Share

Reva hamil

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Uekkk!

Uekkk!

Reva memegang kepalanya yang terasa sangat pusing, sudah berkali-kali dia bolak-balik kamar mandi karena rasa mualnya tak bisa di tahan.

Roy sudah berangkat kerja sejak tadi, dia ditemani Bi Ira yang tengah membuatkannya teh hangat. Dia berjalan keluar dari toilet, bersamaan dengan Bi Ira yang memasuki kamar Reva.

Bi Ira menaruh teh hangat, dan mendekati Reva. “Neng tidur dulu neng, ini pakai minyak hangat dulu,” ujar Bu Ira.

Reva hanya menurut saja, yang terpenting rasa mualnya bisa hilang dari tubuhnya. Rasa pusing pun semakin menjadi-jadi, bahkan berdiri saja Reva sudah merasa ingin tumbang.

Bi Ira mengoleskan minyak hangat, Reva meminum air hangat yang diberikan oleh Bi Ira. Bi Ira juga memijat kepala Reva sejenak, rasanya memang nikmat saat Bi Ira mulai memijit kepalanya.

Namun sesuatu yang mengganjal seperti akan keluar dari dalam perutnya, dengan cepat Reva berlari menuju toilet.

Uekk!

Uekk!

Reva kembali muntah-muntah, bahkan Bi Ira mengelus punggung Reva. Dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tamu Di Rumah   Bahagia

    “Neng sekarang mandi dulu yang bersih, Bibi mau masak nanti kita makan. Bibi temeni di bawah, kita mengobrol ya?”Reva menganggukan kepalanya, Bu Ira lalu pergi dari hadapan mereka. Dia berjalan menuju toilet dengan senyuman yang sudah dia tahan sejak tadi.“Terimakasih tuhan, akhirnya engkau mempercayai diriku untuk menjaga dia,” batin Reva, mengelus perutnya yang masih rata. ***Setelah selesai mandi, Reva langsung turun ke bawah. Mualnya masih menerjang, namun tidak separah pagi tadi. Mungkin ini menang efek dari ibu hamil, dan Bi Ira selalu mendampingi Reva apapun yang terjadi kepada Reva. “Sekarang aku harus ngapain, bosan sekali,” ujar Reva, membuat Bi Ira terkekeh.“Kita duduk di halaman belakang ya? Biar seger, disini panas sekali,” usul Bi Ira membuat Reva menganggukkan kepalanya dengan cepatReva ingin membantu Bi Ira untuk mencuci piring, namun Bi Ira menolaknya dia pun akhirnya memilih untuk mengelap meja saja. Terlalu banyak pekerjaan yang tidak diperbolehkan, membuat

  • Tamu Di Rumah   Kehadiran Bu Wendah

    Reva dan Roy langsung pergi ke dokter kandungan, untuk memeriksa kandungan yang ada pada Reva. Mereka sudah sampai, dengan perjalanan yang sangat padat. Roy menuntun Reva dengan lembut untuk menuju ruangan kandungan.“Ah ramai sekali,” ujar Reva berdecak dengan kesal, melihat banyak sekali yang mengantri di depan ruangan membuat Roy mengacak rambut Reva.“Namanya juga tempat umum, kita antri dulu, ya?” Roy mengambil nomor antrian, dan mengajak Reva untuk duduk di tempat yang kosong. Sembari menunggu antrian, Reva dan Roy berbincang-buncang. Menceritakan banyak hal, tentang apapun itu. “Nomor 21!”“Roy ayo!” Reva mengajak Roy untuk masuk saat nomor antreannya di sebutkanRoy dan Reva memasuki ruangan, di sabut hangat oleh ibu dokter yang duduk di kursi. Mempersilahkan mereka untuk duduk.“Ibu rebahan disana ya, biar saya periksa,” ujar Bu dokter membuat Reva menganggukkan kepalanya. Reva pun pergi menuju bankar bersama dengan dokter tersebut. Dokter memeriksa kandungan Reva dengan

