Beranda / Romansa / Tamu Di Rumah / Tio Bertemu Reva

Share

Tio Bertemu Reva

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bertemu Reva

Tio kini sedang bekerja pagi di tempat yang lama, degan semangat yang selalu membara membuat bos dan karyawan yang lain senang melihat kerja keras Tio.

“Semakin hari, kamu terlihat semakin semangat bekerja,” celutuk Bima, sembari melirik Tio yang tebgah bekerja.

“Harus, jika aku tidak seperti ini kasihan keluargaku dirumah,” jawab Tio.

Bima memganggukan kepalanya Banga kepada Tio, dia tidak pernah menyerah sama sekali dalam bekerja demi keluarga kecilnya.

Bima juga tahu, jika Tio melakukan dua pekerjaan sekaligus setiap hari, tanpa ada rasa lelah yang menghambat pekerjaannya.

Walau penghasilan tidak menentu, tapi tidak membuat Tio untuk menyerah. Demi mencukupi kebutuhan hidup angota keluarganya.

“Jam berapa kamu setiap hari berjualan sendal?” tanya Bima, ketika Tio menghentikan pekerjaannya.

“12 siang, aku sudah mulai pergi dari sini. Jika dilihat dari jam kerja, sekitar jam satu,” jswab Tio dengan mantap.

“Apakah aku boleh membantumu? Rasanya aku memiliki ahli dalam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tamu Di Rumah   Tio Malu

    Malu rasanya dia menatap wajah mantan istrinya tersebut, yang dia tinggalkan hanya demi seorang yang lebih cantik darinya. Namun Tio ternyata salah, kini Reva lebih cantik dan lebiuh menawan daripada Mila.Reva menganggukan kepalanya. “Coba ceritakan Tio, apa yang terjadi? Kau benar berubah 100 persen,” ujar Reva. “Aku malu, Mila. Malu,”, balas Tio membuat Reva langsung mengerutkan keningnya.“Kenapa harus malu bersamaku?” tanya Reva dengan cepat, menatap wajah Tio yang sama seklai tidak mau menatap wajah dirinya Terlihat mobil Roy sudah datang, namun Roy tidak akan kekuar mobil. Membiarkan Reva berbicara dengan Tio.“Aku benar malu Reva, hidupku sekarang jauh dari kata baik. Bahkan terkadang makan saja harus mengutang di warung,” ujar Tio membuat Reva kaget mendengarnya. Sebegitu kah parahnya Tio sekarang?“Lalu, kamu masiu bersama istrimu? Apakah dia tidak membantumu untuk bekerja?” tanya Reva, mengingat jika Tio masih memiliki istri.Tio menggeleng. “Asal kamu tau Reva, dia sama

  • Tamu Di Rumah   Berkunjung ke rumah Tio

    “Tio, apakah ku boleh bertemu keluargamu?” tanya Reva, membuat Tio menatap wajahnya dengan tajam.“Ada apa Mila?” Tanya Tio dengan heran, jujur dalam hati dia sebenarnya malu jika Mila mengetahui kondisi keluarganya sekarang.Reva tersenyum, menatap wajah Tio. “Tidak apa, aku ingin bertemu dengan anakkmu. Sekaligus mungkin aku bisa membantumu sedikit,” jawab Reva meyakinkan Tio.Tio menghembuskan nafasnya dengan pelan. “Baiklah, mari aku antarkan kerumah,” ujar Tio mempersilahkan.“Naik mobil kami aja, jati kamu beritahu jalannya, ya?”**** Reva dan Roy berhenti di supermarket terdekat terlebih dahulu, Reva keluar sendirian dari mobil untuk membeli beberapa kebutuhanSementara Roy berada di dalam mobil bersama dengan Tio, mengobrol memecahkan keheningan dan kecangungan yang melanda mereka berdua.Reva membeli banyak perlengkapan untuk Tio, dia mencari perlengkapan bayi dan juga beberapa kebutuhan makanan pokok. Reva akan memberikan tersebut kepada Tio, dia yakin jika Tio membutuhkan

