Perawat yang di tugaskan untuk mengawasi kondisi Mas Brian,telah selesai memeriksa kondisi tubuh Mas Brian,dia telah kembali bergabung dengan kru yang lainnya."Bu... kondisi Pak Brian sekarang ini sangat menghawatirkan,karena dia banyak kehilangan darah dan juga ada dua butir peluru yang sedang bersarang di dalam tubuhnya, besar kemungkinan peluru peluru itu mengenai organ intim yang ada di dalam tubuh Pak Brian,ibu banyak banyak berdoa ya semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan juga keselamatan pada Pak Brian.""Aamiin...iya suster.""Untuk sementara kami hanya memberikan obat penenang agar Pak Brian bisa tertidur,itu pun tidak berlangsung lama, nanti setelah sampai di rumah sakit baru dokter spesialis yang akan menangani Pak Brian.""Iya suster... terimakasih."Setelah mendengarkan semua kata kata perawat tadi, seluruh kekuatan tubuhku runtuh seketika,aku terhuyung ke samping aku berusaha meraih kursi yang berada di depanku untuk aku jadikan sebagai penopang tubuhku agar te
Aku, Abah, Ummi serta kedu buah hatiku Almeera dan Al Jazair, kami semua hanya menunggu di depan pintu UGD,kami tidak diperbolehkan untuk masuk kedalam oleh dokter yang menangani Mas Brian. "Bunda... Ayah pasti selamat kan, Ayah tidak akan meninggalkan kita kan... kakak sama adi takut sekali kalau tiba-tiba ayah pergi untuk selamanya hiks... hiks..."Almeera dan Al Jazair langsung menjatuhkan tubuh mereka berdua kedalam pelukanku sambil menangis terisak isak. "Iya sayang... insya Allah Ayah tidak kenapa napa,ayah akan kembali bersama kita lagi kalau sudah sehat, jangan menangis lagi ya... kita doakan saja semoga Ayah cepat sembuh."aku berusaha memberikan kekuatan kepada kedua buah hatiku Almeera dan Al Jazair.Aku sendiri tidak tau apakah apa yang aku katakan tadi akan menjadi kenyataan atau sebaliknya. Karena melihat kondisi tubuhku sangat lemah Bang Rendi membawa seorang perawat menghampiri tempat duduk kami semua. "Suster tolong periksa kondisi ibu Humairah,dia juga butuh penang
"Bu... silahkan duduk..ini resepnya, nanti bulan depan kembali ke sini lagi untuk melakukan pemeriksaan dan juga USG agar kita tau perkembangan janin yang ada di dalam kandungan ibu."dokter itu berbicara sambil menyunggingkan senyumnya kearahku. "Iya... dokter sekali lagi terimakasih." "Tidak apa-apa sama sama." "Dok... saya permisi keluar kalau sudah tidak ada yang perlu di periksa lagi." "Semuanya sudah selesai silahkan Bu." Suster yang tadi membawaku masuk kembali mengantarkan aku keluar dari dalam ruangan pemeriksaan.Aku lihat Bang Rendi masih duduk menunggu kedatanganku, bang Rendi langsung berdiri dan membimbing diriku untuk kembali duduk di atas kursi roda yang aku pakai sebelumnya. "Suster bagaimana... kondisinya ibu Humairah."Bang Rendi berusaha mencari tau kondisi tubuhku lewat suster itu. "Kondisi ibu Humairah tidak terlalu mengahawatirkan, bayinya juga sehat hanya saja tekanan darah ibu Humairah sangat rendah, tadi dokter sudah memberikan resep untuk menstabilkan te
Setelah menyampaikan keputusan dokter kalau Mas Brian bisa melakukan pengobatan ke luar negeri tepatnya di rumah sakit ME Singapura, Bang Rendi segera menemui Humairah serta yang lainnya.Mereka semua sedang menunggu kedatangan Bang Rendi untuk menanyakan perkembangan kondisi Mas Brian. "Humairah, Abah,Ummi kita harus segera siap siap Brian akan segera di evakuasi ke rumah sakit ME Singapura sekarang juga, ingat Humairah... apapun yang akan terjadi terhadap Brian kamu harus ikhlas,karena semua itu sudah menjadi suratan takdir dari Allah SWT, tidak seorangpun yang mampu melawan takdir,kamu harus kuat demi anak anakmu."Bang Rendi masih menutup kondisi Mas Brian yang sebenarnya. "Iya Nak...kami akan ikut saja apapun keputusan dokter, mereka pasti melakukan yang terbaik untuk Nak Brian."Abah yang menjawab Bang Rendi. "Bang... maksud Abang apa, kenapa Abang mengatakan seolah-olah Mas Brian tidak biasa di selamatkan,tolong katakan yang sebenarnya Bang... jangan ada yang di tutupi dari aku