  • Tamu Di Rumah   Niat Buruk

    Reva tengah membersihkan ruang tamu, langsung kaget dengan kehadiran Bu Wendah yang sudah berada di dalam rumah.“Eh ibu sudah di sini saja, kenapa gak pencet bel?” Ujar Reva dengan sedikit kaget.Bu Wendah tersenyum. “Kenapa toh, kan ibu juga bukan tamu jadi tidak apa dong,” balas Bu Wendah.Reva menganggukkan kepalanya paham. “Bentar ya bu, saya panggilkan Roy dulu. Dia lagi di atas sejak tadi” ujar Reva lalu pergi dari hadapan Bu Wendah.Melihat Reva yang sudah pergi, Bu Wendah langsung merubah ekpresinya. Dia memutar bola matanya malas, sungguh dia sangat jijik jika berkata manis dengan Reva. Sungguh dia tidak senang, bahkan tidak suka. Namun demi melancarkan aksinya, dia harus bisa untuk bersikap manis kepada Reva.Tak lama kemudian, Reva dan Roy muncul bersamaan dengan Bu Ira yang membawakan minuman. Bi Ira segera pergi, namun batinnya bertanya-tanya tujuan majikannya datang kemari.“Ibu,” sapa Roy dengan raut wajah senangnya, menyalimi tangan Bu Wendah dengan sopan. Bu Wendah

  • Tamu Di Rumah   Pertama di rumah Bu Wendah

    Malam harinya Reva dan Roy sudah sampai di rumah Bu Wendah, Bu Wendah mengantarkan mereka untuk menuju kamarnya. “Ini kamar kalian, sudah mama siapkan. Kamar Roy dulu sungguh berantakan,” ujar Bu Wendah membuat Roy berdecak, dia lalu masuk ke dalam kamarnya merebahkan tubuhnya yang terasa pegal.“Kalian bisa menaruh barang-barang kalian dulu, nanti turun makan ibu panggil ya,” ujar Bu Wendah sebelum pergi dari hadapan mereka.Reva menatap kamar yang begitu luas, terdapat foto Roy yang memakai jas sungguh tampan terpapang dengan jelas, di dalam kamarnya. “Kamarmu luas seperti ini apakah kamu tidak merasa kesepian?” tanya Reva, sambil membuka koper yang dia bawa mengeluarkan baju-baju.“Kan sekarang udah ada temen,” jawab Roy dengan santai, membuat Reva terkekeh mendengarnya.Reva lalu memindahkan baju-baju dari dalam koper, menuju lemari yang sangat besar dan mewah. Barang-barang milik Reva pun di taruh di atas meja dekat rias cermin yang sangat besar.Roy hanya melihat pergerakan is

  • Tamu Di Rumah   Melancarkan Aksi

    “Kamu pasti suka kan disini?” kata Bu Wendah, menatap Reva yang menatap kagum kepada taman yang mereka kunjungi.Reva menganggukan kepalanya. “Ini indah, bahkan sangat asri dan sejuk seklai,” jawab Reva membuat Bu Wendah tersenyum..“ayo.”Bu Wendah mengandeng tangan Reva, layaknya seorang ibu dan anak. Tanpa sadar Reva tersenyum melihat perlakuan Bu Wendah kepada dirinya.Bu Wendah bertemu dengan temannya, Reva pun di perkenalkan dan mengobrol dengan senag kepada mereka.****“ Assalamualaikum,” salam Roy, namun keningnya berkerut melihat rumahnya yang snagat sepi.Dia melirik jam masih menunjukkan pukul dua siang, namun kenapa rumah sangat sepi apakah mereka tidur di kamar masing-masing?Roy pun tak banyak ambil fikir, segera dia memasuki kamarnya namun sesampainya di kamar tidak ada yang dia lihat.“Reva sama Ibu?” gumam Roy, pikirannya kemana-mana dia takut jika Bu Wendah berbuat sesuatu kepada istrinya.Roy segera melepaskan pakaian dan berganti dengan kaos biasa, dengan cepat me

