Selama di perjalanan diam-diam Adelia mencuri pandang terhadap pria yang saat ini Adelia kagumi bukan hanya wajah tampannya, tapi juga sikap dan etikanya.
Andai saja Adelia bisa memilih, pasti akan lebih baik jika Adelia menikah dengan Raja. "Ada apa? Kenapa anda menatap saya seperti itu? Apa ada yang salah? Apa anda kesal yang mengantarkan anda bukan suami anda? Jangan berharap lebih padanya ... Sudah sampai, turunlah. Nanti saya akan mengingatkan Tuan Muda untuk menjemput anda," ujar Raja dengan cool yang semakin membuat Adelia hanyut dalam pesonanya. Adelia tersentak saat Raja berbicara padanya yang artinya Adelia tertangkap basah. Ini benar-benar memalukan. "Maafkan saya, tolong jangan salah paham. Saya hanya kagum dengan anda. Anda bisa menganggap saya sebagai fans saja. Maaf jika saya lancang. Baiklah, terima kasih .... " Adelia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya karena bingung harus memanggil Raja dengan sebutan apa. Adel membuka pintu mobil dan berlari ke kelasnya. Sayangnya Adelia tidak diijinkan masuk karena terlambat. Raja yang belum pergi dan ingin memastikan Adelia masuk melihat bahwa guru Adelia tidak membiarkan Adelia mengikuti kelasnya. Raja seakan tidak terima, perasaan apa ini? Kenapa Raja merasa sakit hati saat Adelia mendapat masalah? Raja keluar dari mobil dan berjalan ke arah Adelia dan guru yang sedang bertugas. Raja memberi salam dan menjelaskan jika Adelia terlambat karena Adelia harus pergi ke rumah sakit tadi. Raja berbohong dan mengatakan jika Raja hampir menabrak Adelia. Dan alasan ini yang membuat Adelia terlambat. Akhirnya guru Adelia mengalah dan membiarkan Adelia masuk kali ini. Adelia mengucapkan terima kasih pada Raja dan gurunya dan masuk ke dalam kelasnya. Sebenarnya gurunya tidak perduli pada alasan terlambatnya Adelia, tetapi gurunya Adelia luluh karena ketampanan Raja yang berwibawa dan itu sayang untuk dilewatkan. Hari ini Adelia selamat karena bantuan dari Raja. Mungkin lain kali tidak. Mulai dari sekarang Adelia harus pintar-pintar mengatur waktunya agar tidak terlambat. Dari dalam kelas Sisil terus memperhatikan Adelia, awalnya Sisil senang karena Adelia dimarahi oleh guru, namun Sisil menjadi kesal saat Adelia dengan mudahnya berhasil lolos melalui bantuan pria dewasa yang seperti memiliki hubungan spesial dengan Adelia. "Ckk, dasar wanita penggoda ini. Kenapa dia selalu bisa selamat dengan mudah." Gumam Sisil dalam hati. Semua mata tertuju pada Adelia saat Adelia memasuki kelas dengan sedikit terburu-buru. Tampak dari mereka tersenyum senang menyambut Adelia si Primadona sekolah kecuali Sisil tentunya. Sembari berjalan ke kursinya, Adelia melewati meja Sisil dan memberikannya tatapan benci dan jijik. Tentu pernikahan gila yang tidak pernah Adelia bayangkan tidak akan terjadi jika bukan karena dirinya hadir dalam pesta ulang tahun Sisil. Adelia yakin jika Sisil adalah dalang dari semua yang terjadi padanya malam itu. Saat Adelia sudah duduk dan membuka buku pelajaran, Dimas tiba-tiba berpindah dan duduk di samping Adelia dan mengagetkannya. "Del, uda sarapan? Nih aku beliin kamu roti. Ini baru selesai di buat loh," bisik Dimas memasukkan sebungkus roti ke dalam laci meja Adelia. Adelia tersenyum malu mendapat perlakuan manis dari pria yang selama ini membuat harinya berwarna. Dan hal ini semakin membuat Sisil tampak kepanasan sebab Sisil sangat menyukai Dimas, sayangnya