Share

bab satu

Author: naftalenee
last update Last Updated: 2021-12-05 00:41:10

“Faris, please, berhenti,” ratap Winena. Ia memegangi pipi kirinya yang kemerahan sambil meringis.

Rasa panas dan perih menjalar saat sekali lagi tamparan keras itu melayang di pipi Winena hingga tubuhnya tersungkur. Kening wanita itu nyaris saja menghantam pinggiran meja rendah yang berada di ruang tamu rumahnya.

“Dasar istri kurang ajar!” teriak laki-laki yang ia panggil Faris itu dengan garang. Suara kerasnya terdengar menakutkan. Menggelegar memenuhi ruangan.

“Faris, kamu salah paham,” kata Winena dengan cepat dan . Ia menatap Faris dengan takut-takut. Permohonan untuk berhenti memukuli dirinya tercetak jelas di mata. “Aku cuma ngobrol sebentar sama Mario tadi. Kami nggak sengaja ketemu di depan–”

Namun, seolah telinganya tuli, Faris tak peduli dengan penjelasan Winena. Faris kembali memukul Winena. Faris tak memedulikan istrinya yang sudah lemas dan terlihat sangat kacau dengan pakaian yang sudah lusuh dan compang camping karena sempat ia siram dengan air dingin yang ia ambil dari kulkas. Faris memukuli punggung Winena saat wanita itu meringkuk melindungi kepala dari pukulan tangan Faris.

Faris makin kesetanan. Sambil meneriakkan, “Dasar jalang!” laki-laki itu kemudian menendang perut Winena hingga wanita itu semakin meringkuk. Wanita itu terbatuk-batuk dan memekik kesakitan.

“Ris, maafin aku, please. Aku nggak akan kecewakan kamu lagi,” ujar Winena memohon belas kasihan sang suami.

“Nggak ada maaf buat istri murahan kayak lo yang beraninya main serong.”

Winena menggeleng dengan cepat. Ia memelas, “Aku sama Mario nggak ada hubungan apa-apa, Ris. Please, percaya sama aku.”

Faris berdecih. “Kita cerai aja. Kamu bisa sepuasnya main-main sama Mario,” lontar laki-laki bertubuh tegap dan tinggi itu dengan muak.

Mata Winena membeliak. Tak menyangka kata cerai dengan mudahnya tercuap dari bibir Faris. “Faris, jangan gini–”

Cicitan Winena terhenti oleh tawa sinis Faris. Laki-laki itu berdiri dengan angkuh di hadapan Winena.

“Udah nggak ada gunanya lagi gue bertahan sama jalang sialan kayak lo. Banyak tingkah, belagu, dan sekarang jatuh miskin. Apa lagi yang lo punya?” desis Faris dengan ekspresi jijik di wajah. Kemudian ia melirik ke arah ruang keluarga yang hanya berbatas rak berisi tumpukan buku-buku. Di ruangan itu, TV yang masih menyala sedang menayangkan sebuah berita kasus korupsi.

“Lihat itu,” Faris menarik sejumput rambut Winena dan menjambaknya dengan kuat. Menyeret wanita itu agar bisa melihat tayangan yang sedang diberitakan, “bokap sombong lo yang selalu ngehina gue, sekarang udah nggak punya apa-apa. Dia bakal menbusuk di penjara sampai mampus!”

Winena merintih lirih saat pembaca berita menyebut-nyebut soal vonis hukuman kepada terpidana yang berdasarkan ucapan Faris merupakan ayah Winena.

Saat Faris berniat pergi dan meninggalkan Winena begitu saja, wanita itu menahan langkah Faris dengan memeluk kaki laki-laki itu. “Ris, aku nggak mau cerai. Aku–”

Faris menghentakkan kaki dan membuat pelukan Winena di kakinya lepas. Ia menatap istrinya dengan nyalang. “Lo masih punya nyali di depan gue setelah lo dengan liciknya ngelaporin gue soal KDRT?! Lo sengaja mau konfrontasi gue, ha?!”

“Ris, aku berani bersumpah. Bukan aku yang laporin kamu–”

“Bukan lo?! Munafik banget lo, Setan!”

Faris semakin berang. Ia beranjak pergi selama kurang dari satu menit dan saat kembali ke hadapan Winena, ia membawa pisau di tangan.