Bang Rendi langsung menghampiri Om Afandi dan juga keluarganya yang lain, mereka sedang menemani Irfan, Alhamdulillah kondisi Irfan tidak terlalu parah, dia hanya mengalami luka memar dan beberapa luka ringan saja.Sebenarnya Irfan tidak perlu di rawat inap, cukup rawat jalan saja, tapi Om Afandi tetap berkeras agar Irfan di rawat inap, Om Afandi sengaja melakukan itu agar kondisi Irfan segera pulih dengan cepat. "Assalamualaikum Om.... Tante... mbak Isma... Irfan... maaf Rendi baru bisa datang jenguk Irfan."Bang Rendi langsung menyalami tangan Om Afandi dan juga Tante Vivi. "Waallaikum salam Nak.... tidak apa-apa, Om ngerti kamu pasti sangat sibuk mengurus Pak Brian."Om Afandi cukup mengerti dengan situasi Rendi saat ini. "Iya Om.... saya tidak bisa meninggalkan Humairah mengurus semua keperluan yang berhubungan dengan Brian, kondisi Humairah juga sangat drop,dia beberapa kali jatuh pingsan, saya juga tidak mungkin menyuruh Abah dan Umminya untuk kesana-kemari mengurus semuanya, ka
Om Afandi dan juga Bang Rendi langsung berdiri dan segera masuk kembali ke dalam rumah sakit, kebetulan sekali pada saat yang sama beberapa orang perawat sedang sibuk mengangkut dan membawa semua peralatan medis yang di butuhkan Mas Brian selama perjalanan menuju rumah sakit ME Singapura kedalam pesawat jet pribadi Bang Rendi. Melihat pemandangan yang ada di depan matanya Bang Rendi segera bergegas menghampiri pintu ruangan UGD,dia memastikan kalau Brian segera dievakuasi ke rumah sakit ME Singapura, tanpa menghiraukan Om Afandi yang sedang berjalan beriringan dengannya. Bang Rendi melihat Humairah sedang berada di dalam pelukan Ummi Salamah, sepertinya Humairah benar benar terpukul mendapati kondisi Mas Brian yang sangat kritis, Mas Brian bisa bertahan karena bantuan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhnya.Ummi Salamah sedang memberikan support kepada Humairah agar kuat, sabar dan ikhlas menerima semua musibah yang tengah menimpanya. "Nak.... yang sabar, yang kuat,dan kamu
Aku tidak menyadari kehadiran Om Afandi yang merupakan orang tua dari Irfan, orang yang telah menjadi sopir dan pengawal pribadi ku selama kami berada di Malang.Om Afandi secara diam diam mengikuti langkah Bang Rendi yang menyusul langkah kakiku dari belakang. Bang Rendi secara spontan menoleh ke belakang dia merasa seperti ada orang yang mengikutinya,dan benar saja ada Om Afandi yang sedang berjalan di belakangnya.Bang Rendi langsung menghentikan langkahnya. "Maaf Om... tadi saya tidak perhatikan kalau Om mengikuti saya dari belakang." "Tidak apa-apa Nak... sebenarnya tadi saya sudah mau masuk kedalam ruangan tempat Irfan, tapi secara tidak sengaja saya melihat kamu berhenti di depan pintu UGD,dan akhirnya saya mengikuti kamu sampai di sini." "Sekali lagi maafin Rendi Om... tidak menyadari kehadiran Om." "Maaf Nak... Om mau tanya apakah wanita yang berada di depan kamu itu ibu Humairah istrinya Pak Brian, yang di kawal sama Irfan selama beberapa hari belakangan ini."Om Afandi b
Ummi bingung bagaimana caranya agar aku bisa segera naik ke atas pesawat, untuk memapah tubuhku rasanya tidak mungkin,berat badanku tidak sebanding dengan berat badan Ummi, tentunya Ummi tidak bisa melakukan itu. "Maafkan Ummi.... kalau kamu tidak keberatan Ummi akan minta bantuan Nak Rendi untuk menggendong kamu agar segera naik ke atas pesawat, kita tidak bisa membuang buang waktu Nak... keselamatan suami kamu lebih dahulu kita pikirkan.Ini keadaannya sangat terpaksa Nak..." "Tapi.. Ummi apakah Bang Rendi mau membantu Humairah naik keatas pesawat." "Nanti Ummi coba bicarakan dengan Nak Rendi." Ummi Salamah berjalan menuju tempat Bang Rendi yang sedang berdiri agak menjauh karena dia tidak mau mengganggu petugas medis yang memeriksa kondisi Humairah tadi. "Nak Rendi... Ummi bisa minta tolong kalau sekiranya Nak Rendi tidak keberatan." "Insya Allah saya bisa dan tidak keberatan, Ummi mau minta tolong apa sama saya tolong katakan saja,Ummi jangan sungkan." "Begini Nak.... kalau