Orang yang meringkus Pak Airlangga dan juga istrinya, segera menghubungi Bang Rendi melalui pesan singkat untuk memberikan informasi kalau saat ini pelaku sudah di amankan. ("Selamat siang bos, kami sudah meringkus Pak Airlangga dan juga istrinya, sekarang kami akan membawa mereka berdua ke markas, untuk selanjutnya kami menunggu instruksi dari bos saja.") ("Oke... kalian bawa mereka ke tempat seperti biasa, mereka tidak boleh bertemu dengan anak dan juga cucunya, kalian tempatkan secara terpisah, ingat lakukan seperti biasa, jangan beri mereka ampunan,siksa mereka sampai benar benar sengsara, saya ingin melihat mereka menderita dan merangkak minta maaf pada wanita yang sangat saya cintai.") ("Siap bos....") ("Terimakasih....") ("Sama sam...") Pak Airlangga dan juga seluruh keluarganya sudah di amankan oleh orang orang kepercayaannya Bang Rendi, mereka semua di tempatkan secara terpisah, Rian di satukan dengan istri dan anaknya, sementara Pak Airlangga bersama Bu Rima. Setelah
Abah sama Ummi masih mendampingi dan membantu Humairah untuk berdiri agar segera naik ke atas pesawat, Abah sama Ummi juga sangat menghawatirkan kondisi Mas Brian."Nak...ayo kita harus segera menyusul suami kamu naik ke atas pesawat, kita tidak boleh mengulur ulur waktu, nyawa suami kamu harus segera di selamat kan,kamu harus kuat Nak."Abah coba memberikan semangat kepadaku."Iya Abah... "Dengan susah payah aku berusaha berdiri dan melangkahkan di tuntun oleh Abah sama Ummi, baru beberapa langkah keseimbangan tubuhku tidak stabil dan ambruk seketika, selanjutnya aku sudah tidak tau karena semuanya gelap.Bang Rendi yang sedang berjalan berada pesan di belakang Humairah dengan sigap dia langsung menangkap tubuhnya jangan sampai jatuh ke bawah,bisa berbahaya bagi kandungan Humairah kalau sampai dia terjatuh."Humairah.... Humairah...ayo bangun jangan bikin saya tambah panik."Bang Rendi masih berusaha menyadarkan Humairah, tapi sia sia karena Humairah masih pingsan.Dengan tidak membuang
Para perawat yang sedang bekerja menangani Humairah baru menyadari ternyata kedua laki laki yang berada di depan mereka ini adalah orang sama sama dan sangat mencintai sang wanita yang sedang tergolek lemah di atas veldbet dan sedang mereka rawat saat ini.Setelah pekerjaan mereka selesai, para perawat itu secara pelan undur diri mereka sengaja memberikan ruang untuk Bang Rendi dan Mas Brian untuk berbicara, bukan hanya para perawat itu, Abah sama Ummi juga segera mengajak Almeera Dan Al Jazair melangkah ke kursi depan yang letaknya agak jauh dari mereka berdua, Abah dan Ummi sengaja lakukan itu, agar Bang Rendi dan Mas Brian bisa leluasa berbicara dari hati ke hati."Rendi... terimakasih banyak kamu sudah mau menolong kami, walaupun kamu tau Humairah sudah menikah dengan saya,tapi kamu masih mau bersusah payah membantu keluarga saya, sekali lagi terimakasih."Mas Brian menggenggam tangan kanan Bang Rendi dengan kedua tangannya."Tidak apa-apa Brian... saya ikhlas melakukan semuanya,ad
Rasanya kepalaku pening sekali, badanku juga pada sakit semua,aku berada di mana ini,kenapa semuanya asing bagiku.Seketika ingatanku kembali normal aku langsung terduduk dan aku belum menyadari kalau Mas Brian tegolek lemah di atas tandu yang berada di sampingku,di mana Mas Brian, apakah...apakah....'oh tidak.... membayangkannya saja aku tidak sanggup, apalagi ini jadi kenyataan, Mas Brian apakah aku sudah kehilangan kamu untuk selamanya.'aku bingung hingga tak terasa air mataku jatuh luruh seperti air bah. "Bunda.... Bunda...kamu sudah sadar, syukur Alhamdulillah ya Allah."aku mendengar suara dari orang yang sangat aku cintai, dengan refleks aku menoleh ke arah datangnya suara tadi. "Mas... gimana keadaan kamu, apakah masih sakit."aku melangkah pelan pelan menghampiri tempat Mas Brian berbaring. "Bunda... maafkan saya juga ya,karena saya tidak bisa menjaga dan melindungi kalian, ini semua kesalahan saya, kalian semua ikut terseret.Bunda harus kuat ya demi anak anak kita, ingat ada