Winena terpaku di tempat. Tubuhnya bergetar hebat.

“Gue benar-benar muak sama lo, Jalang! Lo bisa pilih, enyah dari hadapan gue selamanya atau lo mati di tangan gue dan nggak bisa ketemu ibu lo yang penyakitan itu selamanya?”

Ancaman itu membuat Winena gentar. Ia menahan sakit raga dan jiwa. Berusaha untuk tidak tumbang meski tubuhnya menjerit kesakitan. Dengan susah payah, tangannya yang penuh luka memar bergerak meraih tas miliknya yang berada di atas meja. 

“Gue bakal ajukan gugatan cerai secepatnya ke pengadilan dan mengirimkannya ke rumah sialan kalian.”

Betapa remuk hati Winena saat Faris menyebut rumah orang tuanya sebagai rumah sialan.

Ke mana perginya Faris yang penyayang dan murah senyum itu? batin Winena menjerit.

Winena tak menemukan jawabannya. Sudut hatinya berkata bahwa memang sudah sepantasnya mereka berpisah. Bahwa hubungan tak sehat mereka harus diakhiri. Satu-satunya jalan adalah dengan bercerai. Namun, entah kenapa, Winena tidak ingin berpisah dari Faris. Membayangkan akan menjadi janda rasanya lebih menyakitkan ketimbang dipukuli oleh Faris hampir setiap hari. 

“Ris, aku minta maaf. Aku nggak mau pisah dari kamu, please. Jangan ceraikan aku, Ris,” mohon Winena. Ia memelas. Merelakan harga dirinya semakin terinjak-injak.

“Gue nggak butuh permintaan maaf dari lo. Mau sejuta kali lo minta maaf, cium kaki gue, gue nggak akan kasih maaf. Apalagi ke keluarga lo yang bisanya cuma merendahkan dan ngehina gue. Dan sekarang, buat apa gue bertahan di keluarga lo yang berantakan? Gue nggak sudi lagi berurusan sama lo dan keluarga lo.”

Tangis tak bisa ditahan. Air mata meleleh begitu saja dari pipi Winena. “Aku sayang kamu. Ris.”

“Bukan urusan gue. Kalau lo sayang sama gue, lo nggak akan ngelaporin gue ke polisi, Win.” Faris membuang muka. Dengan suara rendah yang sedikit bergetar, Faris melanjutkan, “Sekali lagi gue tegaskan sama lo. Kita cerai aja. Dan lo nggak perlu repot-repot dateng ke pengadilan. Karena gue muak sama lo. Gue muak ngeliat muka pengkhianat kayak lo.”

 Jantung Winena seperti ditusuk dengan ribuan pisau. Benar kata orang-orang, luka yang tak berdarah ternyata jauh lebih menyakitkan dibandingkan oleh apa pun juga. Memar-memar ditubuhnya akibat dipukuli Faris sama sekali tidak ada apa-apanya ketimbang luka batin yang ia rasakan. Winena terpaku, sama sekali tak menyangka akan menyandang status janda setelah empat tahun menyandang status istri dari Faris Ardiansyah. Cinta pertamanya, yang Winena kenal sejak ia masih duduk di bangku SMA. Tapi, memangnya bisa apa dirinya sekarang?

Winena tak bisa membela diri lebih lanjut karena memang dirinya sendirilah yang melaporkan Faris ke polisi. Untuk yang ke sekian kalinya. Dan setelah laporannya yang kelima, Faris baru benar-benar dipanggil polisi untuk diinterogasi. Entah bagaimana kelanjutannya nanti.

“Kenapa masih di sini? Lo mau lihat pisau ini nusuk jantung lo?!” sergah Faris dengan bengis. “Lo mau mati? Biar bisa nyusul anak kita yang lo bunuh karena lo nggak mau punya anak dari gue?”

Winena menggeleng. Hatinya hancur saat Faris kembali mengungkit luka lama. Wanita itu perlahan berdiri. Menatap nanar suaminya yang mengacungkan pisau ke arahnya. “Aku selalu sayang kamu, Faris. Terima kasih untuk empat tahun pernikahan kita,” ucap Winena untuk yang terakhir kali.

“PERGI LO, ANJING!” Faris melemparkan pisau di tangannya ke arah Winena. Ujung pisaunya nyaris mengenai pipi Winena. Kemudian jatuh di lantai, berjarak satu meter dari tempat Winena kini berdiri. Winena tak mampu bergerak karena terlalu kaget.

