Selama di perjalanan diam-diam Adelia mencuri pandang terhadap pria yang saat ini Adelia kagumi bukan hanya wajah tampannya, tapi juga sikap dan etikanya.
Andai saja Adelia bisa memilih, pasti akan lebih baik jika Adelia menikah dengan Raja. "Ada apa? Kenapa anda menatap saya seperti itu? Apa ada yang salah? Apa anda kesal yang mengantarkan anda bukan suami anda? Jangan berharap lebih padanya ... Sudah sampai, turunlah. Nanti saya akan mengingatkan Tuan Muda untuk menjemput anda," ujar Raja dengan cool yang semakin membuat Adelia hanyut dalam pesonanya. Adelia tersentak saat Raja berbicara padanya yang artinya Adelia tertangkap basah. Ini benar-benar memalukan. "Maafkan saya, tolong jangan salah paham. Saya hanya kagum dengan anda. Anda bisa menganggap saya sebagai fans saja. Maaf jika saya lancang. Baiklah, terima kasih .... " Adelia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya karena bingung harus memanggil Raja dengan sebutan apa. Adel membuka pintu mobil dan berlari ke kelasnya. Sayangnya Adelia tidak diijinkan masuk karena terlambat. Raja yang belum pergi dan ingin memastikan Adelia masuk melihat bahwa guru Adelia tidak membiarkan Adelia mengikuti kelasnya. Raja seakan tidak terima, perasaan apa ini? Kenapa Raja merasa sakit hati saat Adelia mendapat masalah? Raja keluar dari mobil dan berjalan ke arah Adelia dan guru yang sedang bertugas. Raja memberi salam dan menjelaskan jika Adelia terlambat karena Adelia harus pergi ke rumah sakit tadi. Raja berbohong dan mengatakan jika Raja hampir menabrak Adelia. Dan alasan ini yang membuat Adelia terlambat. Akhirnya guru Adelia mengalah dan membiarkan Adelia masuk kali ini. Adelia mengucapkan terima kasih pada Raja dan gurunya dan masuk ke dalam kelasnya. Sebenarnya gurunya tidak perduli pada alasan terlambatnya Adelia, tetapi gurunya Adelia luluh karena ketampanan Raja yang berwibawa dan itu sayang untuk dilewatkan. Hari ini Adelia selamat karena bantuan dari Raja. Mungkin lain kali tidak. Mulai dari sekarang Adelia harus pintar-pintar mengatur waktunya agar tidak terlambat. Dari dalam kelas Sisil terus memperhatikan Adelia, awalnya Sisil senang karena Adelia dimarahi oleh guru, namun Sisil menjadi kesal saat Adelia dengan mudahnya berhasil lolos melalui bantuan pria dewasa yang seperti memiliki hubungan spesial dengan Adelia. "Ckk, dasar wanita penggoda ini. Kenapa dia selalu bisa selamat dengan mudah." Gumam Sisil dalam hati. Semua mata tertuju pada Adelia saat Adelia memasuki kelas dengan sedikit terburu-buru. Tampak dari mereka tersenyum senang menyambut Adelia si Primadona sekolah kecuali Sisil tentunya. Sembari berjalan ke kursinya, Adelia melewati meja Sisil dan memberikannya tatapan benci dan jijik. Tentu pernikahan gila yang tidak pernah Adelia bayangkan tidak akan terjadi jika bukan karena dirinya hadir dalam pesta ulang tahun Sisil. Adelia yakin jika Sisil adalah dalang dari semua yang terjadi padanya malam itu. Saat Adelia