"Aku tahu kamu di dalam. Buka pintunya. Kita bicara. Nadine! Kamu dengar aku nggak sih?""Hebat, hebat! Nadine, kamu nggak mau buka pintu, 'kan? Kamu kira aku nggak bisa masuk?"Dari merendahkan diri, tenang, hingga akhirnya marah. Kesabaran Reagan berangsur habis.Ketika Reagan akhirnya menyerah dan hendak pergi, dia tidak sengaja bertemu pandang dengan sepasang tatapan dingin dan tajam.Reagan termangu dan mengernyit. Di tangga yang sempit, di bawah sinar lampu yang remang, dia melihat Arnold berdiri di sana, seolah-olah baru tiba di lantai ini.Tanpa perlu dipikirkan, Reagan tahu kenapa Arnold ada di sini, apalagi sekarang sudah larut malam. Setelah kejadian hari itu dan kemunculan Arnold, Reagan akhirnya menyadari betapa berbahayanya para lalat di sekitar Nadine.Jadi, setelah tenang, Reagan menyuruh orang memeriksa latar belakang Arnold. Ternyata Arnold adalah putra ketiga Keluarga Arbana. Pantas saja, Stendy tidak berani macam-macam dengannya.Reagan bertanya, "Kamu mau cari Nadi
Usai berbicara, Kelly memakai kacamata hitamnya dan menyesap air kelapa. Kemudian, dia tersenyum puas.Nadine melipat kakinya, lalu berbalik dan bertanya, "Bukannya kamu pergi kencan?"Kelly mencebik dengan kesal. "Pria berambut pirang itu punya tubuh kekar, tapi lemah sekali. Pria simpananku lebih hebat."Nadine merasa lucu. "Maksudmu ... Keven ya?""Sudah kuganti. Sekarang pria simpananku sangat ceria, imut, dan wangi. Dia bisa masak juga. Kamu sendiri nggak berniat cari pacar lagi?" goda Kelly sambil menatap Nadine melalui kacamata hitamnya.Apa cinta Nadine sudah habis untuk Reagan? Tidak seru sekali! Pacaran dengan beberapa pria baru seru!Nadine menatap laut di depan. "Malas. Aku nggak punya waktu dan energi. Nggak usah dulu untuk sekarang.""Benar juga." Kelly mencebik. "Pria cuma akan mengganggu konsentrasimu dalam belajar, lalu nilaimu akan menurun."Kelly meregangkan pinggangnya, lalu memandang ke kejauhan. "Tadi aku lihat pria tampan bermata biru. Aku mau ajak dia ngobrol du
Pagi-pagi, di bandara, Reagan duduk di ruang tunggu VIP sambil bermain ponsel. Masih ada setengah jam sebelum pesawat terbang. Dia merasa waktu sangat lambat. Dia ingin sekali terbang ke Madagar sekarang juga.Tiba-tiba, Reagan termangu dan duduk tegak. Di unggahan Stendy kemarin, terlihat foto pantai dan matahari yang bersinar terik.[ Cuaca di Madagar sangat bagus. Apalagi, aku bisa bertemu orang yang ingin kutemui. ][ A: Kamu berlibur untuk berburu wanita? ][ Stendy: Berburu butuh jaring besar. Aku cuma ingin menangkap secara akurat. ][ B: Oops, ada apa ini? ]Stendy memberi emotikon menggertakkan gigi.....Makin dilihat, ekspresi Reagan menjadi makin masam. Dia menggulir layar ponsel sejak tadi, tetapi komentarnya masih belum habis. Semua orang sibuk berspekulasi tentang kisah cinta Stendy.Stendy memang berengsek. Dia memberi informasi palsu kepada Reagan, lalu dirinya ke Madagar mencari Nadine.Saat ini, terdengar pengumuman keberangkatan. Reagan menyimpan ponselnya, lalu men
Reagan kesulitan tidur semalam, jadi merasa agak kantuk. Dia menguap dan mendongak. Ketika tidak sengaja melihat Eva memotretnya, Reagan langsung menghalangi wajahnya yang murung.Eva pun termangu. "Sayang, ini pertama kalinya kita tamasya bersama. Nggak boleh foto bersama?""Aku nggak suka foto," timpal Reagan dengan tidak acuh, lalu memejamkan matanya.Eva pun merasa kesal. Semangatnya yang berkobar-kobar seketika menjadi padam.Setelah turun dari helikopter, staf menyambut mereka. Keduanya mengurus prosedur check-in. Staf membantu mendorong koper. Reagan berjalan ke lift dengan lelah. Ketika mendongak, dia melihat Stendy.Kebetulan, Stendy keluar dari lift. Dia memakai kemeja berlengan pendek dan bermotif bunga serta celana pantai. Mungkin karena tubuh Stendy sangat proporsional dan parasnya sangat tampan, dia tidak terlihat aneh, malah terlihat elegan.Stendy awalnya termangu melihat Reagan. Kemudian, dia segera tersenyum dan menghampiri. Tangannya memegang kacamata hitam, membuatn