“Kalau sekali lagi lo lapor polisi, gue nggak akan segan bikin keluarga kesayangan lo menderita,” ancam Faris dengan bengis. “Pergi dari hadapan gue, Winena. Pergi sejauh mungkin dan jangan pernah kembali!”   

Dengan hati yang luluh lantak, Winena berpaling dari wajah Faris yang menunjukkan kebencian besar terhadapnya. Ia berlari menjauh dengan tertatih-tatih, meninggalkan rumah yang pernah menjadi tempat ternyaman untuk pulang.

Winena tak tahu sudah seberapa jauh ia berlari. Yang ia tahu, kakinya mulai kaku dan perih. Saking kalutnya, ia meninggalkan rumah tanpa alas kaki.

 “Bahkan saat dia sudah sekejam itu, kamu masih mengharapkan dia mengejarmu dan meminta maaf?” ratap wanita itu kepada dirinya sendiri.

Teringat jelas di ingatannya, hari di mana ia pertama kali bertemu dengan Faris 12 tahun yang lalu. Kala itu hujan mengguyur deras saat Winena tengah menunggu jemputan di depan sekolah, sendirian. Saat mobil jemputannya datang, tahu-tahu ada anak laki-laki yang engenakan seragam SMA yang sama dengannya berlari mendekat ke arahnya sambil meneriakkan sesuatu. Saat jarak tinggal satu meter, Winena baru dengan jelas mendengar. Laki-laki itu dengan tak tahu malu berkata bahwa ia ingin menumpang mobil jemputan Winena karena rumah mereka searah. Winena ingin menolak, tetapi melihat laki-laki itu basah kuyup, ia tak tega.

Saat dipersilakan masuk ke mobil, Faris tersenyum lebar. Manis sekali. Winena terpesona selama beberapa detik. Di dalam mobil, Faris terus mengajak Winena bicara. Laki-laki itu sangat cerewet dan murah senyum. Dan Winena pun langsung sadar bahwa ia sudah jatuh hati dengan mudahnya.

Bayangan itu memudar oleh kenangan pahit, di mana mereka sudah menikah dan Faris mulai berubah menjadi pemarah setelah berita penangkapan ayah Winena. Ia tidak lagi menunjukkan cinta dan kasih. Ia menjadi sangat jahat, seperti dirasuki oleh jiwa lain. Winena semakin tak mengenal Faris saat laki-laki itu mulai suka memukuli dirinya. Tanpa pernah menyesali apa yang sudah dilakukannya.

Winena tersenyum kecut. “Sudah sepatutnya kamu berpisah dari Faris, Win.” Winena menguatkan diri. “Faris nggak pantas bersanding sama kamu,” ucapnya sambil menyeka air mata yang lagi-lagi mengalir di pipi. Meski ia berkata begitu, hati kecilnya masih berharap kalau Faris akan kembali kepadanya. Ia masih berharap bahwa hubungannya dengan suaminya yang sudah ia kenal 12 tahun itu tak kandas di tengah jalan begitu saja.

Hari sudah menjelang malam. Lampu-lampu di rumah-rumah dan di gedung tinggi satu per satu menyala. Winena berjalan semakin tak tentu arah. Letih mendera. Kaki-kakinya tak kuat lagi untuk melangkah lebih jauh. Pening di kepala makin menguat. Yang ia inginkan hanya istirahat di tempat yang aman dan nyaman. Namun, di mana?

“Kamu sangat menyedihkan, Winena,” lirih Winena lagi untuk dirinya sendiri yang begitu malang.

Sungguh, Winena lelah raga dan batin. Malangnya, ia sudah tidak memiliki tempat untuk mengadu lelah dan sakitnya. Rumah orang tuanya bukanlah tujuan yang tepat. Setelah penangkapan ayahnya yang korupsi setahun lalu, ibunya stres hingga jatuh sakit. Kalau Winena datang dengan kondisi menyedihkan seperti ini, ia hanya akan membuat penyakit sang ibu semakin parah. Ia tak menginginkan itu terjadi. Ia tak ingin membuat ibunya sedih.