sudah duduk dan membuka buku pelajaran, Dimas tiba-tiba berpindah dan duduk di samping Adelia dan mengagetkannya. "Del, uda sarapan? Nih aku beliin kamu roti. Ini baru selesai di buat loh," bisik Dimas memasukkan sebungkus roti ke dalam laci meja Adelia. Adelia tersenyum malu mendapat perlakuan manis dari pria yang selama ini membuat harinya berwarna. Dan hal ini semakin membuat Sisil tampak kepanasan sebab Sisil sangat menyukai Dimas, sayangnya Dimas lebih memilih untuk mengejar Adelia. "Aduh, Mas. Makasih loh, gak usah repot-repot kali." Adelia dengan sengaja memamerkan roti yang diberikan Dimas padanya agar Sisil cemburu. Tampaknya perang dingin akan dimulai dari sekarang. "Gak masalah, kalau kamu mau aku bisa beliin roti ini buat kamu," ujar Dimas yang langsung pindah tempat duduk lagi sebelum guru memergoki mereka. "Dasar kampungan, kayak gak pernah makan roti aja," singgung Sisil. "Makan roti sih tiap hari, tapi kalau Dimas yang ngasih kan rasanya beda," balas Adelia tak mau kalah. Beberapa jam kemudian bel istirahat berdering. Seperti biasa pada saat seperti ini, Adelia akan sedikit merasa kesulitan karena banyak orang yang akan datang padanya untuk mengajaknya makan bersama di kantin. Dan seperti biasa, Adelia selalu menolak dengan kata yang sopan hingga Adelia tidak perlu membuat temannya sakit hati dan malah membencinya. Adelia pergi ke kantin bersama dengan Nanda dan Putri agar lebih aman. Tapi tetap saja teman-teman pria Adelia selalu bergantian menghampirinya dan memberinya makanan ringan hingga membuat Adelia kewalahan. Dalam hal ini yang paling diuntungkan adalah Nanda dan Putri yang akan mendapat makanan ringan milik Adelia. Sedang di seberang pandangan ada Sisil yang iri melihat Adel. Sisil tidak punya teman sejak Sisil dan Adelia sempat bertengkar beberapa waktu lalu. Semua orang menjauhi Sisil. Tidak semuanya, hanya sebahagian. Orang-orang mau berteman dengan Sisil karena Sisil anak orang kaya dan sering membelikan mereka makanan. Di tempat lain. Seperti biasa Raja dan Raden sedang sibuk dengan beberapa berkas di tangan mereka. Sejak Raja sampai di kantor tadi ternyata Raden sudah sampai lebih dulu. Yang membuat Raja heran adalah Raden sama sekali tidak menanyakan perihal Adelia. Yang Raden prioritaskan malah membawa Stevani liburan ke Eropa. Itu membuat Raja geram dengan tingkah bosnya yang sangat bodoh ini. Raden tidak sadar jika Stevani hanya memanfaatkannya saja. Raden bahkan meminta Raja untuk mencari cara agar bisa berlibur ke eropa bersama dengan Stevani karena orang tua Raden sangat menentang hubungannya dengan Stevani yang merupakan seorang model majalah dewasa. "Hei, Raja. Apa kamu sudah memikirkan caranya?" Tanya Raden pada Raja. "Nona Adelia pulang sekolah jam 1 siang, Tuan. Nyonya berpesan agar anda menjemput Nona Adelia dan mengantarnya pulang ke rumah orang tuanya," ujar Raja bukan menjawab malah memberi peringatan pada Raden. "Jangan terlalu kaku. Aku tau kamu bisa