  • Tamu Di Rumah   Lemas

    Uekkk!!Uekk!Reva mulai terasa sangat mulai setiap pagi hari, dia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing lalu kembali ke kasurnya.“Masih muntah lagi?” Tanya Bu Wendah membawakan teh hangat kepada Reva.Reva menganggukan kepalanya. “Iya.”“Ini memang sering terjadi untuk ibu-ibu baru hamil muda, nanti kalau sudah memasuki 1 bulan mungkin tidak akan seperti ini lagi,” ujar Bu Wendah menjelaskan kepada Reva.Reva hanya menganggukkan kepalanya, tak sanggup berkata lain lagi sekarang. Tubuhnya sudah sangat lemas sekali.“Sekarang kamu istirahat dulu, ibu akan memasak di bawah,” ujar Bu Wendah. Bu Wendah keluar dari kamar Reva, menutup pintu dengan hati-hati. Setelah pintu tertutup, Bu Wendah merubah ekspresinya dia mengepalkan tangannya sangat kesal.“Sabar-sabar, ini demi aksi jika tidak sudah ku usir dari rumah,” gumam Bu Wendah, yang sudah bosan kepada Reva setiap hari mual-mual di dalam rumahnya dan merasa sangat risih sekali.***Siang harinya tubuh Reva terasa sedikit lemas

  • Tamu Di Rumah   Selalu Menurut

    “Masih pusing?” tanya Roy, menatap wajah pucat RevaReva menggelengkan kepalanya. “Tidak terlalu, mungkin nanti akan hilang pusingnya,” jawab Reva memegang tangan Roy yang berada di atas kepalanya.Roy menganggukan kepalanya. “Sekarang nurut kata ibu, ya. Biar kamu tidak sakit seperti ini lagi,” kata Roy membuat Reva menganggukkan kepalanya dengan cepat.“Aku selalu nurut kata ibu kok,” jawabnya.Roy menghembuskan nafasnya, dia melirik jam yang berada di dinding. Menunjukkan pukul dua sore, mungkin dia tidak akan datang ke kantor lagi karena sebentar jam sudah selesai bekerja.“Apakah kamu sudah makan? Kalau belum turun dulu makan, kamu Baru selesai bekerja,” kata Reva, mengingat Roy yang baru pulang langsung mencari dokter dan duduk bersama dengan dirinya di kamar.Roy menggelengkan kepalanya. “Aku sudah makan di kantor tadi, nanti aku akan makan bersamamu disini,” ujar Roy.Reva hanya mengangguk, tak menjawab perkataan Roy lebih. “Baiklah, bagaimanapun,” jawabnya.Roy mengelus kepal

  • Tamu Di Rumah   Tiga Bulanan

    Tetangga pun ikut senang, mendengar cerita dari Bu Wendah. Reva dan Roy saling pandang, sungguh kehidupannya seperti ini akan membuat dirinya menjadi lebih senang.“Roy sangat pintar sekali memilih wanita,” ujar salah satu tetangga, membuat Roy dan Reva tertawa pelan.“Iya mungkin memang ini jodoh saya,” ujar Roy.Mereka kembali tertawa mendengar jawaban Roy. Syukuran pun di mulai dengan khimat, mereka membaca doa-doa untuk kehamilan Reva yang sudah memasuki tiga bulanan.Setelah selesai, dan sekarang aksi memberikan minum kepada seluruh angota yang berada di dalam rumahnya. Bu Wendah sendiri memasuki dapur, dia tersenyum miring dan akan segera melancarkan aksinya sekarang juga. Namun dia akan memberikan Reva minuman paling akhir, biar tidak ada yang curiga kepada dirinya.“Ini silahkan di nikmati,” ujar Bu Wendah menaruh minuman di depan mereka. Bu Wendah mencegah Reva yang ingin mengambil, membuat Roy menatanya.“Jangan yang ini Reva, tidak baik untuk kandunganmu ibu sudah buatkan

Bab terbaru

  • Tamu Di Rumah   Kebahagiaan

    "Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan Mega

    Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay

  • Tamu Di Rumah   Surat dari Bu Wendah

    "Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i

  • Tamu Di Rumah   Berita duka

    Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan

  • Tamu Di Rumah   laki-laki

    Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"

  • Tamu Di Rumah   Dibohongi

    Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau

  • Tamu Di Rumah   Berbohong

    Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la

  • Tamu Di Rumah   Mega dilamar

    Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan

  • Tamu Di Rumah   Pulang Kampung

    Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but

DMCA.com Protection Status