saat ini bersama Kania dengan saling menyalurkan hasrat yang sempat tertahan sebelumnya.Tanpa melepas panggutannya Raja mulai membuka kancing baju Kania satu persatu. Kania yang kaget hanya tersentak sejenak dan melepaskan panggutan mereka namun kembali menyesap menikmati manisnya bibir Raja sembari memejamkan mata.Selesai dengan pemanasan singkat, Raja membawa Kania masuk ke dalam kamar dengan menggendongnya dari arah depan sedang Kania menyilangkan kakinya di punggung Raja untuk melanjutkan aktivitas halalnya.Raja membaringkan tubuh Kania dengan lembut ke atas ranjang dan mulai mengungkung Kania.Kania mulai bergetar geli saat bibir Raja berjalan dari dagunya ke leher lalu berhenti di atas gunung kembar milik Kania dan Raja bisa merasakan getaran tak biasa itu.Kania memejamkan mata sembari mwnggigit bibir bawahnya menikmati setiap sentuhan yang Raja berikan padanya.Tubuh Kania kini menggelinjang tegang dengan dada membusung saat tangan Raja dengan
"Yasudah, kamu tunggu disini. Aku akan segera kembali membawa makanan dan juga pakaian untukmu." Raja segera berlalu setelah memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan Kania sendirian di dalam kamar hanya dengan handuk."Oke," singkat Kania membenarkan posisi handuknya.Kania tidak tahu harus memanggil Raja dengan sebutan apa sekarang karena sebelumnya Raja memarahinya karena masih menggunakan panggilan secara formal pada Raja.Sembari menunggu Raja datang, Kania keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan handuk untuk melihat-lihat isi rumah yang tidak begitu besar tersebut."Apa yang kamu lakukan?" tanya Raja yang muncul tiba-tiba di belakang Kania dan mengejutkan Kania yang asik melihat-lihat lukisan yang terpajang di sekitar kamar."Ah itu, aku, aku cuman lihat-lihat aja kok." Kania yang kaget pun menjawab sembari tergagap."Ambil, ini pakaianmu. Aku akan menyiapkan makanan." Raja menyerahkan sebuah kantung tas berisi pakaian baru yang baru Raja beli di toko terdekat untuk Kani
Setelah acara doa selesai, Kania dan Raja menandatangi semua berkas dan juga buku nikah mereka yang diurus secara kilat dan express oleh anak buah Raja.Kini Raja dan Kania telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Dan orang tua Kania berarti juga akan menjadi orang tua Raja.Setelah semua acara selesai, Kania dan Raja serta Burhan dan Sulis berpisah karena Raja dengan terang-terangan ini berduaan dengan Kania."Bapak, Ibuk, anak buah Raja nanti akan bawa Bapak dan Ibuk ke rumah Raja yang baru. Di sana belum ada orang, jadi itu kesempatan untuk Bapak dan Ibuk untuk beradaptasi. Saya dan Kania akan berada di sini untuk malam ini dan akan menyusul besok. Oke?" Raja menjelaskan."Baiklah, Nak." Burhan dan Sulis menjawab sembari menahan tawa sedang Kania bersemu merah."Hati-hati ya, Pak, Buk." Kania mencium tangan kedua orang tuanya yang hendak berangkat.Anak buah Raja membawa Burhan dan Sulis ke Jakarta tepatnya di rumah baru Raja yang belum dihuni oleh siapapun.Sedang Raja kembal
"Hmm, kamu sangat polos atau bodoh? Atau, apakah kamu berpura-pura?"Raja menarik kedua tangan Kania ke pinggangnya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir hangat Kania.Kania yang kaget juga takut, memaksa agar Raja melepaskan tangannya.Plakkk!Satu tamparan mendarat ke wajah dingin Raja dari Kania."Maaf!" Kania perlahan berjalan menjauh dan hendak kabur karena takut Raja akan berbuat tak senonoh padanya dan Kania tidak ingin hal itu terjadi."Pergilah, maka aku akan menyiksa keluargamu!" Kania terhenti saat mendengar ancaman Raja yang sangat menakutkan.Rasanya Raja yang saat ini sedang bersama dengan Kania bukanlah Raja yang biasa, Raja yang membuat Kania kagum padanya.Saat ini Kania telah kehilangan perasaan bangga dan takjubnya pada Raja dan berubah menjadi perasaan kesal dan juga takut."Jangan, aku mohon ...." Kania kembali dan memohon di bawah kaki Raja."Itu tergantung bagaimana perlakuanmu terhadapku!""Aku akan menuruti anda, tapi jangan dengan hal ini." Kania memelas de