melakukannya," ujar Raden menutup berkasnya dengan kesal. Tepat setelah Raden dan Raja membahas mengenai pekerjaan mereka. Stevani datang dengan gaya manjanya. Jika sudah seperti itu, Stevani pasti memiliki suatu keinginan dan Raden harus mewujudkan keinginan Stevani itu. Tok ... Tok ... Tok ... "Maaf Tuan, Nona Stevani datang." Sekretaris Raden melapor pada Raden. Wajah Raden yang terlihat serius seketika berubah menjadi sumringah saat mendengar kabar jika kekasihnya datang dan itu membuat Raja muak. "Suruh masuk." Setelah Sekretaris Raden keluar, terlihat seorang wanita sexi dengan bibir merah masuk ke ruangan Raden. Dialah Stevani! Seperti biasa, Raden meminta Raja untuk keluar dari ruangannya saat Stevani datang sesuai permintaan Stevani yang tidak menyukai Raja. "Sayang ...." Dengan manja Stevani duduk di meja kerja Raden dan menyentuh pipinya. Raden sudah paham maksud Stevani, dengan cepat Raden meminta agar Raja keluar dari ruangannya dengan menggunakan satu tangan.Dengan ekspresi kesal Raja terpaksa keluar dari ruangan Raden. Sebelum keluar, Raja mengingatkan Raden akan tugasnya dan itu membuat Stevani terkejut tak percaya. "Tuan Muda jangan lupa untuk menjemput Nona Adel atau anda akan mendapat masalah jika saya melapor pada Nyonya Besar." Raja segera berlalu tak lupa untuk memberikan Stevani tatapan mengintimidasi dan itu berhasil membuat Stevani takut padanya. "Aku tau, keluarlah!" Bentak Raden melirik Stevani. Setelah Raja keluar. "Sayang, siapa itu Adel? Kenapa kamu harus menjemputnya?" Stevani merengek dan merajuk pada Raden. Raden si buaya darat langsung berdiri dari kursinya dan memegang wajah Stevani yang sangat menggoda. Cupp! Raden mengecup singkat bibir merah Stevani. "Jangan hiraukan dia. Kamu tau kan, jika aku tidak bisa berpaling darimu? Hmm?" Raden semakin melanjutkan aksinya. Kali ini tangan nakal Raden mulai berjelajah di paha mulus Stevani dan itu berhasil membuat Stevani tanpa sadar mulai mendesah. Pukk!
Raden berhenti memarahi Adelia saat mendengar suara tangis Adelia. "Cukup, dasar cengeng! Katakan kamu dimana?" Raden menjadi tidak tega setelah mendengar isakan tangis Adelia yang disebabkan olehnya. Bagaimana pun Adelia masih anak kecil, wajar jika Adelia lebih cengeng. "Saya ... Saya di rumah Bunda." Di tengah isakan tangisnya, Adelia menjawab pertanyaan Raden. "Tunggu di situ, aku akan segera kesana." Raden menutup ponselnya dengan kasar Hati Adel masih sangat lembut. Adelia tidak pernah dibentak oleh orang tuanya, maka Adelia akan langsung menangis saat ada orang yang membentaknya. Adelia sampai di rumah Yulia dengan mata yang masih memerah. "Assalamualaikum, Bunda ...." "Waalaikumsalam, Nak. Sini nak, uda makan?" Yulia sangat senang melihat Adelia pulang ke rumahnya. Namun ekspresi wajah Yulia berubah setelah melihat mata Adelia yang murni mencerminkan sebuah kesedihan. "Kamu kenapa, Del? Ada apa? Sini cerita sama, Bunda." Yulia langsung berdiri memeluk Adelia.