Dimas lebih memilih untuk mengejar Adelia. "Aduh, Mas. Makasih loh, gak usah repot-repot kali." Adelia dengan sengaja memamerkan roti yang diberikan Dimas padanya agar Sisil cemburu. Tampaknya perang dingin akan dimulai dari sekarang. "Gak masalah, kalau kamu mau aku bisa beliin roti ini buat kamu," ujar Dimas yang langsung pindah tempat duduk lagi sebelum guru memergoki mereka. "Dasar kampungan, kayak gak pernah makan roti aja," singgung Sisil. "Makan roti sih tiap hari, tapi kalau Dimas yang ngasih kan rasanya beda," balas Adelia tak mau kalah. Beberapa jam kemudian bel istirahat berdering. Seperti biasa pada saat seperti ini, Adelia akan sedikit merasa kesulitan karena banyak orang yang akan datang padanya untuk mengajaknya makan bersama di kantin. Dan seperti biasa, Adelia selalu menolak dengan kata yang sopan hingga Adelia tidak perlu membuat temannya sakit hati dan malah membencinya. Adelia pergi ke kantin bersama dengan Nanda dan Putri agar lebih aman. Tapi tetap saja teman-teman pria Adelia selalu bergantian menghampirinya dan memberinya makanan ringan hingga membuat Adelia kewalahan. Dalam hal ini yang paling diuntungkan adalah Nanda dan Putri yang akan mendapat makanan ringan milik Adelia. Sedang di seberang pandangan ada Sisil yang iri melihat Adel. Sisil tidak punya teman sejak Sisil dan Adelia sempat bertengkar beberapa waktu lalu. Semua orang menjauhi Sisil. Tidak semuanya, hanya sebahagian. Orang-orang mau berteman dengan Sisil karena Sisil anak orang kaya dan sering membelikan mereka makanan. Di tempat lain. Seperti biasa Raja dan Raden sedang sibuk dengan beberapa berkas di tangan mereka. Sejak Raja sampai di kantor tadi ternyata Raden sudah sampai lebih dulu. Yang membuat Raja heran adalah Raden sama sekali tidak menanyakan perihal Adelia. Yang Raden prioritaskan malah membawa Stevani liburan ke Eropa. Itu membuat Raja geram dengan tingkah bosnya yang sangat bodoh ini. Raden tidak sadar jika Stevani hanya memanfaatkannya saja. Raden bahkan meminta Raja untuk mencari cara agar bisa berlibur ke eropa bersama dengan Stevani karena orang tua Raden sangat menentang hubungannya dengan Stevani yang merupakan seorang model majalah dewasa. "Hei, Raja. Apa kamu sudah memikirkan caranya?" Tanya Raden pada Raja. "Nona Adelia pulang sekolah jam 1 siang, Tuan. Nyonya berpesan agar anda menjemput Nona Adelia dan mengantarnya pulang ke rumah orang tuanya," ujar Raja bukan menjawab malah memberi peringatan pada Raden. "Jangan terlalu kaku. Aku tau kamu bisa melakukannya," ujar Raden menutup berkasnya dengan kesal. Tepat setelah Raden dan Raja membahas mengenai pekerjaan mereka. Stevani datang dengan gaya manjanya. Jika sudah seperti itu, Stevani pasti memiliki suatu keinginan dan Raden harus mewujudkan keinginan Stevani itu. Tok ... Tok ... Tok ... "Maaf Tuan, Nona Stevani datang." Sekretaris Raden melapor pada Raden. Wajah Raden yang terlihat serius seketika berubah menjadi sumringah saat mendengar kabar jika kekasihnya datang dan itu membuat Raja muak. "Suruh masuk." Setelah Sekretaris Raden keluar, terlihat seorang wanita sexi dengan bibir merah masuk ke ruangan Raden. Dialah Stevani! Seperti biasa, Raden meminta Raja untuk keluar dari ruangannya saat Stevani datang sesuai permintaan Stevani yang tidak menyukai Raja. "Sayang ...." Dengan manja Stevani duduk di meja kerja Raden dan menyentuh pipinya. Raden sudah paham maksud Stevani, dengan