Perawat yang di tugaskan untuk mengawasi kondisi Mas Brian,telah selesai memeriksa kondisi tubuh Mas Brian,dia telah kembali bergabung dengan kru yang lainnya."Bu... kondisi Pak Brian sekarang ini sangat menghawatirkan,karena dia banyak kehilangan darah dan juga ada dua butir peluru yang sedang bersarang di dalam tubuhnya, besar kemungkinan peluru peluru itu mengenai organ intim yang ada di dalam tubuh Pak Brian,ibu banyak banyak berdoa ya semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan juga keselamatan pada Pak Brian.""Aamiin...iya suster.""Untuk sementara kami hanya memberikan obat penenang agar Pak Brian bisa tertidur,itu pun tidak berlangsung lama, nanti setelah sampai di rumah sakit baru dokter spesialis yang akan menangani Pak Brian.""Iya suster... terimakasih."Setelah mendengarkan semua kata kata perawat tadi, seluruh kekuatan tubuhku runtuh seketika,aku terhuyung ke samping aku berusaha meraih kursi yang berada di depanku untuk aku jadikan sebagai penopang tubuhku agar te
Aku, Abah, Ummi serta kedu buah hatiku Almeera dan Al Jazair, kami semua hanya menunggu di depan pintu UGD,kami tidak diperbolehkan untuk masuk kedalam oleh dokter yang menangani Mas Brian. "Bunda... Ayah pasti selamat kan, Ayah tidak akan meninggalkan kita kan... kakak sama adi takut sekali kalau tiba-tiba ayah pergi untuk selamanya hiks... hiks..."Almeera dan Al Jazair langsung menjatuhkan tubuh mereka berdua kedalam pelukanku sambil menangis terisak isak. "Iya sayang... insya Allah Ayah tidak kenapa napa,ayah akan kembali bersama kita lagi kalau sudah sehat, jangan menangis lagi ya... kita doakan saja semoga Ayah cepat sembuh."aku berusaha memberikan kekuatan kepada kedua buah hatiku Almeera dan Al Jazair.Aku sendiri tidak tau apakah apa yang aku katakan tadi akan menjadi kenyataan atau sebaliknya. Karena melihat kondisi tubuhku sangat lemah Bang Rendi membawa seorang perawat menghampiri tempat duduk kami semua. "Suster tolong periksa kondisi ibu Humairah,dia juga butuh penang
"Bu... silahkan duduk..ini resepnya, nanti bulan depan kembali ke sini lagi untuk melakukan pemeriksaan dan juga USG agar kita tau perkembangan janin yang ada di dalam kandungan ibu."dokter itu berbicara sambil menyunggingkan senyumnya kearahku. "Iya... dokter sekali lagi terimakasih." "Tidak apa-apa sama sama." "Dok... saya permisi keluar kalau sudah tidak ada yang perlu di periksa lagi." "Semuanya sudah selesai silahkan Bu." Suster yang tadi membawaku masuk kembali mengantarkan aku keluar dari dalam ruangan pemeriksaan.Aku lihat Bang Rendi masih duduk menunggu kedatanganku, bang Rendi langsung berdiri dan membimbing diriku untuk kembali duduk di atas kursi roda yang aku pakai sebelumnya. "Suster bagaimana... kondisinya ibu Humairah."Bang Rendi berusaha mencari tau kondisi tubuhku lewat suster itu. "Kondisi ibu Humairah tidak terlalu mengahawatirkan, bayinya juga sehat hanya saja tekanan darah ibu Humairah sangat rendah, tadi dokter sudah memberikan resep untuk menstabilkan te
Setelah menyampaikan keputusan dokter kalau Mas Brian bisa melakukan pengobatan ke luar negeri tepatnya di rumah sakit ME Singapura, Bang Rendi segera menemui Humairah serta yang lainnya.Mereka semua sedang menunggu kedatangan Bang Rendi untuk menanyakan perkembangan kondisi Mas Brian. "Humairah, Abah,Ummi kita harus segera siap siap Brian akan segera di evakuasi ke rumah sakit ME Singapura sekarang juga, ingat Humairah... apapun yang akan terjadi terhadap Brian kamu harus ikhlas,karena semua itu sudah menjadi suratan takdir dari Allah SWT, tidak seorangpun yang mampu melawan takdir,kamu harus kuat demi anak anakmu."Bang Rendi masih menutup kondisi Mas Brian yang sebenarnya. "Iya Nak...kami akan ikut saja apapun keputusan dokter, mereka pasti melakukan yang terbaik untuk Nak Brian."Abah yang menjawab Bang Rendi. "Bang... maksud Abang apa, kenapa Abang mengatakan seolah-olah Mas Brian tidak biasa di selamatkan,tolong katakan yang sebenarnya Bang... jangan ada yang di tutupi dari aku