"Bayar?" Ekspresi Eva membeku. "Bukannya biasanya langsung ditarik dari akun?""Maaf, akunnya sudah dibekukan.""Dibekukan? Kenapa?""Pemilik akun yang mengajukan pembekuan."Mengajukan sendiri .... "Hahaha. Reagan, kamu benar-benar kejam!"Setelah tinggal di rumah sakit selama lebih dari sebulan, Eva akhirnya keluar hari itu. Dia menatap langit cerah yang menyilaukan, awan putih yang melayang di angkasa, seolah-olah dunia yang dia kenal sudah berubah.....Reagan pulang lebih awal dari kantor hari itu. Begitu masuk mobil, dia memberi instruksi kepada sopir, "Kembali ke vila.""Baik."Sepanjang perjalanan, Reagan memejamkan mata untuk beristirahat, mendengarkan deru angin yang melewati jendela. Saat membuka mata kembali, langit sudah gelap dan tampak suram, memberi tanda akan datangnya badai.Setiap musim hujan, hawa lembap dan gerah akan selalu membuatnya kesal. Keningnya berkerut.Mobil melaju stabil ke arah kompleks vila. Tiba-tiba, sopir menginjak rem mendadak. "Ciiit ...."Tubuh R
Pada akhirnya, Eva dilempar keluar."Sudah disuruh pergi, tapi nggak mau dengar. Kamu harus begini dulu baru puas ya? Pergi sana!"Hujan turun dengan deras. Para satpam juga tidak ingin basah kuyup, tetapi wanita gila ini malah mencari masalah.....Setelah hujan reda, Eva menyusuri jalanan tanpa arah. Entah sejak kapan, dia tiba di depan gerbang kampus.Eva menatap para mahasiswa yang sedang mengobrol dan bercanda itu. Dulu, dia juga salah satu dari mereka.Tiba-tiba, Eva melihat wajah yang sangat familier di kerumunan. "Zovein!" Dia berlari menghampiri dan meraih tangan Zovein dengan erat, seolah-olah menemukan penyelamat hidupnya.Zovein pun terperanjat. Dua teman wanitanya lantas melirik dengan heran. Namun, mereka tidak bertanya lebih jauh. "Zovein, kami tunggu di dalam ya.""Oke." Zovein tersenyum dan mengangguk. Kemudian, dia menatap Eva dengan tatapan yang sangat rumit. "Kamu ... kenapa jadi begini?"Sebulan lalu saat Zovein menjenguk Eva di rumah sakit, Eva memang terlihat aga
Eva bertanya, "Apa ada makanan?"Seorang wanita terkekeh-kekeh, lalu mengamatinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Masuklah."Eva mendongak melirik papan neon yang bertuliskan Equinox. Dia tahu apa yang akan dihadapinya jika melangkah masuk. Namun, rasa lapar dan lelah serta hasrat terhadap kemewahan membuatnya seperti terhipnotis. Pada akhirnya, dia mengikuti wanita itu masuk.Dia harus hidup. Hanya dengan bertahan hidup, dia baru bisa membalas dendam kepada Reagan dan Nadine!....Namun, kenyataan kembali memberinya pelajaran pahit. Tidak semudah itu untuk mendapatkan uang. Dengan wajah cantiknya, dia langsung diterima bekerja di tempat itu.Equinox menyediakan makanan dan tempat tinggal gratis untuknya. Malam itu, Eva akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.Keesokan malam, Eva mengenakan rok super pendek dan dibawa ke sebuah ruang karaoke. Pintu tertutup rapat. Efek kedap suara membuat tidak ada sedikit pun suara dari dalam yang bocor keluar.Ketika pintu terbuka lagi, Eva berjalan
Eva tersenyum. Tiba-tiba, pintu gudang terbuka dari luar dan seorang pria masuk. Ketika dia melangkah masuk, lampu ruangan menyala terang."Sialan! Wanita ini mencoba bunuh diri! Apa yang kalian lakukan?" maki manajer kepada kedua pria berbaju hitam di dekat pintu. Kemudian, dia segera membungkuk memberi hormat kepada pria yang pemimpin mereka. "Maaf, Pak. Ini kelalaianku.""Hentikan pendarahannya." Pria itu berkata dengan nada datar, "Luka kecil seperti ini nggak akan membunuhnya.""Baik, baik, segera kami tangani ...."Setelah darahnya dihentikan, manajer menyiramkan segelas bir dingin ke wajah Eva. Saat itu, Eva perlahan-lahan tersadar.Pria itu mendekatinya, lalu mengangkat dagu Eva dengan ujung sepatunya. "Heh, kalau kamu benaran ingin mati, kamu seharusnya menyayat lehermu, bukan pergelangan tanganmu."Eva belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Namun, saat dia mendengar suara pria itu, tubuhnya gemetar hebat. "Ka ... kamu ...." Bibirnya bergetar, dia mengangkat pandangannya.
Terdengar suara napas akibat kaget di seluruh ruang kelas yang luas."Arnold? Apa itu Arnold yang kupikirkan?""Eee ... memangnya ada berapa Arnold di Universitas Brata?""Benar juga.""Astaga! Dia benaran bakal ngajar kita? Tinggi sekali! Tampan lagi!"Manusia memang makhluk visual. Ketika melihat sesuatu yang indah, mereka akan memuji dan terpukau.Mikha juga tidak terkecuali, tetapi dia merasa profesor ini sangat familier. "Kak Nadine, bukannya ini pria yang memanggilmu di luar kantin waktu itu?""Ya.""Astaga! Ternyata dia Arnold?""Kamu nggak kenal? Saat wawancara masuk program pascasarjana, dia salah satu pewawancara lho." Nadine terlihat bingung."Hah?" Mikha menggaruk kepalanya. "Aku nggak melihatnya kok. Aku cuma kenal Diana saat wawancara.""Aneh .... Waktu aku wawancara, justru nggak ada Diana. Kamu wawancara pagi atau siang?""Siang.""Pantas saja, aku wawancara pagi.""Oh, begitu ...."Nadine tiba-tiba terpikir akan sesuatu sehingga terdiam. Jika tidak salah ingat, Clarine
"Oh, oke. Kamu lanjutkan saja urusanmu ...." Sebelum Mikha menyelesaikan ucapannya, Nadine sudah berjalan jauh. Secepat itu? Dia jarang sekali melihat Nadine terburu-buru seperti ini.Nadine mengejar sampai ke jalan setapak yang rindang di luar gedung kampus. Kemudian, dia akhirnya berhasil menghentikan Arnold.Arnold pun terkejut melihatnya. Nadine menarik napas dalam-dalam, lalu menenangkan diri dan menatapnya. "Pak Arnold, apa kamu punya masalah denganku?"Hati Arnold sontak bergetar. Dia tidak menyangka Nadine akan mengejarnya hanya untuk mengajukan pertanyaan seperti itu. "Nggak ada ...." Bagaimana mungkin dia punya masalah dengan Nadine?"Kalau begitu, kenapa kamu terus menghindariku belakangan ini?"Arnold sedikit mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap mata Nadine langsung. Jelas, dia merasa bersalah. "Aku nggak menghindar." Arnold berdeham sebelum menyahut dengan suara rendah."Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Nadine lagi.Ekspresi Arnold menegang. Dia tanpa sadar t
Arnold berdeham sebelum berujar, "Begini, Calvin suruh kamu sering-sering mampir ke laboratorium kalau ada waktu. Semua orang sangat merindukanmu."Nadine mengedipkan mata. "Kapan Pak Calvin bicara begitu?""Seminggu lalu," jawab Arnold dengan jujur tanpa berpikir panjang."Oh ...." Nadine memperpanjang nadanya. "Jadi, Pak Calvin suruh kamu sampaikan pesan seminggu lalu, tapi kamu baru kasih tahu hari ini?"Masih berani bilang tidak menghindar?Arnold menyadari dirinya akan semakin salah jika bicara terlalu banyak. Dia pun bergegas kabur.Nadine tak kuasa tertawa melihat sosok belakangnya.Sinar matahari sore masih cerah dan hangat. Langit biru, awan putih. Semuanya terasa begitu indah.Karena tidak ada kelas sore, Nadine memutuskan untuk tidak pergi ke perpustakaan. Jadwal kuliahnya sangat padat belakangan ini, jadi dia belum sempat membersihkan rumah.Mumpung cuaca hari ini cerah, Nadine akan mencuci dan menjemur pakaiannya. Kemudian, dia akan memasak hidangan lezat untuk diri sendir
Namun, karena Freya sedang berada di luar negeri untuk menghadiri konferensi akademik, kelompok Nadine pun tidak memiliki pembimbing yang hadir. Kebetulan, giliran presentasi kelompok mereka tepat setelah kelompok Diana.Eden berdiri dan mempresentasikan perkembangan kelompoknya selama bulan ini. Salah satu pencapaian yang sangat mencolok adalah Nella. Dia menerbitkan jurnal sains bulan ini.Setelah mengatakan itu, Eden diam sejenak. Semua orang tampak bingung, tetapi segera menyadari bahwa itu adalah isyarat untuk bertepuk tangan. Segera, terdengar suara tepuk tangan yang meriah.Di atas panggung, para pemimpin tersenyum puas. Terutama Konan, wajahnya berseri-seri. Diana pun duduk tegak dan tersenyum lebar.Di tengah suara tepuk tangan, Nella bangkit. "Terima kasih semuanya. Berkat pembimbingku, Bu Diana, aku baru bisa meraih pencapaian ini. Terima kasih atas bimbingan profesional dan kesabaranmu."Tepuk tangan kembali bergema di ruangan. Diana berdiri sedikit untuk menerima sanjungan
"Ada apa?" tanya Nadine.Keduanya langsung mendongak, seperti anak kecil yang akhirnya melihat orang tua mereka setelah mendapatkan perlakuan tidak adil.Mikha langsung berlari ke arahnya, matanya sudah memerah bahkan sebelum sempat bicara. Darius menyusul di belakang, ekspresinya jelas tegang dan tangannya juga terkepal erat.Nadine langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, dia tetap tenang. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian duduk di luar dan nggak masuk?""Kak Nadine ...." Mikha berusaha menahan air matanya. Meskipun matanya sudah berkaca-kaca, dia tetap bersikeras untuk tidak membiarkannya jatuh. "Kami nggak bisa masuk lagi!""Apa maksudnya nggak bisa masuk lagi?" Nadine terkejut."Kemarin, tim inspeksi kampus dan pemadam kebakaran distrik tiba-tiba datang ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ...."Pemeriksaan kebakaran adalah prosedur rutin, jadi mereka berdua tidak berpikir terlalu banyak dan langsung membukakan pintu serta bekerja sama dengan baik.Siapa sangka,
"Ibu, sadarlah, aku ini anakmu! Kelly itu siapa? Kenapa aku baru bilang satu dua kata tentang dia, kamu langsung mau patahin kakiku?"Phoebe menyahut, "Karena dia adalah menantuku yang sudah kutetapkan! Nggak boleh ada yang menyakitinya, termasuk kamu!"Teddy merasa mata dan hidungnya sedikit memanas. Menantu ....Dia membalikkan badan, menyilangkan tangan di dada, lalu bergumam dengan suara rendah, "Dia punya standar tinggi, barang-barang ini mungkin nggak menarik baginya ...." Sama seperti Teddy yang juga tidak menarik baginya!"Benar juga." Phoebe mengangguk santai. "Kelly punya standar tinggi, tapi dia juga punya modal untuk mencari yang lebih baik! Kamu kira semua orang sepertimu? Kerjaannya cuma bersenang-senang."Teddy langsung berbalik dan berteriak dengan kesal, "Aku ini anak kandungmu! Anak kandung!""Tahu kok, nggak perlu teriak.""?""Pokoknya, aku tinggalkan perhiasan ini di sini. Kamu cari kesempatan untuk memberikannya pada Kelly. Ngerti?"Teddy tidak merespons. Phoebe l
Setelah pria itu pergi, Kelly menatap peralatan makan di meja dengan jijik. Seharusnya, tadi dia menyuruh Teddy merapikan semuanya dulu sebelum pergi."Halo, tolong panggilkan petugas kebersihan untuk dua jam .... Ya, bersih-bersih ... seluruh rumah. Semuanya harus bersih ... terutama sofa ...."Sementara itu, setelah Teddy membanting pintu dan pergi, dia langsung mengemudi pulang ke apartemennya. Kecepatannya hampir mencapai 150 km/jam, seakan-akan tak takut mati.Begitu masuk, Teddy langsung melepas baju dan masuk ke kamar mandi, mencoba menghilangkan aroma yang tertinggal karena kejadian semalam.Namun entah kenapa, setelah selesai mandi, aroma samar khas Kelly masih saja tercium olehnya."Sial ...." Dengan marah, Teddy menendang sofa.Namun akibatnya ... ingatan tentang kejadian semalam sontak menyeruak di kepalanya, dimulai di sofa, lalu berlanjut ke kamar .... Penuh gairah, penuh kegilaan.Teddy berpikir mati-matian, tetapi tetap tidak mengerti. Kenapa wanita yang semalam begitu
Senyuman Teddy langsung membeku. "Maksudmu?"Membereskan barang-barang dan pergi bukan masalah. Namun, apa maksudnya jangan datang lagi?Kelly menjawab dengan tenang, "Maksudnya seperti yang kamu dengar. Aku ingat aku pernah bilang, aku nggak akan terlibat dengan pria yang punya hubungan kerja sama denganku.""Setelah kejadian semalam, kita sudah jelas terlibat. Satu-satunya solusi adalah kita nggak bekerja sama lagi."Teddy perlahan duduk tegak, menatapnya dengan tatapan suram. "Aku nggak mabuk semalam. Dari caramu merespons, kamu juga nggak mabuk, 'kan?""Benar."Saat hubungan itu terjadi, mereka berdua sadar sepenuhnya. Jadi, ini bukan sekadar khilaf karena alkohol."Heh ...." Teddy tertawa dingin. "Kita baru saja tidur bersama dan aku bahkan belum pakai baju, tapi sekarang kamu mau mencampakkanku begitu saja?"Sudut bibir Kelly berkedut. "Kamu sendiri yang memilih nggak pakai baju, itu salah siapa? Aku sih nggak keberatan.""Aku keberatan, sialan!" Suara Teddy tiba-tiba meninggi. "
Pagi-pagi, sinar matahari menyinari masuk. Pakaian berserakan di lantai, dari sofa ruang tamu hingga depan ranjang kamar. Hampir semuanya adalah pakaian pria, hanya ada satu jubah tidur wanita.Teddy menggerakkan kelopak matanya dan terbangun. Ketika mengingat kembali kegilaan dan keintiman semalam, sudut bibirnya terangkat tanpa sadar.Teddy menoleh ke samping, melihat wanita yang masih terlelap. Ekspresinya lembut dan penuh kehangatan yang bahkan tidak disadarinya.Kelly masih tidur, matanya terpejam rapat dan napasnya stabil. Tatapan Teddy menyusuri wajah cantiknya, lalu turun ke leher. Kulit putihnya dipenuhi bekas yang ditinggalkan Teddy saat malam penuh gairah itu.Teddy bukan lagi anak muda yang mudah terpukau oleh tubuh wanita. Namun, semalam dia seperti binatang buas yang pertama kali merasakan daging. Sungguh liar dan tak kenal lelah. Pada akhirnya, Kelly harus menamparnya agar dia berhenti.Sakit? Ya, memang sakit. Namun, puas tidak? Benar-benar puas!Memikirkan itu, senyuma
Teddy kehabisan kata-kata."Selesai," katanya sambil mematikan pengering rambut.Kelly merapikan rambutnya dengan jari. Harus diakui, hasilnya halus tapi tetap lembut. Teddy menyeringai. "Gimana?"Untuk pertama kalinya, Kelly mengangguk puas. "Buka salon deh, aku langsung jadi member VIP."Teddy berpikir, 'Terima kasih, tapi nggak deh.'Kelly menguap, lalu berjalan ke tempat tidur. Setelah menjatuhkan diri dan berguling dua kali, dia membungkus dirinya dengan selimut. "Aku tidur dulu. Tolong matikan lampu, tutup pintu, lalu pulang. Bye-bye ...."Memangnya aku ini pembantunya?! Teddy menggerutu dalam hati, tapi tangannya tetap patuh. Dia mematikan lampu, menutup pintu dengan pelan, lalu keluar.Setelah minum anggur, Kelly tertidur dalam keadaan sedikit mabuk. Hanya dalam sekejap, dia telah tertidur nyenyakBegitu keluar, Teddy melihat botol anggur di wajan kaca yang masih tersisa. Setelah berpikir sejenak, dia mengambil gelas anggur dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri.Kemudian
Kelly meletakkan gelas anggurnya dan berdiri. "Sudah cukup." Minum terlalu banyak bisa menimbulkan masalah, apalagi kalau di rumah ada seorang pria. Dia masih tahu batasannya.Teddy menghentikan gerakannya. "Belum habis, kenapa berhenti?""Kamu kira ini bar? Mau minum sampai pagi?""Anggurnya udah aku siapin, kalau nggak habis, sayang dong?""Sayang buat siapa? Aku bisa minum sendiri besok."Teddy terdiam.Kelly melirik jam dinding. "Sudah malam, pulang sana.""Tunggu, kenapa begitu sih?""Aku kenapa?""Waktu butuh aku, kamu terima. Setelah nggak butuh, langsung diusir. Begitu caramu?""Terus mau gimana? Mau aku suruh kamu nginap?""Pacar nginap di rumah pacar itu hal biasa. Walaupun kita cuma pura-pura, tapi setidaknya harus terlihat meyakinkan, 'kan?"Kelly mendengus. "Sok drama! Memangnya ada yang peduli kita tidur bareng atau nggak?"Baru saja dia selesai bicara, ponsel Teddy berdering. Panggilan video dari WhatsApp. Dia melirik layarnya dan menyeringai. "Tuh, ada yang peduli."Kel
Kelly menegaskan, "Aku. Nggak. Makan. Mi."Teddy menatapnya dengan ekspresi "Kamu pikir aku bakal percaya?"Saat Kelly berbalik hendak masuk kamar, Teddy tiba-tiba berseru, "Nggak mau coba segelas?"Kelly menoleh, matanya melirik wajan kaca yang berembun di meja. Kebetulan sekali, ini jenis anggur favoritnya dan sudah didinginkan dengan sempurna ...."Baiklah, tuangkan satu untukku!" Godaan yang sulit ditolak.Teddy langsung sigap mengambil gelas. "Ini, coba deh! Aku yang dinginkan, dijamin puas!"Kelly menerima gelasnya dan tersenyum sinis. "Itu semua karena anggur yang aku beli bagus.""Iya, iya. Anggurnya bagus, tapi teknikku juga hebat. Kalau digabung, hasilnya luar biasa. Gimana?""Nggak usah bawa-bawa aku," kata Kelly sambil meneguk seteguk pertama.Teddy terdiam. Bahkan dalam obrolan santai, Kelly tetap tidak mau rugi sedikit pun. Baru satu tegukan, Kelly langsung harus mengakui bahwa Teddy benar-benar punya keterampilan."Gimana? Nggak mengecewakan, 'kan?" Teddy mengangkat dagu
"A-aku capek, jadi minggir sebentar buat istirahat, eh malah ketiduran ...."Kelly langsung memutar ke sisi lain mobil, menarik pintu kursi penumpang depan, dan duduk. "Kebetulan, antarin aku pulang."Teddy mendengus. "Kamu benaran nggak tahu malu, ya." Meskipun begitu, sudut bibirnya tetap melengkung ke atas."Oke deh, hari ini sekalian aku jadi malaikat baik hati. Pegangan yang kencang ...." Begitu dia menginjak gas, mobil melesat seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.Kelly: "Gila! Pelan sedikit! Aku masih betah hidup, nggak mau ketemu malaikat maut bareng kamu!"Teddy: "Kenapa? Kita bisa dikubur dalam satu liang lahat, romantis, 'kan? Hehehe ...."Kelly hanya bisa memberikan tatapan menjijikkan kepadanya. Kalau pun mati, mereka pasti bakal dikubur di tempat terpisah!Dua puluh menit kemudian ....Kelly: "Berhenti di depan gerbang apartemen aja, aku jalan sendiri ke dalam.""Nggak bisa! Belum sampai depan pintu!"Dengan satu putaran setir, Teddy langsung mengarahkan mobil ma