Dengan terseok, ia menyeberang di jalan raya tanpa melihat kanan kiri. Tak melihat lampu hijau menyala dan sebuah mobil melaju dari sisi kanan. Selanjutnya terdengar suara klakson memekakkan telinga.

Seketika tubuh Winena ambruk. Ia tersungkur di tengah jalan. Nyaris dihantam oleh moncong mobil.

***

Related chapters

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab dua

    Seharian ini, hampir semua stasiun TV lokal ramai memberitakan tentang vonis hukuman 10 tahun penjara yang dijatuhkan hakim kepada terpidana korupsi Armandio Jati. Tak berbeda dengan tayangan di layar TV LED berukuran 32 inch di ruangan Pak Rudi–kepala jaksa di salah satu kejaksaan negeri di Jakarta. Ya, setelah kembali dari pengadilan, Pak Rudi langsung menyalakan TV bahkan sebelum mempersilakan jaksa juniornya, Sena, yang ikut masuk ke ruangannya itu duduk.“Kamu sudah bekerja dengan sangat keras di kasus ini, Sena. Saya bangga sekali sama kamu!”Kalimat yang dilontarkan oleh Pak Rudi itu tak begitu Sena perhatikan. Jaksa muda itu sedang fokus menatap layar TV yang menayangkan gambar Armandio Jati dalam balutan baju napi berwarna oranye diboyong polisi menuju ke rumah tahanan setelah persidangan berakhir.Ada kepuasan tersendiri yang Sena rasakan melihat si koruptor yang sempat menjadi buronan selama tiga tahun karena melakukan korupsi asuran

    Last Updated : 2021-12-10
  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab tiga

    Selama beberapa detik, Sena tidak mengatakan apa-apa selain memandangi wanita di depannya dengan berusaha untuk tetap menunjukkan ekspresi normal.“Mbaknya mau pergi ke mana? Saya antar,” kata Sena dengan sangat hati-hati.“Pergi, saya harus pergi jauh dari sini.” Wanita bernama Winena–berdasarkan identitas diri yang sempat Sena lihat–itu menggeleng panik. Matanya memancarkan ketakutan dan perlahan air mata menggenang di pelupuk. Suaranya terbata-bata saat kembali berkata, “Dia mengusir saya pergi. Saya nggak tahu harus ke mana. Saya … saya nggak punya tempat untuk pulang.”Sena menahan napas. Tenggorokannya tiba-tiba seperti tersumbat sesuatu hingga rasanya seperti tercekik. Dadanya pun sesak.Sena tidak perlu diberitahu dua kali. Ia merasa ada sesuatu hal yang berbahaya yang tengah mengancam wanita di depannya. Bukannya ia ingin berasumsi, tetapi Sena bisa melihat tanda-tanda perlawanan dari memar-m

    Last Updated : 2021-12-18
  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab empat

    Kosong. Hanya itu yang dapat Winena rasakan setelah ia menguras habis air matanya karena berita tentang kematian ayahnya. Winena menatap pantulan bayangan dirinya di depan cermin yang ada di kamar mandi kamar hotelnya dengan tatapan nanar. Rambutnya berantakan. Matanya merah dan bengkak. Bekas air mata mengering di pipi dan mungkin bercampur ingus dan keringat. Rupa wajahnya sudah tidak karuan.Winena menanggalkan pakaiannya satu per satu. Hingga tak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. Dengan tangan yang agak gemetar, Winena menyentuh bekas memar yang membiru, luka lama dan luka baru yang seolah berkelindan menampakkan diri di setiap jengkal tubuhnya. Memar-memar biru itu yang selalu ia dapat setiap hari. Seolah menjadikan tubuhnya sebagai samsak adalah hal paling memuaskan untuk Faris.Namun, itu bukanlah sesuatu yang penting untuk diingat untuk saat ini. Winena terlalu terluka karena ayahnya pergi begitu saja setelah menorehkan banyak derita pada keluar

    Last Updated : 2022-03-09
  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab lima