Sore hari. Yola yang baru pulang segera memanggil Pak Darto untuk menyuruhnya memanggil Adelia karena Yola ingin mengajak Adelia pergi berbelanja. Tak menunggu waktu lama Adelia turun sudah lengkap dengan memakai kerudung hitam andalannya. Tadi Pak Darto sudah menjelaskan jika Yola ingin mengajak Adelia berbelanja, jadi Adelia langsung bersiap-siap agar Yola tidak menunggu waktu lama. "Baru pulang, Ma?" Adelia menyapa Yola dan mencium tangannya. Yola terharu dengan sikap dan etika Adelia. Bahkan putra Yola, Raden saja tidak pernah bersikap seperti itu padanya. "Iya, yuk kita berangkat sekarang." Yola merangkul pundak Adelia yang masih lebih pendek darinya agar mereka bisa berjalan berdampingan. Di dalam mobil. "Kita mau kemana, Ma?" Adelia bertanya pada Yola agar bisa menyesuaikan diri. "Hmm kita ke Mall aja, Del. Kita harus beli pakaian dan tas baru untuk kamu sekolah. Hmm pokoknya kita harus beli semua yang akan kamu butuhkan," jawab Yola tersenyum senang. "Tapi
Raja menunggu Adelia turun ke meja makan, tapi gadis itu masih tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sedangkan Yola, Abimanyu dan Raja sudah berkumpul untuk makan malam. "Dimana Raden dan Adelia?" Tanya Abimanyu yang mulai tidak sabar sembari melihat jam tangannya. "Raja, apa kamu sudah memanggil mereka?" Tanya Yola yang juga sudah lapar. "Maaf, Tuan ... Nyonya ... Tuan Muda sedang keluar dan Nona Muda, saya sudah memanggilnya tadi. Tapi saya juga tidak tau kenapa Nona belum turun juga. Saya akan panggil lagi," ujar Raja kesal. "Hmm!" Gumam Abimanyu. Dengan sangat terpaksa, Raja kembali ke kamar Adelia dan mengetuk pintu kamar Adelia dengan sedikit kuat. Mendengar suara berisik yang mengganggu waktu belajarnya, Adelia langsung membuka pintu kamarnya dengan wajah masam. "Ada apa?" Adelia bertanya dengan nada ketus untuk pertama kali. "Ayo pergi ke meja makan sekarang. Semua orang menunggu anda. Mereka tidak bisa makan karena harus menunggu anda." Dengan tegas R
"Apa dia benar-benar meninggalkanku seperti ini? Cihh, dasar sialan! Jika bukan karena hartamu aku juga tidak ingin menjadi kekasih bayanganmu yang tak pernah diakui." Stevani memungut pakaiannya dan mengenakannya. "Hmm, aku jadi penasaran siapa itu Adelia. Kenapa sepertinya Raden sangat takut dengannya," gumam Stevani menatap cermin sembari merapikan penampilannya. Sedang Raden bergerak begitu cepat sembari menyeka air keringatnya yang terus mengembun sembari mengumpat yang pastinya ditujukan untuk Raja, asistennya. "Ahh bodohnya aku, kenapa aku bisa memiliki asisten sialan seperti Raja!" Raden menyetir dengan kecepatan penuh seperti seorang pembalap yang dikejar hantu sembari terus menatap jam tangannya. "Lihat saja suatu saat nanti aku pasti akan menekanmu dan mengingatkanmu akan posisimu. Dan pada saat itu, aku pastikan kamu akan sujud dan memohon ampun padaku," sambungnya lagi berapi-api. Beberapa saat kemudian, mobil Raden sampai di pekarangan rumah. Raden menatap rumahnya
Dengan sigap Raja segera memberi Adelia tisu tanpa menoleh ke arahnya. Yola seperti sedikit curiga dengan jawaban Adelia karena melihat ekspresinya yang canggung. "Jam berapa tadi malam Raden pulang, Del?" tanya Abimanyu menyela. "Hmm, maaf, Pa. Adel gak tau," jawab Adelia hati-hati. "Sudah, biarkan saja. Jangan dibangunkan, nanti kamu pergi sekolah sama Raja," sambung Abimanyu dengan wajah datarnya. "Baik, Pa." "Del, ini uang saku untuk kamu." Yola mengeluarkan uang ratusan ribu dan memberikannya pada Adelia karena tidak yakin jika Raden akan peka terhadap Adelia. "Tidak usah, Ma. Terima kasih. Kak Raden sudah memberikan uang saku pada Adel," jawab Adelia menunjukkan uang yang Raden berikan dan itu berhasil membuat Yola terkejut namun juga senang. "Ahh, anak itu pelit sekali. Ambil aja Del, buat kamu jalan sama teman kamu nanti," ujar Yola memaksa. "Ini sudah sangat cukup, Ma." Adelia menolak. "Apa itu cukup?" "Cukup, Ma. Adel pergi sekarang ya, Ma ... Pa ...." Selesai sar