cepat Raden meminta agar Raja keluar dari ruangannya dengan menggunakan satu tangan.Dengan ekspresi kesal Raja terpaksa keluar dari ruangan Raden. Sebelum keluar, Raja mengingatkan Raden akan tugasnya dan itu membuat Stevani terkejut tak percaya. "Tuan Muda jangan lupa untuk menjemput Nona Adel atau anda akan mendapat masalah jika saya melapor pada Nyonya Besar." Raja segera berlalu tak lupa untuk memberikan Stevani tatapan mengintimidasi dan itu berhasil membuat Stevani takut padanya. "Aku tau, keluarlah!" Bentak Raden melirik Stevani. Setelah Raja keluar. "Sayang, siapa itu Adel? Kenapa kamu harus menjemputnya?" Stevani merengek dan merajuk pada Raden. Raden si buaya darat langsung berdiri dari kursinya dan memegang wajah Stevani yang sangat menggoda. Cupp! Raden mengecup singkat bibir merah Stevani. "Jangan hiraukan dia. Kamu tau kan, jika aku tidak bisa berpaling darimu? Hmm?" Raden semakin melanjutkan aksinya. Kali ini tangan nakal Raden mulai berjelajah di paha mulus Stevani dan itu berhasil membuat Stevani tanpa sadar mulai mendesah. Pukk!
Raden berhenti memarahi Adelia saat mendengar suara tangis Adelia. "Cukup, dasar cengeng! Katakan kamu dimana?" Raden menjadi tidak tega setelah mendengar isakan tangis Adelia yang disebabkan olehnya. Bagaimana pun Adelia masih anak kecil, wajar jika Adelia lebih cengeng. "Saya ... Saya di rumah Bunda." Di tengah isakan tangisnya, Adelia menjawab pertanyaan Raden. "Tunggu di situ, aku akan segera kesana." Raden menutup ponselnya dengan kasar Hati Adel masih sangat lembut. Adelia tidak pernah dibentak oleh orang tuanya, maka Adelia akan langsung menangis saat ada orang yang membentaknya. Adelia sampai di rumah Yulia dengan mata yang masih memerah. "Assalamualaikum, Bunda ...." "Waalaikumsalam, Nak. Sini nak, uda makan?" Yulia sangat senang melihat Adelia pulang ke rumahnya. Namun ekspresi wajah Yulia berubah setelah melihat mata Adelia yang murni mencerminkan sebuah kesedihan. "Kamu kenapa, Del? Ada apa? Sini cerita sama, Bunda." Yulia langsung berdiri memeluk Adelia.
Sore hari. Yola yang baru pulang segera memanggil Pak Darto untuk menyuruhnya memanggil Adelia karena Yola ingin mengajak Adelia pergi berbelanja. Tak menunggu waktu lama Adelia turun sudah lengkap dengan memakai kerudung hitam andalannya. Tadi Pak Darto sudah menjelaskan jika Yola ingin mengajak Adelia berbelanja, jadi Adelia langsung bersiap-siap agar Yola tidak menunggu waktu lama. "Baru pulang, Ma?" Adelia menyapa Yola dan mencium tangannya. Yola terharu dengan sikap dan etika Adelia. Bahkan putra Yola, Raden saja tidak pernah bersikap seperti itu padanya. "Iya, yuk kita berangkat sekarang." Yola merangkul pundak Adelia yang masih lebih pendek darinya agar mereka bisa berjalan berdampingan. Di dalam mobil. "Kita mau kemana, Ma?" Adelia bertanya pada Yola agar bisa menyesuaikan diri. "Hmm kita ke Mall aja, Del. Kita harus beli pakaian dan tas baru untuk kamu sekolah. Hmm pokoknya kita harus beli semua yang akan kamu butuhkan," jawab Yola tersenyum senang. "Tapi