    Winena meninggalkan kamar hotel hanya membawa tas selempang kecilnya yang berisi ponsel dan dompet. Pakaian bekas yang Winena kenakan semalam ia tinggalkan teronggok di lantar kamar mandi kamar hotelnya. Sudah tidak ia butuhkan lagi. Saat mencapai luar gedung hotel 50 lantai itu, kebetulan sekali ada taksi yang baru saja menurunkan penumpang. Winena langsung masuk ke dalam taksi dan meminta supir taksi itu untuk mengantarkannya ke rumah sakit di mana jasad ayahnya sedang diautopsi. Membayangkan bagaimana tubuh ayahnya yang sudah tidak bernyawa dibedah demi mencari tahu pasti akibat kematian pria itu memberikan sensasi mengerikan pada tubuh Winena. Bulu kuduknya merinding, bukan karena kedinginan, melainkan karena dunianya yang sudah hancur itu dihentakkan hingga runtuh. Satu per satu rasa sakit yang membuat tubuhnya koyak itu menghantamnya terus-menerus. Saat tinggal setengah perjalanan menuju rumah sakit, pikiran Winena kemudian melayang ke momen-momen saat keluarganya masih utuh da

    Last Updated : 2022-04-22
  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab enam

    "KAMU DI MANA, SENA?! MUTERIN INDONESIA DULU KAMU, HA? KENAPA NGGAK SAMPAI-SAMPAI?! KATANYA TADI SUDAH DEKAT?!" Gendang telinga Sena berdenging perih karena teriakan dari Pak Rudi. Belum ada sepuluh menit sejak Pak Rudi menghubunginya tadi, tidak bisakah atasannya itu bersabar sedikit? Sena juga bukannya sedang mengulur-ulur waktu untuk datang. Ia hanya sedang terjebak kemacetan lalu lintas. "Di jalan agak macet, Pak." "Jangan banyak alasan, Sena! Cepatlah datang dan selesaikan kekacauan yang sudah kamu perbuat! Tinggalkan mobilmu dan lari ke sini, Anak bodoh!" Sena menjambaki rambutnya dengan kasar. Pak Rudi yang benar-benar menunjukkan sisi terburuknya sebagai atasan. Sena nyaris lupa bahwa Pak Rudi selama ini selalu mengayomi anak-anak buahnya. Kali ini, Sena tidak melihat itu. Pak Rudi melimpahkan semuanya kepada Sena. Menyalahkan anak buahnya yang selama ini hanya tahu bagaimana caranya bekerja keras dan bekerja dengan baik. Bertanggung jawab pada setiap kasus yang diberikan k

    Last Updated : 2022-05-19
  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab tujuh - luka

    Sena sudah tidak peduli lagi meski ia masih punya kewajiban untuk memantau proses investigasi atas kematian Armandio Jati. Sena terlalu marah dan muak kepada orang-orang yang dengan mudahnya menumpahkan semua kesalahan kepada dirinya sehingga ia langsung meninggalkan rumah sakit bahkan sebelum melihat jasad Armandi Jati dengan mata kepalanya sendiri. Ia mendengar suara salah satu rekan kerjanya yang memanggil-manggil namanya, tetapi Sena pura-pura tidak mendengar. Sena melangkah dengan langkah lebar-lebar menuju ke tempat mobilnya ia parkirkan beberapa saat yang lalu. Tanpa membuang waktu, Sena meninggalkan rumah sakit dengan mengemudikan mobilnya pada kecepatan tinggi hingga mendapat makian dan klakson beruntun dari kendaraan lain yang mau tidak mau harus mengalah jika tidak ingin terjadi kecelakaan. Pada momen ini, Sena benar-benar tidak peduli jika dirinya ditilang oleh polisi karenma melanggar peraturan lalu lintas. Yang ingin Sena lakukan sekarang adalah menjauh dari semua hal ya

    Last Updated : 2022-07-06
  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab delapan - kekecewaan yang besar

    Masih sangat membekas di ingatan Winena saat ayahnya memberikan banyak sekali wejangan dan pelajaran hidup yang harus Winena terapkan saat dewasa nanti. Saat itu umur Winena baru memasuki 14 tahun. Ada banyak prinsip yang Winena pegang teguh karena nasihat dari ayah tercintanya itu. "Cinta pertama? Cinta pertamaku ayah! Nanti kalau sudah besar, aku mau menikah dengan ayah!" Terbersit dengan sangat jelas bayangan Armandio Jati yang tertawa hingga matanya menyipit kala mendengar anaknya berkata demikian. "Ayah sudah menikah dengan Ibu, Win. Kamu nggak bisa menikah sama Ayah. Nanti Ibu cemburu dan sedih." "Terus aku nikahnya sama siapa, Yah? Aku maunya yang kayak Ayah!" "Nanti, Win. Nanti kalau kamu sudah besar, kamu akan bertemu dengan laki-laki yang baik. Laki-laki yang jauh lebih baik dari Ayah." Armandio Jati adalah satu orang dewasa paling favorit dalam hidup Winena saat masa kecil dulu. Setiap ucapan dan tindakan pria itu selalu membuat Winena kagum. Bahkan, meski ibunya juga

