Beranda / Pendekar / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 60: Persiapan di Balik Tirai

Share

Bab 60: Persiapan di Balik Tirai

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 14:29:25

Setelah malam tiba, istana Kekaisaran Thang tampak lebih hidup dari biasanya. Penjaga diperbanyak, dan obor-obor dinyalakan hingga menerangi setiap sudut. Meskipun baru tiba, Xiao Feng langsung terlibat dalam diskusi dengan para pejabat kekaisaran dan Jenderal Guan, seolah dirinya adalah orang yang sangat penting.

"Kita tidak bisa membiarkan sekte aliran sesat menyerang duluan," ujar Jenderal Guan sambil memandang peta besar yang terbentang di meja kayu panjang. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka punya kesempatan menyerang."

Xiao Feng mengangguk, seolah mengerti dengan keadaan tersebut. "Mereka pasti memiliki markas atau titik kumpul di sekitar ibu kota. Sekte seperti ini biasanya mengandalkan tempat-tempat terpencil untuk menghindari deteksi."

Kaisar Thang yang duduk di ujung ruangan akhirnya berbicara, suaranya tegas namun penuh wibawa. "Tuan Xiao Feng, apakah kau bersedia memimpin penyelidikan ini? Kami membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menghad
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 61: Jejak Menuju Istana Bayangan

    Pagi itu, Xiao Feng meninggalkan istana dengan bekal yang cukup dan peta kasar yang diberikan oleh Wen Liang, seorang menteri yang pernah mendengar desas-desus tentang Istana Bayangan. Peta itu sendiri hanyalah sebuah petunjuk samar dengan menunjukkan beberapa lokasi yang konon menjadi jalur menuju istana tersebut."Langkah pertama adalah menuju Pegunungan Jiuhua," gumam Xiao Feng sambil menatap peta. "Jika ini benar, aku akan menemukan petunjuk lebih lanjut di sana."Setelah dua hari perjalanan, Xiao Feng tiba di kaki Pegunungan Jiuhua. Hutan yang lebat mengelilingi jalan setapak yang berbatu, suasana sepi dan angin dingin membuatnya semakin waspada.Saat ia mulai mendaki, ia mendengar suara langkah kaki yang lembut namun teratur di belakangnya. Xiao Feng berhenti dan berbalik dengan cepat, tangannya dengan cepat memegang gagang pedang, seolah bersiap dengan serangan yang kemungkinan bisa terjadi."Kau tidak perlu begitu tegang, pendekar muda," ujar seorang pria tua yang muncul dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 62: Langkah Menuju Takdir

    Xiao Feng melanjutkan perjalanannya dengan tekad yang semakin membara. Ia kini yakin bahwa Benteng Malam Abadi yang ia cari sebelumnya adalah bagian dari rencana besar sekte aliran sesat yang ingin menggulingkan kekaisaran. Peta yang ia bawa menunjukkan bahwa tujuan akhirnya ada di suatu tempat di pegunungan terpencil.Pagi itu, ia berdiri di tepi sebuah jurang yang curam. Angin dingin bertiup kencang, membawa kabut tipis yang menutupi pandangan."Jika aku benar, jalur ini akan membawaku ke Istana Bayangan," gumamnya.Saat menuruni jalan setapak yang berkelok, hutan di sekitarnya menjadi semakin gelap. Pepohonan menjulang tinggi dengan dedaunan lebat, membuat cahaya matahari hampir tidak bisa menembusnya. Tiba-tiba, suasana menjadi hening seketika. Tidak ada suara burung atau gemerisik angin, hanya keheningan yang mencekam.Xiao Feng menghentikan langkahnya, merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang ringan, hampir seperti bisikan."W

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 63: Jalan Menuju Istana Bayangan

    Xiao Feng menyusuri jalan berbatu yang semakin menanjak, diapit oleh tebing-tebing curam. Peta yang ia temukan menunjukkan bahwa ia harus melewati lembah sempit sebelum mencapai tujuan berikutnya.Angin dingin bertiup, membawa aroma lembab dari hutan di bawahnya. Matahari mulai terbenam, dan bayangan panjang dari pohon-pohon besar di sekitarnya menambah suasana yang mencekam."Istana Bayangan… Jika benar ini adalah pusat dari sekte aliran sesat, maka aku harus lebih berhati-hati," pikirnya sambil menggenggam gagang pedangnya dengan erat.Setelah berjam-jam berjalan, Xiao Feng tiba di sebuah dataran terbuka yang dikelilingi oleh bukit-bukit. Di sana ia melihat sesuatu yang mencurigakan, jejak kaki yang tidak alami. Jejak itu terlalu dalam, seolah-olah dibuat oleh seseorang yang membawa beban berat."Mereka pasti baru saja lewat," gumamnya sambil memeriksa arah jejak itu.Tanpa ragu, ia mengikuti jejak tersebut, tetapi langkahnya semakin melambat saat ia mulai merasakan kehadiran yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 64: Langkah Dalam Kabut

    Saat ini. Xiao Feng melangkah perlahan memasuki lembah yang dipenuhi kabut tebal. Udara di sekitarnya terasa dingin dan lembap, menusuk kulitnya hingga masuk ke tulang. Setiap langkah yang ia ambil terasa berat, bukan hanya karena medan yang licin, tetapi juga karena aura mencekam yang memenuhi tempat itu."Istana Bayangan… pasti ada sesuatu yang melindunginya," gumamnya sambil meraba pedangnya, siap jika harus menghadapi apa pun yang mungkin muncul didepannya.Kabut di sekelilingnya begitu tebal sehingga jarak pandang hanya beberapa langkah saja, untuk saat ini ia kesulitan untuk melanjutkan perjalanan sebab ia tidak bisa melihat lebih jauh dari itu. Bahkan suara langkah kakinya sendiri terdengar teredam oleh kesunyian yang mematikan.Namun tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara-suara samar, seperti bisikan angin yang membawa pesan aneh. "Kembalilah… Jangan lanjutkan perjalanan ini…"Xiao Feng berhenti sejenak, matanya menyipit, berusaha menemukan sumber suara. Ia mencoba mencari s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 65: Dalam Kegelapan Istana Bayangan

