Saat ia mulai melangkah ke dalam lorong gelap di balik pintu batu besar itu. Suhu di dalam terasa semakin menurun, membuat kabut napasnya terlihat di udara. Hanya suara langkahnya yang menggema, seolah dinding lorong ini menyerap segala suara lain.Lorong itu tampak sangat panjang, dengan dinding batu hitam yang dipenuhi ukiran simbol-simbol kuno yang tidak dikenalnya. Beberapa di antaranya memancarkan cahaya redup seperti bara api yang hampir padam, memberikan penerangan yang nyaris tidak cukup. Ia tetap waspada dalam kondisi itu, tangannya menggenggam pedangnya dengan erat seakan merakasan sesuatu yang janggal hingga memaksanya terus waspada."Tempat ini... lebih dari sekadar sarang sekte aliran sesat," gumamnya, ketika merasakan aura jahat yang begitu kuat.Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara gemerisik dari atas, entah apa yang membuat suara itu, hingga membuat Xiao Feng bergerak cepat. Ia melompat mundur tepat sebelum deretan tombak tajam melesat turun dari langit-langi
Xiao Feng berdiri di tengah aula besar Istana Bayangan, matanya menatap altar yang kosong. Keheningan di ruangan itu terasa sangat janggal. Hanya suara langkah kakinya yang terdengar bergema saat ia melangkah lebih dekat. Energi di tempat ini terasa aneh, tidak sebesar yang ia bayangkan sebelumnya."Tempat ini... terlalu sepi untuk menjadi markas utama," pikirnya, tangannya masih menggenggam pedang dengan erat, karena merasa waspada.Tidak lama kemudian, dari balik bayangan patung-patung yang berjajar, muncul beberapa orang berpakaian serba hitam. Mereka tampak seperti penjaga biasa, bukan para pendekar tingkat tinggi. Jumlah mereka bahkan tak lebih dari lima orang, dan aura mereka jauh dari kata mengancam."Kau akhirnya tiba, pendekar dari Kekaisaran," salah satu dari mereka berkata, suaranya terdengar penuh ejekan. "Tapi sayangnya, kau telah membuang waktumu di sini.""Bicara!" bentak Xiao Feng, merasa kesal dengan kehadiran para kroco tersebut. "Apa maksud semua ini? Di mana pemimp
Kilatan petir menyambar di udara, menerangi medan pertarungan yang dipenuhi asap dan debu. Xiao Feng berdiri dengan napas memburu, tubuhnya diselimuti luka kecil akibat serangan-serangan Zhang Rui yang berhasil menembus pertahanannya.Pria dengan tongkat besar yang bersinar merah gelap itu, tersenyum licik. Setiap gerakan Zhang Rui membawa kehancuran, tanah di sekitar mereka retak, dan energi bayangan yang ia kendalikan membuat udara terasa berat."Kau tidak buruk, anak muda," kata Zhang Rui dengan suara dingin. "Tapi keberanianmu tidak akan menyelamatkan kekaisaran. Kami sudah terlalu kuat untuk dihentikan."Xiao Feng tidak menjawab perkataan dari pria itu, tatapannya penuh dengan niat membunuh. Ia kemudian melompat maju, pedangnya mengeluarkan kilatan biru terang. "Hiat! Wsuhhh!" Tebasannya begitu cepat sehingga menciptakan gelombang energi yang memotong pohon-pohon di sekitarnya. Namun, Zhang Rui dengan mudah mengayunkan tongkatnya, menciptakan perisai bayangan yang menghentikan se
Angin kencang menerpa tubuh Xiao Feng saat ia melesat di udara, menggunakan jurus meringankan tubuh tingkat tinggi yang baru saja dikuasainya. Namun, fokusnya terganggu ketika ia melihat dari kejauhan pertempuran besar di sebuah dataran terbuka. Suara dentingan pedang, teriakan perang, dan sorak sorai prajurit terdengar menggema.Xiao Feng menghentikan lajunya di udara, memandang ke bawah. Ia melihat pasukan kekaisaran bertarung mati-matian melawan pasukan musuh yang tampaknya tak terhitung jumlahnya. Di tengah kekacauan itu, beberapa jenderal kekaisaran terlihat memimpin serangan dengan gagah berani, tetapi mereka tampak kewalahan. Musuh yang menggunakan baju zirah gelap dan senjata yang dipenuhi aura bayangan terlihat sangat terlatih dan ganas.“Aku tidak bisa membiarkan mereka bertarung sendiri,” pikir Xiao Feng. Ia segera meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi, menyiapkan pedangnya yang bersinar dengan energi petir."Hiat!" Xiao Feng meluncur ke medan pertempuran, pedangnya men