Di dalam kelas. Adelia, Renata dan Putri menertawakan wajah Sisil yang memerah malu tadi saat akan menjebak Adelia. "Itu namamya senjata makan tuan, Del. Hahahhahahaha," Renata tertawa lepas sampai Renata hampir menangis sedang Putri menahan pipinya yang terasa pegal. Saat bel masuk akan berbunyi, Dimas masuk lebih dulu ke dalam kelas untuk mengecek keadaan Adelia karena tadi Dimas mendengar dari seseorang jika Sisil memarahi Adelia. "Wah ... Wah ... Bidadariku makan apa?" Dimas mulai bercanda dan mengeluarkan sisi buayanya saat berada di dekat Adelia. "Halah, basi kamu tuh, Mas. Gaya banget bidadari segala," ujar Putri bercanda. "Ckk, sirik aja nih jomblo dua," sahut Dimas tak mau kalah hingga membuat Adelia terkekeh geli. "Uda, bel uda bunyi tuh. Duduk di tempat kalian masing-masing. Bentar lagi anak-anak bakal masuk," ujar Adelia salah tingkah. "Cieee ada yang salting, baper ya ...." Goda Dimas sembari berlalu duduk di kursinya yang berada tepat di belakang Adelia. Di temp
Setelah dipikir-pikir keputusan Yola dan Abimanyu sedikit lebih menguntungkan untuk Raden yang akan lebih bebas kedepannya tanpa pengawasan Raja. Sedangkan Raja menjadi khawatir pada Adelia karena harus hidup berdua satu atap dengan Niko si pria brengsek. Padahal Clara masih sangat polos dan baik. Tapi apa boleh buat, Raja harus sadar dengan status dan tugasnya. Raja tidak boleh melibatkan perasaannya dalam bekerja walaupun mereka menganggap Raja adalah bagian dari keluarga mereka. Di dalam kamar Raden, Adelia menghubungi bundanya sembari menangis. Adelia tidak ingin tinggal berdua bersama dengan Raden karena Adelia masih sangat takut pada Raden. "Bunda, Adel tinggal sama Ayah dan Bunda aja ya. Adel gak mau tinggal berdua sama Tuan Muda. Nanti gimana Adel sekolah sama makannya? Adel kan gak bisa masak, Bunda." Adelia terus merengek pada Yulia agar Adelia bisa kembali ke rumah Yulia. Tapi Yulia berusaha menguatkan putri tunggalnya agar mau pindah ke rumah baru mereka besok.
Ketiga gadis dan satu pria yang asik bercanda menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari dalam rumah. "Siapa yang datang?" tanya Yulia lagi. "Assalamualaikum, Bunda." serentak teman-teman Clara yang langsung menghampiri Yulia dan mencium punggung tangan Yulia. Yulia sangat dekat dengan ketiga teman Clara ini karena mereka sering mampir ke rumah Clara untuk sekedar bermain atau belajar bersama saat pulang sekolah. "Waalaikumslaam. Ayo silakan masuk," jawab Yulia mempersilahkan Renata, Putri dan Dimas masuk. "Terima kasih, Bun." Seperti biasa, saat rumah mereka kedatangan tamu tanpa pilih kasih Yulia pasti akan menghidangkan mereka kue buatannya dan juga air teh. "Bunda, kue ini sangat enak. Sama seperti biasanya," ujar Putri si tukang makan yang tanpa malu-malu langsung menyerobot wadah kue yang baru saja Yulia letakkan dan membuat Yulia sedikit tertawa senang dengan pujianny
Raja menjadi pusat perhatian di dalam ruang wali kelas Clara setelah sebelumnya harus menjadi korban teriakan dan colekan para wanita baik muda ataupun tua, baik siswa maupun guru. Raja mengatakan alasan kenapa Clara dan Sisil mengambil cuti itu karena mereka sedang dalam masa pemulihan setelah insiden yang menimpa mereka. Raja tidak langsung pergi dari sekolah Clara, namun Raja pergi ke belakang sekolah Clara untuk menunggu seseorang. Siapa yang sedang Raja tunggu dan untuk apa? Ternyata pria misterius yang beberapa waktu lalu ditemui oleh Pak Davit secara diam-diam adalah Raja. Kenapa Raja melakukan hal itu? Apa tujuan Raja sebenarnya? Kembali lagi di awal bahwa alasan Raja menyuruh David, sepupunya mengajar di sekolah Clara adalah untuk mengawasinya karena Raja merasa jika Sisil, teman Clara akan berusaha mencelakainya belum lagi Stevani. Jika Niko mencampakkannya nanti mungk