  • Tamu Di Rumah   Semua Berubah

    “Reva, kamu jangan kaget, melihat kondisi rumah saya yang sekarang seperti ini,” ujar Tio seolah membaca isi pikiran Reva.Reva tersenyum, sambil memganggukam kepalanya. “tidak apa, semuanya bisa berubah kapan saja Tio. Nanti kamu pasti akan kembali mendapatkan kebahagian kamu yang duku,” jawab Reva, berusaha meyakinkan kepada mereka.Roy menepuk pundak Tio, berusaha untuk menyemangati dirnya. Terlihat sekali jika Tio merasa seperti menyesal, namun ditutupi oleh keramahannya.“Perjuangan butuh proses yang lama, jangan jadikan kegiatan yang dulunya gampang kini anggap menjadi sama” balas Roy.Tio Menganggukan kepalnya, kedatangan mereka justru membuat semangatnya semakin bertambah besar. “Jika nanti Angga sudah akan bersekolah, jangan sungkan untuk menghubungiku, Tio. Nanti biar aku yang membiayai semua pendidikannya,” ujar Reva, menatap wajah Angga yang sangat lelap untuk tidur di dalam dekapan gendongannya.Tio menggelengkan kepalanya dengan cepat, sekaligus kaget dengan perkataan Re

  • Tamu Di Rumah   Memborong dagangan Tio

    Mila mengambil kardus besar yang dibawa oleh Reva, dengan santainya melihat isi yang berada di dalam kardus tersebut. Lalu dengan cepat menganggukkan kepalanya, sembari terkekeh sinis sejenak.“Aku hanya memberikan kalian seperti itu, mudah-mudahan cukup untuk kalian semua,” ujar Reva, melihat raut wajah Mila yang seperti tidak suka dengan apa yang diberikan kepada Mila.Mila hendak menjawab, namun Tio lebih dahulu menyela. “Ini sudah lebih dari cukup Reva, bahkan jika kami memakai mungkin kelebihan kadang,” ujar Tio dengan senyum ramahnya, melirik Mila yang menatapnya dengan sinis.Jika Mila diberikan menjawab, mungkin akan menjadi panjang perdebatan yang akan terjadi sekarang. Tidak seperti yang lainnya jika ada tamu ke rumah, Mila hanya sinis kepada kedatangan Reva dan Roy membuat dia menjadi kesal.“Maaf, aku telat menyuguhi kalian. Kalian ingin minum?” tanya Tio, ketika mengingat sesuatu yang hampir terlupa setiap ada orang yang datang untuk bertamu ke rumah. “Tidak perlu, kami t

  • Tamu Di Rumah   Produk Bagus

    Tio menganggukan kepalanya dengan sedikit terkekeh, melihat raut wajah kaget dari Roy. “Aku hanya sedikit mengambil untung, intinya ada yang beli dan laku itu sudah membuat aku senang,” ujar Tio kembali, bahkan tidak ada unsur paksaan dari apa yang dikatakan. Membuat Roy mengangguk“Kamu tidak merasa rugi?” tanya Roy lagi, dengan kening yang berkerut.“Tidak, jika memang rejeki aku berada disana. Mungkin tanpa kita sadari, kita menabung akan banyak memiliki tabungan,” ujar Tio.“Ternyata kamu pintar juga,” kekeh Roy membuat Tio tertawa kecil mendengarnya.***Mila melihat di sekitar luar rumah Tio, sungguh pemandangan dari sini terluhat sangat menarik. Tidak terlalu dekat dengan jalan raya, tapi tidak terlalu jauh dengan jalan raya. Impas, bahkan terasa lebih tenang jika tinggal disini.Namun terlihat seperti kampung, dengan kondisi yang dua kali lebih bersih dari yang di kota.Reva membalikkan badannya, kembali menuju rumah Tio setelah dirasa sudah lama dia berjalan-jalan di sekitar r