Raja menunggu Adelia turun ke meja makan, tapi gadis itu masih tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sedangkan Yola, Abimanyu dan Raja sudah berkumpul untuk makan malam. "Dimana Raden dan Adelia?" Tanya Abimanyu yang mulai tidak sabar sembari melihat jam tangannya. "Raja, apa kamu sudah memanggil mereka?" Tanya Yola yang juga sudah lapar. "Maaf, Tuan ... Nyonya ... Tuan Muda sedang keluar dan Nona Muda, saya sudah memanggilnya tadi. Tapi saya juga tidak tau kenapa Nona belum turun juga. Saya akan panggil lagi," ujar Raja kesal. "Hmm!" Gumam Abimanyu. Dengan sangat terpaksa, Raja kembali ke kamar Adelia dan mengetuk pintu kamar Adelia dengan sedikit kuat. Mendengar suara berisik yang mengganggu waktu belajarnya, Adelia langsung membuka pintu kamarnya dengan wajah masam. "Ada apa?" Adelia bertanya dengan nada ketus untuk pertama kali. "Ayo pergi ke meja makan sekarang. Semua orang menunggu anda. Mereka tidak bisa makan karena harus menunggu anda." Dengan tegas R
"Apa dia benar-benar meninggalkanku seperti ini? Cihh, dasar sialan! Jika bukan karena hartamu aku juga tidak ingin menjadi kekasih bayanganmu yang tak pernah diakui." Stevani memungut pakaiannya dan mengenakannya. "Hmm, aku jadi penasaran siapa itu Adelia. Kenapa sepertinya Raden sangat takut dengannya," gumam Stevani menatap cermin sembari merapikan penampilannya. Sedang Raden bergerak begitu cepat sembari menyeka air keringatnya yang terus mengembun sembari mengumpat yang pastinya ditujukan untuk Raja, asistennya. "Ahh bodohnya aku, kenapa aku bisa memiliki asisten sialan seperti Raja!" Raden menyetir dengan kecepatan penuh seperti seorang pembalap yang dikejar hantu sembari terus menatap jam tangannya. "Lihat saja suatu saat nanti aku pasti akan menekanmu dan mengingatkanmu akan posisimu. Dan pada saat itu, aku pastikan kamu akan sujud dan memohon ampun padaku," sambungnya lagi berapi-api. Beberapa saat kemudian, mobil Raden sampai di pekarangan rumah. Raden menatap rumahnya
Dengan sigap Raja segera memberi Adelia tisu tanpa menoleh ke arahnya. Yola seperti sedikit curiga dengan jawaban Adelia karena melihat ekspresinya yang canggung. "Jam berapa tadi malam Raden pulang, Del?" tanya Abimanyu menyela. "Hmm, maaf, Pa. Adel gak tau," jawab Adelia hati-hati. "Sudah, biarkan saja. Jangan dibangunkan, nanti kamu pergi sekolah sama Raja," sambung Abimanyu dengan wajah datarnya. "Baik, Pa." "Del, ini uang saku untuk kamu." Yola mengeluarkan uang ratusan ribu dan memberikannya pada Adelia karena tidak yakin jika Raden akan peka terhadap Adelia. "Tidak usah, Ma. Terima kasih. Kak Raden sudah memberikan uang saku pada Adel," jawab Adelia menunjukkan uang yang Raden berikan dan itu berhasil membuat Yola terkejut namun juga senang. "Ahh, anak itu pelit sekali. Ambil aja Del, buat kamu jalan sama teman kamu nanti," ujar Yola memaksa. "Ini sudah sangat cukup, Ma." Adelia menolak. "Apa itu cukup?" "Cukup, Ma. Adel pergi sekarang ya, Ma ... Pa ...." Selesai sar
Di dalam kelas. Adelia, Renata dan Putri menertawakan wajah Sisil yang memerah malu tadi saat akan menjebak Adelia. "Itu namamya senjata makan tuan, Del. Hahahhahahaha," Renata tertawa lepas sampai Renata hampir menangis sedang Putri menahan pipinya yang terasa pegal. Saat bel masuk akan berbunyi, Dimas masuk lebih dulu ke dalam kelas untuk mengecek keadaan Adelia karena tadi Dimas mendengar dari seseorang jika Sisil memarahi Adelia. "Wah ... Wah ... Bidadariku makan apa?" Dimas mulai bercanda dan mengeluarkan sisi buayanya saat berada di dekat Adelia. "Halah, basi kamu tuh, Mas. Gaya banget bidadari segala," ujar Putri bercanda. "Ckk, sirik aja nih jomblo dua," sahut Dimas tak mau kalah hingga membuat Adelia terkekeh geli. "Uda, bel uda bunyi tuh. Duduk di tempat kalian masing-masing. Bentar lagi anak-anak bakal masuk," ujar Adelia salah tingkah. "Cieee ada yang salting, baper ya ...." Goda Dimas sembari berlalu duduk di kursinya yang berada tepat di belakang Adelia. Di temp
Setelah dipikir-pikir keputusan Yola dan Abimanyu sedikit lebih menguntungkan untuk Raden yang akan lebih bebas kedepannya tanpa pengawasan Raja. Sedangkan Raja menjadi khawatir pada Adelia karena harus hidup berdua satu atap dengan Niko si pria brengsek. Padahal Clara masih sangat polos dan baik. Tapi apa boleh buat, Raja harus sadar dengan status dan tugasnya. Raja tidak boleh melibatkan perasaannya dalam bekerja walaupun mereka menganggap Raja adalah bagian dari keluarga mereka. Di dalam kamar Raden, Adelia menghubungi bundanya sembari menangis. Adelia tidak ingin tinggal berdua bersama dengan Raden karena Adelia masih sangat takut pada Raden. "Bunda, Adel tinggal sama Ayah dan Bunda aja ya. Adel gak mau tinggal berdua sama Tuan Muda. Nanti gimana Adel sekolah sama makannya? Adel kan gak bisa masak, Bunda." Adelia terus merengek pada Yulia agar Adelia bisa kembali ke rumah Yulia. Tapi Yulia berusaha menguatkan putri tunggalnya agar mau pindah ke rumah baru mereka besok.
Raja mulai menikmati waktunya saat ini bersama Kania dengan saling menyalurkan hasrat yang sempat tertahan sebelumnya.Tanpa melepas panggutannya Raja mulai membuka kancing baju Kania satu persatu. Kania yang kaget hanya tersentak sejenak dan melepaskan panggutan mereka namun kembali menyesap menikmati manisnya bibir Raja sembari memejamkan mata.Selesai dengan pemanasan singkat, Raja membawa Kania masuk ke dalam kamar dengan menggendongnya dari arah depan sedang Kania menyilangkan kakinya di punggung Raja untuk melanjutkan aktivitas halalnya.Raja membaringkan tubuh Kania dengan lembut ke atas ranjang dan mulai mengungkung Kania.Kania mulai bergetar geli saat bibir Raja berjalan dari dagunya ke leher lalu berhenti di atas gunung kembar milik Kania dan Raja bisa merasakan getaran tak biasa itu.Kania memejamkan mata sembari mwnggigit bibir bawahnya menikmati setiap sentuhan yang Raja berikan padanya.Tubuh Kania kini menggelinjang tegang dengan dada membusung saat tangan Raja dengan
"Yasudah, kamu tunggu disini. Aku akan segera kembali membawa makanan dan juga pakaian untukmu." Raja segera berlalu setelah memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan Kania sendirian di dalam kamar hanya dengan handuk."Oke," singkat Kania membenarkan posisi handuknya.Kania tidak tahu harus memanggil Raja dengan sebutan apa sekarang karena sebelumnya Raja memarahinya karena masih menggunakan panggilan secara formal pada Raja.Sembari menunggu Raja datang, Kania keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan handuk untuk melihat-lihat isi rumah yang tidak begitu besar tersebut."Apa yang kamu lakukan?" tanya Raja yang muncul tiba-tiba di belakang Kania dan mengejutkan Kania yang asik melihat-lihat lukisan yang terpajang di sekitar kamar."Ah itu, aku, aku cuman lihat-lihat aja kok." Kania yang kaget pun menjawab sembari tergagap."Ambil, ini pakaianmu. Aku akan menyiapkan makanan." Raja menyerahkan sebuah kantung tas berisi pakaian baru yang baru Raja beli di toko terdekat untuk Kani