Niko sedang memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Clara untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi di satu sisi Niko takut jika Clara akan membencinya jika mendengar cerita yang sebenarnya terkait Stevani. Tapi bagaimana pun, cepat atau lambat semuanya juga pasti akan terungkap. Jadi Niko harus mempersiap diri untuk itu dan menaggung semua resikonya. Niko berjanji pada dirinya sendiri jika Niko akan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan melupakan Stevani. Baru saja Niko berjanji akan melupakan Stevani, tapi sepertinya Tuhan sangat ingin menguji Niko. Tepat saat Niko ingin beristirahat, Stevani menelpon Niko dan meminta Niko agar membukakan pintu untuknya karena dirinya sudah berada di depan pintu. Takut ada orang yang melihat Stevani dan salah paham, Niko segera berlari dari kamarnya ke depan pintu masuk rumah dan membuka pintu. "Ada apa?
Niko menelan kasar salivanya mendengar keputusan terbaik oleh Abimanyu. Mungkin dengan begini hidup Niko akan berubah dan akan menjadi dewasa. Sebenarnya Raja tidak cukup puas mendengar keputusan Abimanyu, namun Raja tidak bisa melakukan apapun selain menerima perintah. "Pergi pulang lah ke rumah kamu. Renungkan kesalahanmu dan siapkan dirimu. Mulai besok kamu adalah seorang pegawai baru di kantor Papa." Abimanyu meminta agar Niko pulang. "Sendirian, Pa?" tanya Niko memastikan. "Menurut kamu?" "Iya, Pa." Sesuai perintah Abimanyu sekarang Niko harus kembali ke rumah barunya tanpa Clara. Dengan wajah frustasi, Niko mengendarai mobilnya dengan kecepatan kilat membelah ramainya suasana jalan di kota Jakarta yang bukan lagi ibu kota negara. Rasanya ini sangat menyebalkan untuk Niko. Bagaimana dirinya bisa lalai hingga membuat Clara, istrinya terluka. Dan
Abimanyu mendengar cerita Yola dengan sangat serius dan rahang yang mulai mengeras. Rasanya seperti Abimanyu ingin meledak saat mendengar bahwa kelalaian Niko membuat menantunya celaka dan Niko malah memilih bersama dengan wanita yang sangat ia benci. Abimanyu mengajak Yola untuk menunggu Niko di ruang tamu sembari Abimanyu menelpon Niko. "Halo," "Halo, Pa. Ada apa? Clara ada di rumah gak ya, Pa?" Niko menjawab pada deringan pertama. "Segera pulang ke rumah Papa." Abimanyu langsung menutup panggilan telepon setelah memerintahkan agar Niko segera pulang ke rumah Yola tanpa membiarkan Niko menjawab. Dari nada yang Niko terima, Niko sudah tau pasti Abimanyu sedang marah. Hanya saja Niko tidak tau alasan yang membuat Abimanyu marah. Apakah terjadi sesuatu pada Clara? Atau apakah dirinya bertemu dengan Stevani ketahuan oleh Abimanyu? Jantung Niko berdegup kencang membayangkan apa yang
Clara diantar pulang oleh Raja setelah keluarga Sisil datang untuk menemani Sisil. Clara termenung mengingat perkataan Sisil sebelum keluarganya datang tadi. Dalam kondisi menangis Sisil memeluk Clara dan meminta maaf padanya dan Sisil juga mengucapkan banyak terima kasih pada Clara dan meminta agar Clara tidak membencinya. Perasaan Clara menjadi campur aduk saat ini. Raja terus menyetir sembari memerhatikan Clara yang hanya diam dan menatap kosong keluar jendela. "Bagaimana lukanya? Apa kamu yakin tidak ingin dirawat di rumah sakit aja?" Raja memulai percakapan. "Tidak, terima kasih. Aku akan lebih sakit jika berada di rumah sakit," jawab Clara tanpa menoleh. "Kak, terima kasih untuk hari ini dan juga maaf karena telah membuatmu terluka." Mata Clara berkaca-kaca saat Clara mengucapkan banyak terima kasih pada Raja dan menangis karena merasa sakit hati saat penggilan teleponnya di tolak oleh Niko.