  • Tamu Di Rumah   Gemas

    Reva dan Roy kini sudah berada di dalam mobil, mereka akan menuju tempat yang akan dituju yang terakhir sebelum pulang ke rumah.Namun Reva masih tak percaya dengan apa yang di lihat, jika kehidupan Tio akan seperti itu. Terlebih lagi istrinya sangatlah buruj sikapnya, membuat Reva menjadi kasihan melihatnya.“Pasti Tio setiap hari di salahkan sama istrinya,” celutuk Reva, membuat Roy sedikit melirik ke arahnya.“Iya, kasihan Tio harus bertemu perempuan seperti dia,” jawab Roy. “Dari sikapnya saja aku sudah tidak suka, sudah Setiap hari emosi aku jika melihatnya.”Reva terkekeh pelan, ternyata Roy juga tidak menyukai sikap istri Tio. “Dari dulu beranggapan sombong, dengan apa yang dia punya. Sudah seperti ini, kenapa dia malah tidak ingin bertobat?” ujar Reva, sangat heran dengan Mila. Entah setan apa yang merasuki tubuhnya, sampai bisa dia seperti itu kepada suami.Tidak mau bekerja, selalu Tio yang di salahkan soal pekerjaan. Selalu Tio yang salah soal uang, dan semua Tio yang salah.

  • Tamu Di Rumah   Pulang

    “Ternyata penjual disini masih pada mengingat diriku,” ujar Reva, sembari memakan satu tusuk sate milik Roy.Roy menganggukan kepalanya. “mereka pasti mengingatmu, toh pelanggan yang dulu hampir setiap hari datang kesini,” kekeh Roy, menatap Reva.Reva terkekeh. “Iya sih,” ujar Reva dia mendorong piringnya yang sudah kosong. “Aku mau bayar dulu, kalau mau ke mobil duluan aja, ya,” balas Roy memberikan kunci mobilnya kepada Reva. Lalu pergi dari hadapan Reva, pergi menuju penjual sate.Reva berjalan menuju mobil, langsung masuk ke dalam mobil. Sembari menunggu Roy, dia memainkan ponselnya menghilangkan rasa bosannya.****18:00Jam enam sore, Reva baru saja sampai di rumahnya. Badannya sangat lelah dan lengket, seharian berada di luar rumah. “Assalamualaikum,” ujar Reva dan Roy secara bersamaan, membuat Bi Ira yang duduk di kursi sofa langsung mendekati mereka.“Astaga, bibi kira kalian pergi kemana. Dari pagi buta keluar, dan baru sampai jam enam sore,” kata Bu Ira, membuat Reva ters

  • Tamu Di Rumah   Reva hamil

    Uekkk!Uekkk!Reva memegang kepalanya yang terasa sangat pusing, sudah berkali-kali dia bolak-balik kamar mandi karena rasa mualnya tak bisa di tahan. Roy sudah berangkat kerja sejak tadi, dia ditemani Bi Ira yang tengah membuatkannya teh hangat. Dia berjalan keluar dari toilet, bersamaan dengan Bi Ira yang memasuki kamar Reva. Bi Ira menaruh teh hangat, dan mendekati Reva. “Neng tidur dulu neng, ini pakai minyak hangat dulu,” ujar Bu Ira.Reva hanya menurut saja, yang terpenting rasa mualnya bisa hilang dari tubuhnya. Rasa pusing pun semakin menjadi-jadi, bahkan berdiri saja Reva sudah merasa ingin tumbang.Bi Ira mengoleskan minyak hangat, Reva meminum air hangat yang diberikan oleh Bi Ira. Bi Ira juga memijat kepala Reva sejenak, rasanya memang nikmat saat Bi Ira mulai memijit kepalanya.Namun sesuatu yang mengganjal seperti akan keluar dari dalam perutnya, dengan cepat Reva berlari menuju toilet. Uekk!Uekk!Reva kembali muntah-muntah, bahkan Bi Ira mengelus punggung Reva. Dia

Bab terbaru

  • Tamu Di Rumah   Kebahagiaan

    "Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan Mega

    Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay

  • Tamu Di Rumah   Surat dari Bu Wendah

    "Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i

  • Tamu Di Rumah   Berita duka

    Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan

  • Tamu Di Rumah   laki-laki

    Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"

  • Tamu Di Rumah   Dibohongi

    Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau

  • Tamu Di Rumah   Berbohong

    Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la

  • Tamu Di Rumah   Mega dilamar

    Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan

  • Tamu Di Rumah   Pulang Kampung

    Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but

DMCA.com Protection Status