Beranda / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 61: Jejak Menuju Istana Bayangan

Share

Bab 61: Jejak Menuju Istana Bayangan

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 17:07:46

Pagi itu, Xiao Feng meninggalkan istana dengan bekal yang cukup dan peta kasar yang diberikan oleh Wen Liang, seorang menteri yang pernah mendengar desas-desus tentang Istana Bayangan. Peta itu sendiri hanyalah sebuah petunjuk samar dengan menunjukkan beberapa lokasi yang konon menjadi jalur menuju istana tersebut.

"Langkah pertama adalah menuju Pegunungan Jiuhua," gumam Xiao Feng sambil menatap peta. "Jika ini benar, aku akan menemukan petunjuk lebih lanjut di sana."

Setelah dua hari perjalanan, Xiao Feng tiba di kaki Pegunungan Jiuhua. Hutan yang lebat mengelilingi jalan setapak yang berbatu, suasana sepi dan angin dingin membuatnya semakin waspada.

Saat ia mulai mendaki, ia mendengar suara langkah kaki yang lembut namun teratur di belakangnya. Xiao Feng berhenti dan berbalik dengan cepat, tangannya dengan cepat memegang gagang pedang, seolah bersiap dengan serangan yang kemungkinan bisa terjadi.

"Kau tidak perlu begitu tegang, pendekar muda," ujar seorang pria tua yang muncul dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 62: Langkah Menuju Takdir

    Xiao Feng melanjutkan perjalanannya dengan tekad yang semakin membara. Ia kini yakin bahwa Benteng Malam Abadi yang ia cari sebelumnya adalah bagian dari rencana besar sekte aliran sesat yang ingin menggulingkan kekaisaran. Peta yang ia bawa menunjukkan bahwa tujuan akhirnya ada di suatu tempat di pegunungan terpencil.Pagi itu, ia berdiri di tepi sebuah jurang yang curam. Angin dingin bertiup kencang, membawa kabut tipis yang menutupi pandangan."Jika aku benar, jalur ini akan membawaku ke Istana Bayangan," gumamnya.Saat menuruni jalan setapak yang berkelok, hutan di sekitarnya menjadi semakin gelap. Pepohonan menjulang tinggi dengan dedaunan lebat, membuat cahaya matahari hampir tidak bisa menembusnya. Tiba-tiba, suasana menjadi hening seketika. Tidak ada suara burung atau gemerisik angin, hanya keheningan yang mencekam.Xiao Feng menghentikan langkahnya, merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang ringan, hampir seperti bisikan."W

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 63: Jalan Menuju Istana Bayangan

    Xiao Feng menyusuri jalan berbatu yang semakin menanjak, diapit oleh tebing-tebing curam. Peta yang ia temukan menunjukkan bahwa ia harus melewati lembah sempit sebelum mencapai tujuan berikutnya.Angin dingin bertiup, membawa aroma lembab dari hutan di bawahnya. Matahari mulai terbenam, dan bayangan panjang dari pohon-pohon besar di sekitarnya menambah suasana yang mencekam."Istana Bayangan… Jika benar ini adalah pusat dari sekte aliran sesat, maka aku harus lebih berhati-hati," pikirnya sambil menggenggam gagang pedangnya dengan erat.Setelah berjam-jam berjalan, Xiao Feng tiba di sebuah dataran terbuka yang dikelilingi oleh bukit-bukit. Di sana ia melihat sesuatu yang mencurigakan, jejak kaki yang tidak alami. Jejak itu terlalu dalam, seolah-olah dibuat oleh seseorang yang membawa beban berat."Mereka pasti baru saja lewat," gumamnya sambil memeriksa arah jejak itu.Tanpa ragu, ia mengikuti jejak tersebut, tetapi langkahnya semakin melambat saat ia mulai merasakan kehadiran yang m

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 1: Bayang-Bayang di Balik Langit Naga