Setelah acara doa selesai, Kania dan Raja menandatangi semua berkas dan juga buku nikah mereka yang diurus secara kilat dan express oleh anak buah Raja.Kini Raja dan Kania telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Dan orang tua Kania berarti juga akan menjadi orang tua Raja.Setelah semua acara selesai, Kania dan Raja serta Burhan dan Sulis berpisah karena Raja dengan terang-terangan ini berduaan dengan Kania."Bapak, Ibuk, anak buah Raja nanti akan bawa Bapak dan Ibuk ke rumah Raja yang baru. Di sana belum ada orang, jadi itu kesempatan untuk Bapak dan Ibuk untuk beradaptasi. Saya dan Kania akan berada di sini untuk malam ini dan akan menyusul besok. Oke?" Raja menjelaskan."Baiklah, Nak." Burhan dan Sulis menjawab sembari menahan tawa sedang Kania bersemu merah."Hati-hati ya, Pak, Buk." Kania mencium tangan kedua orang tuanya yang hendak berangkat.Anak buah Raja membawa Burhan dan Sulis ke Jakarta tepatnya di rumah baru Raja yang belum dihuni oleh siapapun.Sedang Raja kembal
"Hmm, kamu sangat polos atau bodoh? Atau, apakah kamu berpura-pura?"Raja menarik kedua tangan Kania ke pinggangnya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir hangat Kania.Kania yang kaget juga takut, memaksa agar Raja melepaskan tangannya.Plakkk!Satu tamparan mendarat ke wajah dingin Raja dari Kania."Maaf!" Kania perlahan berjalan menjauh dan hendak kabur karena takut Raja akan berbuat tak senonoh padanya dan Kania tidak ingin hal itu terjadi."Pergilah, maka aku akan menyiksa keluargamu!" Kania terhenti saat mendengar ancaman Raja yang sangat menakutkan.Rasanya Raja yang saat ini sedang bersama dengan Kania bukanlah Raja yang biasa, Raja yang membuat Kania kagum padanya.Saat ini Kania telah kehilangan perasaan bangga dan takjubnya pada Raja dan berubah menjadi perasaan kesal dan juga takut."Jangan, aku mohon ...." Kania kembali dan memohon di bawah kaki Raja."Itu tergantung bagaimana perlakuanmu terhadapku!""Aku akan menuruti anda, tapi jangan dengan hal ini." Kania memelas de
Raja membawa Kania dan keluarganya ke sebuah tempat. Bukan mereka, tapi hanya Burhan dan Sulis.Raja meminta anak buahnya yang mengikuti mobilnya dari belakang agar membawa Burhan dan Sulis ke sebuah penginapan yang masih berada di sekitar Bandung sedang Raja membawa Kania ke tempat berbeda.Sedang anak buah Pak Darto pergi mendatangi rumah Pak Darto dan memberi kabar jika ada sebuah komplotan yang menyerang mereka dan menculik Kania serta keluarganya.Pak Darto yang murka setelah mendengar laporan anak buahnya mulai mengepalkan tinjunya, mengeraskan rahangnya dan memukuli anak buahnya."Dasar kalian bodoh! Gak becus! Cari sampai ketemu siapa orang yang berani membawa calon istriku! Siapa yang berani menantangku?" Pak Darto mengamuk dan menghancurkan barang-barang di rumahnya dan membuat kedua istrinya ketakutan.Pak Darto segera berganti pakaian untuk mendatangi rumah Kania dan mencari tahu apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu."Pasti pria sombong itu yang membawa calon istr
Clara menoleh ke arah terakhir kali Clara melihat Ameera dan Steve bermain. Clara kebingungan dan mulai berjalan mendekati ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki.Seketika kepanikan Clara menyerang saat tidak dapat menemukan Ameera dan Steve di sekitar odong-odong ataupun mereka.Clara berbalik dengan wajah paniknya dan membuat Niko juga panik."Sayang, anak-anak gak ada. Tadi mereka di sini." Clara menarik tangan Niko ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki."Maksud kamu gak ada gimana, Sayang?" Niko bergegas menyisir pandangan untuk mencari Ameera dan Steve."Sayang, dimana mereka?""Ayo coba kita cari. Tenang, Sayang. Tolong tenang, jangan panik." Niko berusaha menemangkan Clara walau dirinya juga sebenarnya panik.Di sini, Niko dan Clara panik karena kehilangan Ameera dan Niko sedang di tempat lain, Raja sibuk dengan masalah Kania.Dari kejauhan Raja memantau Pak Darto dan anak buahnya mendatangi rumah Kania dengan membawa beberapa gaun dan juga perhiasa
