Perbuatan Adam membuat Delia perlahan mulai membalasnya pelan-pelan dengan penuh kelembutan. Delia sama sekali tidak berpengalaman dalam sentuhan dan terlihat sedikit kaku saat melakukannya. Ketika Delia hampir bisa mengikuti gerakan Adam, sebuah sendok kayu pun terjatuh tepat di atas kepala Adam.“Adooww!” pekik Adam tertahan sambil memegang kepalanya yang sakit. Dia melihat ke atas lalu ke bawah tempat sendok kayu itu tergeletak di lantai. Entah siapa yang meletakkan sendok kayu itu di dalam rak piring.Delia pun tersenyum malu lalu berbalik hendak mengambil piring makan yang sudah diletakkan Adam di atas meja dapur. Pria itu bahkan ingat untuk menurunkan piring makan dengan posisi mereka yang cukup intim."Makanya jangan iseng. Sakit ya?" tanya Delia cengengesan.Pria itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi menatap tajam mata Delia. Melihat Adam hampir mendekat lagi, Delia buru-buru menjauh dari pria itu sambil memperingatkan Adam agar tidak mendekat lagi.“Kenapa aku nggak boleh mend
“Apa sih?” tanya Ethan penasaran lalu menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Megan sampai ke wajahnya juga.Manik mata hazelnut Ethan membesar ketika melihat wajah Megan sangat merah dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Pria itu langsung panik mendapati keadaan istrinya yang tampak meringis kesakitan.“Mananya yang sakit, sayang? Kamu kenapa sih? Aku panggil Joshua dulu ya,” ucap Ethan lalu beranjak dari sisi tempat tidur.“Tunggu! Aku nggak apa-apa! Cuma … malu,” ucap Megan sengaja mengecilkan suaranya ketika mengatakan kalimatnya yang terakhir.“Apa?” tanya Ethan yang tidak mendengar dengan jelas.Pria itu tidak jadi mengambil ponselnya lalu kembali duduk di samping Megan. Telapak tangan Ethan yang besar, mengusap lembut pipi Megan yang basah keringat. Melihat ekspresi wajah istrinya yang terlihat seperti kucing tersesat, Ethan berusaha keras menahan tawanya.“Ada apa, sayang? Apa ada yang mengganggumu?” tanya Ethan sambil menyibak selimut ke samping.“Aku malu, mas. Mau dita
Keesokan paginya, ketika Megan terbangun, dia tidak melihat Ethan di sampingnya. Wanita itu segera bangun dari tidurnya dan melihat sekeliling. Sinar matahari pagi tampak mengintip malu-malu dari balik gorden yang belum terbuka seluruhnya. Megan melihat penampilannya yang masih sama seperti semalam, belum memakai apapun.“Selamat pagi, nona,” sapa Alex yang tiba-tiba sudah muncul di dalam kamar itu.“Alex?!” pekik Megan kaget karena tubuhnya hanya tertutup selimut saja.“Sedang apa kamu disini?! Dimana suamiku?!” Megan jelas panik melihat pria lain berada di dalam kamar pribadinya. Dia merasa sangat tidak nyaman dan malu. Apalagi Ethan tidak terlihat dimanapun.“Mas?! Mas dimana?!” panggil Megan lagi.“Iya, sayang,” sahut Ethan dari dalam walk in closet. “Aku masih pakai baju. Tunggu.”Mendengar suara Ethan, Megan pun bernafas lega. Pandangan matanya langsung tertuju pada Alex. “Dengar, Alex. Aku nggak suka kamu masuk ke kamarku terutama saat aku belum berpakaian lengkap. Ada atau tid
“Saya akan memanggil tuan Joshua,” ucap kepala pelayan Tan cepat.“Tunggu,” pinta Megan cepat. “Aku hanya pusing karena kurang tidur. Alex, kita berangkat ke rumah orang tuaku.”Megan tetap memaksa Alex untuk mengantarnya ke rumah Ibu Susan dan Ayah Romi. Saat ini Megan ingin menghabiskan waktu bersama orang tua angkatnya. Dia ingin sekali makan sambil disuapi oleh Ibu Susan. Alex yang merasa khawatir, meminta kontak Joshua pada kepala pelayan Tan.“Saya akan menelpon dokter Joshua kalau nona pusing lagi,” ucap Alex sebelum menyusul Megan masuk ke dalam mobil.“Jangan hidupkan AC. Turunkan kaca mobilnya,” pinta Megan yang sudah bersandar di kursi belakang.“Nona, sebaiknya kita ke rumah sakit saja,” bujuk Alex hati-hati.“Ke rumah Ibu. Kalo bawel, aku pergi sendiri,” ancam Megan sambil mengelus perutnya.Alex tidak punya pilihan lain selain mengantar Megan ke tempat yang dia inginkan. Tidak perlu waktu lama untuk pergi ke rumah orang tua Megan. Mereka hanya perlu berkendara selama sek