    Angin berhembus lembut di antara pepohonan pinus yang menjulang tinggi, menggoyangkan dedaunan seperti melodi lembut. Di tengah hutan, sebuah dojo kecil berdiri kokoh, tempat di mana para murid berkumpul untuk mengasah kemampuan bela diri mereka. Di sinilah Xiao Feng berlatih, di bawah bimbingan Shifu Yan, seorang guru yang dihormati dan bijaksana. Dengan tatapan penuh harapan, ia memfokuskan diri pada gerakan-gerakan yang diajarkan.Hari itu, pelatihan terasa berbeda. Ada ketegangan di udara, seolah-olah alam merasakan peristiwa yang akan datang. "Feng, ingat, kekuatan bukan hanya berasal dari fisik, tetapi juga dari dalam diri," suara Shifu Yan mengalun lembut namun tegas, mengingatkan Xiao Feng untuk selalu memperhatikan keseimbangan antara kekuatan dan ketenangan dalam hidupnya.Pemuda itu tersenyum tipis sebelum akhirnya menjawab. "Ya, Shifu," jawab Xiao Feng, sambil mengatur napasnya. Dengan keahlian yang terasah, ia melanjutkan gerakan pedangnya, menghindari bayang-bayang yang

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 2: Arti Dalam Sebuah Perjalanan

    Entah keajaiban apa yang saat ini terjadi. Ia terbangun, semuanya sudah terlambat. Saat ini, hanya ada suara desiran angin malam disertai suara hewan yang ikut bernyanyi seakan menangis di kesunyian malam. Dojo yang dulunya megah kini telah hancur. Tidak ada lagi suara tawa atau pelajaran berharga yang akan di ajarkan Sang guru, bahkan tidak hanya itu, teman-temannya bahkan ikut terbunuh, entah kapan itu terjadi. Satu hal yang ia tidak mengerti, bagaimana mungkin saat ini ia masih bisa bernafas. Hanya ada kesunyian yang menyesakkan saat ini, dan bayangan gurunya yang akan menghantui setiap hari di tempat tersebut.Rasa sakit dan kepedihan menyelimutinya seperti selimut yang sangat berat. Satu-satunya suara yang ia dengar adalah detakan jantungnya yang berpacu cepat, berdegup keras dalam kesunyian yang menyakitkan. Kenangan akan senyum Shifu Yan berkelebat dalam benaknya, mengingatkannya pada pelajaran-pelajaran berharga yang selama ini diajarkan. "Kekuatan berasal dari dalam," suara S

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 3: Sebuah Pertemuan Dan Takdir

    Saat Xiao Feng melanjutkan perjalanannya, hari-harinya dipenuhi pelatihan keras dan refleksi mendalam tentang tujuannya. Ia berjalan melalui desa-desa kecil, menanyai penduduk tentang Yin Mo Sect dan mencari informasi lebih lanjut mengenai keberadaan mereka. Di setiap langkah, ia merasakan beban kesedihan dan kemarahan, tetapi juga kekuatan baru yang muncul dari tekadnya untuk membalas dendam.Suatu pagi, ia tiba di desa kecil bernama Ling Shan, yang dikenal karena keindahan alamnya. Di sini, penduduknya hidup damai, tetapi ada aura ketakutan yang melingkupi mereka. Xiao Feng merasa ada sesuatu yang tidak beres ketika ia bertemu dengan seorang lelaki tua, Liang, yang duduk di depan sebuah kedai teh.Kedatangan Xiao Feng tentu menarik banyak perhatian, salah satu diantaranya ialah seorang lelaki tua "Apa yang membuatmu datang ke desa kami, pemuda?" tanya Liang, menatapnya dengan tatapan tajam.Xiao Feng hanya bisa terdiam sesaat, sebeluma akhirnya ia menjawab "Aku mencari informasi ten

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 4: Bayangan Gelap di Atas Desa

    Setelah beberapa bulan di bawah bimbingan guru tua, Xiao Feng merasa lebih siap menghadapi tantangan yang menghalangi jalannya. Setiap latihan mengajarinya tentang kontrol diri, kekuatan, dan fokus. Saat ini, setiap gerakan dan napas terasa lebih terarah, seolah-olah tubuh dan energinya bekerja dalam harmoni yang selaras.Namun, ada satu hal yang selalu membayangi pikirannya—Yin Mo Sect. Meskipun pelatihan telah mempersiapkan fisiknya, kemarahan dan rasa sakit dari kehilangan Shifu Yan terus menyala dalam hatinya, membuat api kecil membara menjadikannya api besar yang tak kunjung padam.Waktu kembali berjalan cepat. Xiao Feng yang sudah memulai perjalanan kembali menuju desa Ling Shan merasakan hatinya berdebar-debar saat ia melintasi jalan yang sama. Perasaannya campur aduk. Ia tahu bahwa banyak hal telah berubah, tetapi tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kenangan akan desa dan orang-orang yang dicintainya yang telah mati.Saat tiba di desa, suasana terasa mencekam. Penduduk t