    Saat ia mulai melangkah ke dalam lorong gelap di balik pintu batu besar itu. Suhu di dalam terasa semakin menurun, membuat kabut napasnya terlihat di udara. Hanya suara langkahnya yang menggema, seolah dinding lorong ini menyerap segala suara lain.Lorong itu tampak sangat panjang, dengan dinding batu hitam yang dipenuhi ukiran simbol-simbol kuno yang tidak dikenalnya. Beberapa di antaranya memancarkan cahaya redup seperti bara api yang hampir padam, memberikan penerangan yang nyaris tidak cukup. Ia tetap waspada dalam kondisi itu, tangannya menggenggam pedangnya dengan erat seakan merakasan sesuatu yang janggal hingga memaksanya terus waspada."Tempat ini... lebih dari sekadar sarang sekte aliran sesat," gumamnya, ketika merasakan aura jahat yang begitu kuat.Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara gemerisik dari atas, entah apa yang membuat suara itu, hingga membuat Xiao Feng bergerak cepat. Ia melompat mundur tepat sebelum deretan tombak tajam melesat turun dari langit-langi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 66: Kebenaran di Balik Jebakan

    Xiao Feng berdiri di tengah aula besar Istana Bayangan, matanya menatap altar yang kosong. Keheningan di ruangan itu terasa sangat janggal. Hanya suara langkah kakinya yang terdengar bergema saat ia melangkah lebih dekat. Energi di tempat ini terasa aneh, tidak sebesar yang ia bayangkan sebelumnya."Tempat ini... terlalu sepi untuk menjadi markas utama," pikirnya, tangannya masih menggenggam pedang dengan erat, karena merasa waspada.Tidak lama kemudian, dari balik bayangan patung-patung yang berjajar, muncul beberapa orang berpakaian serba hitam. Mereka tampak seperti penjaga biasa, bukan para pendekar tingkat tinggi. Jumlah mereka bahkan tak lebih dari lima orang, dan aura mereka jauh dari kata mengancam."Kau akhirnya tiba, pendekar dari Kekaisaran," salah satu dari mereka berkata, suaranya terdengar penuh ejekan. "Tapi sayangnya, kau telah membuang waktumu di sini.""Bicara!" bentak Xiao Feng, merasa kesal dengan kehadiran para kroco tersebut. "Apa maksud semua ini? Di mana pemimp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 67: Pertarungan yang Lebih dari Dendam

    Kilatan petir menyambar di udara, menerangi medan pertarungan yang dipenuhi asap dan debu. Xiao Feng berdiri dengan napas memburu, tubuhnya diselimuti luka kecil akibat serangan-serangan Zhang Rui yang berhasil menembus pertahanannya.Pria dengan tongkat besar yang bersinar merah gelap itu, tersenyum licik. Setiap gerakan Zhang Rui membawa kehancuran, tanah di sekitar mereka retak, dan energi bayangan yang ia kendalikan membuat udara terasa berat."Kau tidak buruk, anak muda," kata Zhang Rui dengan suara dingin. "Tapi keberanianmu tidak akan menyelamatkan kekaisaran. Kami sudah terlalu kuat untuk dihentikan."Xiao Feng tidak menjawab perkataan dari pria itu, tatapannya penuh dengan niat membunuh. Ia kemudian melompat maju, pedangnya mengeluarkan kilatan biru terang. "Hiat! Wsuhhh!" Tebasannya begitu cepat sehingga menciptakan gelombang energi yang memotong pohon-pohon di sekitarnya. Namun, Zhang Rui dengan mudah mengayunkan tongkatnya, menciptakan perisai bayangan yang menghentikan se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 68: Pertempuran di Langit Terbuka

    Angin kencang menerpa tubuh Xiao Feng saat ia melesat di udara, menggunakan jurus meringankan tubuh tingkat tinggi yang baru saja dikuasainya. Namun, fokusnya terganggu ketika ia melihat dari kejauhan pertempuran besar di sebuah dataran terbuka. Suara dentingan pedang, teriakan perang, dan sorak sorai prajurit terdengar menggema.Xiao Feng menghentikan lajunya di udara, memandang ke bawah. Ia melihat pasukan kekaisaran bertarung mati-matian melawan pasukan musuh yang tampaknya tak terhitung jumlahnya. Di tengah kekacauan itu, beberapa jenderal kekaisaran terlihat memimpin serangan dengan gagah berani, tetapi mereka tampak kewalahan. Musuh yang menggunakan baju zirah gelap dan senjata yang dipenuhi aura bayangan terlihat sangat terlatih dan ganas.“Aku tidak bisa membiarkan mereka bertarung sendiri,” pikir Xiao Feng. Ia segera meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi, menyiapkan pedangnya yang bersinar dengan energi petir."Hiat!" Xiao Feng meluncur ke medan pertempuran, pedangnya men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 237: Kebangkitan Bayangan Laut

    Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 236: Kedatangan Long Yu, Sang Naga Hitam

    Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 235: Gugurnya Para Pendekar

    Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 234: Dalam Kepungan Tak Berujung

    Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 233: Bayangan di Tengah Kepungan

    Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 232: Pertarungan Tanpa Akhir

    Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 231: Pengorbanan Seorang Pendekar

    Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 230: Kepungan Pasukan Bendera Merah

    Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 229: Penjaga Besar dari Pasar Gelap

    Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status