    Last Updated : 2022-08-22
  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilan - duka

    Meski Tante Elis sudah memberitahu Winena jika keluarga besarnya sudah dikabari tentang meninggalnya Armandio Jati, Winena masih mengira bahwa rumah akan tetap sepi.Sebab, tetangga dan kerabat dekat keluarganya, bahkan keluarga besarnya satu per satu berpaling saat Armandio Jati beralih status dari tersangka menjadi terdakwa sejak berbulan-bulan lalu atas kasus korupsi yang menjeratnya. Namun, kematian Armandio Jati rupanya berhasil mengumpulkan mereka semua kembali di sini, di rumah Ibu, yang sudah beberapa bulan ini tidak Winena sambangi dengan alasan sibuk bekerja dan mengurus suami, juga karena Winena tidak sanggup melihat Ibu sedih. Menghindar dari Ibu terasa jauh lebih mudah baginya. Masih terdengar bisik-bisik tidak menyenangkan saat Winena melewati halaman rumah yang luas dan kemudian memasuki rumah yang sudah ramai dengan pelayat. Tentu saja tak ada yang bisa Winena lakukan. Penghakiman orang-orang itu valid dan bukan tanpa alasan. Armandio Jati memang bersalah, mempunyai t

    Last Updated : 2022-08-26

Latest chapter

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   Epilog

    Anakku tersayang, WinenaSaat kamu menerima surat ini, mungkin Ayah sudah tidak ada di dunia lagi. Melalui surat ini, Ayah ingin mengatakan betapa besar rasa syukur dan rasa bangga Ayah bisa memiliki kamu sebagai anak. Kamu sudah berkali-kali mendengar dari Ibu kalau dulu kami sangat menanti-nantikan kehadiran anak dalam pernikahan kami yang sudah bertahun-tahun. Saat kami sudah nyaris menyerah, kamu hadir melengkapi kebahagiaan kami. Kamu selalu menjadi kebahagiaan kami, Win.Bahkan, saat hubungan Ayah dan Ibu sudah tidak seperti dulu lagi, kami selalu mencintai kamu sama besarnya seperti saat kamu masih berada di rahim ibumu.Tentang keadaan Ayah dan Ibu yang telah berubah dan akhirnya berimbas ke kamu, menyakiti kamu, Ayah minta maaf, Nak. Maaf, karena Ayah sudah merusak keluarga impian yang selalu kamu inginkan.Winena, Ayah sangat menyesal karena menciptakan dunia yang mengerikan untuk kamu tinggali. Tetapi Ayah yakin kalau kamu akan bisa menemukan dunia yang lebih indah daripada

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh tujuh - takdir cinta sang anak koruptor

    "Kamu ingat nggak sih, Win, kalau kamu masih punya utang ke aku yang belum kamu bayar?" Sena memainkan rambut panjang Winena. Ujung-ujung jarinya perlahan turun, menyentuh tulang selangka Winena yang tidak tertutup apa-apa. Setelah pergumulan Sena dan Winena di atas tempat tidur beberapa saat yang lalu, mereka masih bergelung di balik selimut tanpa mengenakan pakaian kembali. Bukan karena malas bergerak, tetapi Winena tidak cukup puas jika hanya satu ronde. Mereka hanya istirahat sejenak sebelum melanjutkan kesenangan bersama. "Utang apa? Es krim?" Winena mengernyit. Sena berdecak, tetapi tak urung terkekeh. Soal cemilan, mereka punya selera yang berbeda sehingga mereka tak pernah mengusik cemilan milik masing-masing. Tetapi semuanya berubah begitu saja saat Winena hamil. Segala jenis cemilan yang dulu tidak disukainya, kini semuanya masuk ke perut. Terutama cemilan-cemilan milik Sena yang dulunya selalu dihindari Winena. "Bukan, Sayang. Tapi soal renang. Udah berapa kama sejak kam