“Agar tidak ada yang melihat ke dalam kamar, nona. Silahkan beristirahat. Saya akan berjaga di depan pintu,” ucap Alex.Ketika Megan berjalan melewatinya, Alex merasakan suhu tubuh Megan yang lebih panas dari biasanya. Pria itu menoleh menatap Megan dan memperhatikan pola nafas wanita itu lebih cepat dari biasanya. Wajah Megan terlihat memerah dan pandangan matanya setengah terpejam.“Nona, maaf kalau saya lancang,” ucap Alex mendekati Megan.Melihat Alex mendekatinya dengan cepat, Megan mengulurkan tangannya ke depan untuk menahan tubuh pria itu. Tapi Alex langsung menyentuh kening Megan. Hawa panas dari kening Megan langsung terasa menyengat telapak tangan Alex.“Nona demam!” pekik Alex mulai panik.Pria itu menyandarkan tubuh Megan ke sandaran tempat tidur lalu bergegas keluar dari kamar. Dia berlari ke depan untuk memerintahkan sopir memutar balik mobil mewah yang membawa mereka tadi. Melihat Alex terlihat sibuk sendiri, Ibu Susan menoleh ke dalam rumah. Dia meletakkan piring bers
Sedetik kemudian, ekspresi wajah Ethan langsung berubah ketika melihat Megan terbaring lemah di atas brankar. Helena mengerutkan keningnya melihat perubahan yang hanya sedetik itu. Entah kemana hilangnya wajah dingin dan galak milik Ethan Wibisana barusan. Pria itu kini terlihat seperti pria lemah yang tidak berdaya.“Sayangku, kamu kenapa? Cintaku, bangunlah. Suamimu sudah ada disini,” ucap Ethan lirih sambil mengelus-elus pipi Megan.“Mmm … mas ….” Perlahan Megan mulai sadar dari pingsannya. Meskipun belum bisa membuka kedua matanya, tapi Megan bisa merasakan Ethan ada di dekatnya.“Iya, sayang. Aku disini. Kamu kenapa bisa panas gini?” tanya Ethan lagi kali ini lebih lembut.Kali ini Megan tidak menjawab, tapi kedua matanya masih bergerak-gerak. Melihat Megan yang mulai sadar, Joshua memerintahkan suster untuk mengompres kening Megan dulu. Joshua tidak mau gegabah memberikan obat kepada Megan setelah mendengar kata-kata Helena tadi.“Kakak, aku perlu bicara denganmu. Ayo, kita kesa
“Kita lihat ya. Jangan tegang,” pinta Helena sebelum memeriksa perut Megan dengan kedua tangannya yang sudah memakai sarung tangan karet.Megan meringis saat Helena menekan cukup keras di bagian perutnya yang rata. Dokter itu pun mengangguk lalu meminta sebuah tube pada suster. Cairan kental berwarna bening pun membasahi perut Megan. Cairan dingin itu membuat Megan sedikit menggigil.“Tahan sedikit ya. Sebentar lagi selesai,” ucap Helena lalu mengambil sebuah alat berbentuk pipih yang terhubung dengan monitor di depannya.Ethan melihat semua yang dilakukan Helena dengan kening mengkerut. Dia hampir protes ketika melihat Megan meringis lagi ketika Helena menekan perutnya lagi. Kalau saja Joshua tidak ada di sama, sudah bisa dipastikan Ethan akan bertengkar dengan Helena.“Lihat. Ada sesuatu disini. Kantong kehamilannya sudah terlihat ya,” ucap Helena sambil mengarahkan alat USG yang dipegangnya ke bagian lain di perut Megan.“Kantong kehamilan?” gumam Ethan seratus persen bingung.“Iya
“Saya Susan, ibunya Megan,” ucap Ibu Susan sambil tersenyum ramah. “Saya ingin tahu kondisi putri saya.”Helena pun bergeser dari depan pintu ruang prakteknya dan mempersilahkan Ibu Susan untuk masuk. Saat Gregory mendekat lagi untuk melancarkan aksi protes, Helena sudah menutup pintu dengan keras di depan wajah pria itu.“Adooww!” pekik Gregory kesakitan karena hidungnya yang mancung terbentur pintu di depannya.Alex yang melihat bosnya meringis, buru-buru mendekat lalu menuntun Gregory duduk di kursi tunggu. Gregory masih kesakitan sambil memegangi hidungnya terus. Untung saja pria itu tidak sampai berdarah. Entah apa yang akan dilakukannya kalau sampai akibat perbuatan Helena tadi membuat Gregory terluka.Gregory menunjuk pintu ruang praktek yang tertutup lalu menunjuk ke arah Adam yang berdiri di samping Alex. Sedetik kemudian, Gregory kembali menyentuh hidungnya yang masih sakit. Kepalanya terasa sedikit nyeri dan membuat kedua matanya sulit terbuka. Ditambah dengan kemarahan Gre