Clara dengan buru-buru mencari nomor seseorang yang berada di kontaknya dan menghubunginya namun seseorang yang ternyata dia adalah Niko tidak menjawab ponselnya karena sedang pergi ke toilet dan meletakkan ponselnya di atas meja yang telah ia pesan bersama Stevani di salah satu restauran. Melihat ponsel Niko berdering, Stevani hanya melihat nama Clara sekilas lalu menolak panggilan tersebut sebelum Niko kembali. Sedang di sisi lain, Clara yang sudah mulai panik dengan kondisi Sisil memencet nomor Raja berharap Raja akan langsung menjawab teleponnya dan membantunya. Tuttttt .... Pada deringan pertama Raja menjawab telepon Clara dan menjadi panik setelah mendengar suara Clara. "Halo, Kak. Tolong aku!" "Halo, kamu kenapa? Dimana? Share lokasi sekarang!" Clara menutup panggilannya dan mengirimkan posisi dirinya saat ini pada Raja agar bisa
Pak David mengehela napas panjang melihat kelakuan murit barunya yang genit. "Sudah, cukup! Sekarang kalian bertiga ambil posisi push up." Clara, Renata dan Putri telah siap dengan posisi mereka dan para penonton mulai teriak tidak terima jika Clara harus mendapatkan hukuman itu karena tau lemah secara fisik. "Maaf, Pak. Boleh kah saya saja yang menggantikan hukuman untuk Clara?" Dimas maju menawarkan diri lebih dulu karena tidak terima jika guru tampan mereka menekan wanita pujaannya. Pak David mengerutkan dahi melirik ke arah Dimas, dan berkacak pinggang. Pak David berjalan ke arah Dimas dengan karismanya dan menepuk pundak Dimas hingga berhasil membuat Dimas tergoyah takut. "Mana yang namanya Clara?" Clara mengangkat tangan saat Pak Dimas melihat ke arah mereka bertiga. "Apa gadis itu pacarmu?" Pak David bertanya mengintimidasi kepada Dimas. "Tidak, Pak."
Sesuai dengan yang telah disepakati hari ini Niko dan Clara akan tetap tidur di kamar yang berbeda. Tapi bukan Niko namanya jika tidak bertindak curang dan licik. Malam hari saat Clara sudah tidur, diam-diam Niko menyelinap masuk ke dalam kamar Clara seperti seorang pencuri. Niko tersenyum senang saat berhasil masuk tanpa harus memikirkan dan melakukan banyak cara tipuan. Niko melihat Clara yang tertidur dengan nyenyak dan mulai berjalan mendekatinya. Dengan sangat lembut dan perlahan Niko mulai merebahkan tubuhnya tepat di samping Clara. Niko mulai memeluk Clara masuk ke dalam pelukannya namun gerakan Niko ini mengganggu tidur Clara dan membuatnya terbangun. Clara melirik Niko sekilas dan kemudian mengabaikannya. Niko melanjutkan aksinya dengan mulai mengusap paha Clara dan terkejut saat tangan Niko menyentuh benda aneh yang sedikit tebal menutupi jalan masuk lembah idaman Niko.