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh enam - happy ending

    Dua tahun kemudian.....Rasanya, seperti mimpi.Tujuh tahun yang lalu, saat Winena menikah dengan Faris rasanya tidak seperti ini. Saat itu, Winena hanya melewatinya dengan hati yang berbunga-bunga dan perasaan yang menggebu-gebu ingin segera menyambut kehidupan rumah tangganya bersama Faris.Bersama Sena, Winena terus-menerus menemukan perjalanan yang benar-benar baru yang menantang dan penuh kejutan. Segalanya terasa berbeda. Dan Winena tidka punya waktu untuk membandingkan dengan pernikahan pertamanya dahulu. Sebab, Winena terlalu bahagia karena akhirnya bisa mengikatkan diri dalam janji suci pernikahan bersama Seba setelah lika-liku hubungan mereka selama dua tahun terakhir.Rasanya, seperti baru pertama kali Winena mendengar namanya disebutkan dengan merdu dalam ijab qabul. Winena menangis terisak saat haru menyelebungi seluruh sel dalam tubuhnya yang meneriakkan kebahagiaan.Rasanya, seperti baru pertama kali Winena merasakan jantungnya berdebar keras saat akan menyambut malam

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh lima - be with me

    Nindi sontak kembali berbalik untuk menatap Sena dan langsung memberikan tatapan tajam dan sengit yang bisa diartikan sebagai, "Kenapa wanita itu ada di sini?" "Lho, Mas nggak bilang kalau lagi ada yang jenguk." Ibu masuk diikuti Winena yang sama sekali tidak menatap Sena. "Kalau tahu begitu tadi porsinya bisa Ibu lebihin biar kita bisa sekalian makan siang bersama." "Nindi udah mau balik kok, Bu," balas Sena dengan tatapan yang tidak lepas dari Winena yang sibuk mengeluarkan makanan dari kantong plastik yang tadi wanita itu bawa. "Cantik namanya. Persis seperti orangnya," puji Ibu. "Teman Sena di kejaksaan juga, Mbak Nindi?" Sena dapat melihat gerakan tangan Winena yang terhenti selama beberapa detik sebelum kembali melanjutkan kegiatannya. Wanita itu masih pura-pura tidak memedulikan Sena maupun Nindi. "Bukan, Tante." Nindi yang lebih dulu mendekat untuk menyalami tangan Ibu. Hanya jabat tangan singkat, tanpa mencium punggung tangan. "Saya public figure. Bekerja di dunia hibura

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh empat - harapan

    Sena termenung lama menatap ke luar jendela rumah sakit setelah rekan-rekan kerjanya yang menjenguknya satu per satu pamit undur diri. Sudah beberapa hari lalu Sena mendengar cerita singkat dari Tante Elis bahwa Winena sekarang ada di Jakarta. Bahwa Winena sudah keluar dari tempat kerjanya di Yogyakarta karena keadaan Om Tirta memburuk. Winena ada di dekatnya. Setelah tiga bulan lamanya Sena berjauhan dengan Winena, kini Sena bisa kembali berdekatan dengan wanita yang ia cintai dan rindukan dengan sangat. Sena sempat berharap setelah mengetahui bahwa wanita itu juga sempat menunggui dirinya selama operasi yang kedua. Namun, hingga satu minggu kemudian, saat Sena sudah diizinkan pulang, Winena tidak datang lagi. Sena sadar bahwa dirinya sekarang tampak sangat menyedihkan karena masih mengharapkan sosok yang telah mencampakkannya tanpa mau diajak kompromi sama sekali. Namun, harap itu benar-benar tak bisa dipupus, terutama setelah kunjungan Tante Elis yang tidak lagi menunjukkan kebe

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh tiga - titik balik?