Raja membawa Kania dan keluarganya ke sebuah tempat. Bukan mereka, tapi hanya Burhan dan Sulis.Raja meminta anak buahnya yang mengikuti mobilnya dari belakang agar membawa Burhan dan Sulis ke sebuah penginapan yang masih berada di sekitar Bandung sedang Raja membawa Kania ke tempat berbeda.Sedang anak buah Pak Darto pergi mendatangi rumah Pak Darto dan memberi kabar jika ada sebuah komplotan yang menyerang mereka dan menculik Kania serta keluarganya.Pak Darto yang murka setelah mendengar laporan anak buahnya mulai mengepalkan tinjunya, mengeraskan rahangnya dan memukuli anak buahnya."Dasar kalian bodoh! Gak becus! Cari sampai ketemu siapa orang yang berani membawa calon istriku! Siapa yang berani menantangku?" Pak Darto mengamuk dan menghancurkan barang-barang di rumahnya dan membuat kedua istrinya ketakutan.Pak Darto segera berganti pakaian untuk mendatangi rumah Kania dan mencari tahu apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu."Pasti pria sombong itu yang membawa calon istr
Clara menoleh ke arah terakhir kali Clara melihat Ameera dan Steve bermain. Clara kebingungan dan mulai berjalan mendekati ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki.Seketika kepanikan Clara menyerang saat tidak dapat menemukan Ameera dan Steve di sekitar odong-odong ataupun mereka.Clara berbalik dengan wajah paniknya dan membuat Niko juga panik."Sayang, anak-anak gak ada. Tadi mereka di sini." Clara menarik tangan Niko ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki."Maksud kamu gak ada gimana, Sayang?" Niko bergegas menyisir pandangan untuk mencari Ameera dan Steve."Sayang, dimana mereka?""Ayo coba kita cari. Tenang, Sayang. Tolong tenang, jangan panik." Niko berusaha menemangkan Clara walau dirinya juga sebenarnya panik.Di sini, Niko dan Clara panik karena kehilangan Ameera dan Niko sedang di tempat lain, Raja sibuk dengan masalah Kania.Dari kejauhan Raja memantau Pak Darto dan anak buahnya mendatangi rumah Kania dengan membawa beberapa gaun dan juga perhiasa
Raja bingung mendengar Pak Darto yang sejak tadi terus memanggil Kania calon istrinya dan menatap Pak Darto dengan tajam."Kania? Apa kamu pulang kampung hanya untuk menikahi pria tua beristri ini?" Raja dengan santai menunjuk ke wajah Pak Darto dengan tangannya."Apa karena hutang itu? Kalau gitu katakan berapa hutang mereka, saya akan membayarnya!" "Tadinya saya kira anda pegawai bank, ternyata tidak. Ckk, kalau gitu anda siapa?" Pak Darto menuding Raja dengan jarinya."Ckk, hahahahh." Raja tertawa setelah melepar ke arah Pak Darto sebuah cek kosong dan menghinanya.Pak Darto sangat tersinggung dan marah saat Raja menghinanya namun Pak Darto semakin murka saat melihat kedua istrinya berjongkok dan hendak berebut cek yang Raja lemparkan."Berdiri! Hentikan! Kemarikan cek itu!" Pak Darto merampas ceknya dari salah satu istrinya dan merobeknya."Terserah saja, yang penting berarti hutang mereka lunas, 'kan?" Raja berjalan maju dan menarik kerah baju Pak Darto."Beraninya anda, orang a
Raja sudah berada di rumah Kania dan bertemu dengan orang tua dan adik perempuan Kania sedang Kania sedang pergi ke pasar terdekat.Keluarga Kania menyambut Raja dengan baik setelah Raja memperkenalkan diri sebagai bos Kania dan tujuan Raja datang ke rumah Kania tidak lain adalah ingin membantu membiayai pengobatan ayah Kania, Burhan.Kania yang baru pulang dari pasar bersama ibunya, Sulis merasa terkejut melihat mobil yang seperti Kania kenali berada di halaman rumahnya.Namun Kania mencoba tetap berpikir positive tentang hal itu dan bersikap biasa saja di hadapan ibunya."Mobil siapa ini ya, Nia?" Sulis bertanya pada Kania walau tidak menuntut Kania untuk menjawab."Kania gak tau, Buk. Yuk kita masuk dulu," ujar Kania santai.Mata Kania melotot kaget saat dirinya baru saja masuk ke dalam rumah dan melihat Raja di sana sedang mengobrol dengan ayahnya yang sedang sakit.Perasaan bingung, malu dan juga sedih bersatu dalam benak Kania. Tapi sebisa mungkin Kania harus mengatur perasaanny
Di tempat lain, Raja masih belum tidur sampai dini hari karena sibuk dengan laptopnya. Steve tidur dengan cepat tadi saat Raja memberinya susu hangat dan menidurkannya di ranjang kamarnya."Aku menemukanmu, Kania." Raja bermonolog dengan suara pelan saat layar laptopnya menunjukkan posisi Kania berada."Dia tidak menelpon aku ataupun Steve, apa dia merencanakan sesuatu?" Pikir Raja sembari mengusap wajah lelahnya."Aku akan mencoba mencari tau soal ini besok. Steve sudah nyaman dengan wanita ini, akan sulit bagi Steve untuk beradaptasi dengan pengasuh baru jika Kania tidak kembali dalam waktu dekat." Raja bermonolog lagi namun kali ini sembari menatap Steve yang tengah terlelap."Steve butuh Kania. Bukan aku yang butuh," ujar Steve lagi yang masih tidak ingin mengakui perasaannya.Setelah selesai dengan tugasnya, Raja membaringkan tubuhnya sejenak di samping Steve dan mengistirahatkan matanya yang terasa kering dan lelah karena harus bekerja sejak pagi.Pagi hari.Setelah Steve bangun