"Pesta topeng?""Ya, itu tradisi hotel. Setengah tahun diadakan sekali. Temanya selalu berbeda. Sebelumnya pesta kostum, sebelumnya lagi pesta rumah hantu. Tema kali ini lebih normal, jadi lebih bisa diterima oleh publik. Malam ini pasti ramai."Karena sudah dekat dengan Natal, ada pohon natal dan banyak lampu di hotel. Suasana sungguh meriah."Waktu keluar tadi, kulihat para staf sudah pakai topeng. Sepertinya menarik sekali!" seru Kelly. Dia memilih topeng rubah untuk Nadine, memilih topeng singa untuk diri sendiri. Dia ingin menjadi ratu hutan."Kenapa nggak pilih harimau?""Kenapa harus pilih harimau?""Bukannya harimau betina lebih ganas?""Kamu minta dihajar ya?""Cepat sedikit, nanti kita terlambat." Nadine berlari sambil memakai topengnya."Hei! Berhenti! Dasar harimau betina!"....Di aula pesta lantai 23. Begitu keluar dari lift, Nadine langsung merasakan tatapan dari berbagai arah. Sebenarnya dia tidak menyukai acara seperti ini. Namun, karena wajahnya tak terlihat, dia mera
Pria itu memakai jas hitam dan manset biru yang mencolok. Patek Phillipe berwarna terang yang dipakainya terkesan unik, tetapi cocok dengan tema hari ini.Ketika melihat senyuman pada mata pria itu, Nadine langsung tahu siapa dia. Pria ini adalah Stendy!"Maaf, aku nggak bisa dansa.""Aku pernah melihatmu menari di belakang panggung kampus."Karena ketahuan berbohong, Nadine terdiam. Yang dimaksud Stendy seharusnya adalah acara kelulusan empat tahun lalu. Nadine berlatih dua bulan, tetapi kakinya terluka sehingga tidak bisa menari. Nadine saja sudah hampir lupa, tetapi Stendy malah masih ingat.Saat ini, entah apa yang dikatakan pembawa acara, lampu sorot tiba-tiba menyinari semua orang. Sorakan pun terdengar makin keras. Pada akhirnya, Nadine dan Stendy yang tersorot.Stendy tersenyum sambil menjelaskan, "Aturannya adalah yang tersorot harus berdansa. Tuhan saja nggak tega melihatku ditolak. Masa kamu tega?"Usai berbicara, Stendy membungkuk dan menjulurkan tangan untuk mempersilakan
"Tentu saja.""Bukannya bagian keuangan sangat sibuk di akhir tahun?""Nggak juga." Stendy menjawab dengan misterius, "Tergantung. Kalau orangnya penting, pasti selalu ada waktu. Kalau nggak penting, aku juga malas meladeni sekalipun punya waktu."Sebelum Nadine sempat memahami maksud ucapan Stendy, cahaya lampu berkedip. Ini waktunya berganti pasangan.Ketika pergantian, Nadine melihat jelas keterkejutan dan ketidakpercayaan pada ekspresi Eva. Detik berikutnya, pergelangan tangannya dipegang erat oleh seorang pria, begitu juga pinggangnya.Reagan tersenyum memprovokasi sambil melirik Stendy. Kemudian, ketika menatap Nadine, sorot matanya menjadi lembut. "Nad, masih marah? Aku ke rumahmu beberapa hari lalu, tapi nggak ada yang buka pintu."Nada bicara Reagan terdengar agak sedih. "Kalau Stendy nggak menukar informasi penerbanganmu, aku pasti sudah sampai kemarin."Nadine hanya menunduk, sama sekali tidak tersentuh. Reagan menunduk menatapnya dan bertanya dengan lembut, "Kamu marah kare
Ketika melihat keduanya berpisah dengan ekspresi masam, Stendy pun tersenyum. Sepertinya metode yang digunakan Reagan sama sekali tidak berguna.Meskipun sekarang hubungan Reagan dan Stendy sudah retak, dulu mereka adalah sahabat. Jadi, Stendy tahu betul cara Reagan membujuk orang. Paling-paling membeli hadiah, mengaku salah, membujuk. Sayangnya, Nadine tidak akan menerima semua itu lagi."Stendy, sepertinya kamu sangat senang?" tanya Eva tiba-tiba. Nada bicaranya terdengar polos dan tidak bersalah."Tentu saja.""Karena Kak Reagan ditolak Kak Nadine?"Stendy mengangkat alis dan akhirnya menatap Eva untuk pertama kali. "Bukannya kamu juga harap begini?""Ya, aku ingin menemani Kak Reagan untuk selamanya." Eva mengaku."Kalau begitu, kudoakan kalian langgeng." Selesai berbicara, Stendy melepaskan tangan Eva dan mundur.Eva tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih. Kuharap kamu berhasil mendapat tambatan hatimu juga."Stendy berbalik dan melirik Reagan dengan simpati. Reagan mengira dirin