    "Ibu mau minta maaf, Win," ucap Ibu setelah sepuluh menit menit awal hanya berbasa-basi.Pagi tadi, saat Winena sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit, Ibu mengirim pesan. Mengingatkan Winena tentang rencana pertemuan mereka. Dan Winena pun langsung setuju untuk bicara di kantin rumah sakit saja sekalian makan siang."Minta maaf untuk apa, Bu?""Karena pernah melukai hati kamu dengan kata-kata menyakitkan dan membuat hubungan kamu dengan Sena rusak. Ibu sangat menyesal karena menempatkan kalian pada situasi sulit. Maafkan Ibu ya, Nak."Winena dihantam rasa sakit di dada karena ucapan Ibu yang terdengar begitu sedih. Membuat Winena ingin menangis. "Bukan salah, Ibu. Perpisahan saya dan Sena terjadi karena pilihan saya sendiri."Ibu tersenyum sedih. "Pilihan kamu itu ada karena penolakan demi penolakan keras Ibu terhadap kamu, kan? Ibu yang minta kalian berpisah. Ibu yang menginginkan kalian hanya berteman."Winena diam saja. Sebab, apa yang dikatakan Ibu benar adanya. Namun, Winena

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh dua - terluka

    Tidak pernah terbayang sama sekali di benak Winena akan kembali bertemu dengan Bapak dan Ibu dalam kondisi seperti ini. Kesedihan pekat membayang di wajah kedua orang tua Sena itu yang sejak tadi tidak bisa berhenti mondar-mandir di depan ruang operasi. Ini adalah operasi yang kedua, karena Sena mengalami komplikasi pasca operasi darurat tiga hari yang lalu saat laki-laki itu dilarikan ke rumah sakit.Winena tidak banyak bicara dengan Bapak dan Ibu karena memang saat ini bukan waktu yang tepat. Winena pun berpikir bahwa memang sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi karena hubungannya dengan Sena sudah selesai. Winena berada di sana karena perlu memastikan laki-laki itu selamat dan baik-baik, lalu pergi setelahnya.Selain kedua orang tua Sena, di sana ada Reiga dan juga Pak Rudi, yang diketahui Winena sebagai kepala jaksa di tempat Sena bekerja. Mereka baru saja datang setelah kembali dari kantor polisi untuk dimintai keterangan.Reiga sempat agak kaget melihat ada Winena, mungkin

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh satu - after we broke up

    Jantung Winena masih berdenyut sakit setiap kali kakinya menginjak tanah Jakarta. Tetapi, kali ini sakitnya berdenyut lebih kuat. Berkali-kali lipat lebih sakit jika dibandingkan dengan sebelum ia mengenal Sena. Mengetahui bahwa dirinya berada di satu kota yang sama dengan mantan kekasihnya itu—hingga hari ini Sena masih sibuk mengurus kasus korupsi skala besar yang dilakukan oleh belasan oknum pejabat tinggi negara—membuat Winena khawatir akan sering bersinggungan dengan laki-laki itu saat ia keluar rumah.Kekhawatiran Winena sebenarnya terlalu berlebihan. DKI Jakarta dihuni oleh kurang lebih sebelas juta jiwa penduduk. Seharusnya memang tidak banyak probabilitas untuk bertemu Sena dengan tidak sengaja.Lucunya, yang sama sekali tidak Winena perkirakan adalah... ia bertemu dengan Nindi Fahrani saat turun dari pesawat kelas bisnis. Winena terheran-heran karena ia kira artis sekelas Nindi Fahrani selalu menjadi penumpang first class yang bisa mendapatkan pelayanan khusus dan didampingi

  • Takdir Cinta Sang Anak Koruptor   bab sembilanpuluh - after we broke up (1)

    Berpisah dengan Sena adalah patah hati terbesar Winena setelah usaha kerasnya dalam setahun terakhir untuk pulih dari luka karena kehilangan orang tua dan juga akibat perceraiannya dengan Faris.Dan hari ini, terhitung sudah tiga bulan sejak Winena memutuskan Sena secara sepihak di depan rumah orang tua laki-laki itu. Sejak hari itu, Winena tidak pernah lagi bertemu dengan Sena. Laki-laki itu sempat beberapa kali menghubungi Winena dan mengajaknya bertemu, tetapi Winena menolak. Winena tidak siap terluka lagi dan melihat luka yang sama besarnya di mata Sena. Sena menyerah pada percobaan yang entah ke berapa. Yang Winena ingat, ini sudah lebih dari satu bulan sejak ia dan Sena benar-benar telah berhenti berkomunikasi dengan satu sama lain.Segala angan dan harap yang pernah Winena khayalkan bersama Sena telah terbakar menjadi abu. Sudah tak ada lagi yang bisa diperjuangkan. Winena kira, seiring berjalannya waktu, Winena akan bisa mengikhlaskan dan melanjutkan hidup. Seperti saat Winena

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status