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 5: Rencana Penyerangan

    Setelah beberapa hari merencanakan strategi, Xiao Feng dan Ling Yu memutuskan untuk mengumpulkan sekutu dari desa-desa terdekat. Mereka membuat rencana untuk mengunjungi desa Shui Lin, yang terkenal dengan pendekar-pendekarnya yang tangguh dan keterampilan bertarung yang mumpuni. Xiao Feng yakin bahwa jika mereka bisa mendapatkan dukungan dari mereka, kekuatan desa Ling Shan akan meningkat secara signifikan.Pagi itu, dengan matahari yang baru muncul di cakrawala, Xiao Feng dan Ling Yu berangkat ke desa Shui Lin. Mereka mengendarai kuda, melintasi ladang hijau yang membentang di antara bukit-bukit, merasakan angin sejuk menyapu wajah mereka. Di sepanjang jalan, mereka berdiskusi tentang rencana dan harapan mereka.“Jika kita bisa mendapatkan dukungan dari kepala desa Shui Lin, kita mungkin bisa mendapatkan lebih banyak pendekar untuk bergabung dengan kita,” ujar Xiao Feng, bersemangat.Ling Yu mengangguk. “Aku mendengar bahwa kepala desa adalah seorang pendekar hebat yang pernah menga

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 6: Bisikan Bayangan dan Keputusan

    Setelah menempuh perjalanan melelahkan melalui jalur berbatu dan hutan lebat, akhirnya Xiao Feng dan kelompoknya tiba di kaki Gunung Hitam. Kabut tebal menyelimuti puncak gunung, menciptakan suasana yang mencekam. Suara gemuruh dari kejauhan memberi tanda bahwa bahaya semakin dekat.“Mari kita bersiap,” bisik Ling Yu kepada Xiao Feng. “Kita tidak tahu apa yang menanti kita di dalam sana.”Xiao Feng mengangguk, matanya menyapu sekeliling. “Kita harus tetap bersatu dan hati-hati. Jika kita terpisah, kita akan menghadapi risiko yang lebih besar.”Mereka mulai merangkak naik, menelusuri jalur sempit yang menuju markas kelompok aliran sesat. Saat mereka mendekati puncak, suara gaduh dan teriakan bisa terdengar dari kejauhan. Suasana yang biasanya tenang kini berubah menjadi hiruk-pikuk, menciptakan ketegangan di dalam hati setiap orang yang ikut serta.Ketika mereka sampai di puncak, pemandangan yang menakutkan menyambut mereka. Di depan, sebuah bangunan besar terbuat dari batu gelap menju

Bab terbaru

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 63: Jalan Menuju Istana Bayangan

    Xiao Feng menyusuri jalan berbatu yang semakin menanjak, diapit oleh tebing-tebing curam. Peta yang ia temukan menunjukkan bahwa ia harus melewati lembah sempit sebelum mencapai tujuan berikutnya.Angin dingin bertiup, membawa aroma lembab dari hutan di bawahnya. Matahari mulai terbenam, dan bayangan panjang dari pohon-pohon besar di sekitarnya menambah suasana yang mencekam."Istana Bayangan… Jika benar ini adalah pusat dari sekte aliran sesat, maka aku harus lebih berhati-hati," pikirnya sambil menggenggam gagang pedangnya dengan erat.Setelah berjam-jam berjalan, Xiao Feng tiba di sebuah dataran terbuka yang dikelilingi oleh bukit-bukit. Di sana ia melihat sesuatu yang mencurigakan, jejak kaki yang tidak alami. Jejak itu terlalu dalam, seolah-olah dibuat oleh seseorang yang membawa beban berat."Mereka pasti baru saja lewat," gumamnya sambil memeriksa arah jejak itu.Tanpa ragu, ia mengikuti jejak tersebut, tetapi langkahnya semakin melambat saat ia mulai merasakan kehadiran yang m

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 62: Langkah Menuju Takdir

    Xiao Feng melanjutkan perjalanannya dengan tekad yang semakin membara. Ia kini yakin bahwa Benteng Malam Abadi yang ia cari sebelumnya adalah bagian dari rencana besar sekte aliran sesat yang ingin menggulingkan kekaisaran. Peta yang ia bawa menunjukkan bahwa tujuan akhirnya ada di suatu tempat di pegunungan terpencil.Pagi itu, ia berdiri di tepi sebuah jurang yang curam. Angin dingin bertiup kencang, membawa kabut tipis yang menutupi pandangan."Jika aku benar, jalur ini akan membawaku ke Istana Bayangan," gumamnya.Saat menuruni jalan setapak yang berkelok, hutan di sekitarnya menjadi semakin gelap. Pepohonan menjulang tinggi dengan dedaunan lebat, membuat cahaya matahari hampir tidak bisa menembusnya. Tiba-tiba, suasana menjadi hening seketika. Tidak ada suara burung atau gemerisik angin, hanya keheningan yang mencekam.Xiao Feng menghentikan langkahnya, merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang ringan, hampir seperti bisikan."W

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 61: Jejak Menuju Istana Bayangan

    Pagi itu, Xiao Feng meninggalkan istana dengan bekal yang cukup dan peta kasar yang diberikan oleh Wen Liang, seorang menteri yang pernah mendengar desas-desus tentang Istana Bayangan. Peta itu sendiri hanyalah sebuah petunjuk samar dengan menunjukkan beberapa lokasi yang konon menjadi jalur menuju istana tersebut."Langkah pertama adalah menuju Pegunungan Jiuhua," gumam Xiao Feng sambil menatap peta. "Jika ini benar, aku akan menemukan petunjuk lebih lanjut di sana."Setelah dua hari perjalanan, Xiao Feng tiba di kaki Pegunungan Jiuhua. Hutan yang lebat mengelilingi jalan setapak yang berbatu, suasana sepi dan angin dingin membuatnya semakin waspada.Saat ia mulai mendaki, ia mendengar suara langkah kaki yang lembut namun teratur di belakangnya. Xiao Feng berhenti dan berbalik dengan cepat, tangannya dengan cepat memegang gagang pedang, seolah bersiap dengan serangan yang kemungkinan bisa terjadi."Kau tidak perlu begitu tegang, pendekar muda," ujar seorang pria tua yang muncul dari

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 60: Persiapan di Balik Tirai

    Setelah malam tiba, istana Kekaisaran Thang tampak lebih hidup dari biasanya. Penjaga diperbanyak, dan obor-obor dinyalakan hingga menerangi setiap sudut. Meskipun baru tiba, Xiao Feng langsung terlibat dalam diskusi dengan para pejabat kekaisaran dan Jenderal Guan, seolah dirinya adalah orang yang sangat penting."Kita tidak bisa membiarkan sekte aliran sesat menyerang duluan," ujar Jenderal Guan sambil memandang peta besar yang terbentang di meja kayu panjang. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka punya kesempatan menyerang."Xiao Feng mengangguk, seolah mengerti dengan keadaan tersebut. "Mereka pasti memiliki markas atau titik kumpul di sekitar ibu kota. Sekte seperti ini biasanya mengandalkan tempat-tempat terpencil untuk menghindari deteksi."Kaisar Thang yang duduk di ujung ruangan akhirnya berbicara, suaranya tegas namun penuh wibawa. "Tuan Xiao Feng, apakah kau bersedia memimpin penyelidikan ini? Kami membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menghad

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 59: Ancaman di Balik Tirai Kekaisaran

    Disisi lain. Tepatnya di tengah kejayaan Kekaisaran Thang, angin buruk mulai berhembus. Laporan demi laporan tentang kekacauan di berbagai wilayah membuat suasana istana tegang. Desa-desa dibakar, pedagang dirampok, dan rumor tentang sekte aliran sesat yang hendak menggulingkan kekuasaan mulai menyebar seperti api di musim kemarau.Di dalam aula utama istana, Kaisar Thang yang agung duduk di singgasana emasnya, ditemani oleh para menteri dan jenderal kepercayaannya."Apakah ini hanya kebetulan atau memang ada kekuatan besar yang sedang menggerakkan semua ini?" tanya Kaisar, suaranya dalam namun penuh kekhawatiran.Seorang menteri tua bernama Wen Liang maju, membungkuk hormat, lalu berkata, "Yang Mulia, informasi yang kami terima menunjukkan adanya keterkaitan antara semua kejahatan ini. Mereka tampaknya dikendalikan oleh sekte aliran sesat yang telah lama bersembunyi. Namun, lokasi pusat kekuatan mereka masih menjadi misteri."Jenderal Guan, seorang pendekar tanpa tanding yang juga ko

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 58: Langkah yang Tak Pernah Terhenti

    Waktu berjalan dengan cepat, malampun berganti pagi. Mentari terbit perlahan, menciptakan kilauan keemasan di balik pepohonan. Xiao Feng berdiri di tengah desa, menghadap beberapa penduduk yang telah berkumpul untuk mengucapkan kalimat perpisahan. Di antara mereka, ada Tuan Guo, wanita yang diselamatkan Xiao Feng dari gua, dan pemuda yang memberinya informasi tentang Bukit Barat."Tuan Xiao, terima kasih atas keberanianmu. Desa kami akhirnya bisa bernapas lega," ucap seorang pria tua dengan nada penuh haru.Xiao Feng hanya tersenyum tipis. "Kewajibanku sebagai seorang pendekar adalah melindungi mereka yang membutuhkan. Jangan berterima kasih padaku, tapi berterima kasihlah pada keberanian kalian untuk bertahan."Setelah Xiao Feng berkata-kata. Wanita yang ia selamatkan mendekat, matanya masih sedikit sembap, akibat menangis semalaman. "Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu, Tuan Xiao. Jika bukan karena kau, aku mungkin sudah..." Suaranya tersendat, air mata kembali mengalir.Xi

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 57: Langkah Baru Menuju Kebenaran

    Xiao Feng meninggalkan Lembah Bayangan Abadi dengan hati yang merasa puas, ketika ia telah berhasil mengalahkan salah satu pemimpin di tempat tersebut. Dengan demikian ia kembali melanjutkan perjalanan, meninggal Lembah Bayangan Abadi. Langkah-langkahnya mulai terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena beban pikiran yang menghantui. Kristal hitam yang ia hancurkan tadi meninggalkan banyak pertanyaan. Apa tujuan Bayangan Kegelapan yang sebenarnya? Siapa penguasa mereka? Dan, apakah ini hanya permulaan?Dari kejauhan, lembah itu mulai tampak seperti bayangan samar di balik kabut. Mataharitampak mulai terbit, sinarnya yang hangat menyentuh wajah Xiao Feng, memberinya sedikit rasa damai setelah pertempuran panjang. "Aku harus terus maju," gumamnya sambil mengeratkan cengkeraman pada gagang pedangnya.Saat menyusuri jalan setapak menuju desa terdekat, Xiao Feng melihat seorang pria tua dengan gerobak kayu yang penuh dengan barang-barang dagangan. Pria itu tampak kelelahan, berjuang me

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 56: Misteri Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng mulai melangkah memasuki Lembah Bayangan Abadi, dikelilingi tebing-tebing tinggi yang menjulang seperti dinding raksasa. Udara di lembah ini terasa dingin, tetapi ada aroma samar yang aneh, seperti tanah basah bercampur bunga liar. Suara burung atau hewan lain nyaris tak terdengar, menambah suasana sunyi yang mencekam.Di kejauhan, ia melihat reruntuhan bangunan tua yang terlihat seperti kuil, diselimuti kabut tipis yang bergerak perlahan. “Tempat ini sepertinya menyimpan rahasia yang lebih dari sekadar markas kelompok Bayangan Kegelapan,” pikirnya.Setelah beberapa saat mengamati tempat tersebut, Xiao Feng memutuskan mendekati kuil itu. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena aura lembah ini seakan menekan energinya. Ketika ia tiba di depan reruntuhan, ia melihat ukiran-ukiran aneh pada dinding batu. Gambaran ular besar melilit matahari, dengan pilar-pilar batu yang sudah rapuh berdiri di sekelilingnya.Saat ia menyentuh salah satu ukiran, batu itu

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 55: Menuju Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng melangkah perlahan meninggalkan reruntuhan tempat kelompok Bayangan Kegelapan. Cahaya matahari pagi yang menembus dedaunan terasa menenangkan, kontras dengan kegelapan yang baru saja ia hadapi. Di tangannya, gulungan peta yang ditemukan dari pemimpin kelompok itu terus digenggam erat seakan tidak ingin kehilangan benda tersebut.Ia membuka peta itu sekali lagi, mempelajari setiap detailnya. Jalur yang ditunjukkan tampak samar, tetapi ia bisa melihat bahwa jalur itu akan membawanya melewati pegunung

DMCA.com Protection Status