Raja bingung mendengar Pak Darto yang sejak tadi terus memanggil Kania calon istrinya dan menatap Pak Darto dengan tajam."Kania? Apa kamu pulang kampung hanya untuk menikahi pria tua beristri ini?" Raja dengan santai menunjuk ke wajah Pak Darto dengan tangannya."Apa karena hutang itu? Kalau gitu katakan berapa hutang mereka, saya akan membayarnya!" "Tadinya saya kira anda pegawai bank, ternyata tidak. Ckk, kalau gitu anda siapa?" Pak Darto menuding Raja dengan jarinya."Ckk, hahahahh." Raja tertawa setelah melepar ke arah Pak Darto sebuah cek kosong dan menghinanya.Pak Darto sangat tersinggung dan marah saat Raja menghinanya namun Pak Darto semakin murka saat melihat kedua istrinya berjongkok dan hendak berebut cek yang Raja lemparkan."Berdiri! Hentikan! Kemarikan cek itu!" Pak Darto merampas ceknya dari salah satu istrinya dan merobeknya."Terserah saja, yang penting berarti hutang mereka lunas, 'kan?" Raja berjalan maju dan menarik kerah baju Pak Darto."Beraninya anda, orang a
Raja sudah berada di rumah Kania dan bertemu dengan orang tua dan adik perempuan Kania sedang Kania sedang pergi ke pasar terdekat.Keluarga Kania menyambut Raja dengan baik setelah Raja memperkenalkan diri sebagai bos Kania dan tujuan Raja datang ke rumah Kania tidak lain adalah ingin membantu membiayai pengobatan ayah Kania, Burhan.Kania yang baru pulang dari pasar bersama ibunya, Sulis merasa terkejut melihat mobil yang seperti Kania kenali berada di halaman rumahnya.Namun Kania mencoba tetap berpikir positive tentang hal itu dan bersikap biasa saja di hadapan ibunya."Mobil siapa ini ya, Nia?" Sulis bertanya pada Kania walau tidak menuntut Kania untuk menjawab."Kania gak tau, Buk. Yuk kita masuk dulu," ujar Kania santai.Mata Kania melotot kaget saat dirinya baru saja masuk ke dalam rumah dan melihat Raja di sana sedang mengobrol dengan ayahnya yang sedang sakit.Perasaan bingung, malu dan juga sedih bersatu dalam benak Kania. Tapi sebisa mungkin Kania harus mengatur perasaanny
Di tempat lain, Raja masih belum tidur sampai dini hari karena sibuk dengan laptopnya. Steve tidur dengan cepat tadi saat Raja memberinya susu hangat dan menidurkannya di ranjang kamarnya."Aku menemukanmu, Kania." Raja bermonolog dengan suara pelan saat layar laptopnya menunjukkan posisi Kania berada."Dia tidak menelpon aku ataupun Steve, apa dia merencanakan sesuatu?" Pikir Raja sembari mengusap wajah lelahnya."Aku akan mencoba mencari tau soal ini besok. Steve sudah nyaman dengan wanita ini, akan sulit bagi Steve untuk beradaptasi dengan pengasuh baru jika Kania tidak kembali dalam waktu dekat." Raja bermonolog lagi namun kali ini sembari menatap Steve yang tengah terlelap."Steve butuh Kania. Bukan aku yang butuh," ujar Steve lagi yang masih tidak ingin mengakui perasaannya.Setelah selesai dengan tugasnya, Raja membaringkan tubuhnya sejenak di samping Steve dan mengistirahatkan matanya yang terasa kering dan lelah karena harus bekerja sejak pagi.Pagi hari.Setelah Steve bangun