Dentuman dahsyat mengguncang tanah ketika Xiao Feng terlempar beberapa langkah ke belakang, ketika mencoba menyerang kembali. Pria bertopeng emas berdiri tak bergeming sedikitpun, tubuhnya memancarkan aura gelap yang membangkitkan rasa mencekam di sekitarnya. Pukulan Xiao Feng sebelumnya, yang memanfaatkan kombinasi kekuatan petir dari Kristal Naga dan teknik jurus kitab Dewa Naga, hanya meninggalkan goresan tipis di baju tempur pria itu."Apakah itu semua yang kau punya, bocah?" suara berat pria bertopeng emas terdengar seperti guruh yang menggema, mencemooh kelemahan Xiao Feng.Xiao Feng mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Tubuhnya basah oleh keringat, sebagian karena kelelahan, sebagian lagi karena tekanan luar biasa dari lawannya. Dia merasakan sakit menusuk di bahu kirinya, bekas pukulan telak pria bertopeng tadi."Aku belum selesai," gumamnya dengan suara parau, tatapannya penuh tekad.Dia mengangkat tangan kanannya, mengaktifkan energi petir dari Kristal Naga yang mulai be
Xiao Feng melangkah perlahan di jalan setapak, tubuhnya dipenuhi luka dan rasa nyeri yang mendera disetiap inci ototnya. Napasnya berat, dan darah kering masih menempel di sudut bibirnya. Dia tahu tubuhnya membutuhkan perawatan, tapi dia harus menemukan tempat berlindung terlebih dahulu sebelum malam benar-benar datang.“Jika terus seperti ini… aku mungkin tidak akan selamat,” pikirnya dengan rasa cemas.Dia terus berjalan, menahan rasa sakit di setiap langkah kakinya. Dalam bayangan pikirannya, ia mengingat kekalahan tadi. Pria bertopeng emas itu terlalu kuat, bahkan setelah menggunakan segala kekuatan yang dia miliki. Zirah pusaka yang selama ini melindunginya juga meninggalkannya, seolah memberi pesan bahwa dia belum layak menggunakan zirah itu sepenuhnya.Di sisi lain, jauh dari lokasi Xiao Feng, Sekte Aliran Sesat tengah merayakan kemenangan mereka. Meskipun tidak berhasil menghancurkan istana kekaisaran secara langsung, serangan mereka telah mengguncang fondasi mental pasukan ke
Xiao Feng terbangun dalam keadaan setengah sadar. Suara lembut tapi berwibawa terdengar memanggilnya, membangunkannya dari kegelapan yang membelenggu kesadarannya.“Hei anak muda, bangunlah... kau tidak bisa menyerah di sini,” suara itu terus memanggil, mengalun seperti nyanyian angin yang lembut namun menusuk.Kelopak matanya terasa berat, tetapi perlahan ia berusaha membuka matanya. Cahaya pagi yang menyilaukan menyambutnya, dan pandangannya berangsur-angsur menjadi jelas. Di hadapannya berdiri seorang pria tua dengan janggut putih panjang yang melambai tertiup angin. Pria itu mengenakan jubah hijau pudar, dengan tongkat kayu yang tampak kokoh di tangan kanannya.“Kau cukup beruntung aku menemukanmu tepat waktu,” kata pria itu sambil tersenyum samar. Di dekatnya, ada setumpuk buah persik yang telah dikumpulkan dan beberapa ramuan obat yang tertata rapi.Xiao Feng mencoba bergerak, tapi tubuhnya terasa seperti dihimpit oleh beban yang tak terlihat. Luka di tubuhnya masih terasa menye
Xiao Feng mengikat kembali ikat pinggangnya, memastikan pedangnya terpasang dengan baik di punggungnya. Setelah beberapa hari tinggal di hutan bersama Tuan Yu, tubuhnya mulai terasa lebih ringan, meskipun masih ada rasa lemah yang muncul sesekali. Racun di tubuhnya memang melemah, tapi belum hilang sepenuhnya, dan hal itu terus menghambat aliran energi Qi-nya.“Racun itu bukan racun biasa,” ujar Tuan Yu, berdiri di dekat pohon besar sambil memegang tongkatnya. “Pria bertopeng emas yang kau lawan pasti menggunakan racun khusus yang hanya bisa dinetralisir oleh ahli tertentu.”Tuan Yu kemudian menjelaskan, jika terdapat kelompok yang ahli dalam mengatasi racun. Mereka bahkan telah mengatasi banyak masalah dari serangan racun mematikan. Kehadiran mereka menjadi pertolongan yang sangat penting didunia persilatan, tetapi juga menjadi ujung tombak jika disalahgunakan.“Tuan Yu, kau yakin kelompok yang mempelajari teknik racun itu bisa membantuku?” tanya Xiao Feng dengan nada serius.Tuan Yu
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela