Share

Bab 289

Author: Patricia
"Keluarga kita dari cuma punya dua cucu, kamu dan Reagan. Mana bisa dibandingkan sama paman kedua dan ketiga? Kalau sesuai dengan isi wasiat dan pembagian dilakukan berdasarkan jumlah kepala, kita pasti paling dirugikan. Tapi kalau kakakmu atau kamu punya anak, maka anak itu juga bisa ikut pembagian. Jadi, setidaknya kita masih bisa mendapatkan bagian lebih banyak."

"Kita berdua nggak ada harapan lagi. Sekarang Eva sudah ada anak di kandungannya, ini kesempatan emas yang nggak boleh disia-siakan."

Clarine langsung mengerti. "Jadi ini alasannya."

"Sekarang kamu paham, 'kan? Asalkan anak di kandungan Eva lahir dengan selamat, kita setidaknya bisa dapatkan bagian sebesar ini ...." Rebecca mengangkat satu jari.

Clarine bertanya dengan hati-hati, "Satu miliar?"

"Beranikan diri sedikit lagi."

"Ja-jangan-jangan satu triliun?"

Rebecca tersenyum penuh arti.

Clarine terkejut. "Satu triliun?! Benar-benar segitu?"

Sementara itu, di dalam kamar rumah sakit, Eva mendengar semuanya dengan sangat jela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
ular miara ular, berbisa pula, ntar saling serang dan bunuh bunuhan memperebutkan warisan, seru sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 290

    "Apa?""Kalau kamu nggak hamil, kenapa juga ikut minum sup ayam? Rebutan makanan sama ibu hamil itu tidak pantas, tahu nggak?""Satu panci sebesar itu, kamu bisa habis sendiri?" Rebecca memandang Eva dengan wajah penuh keheranan, merasa wanita muda ini pasti punya masalah dengan otaknya sampai bisa mengeluarkan omongan seperti itu."Ya, tentu saja aku bisa habis.""Sebenarnya kamu mau bilang apa?"Eva berhenti berpura-pura dan langsung menunjukkan maksudnya, "Karena ini sup khusus untukku, lebih baik yang lain jangan ikut minum. Benar nggak, Bibi?"Rebecca tertawa sinis dan mengangguk kesal. "Baiklah. Minum sup itu sampai kamu puas!"Selesai bicara, Rebecca langsung pergi.Eva mengangkat alisnya melirik mangkuk-mangkuk sup di atas meja dengan ekspresi jijik, kemudian pergi ke kamarnya tanpa menyentuhnya."Kenapa kamu nggak minum sup ayamnya?!"Eva baru bangun tidur siang dan menguap. "Aku tiba-tiba nggak ingin minum lagi. Apa ada masalah?""Kamu ...!""Bibi, tolong lain kali ketuk pint

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 291

    Melihat sup yang direbusnya sejak pagi ditolak mentah-mentah, Rebecca menjadi kesal. "Itu sup kaki babi dengan tambahan kacang kedelai. Bagus untuk anak.""Bagus untuk anak, tapi untuk ibu hamil nggak penting, ya? Kamu nggak lihat di atasnya ada lapisan minyak setebal itu? Aku melihatnya saja sudah mual, gimana mau minum?"Rebecca menarik napas dalam-dalam. "Lalu kamu maunya apa?""Kamu kok bodoh banget sih? Hal mudah begini saja masih perlu diajari? Kamu nggak bisa menyendoki minyak di permukaan sup itu? Dengan kecerdasanmu yang seperti itu, aku heran kamu bisa hidup sampai sekarang ...."Kata-katanya benar-benar kasar dan menyakitkan.Rebecca belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Seketika, amarahnya memuncak. Dia berdiri dengan cepat dan hampir kehilangan kendali. "Kamu bilang siapa bodoh? Eva, jangan keterlaluan!"Kalau saja Rebecca lebih jeli, dia pasti menyadari bahwa nada bicara dan kata-kata Eva sekarang hampir sama persis dengan cara dia pernah memarahi Eva sebelumn

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 292

    Begitu Freya selesai bicara, sesosok pria bertubuh tinggi muncul dari dalam ruangan.Nadine tertegun.Freya berkata, "Kenalkan, ini adalah murid kesayangan Pak Mario, Stendy."Pria itu tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya ke arah Nadine. "Senang bertemu denganmu, adik kelas.""Kamu ... murid Pak Mario?" Nadine terkejut."Kenapa? Nggak kelihatan?""Bukan begitu."Freya memandang keduanya bergantian. "Kalian sudah saling kenal, ya?"Stendy mengangguk. "Sudah kenal."Bahkan sudah lama ...."Kalau begitu baguslah. Setelah berputar-putar, ternyata semuanya kenalan lama. Malam ini makan di sini saja, ya?"Stendy berkata, "Terima kasih, Bu. Kalau begitu saya nggak sungkan-sungkan."Sementara Nadine memang sudah berniat makan malam di sana sebelum pulang. Bibi pembantu menyiapkan banyak hidangan dan dua di antaranya adalah makanan favorit Nadine.Entah disengaja atau tidak, ketika mereka duduk, Stendy memberikan posisi terdekat dengan dua hidangan favorit itu kepada Nadine, sementara di

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 293

    Stendy memang tidak terlalu mahir.Gerakannya canggung dan yang lebih parah lagi, dia menaruh cairan pencuci piring di setiap piring dan mangkuk. Di bawah tatapan tak berdaya Nadine, dia bertanya dengan wajah polos, "Bukan begini caranya?"Nadine kehabisan kata-kata."Kalau kamu nggak keberatan, bisa ajarin aku nggak?" Stendy berdeham pelan. "Dulu waktu di luar negeri, kalau masak sendiri, biasanya aku cuma pakaii satu atau dua piring. Jadi, aku selalu menuangkan sedikit cairan ke masing-masing piring waktu mencuci ....""Sebenarnya, nggak ada cara yang baku untuk mencuci piring dan cairan pencuci juga bisa digunakan dengan berbagai cara. Setiap orang punya metodenya masing-masing, selama piringnya bersih, itu sudah cukup. Tapi ...."Dia mengubah nada bicara. "Kalau dari sudut pandang hemat, kamu bisa menuangkan sedikit cairan ke dalam air, lalu gunakan spons untuk mencuci. Setelah itu, bilas dengan air bersih dan keringkan. Sudah selesai.""Begitu, ya ...." Stendy mendengarkan sambil

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 294

    Nadine tiba-tiba teringat Kamila pernah mengatakan bahwa ada seorang maniak yang suka mengikuti wanita di sekitar Universitas Brata, terutama pada malam hari. Sudah ada seorang korban yang dilecehkan orang itu. Namun setelah melapor polisi, pelakunya masih belum tertangkap.Memikirkan hal ini, napas Nadine menjadi memburu dan dia pun mempercepat langkahnya.Namun, suara langkah kaki di belakangnya juga semakin cepat. Tanpa sadar, Nadine meletakkan tangannya di tas.Walaupun biasanya Arnold sering menemaninya pergi dan pulang kerja, ada kalanya ketika mereka berdua sibuk, waktu mereka tidak pernah bersamaan.Selain itu, Nadine tinggal sendiri, sehingga dia terbiasa membawa semprotan merica di tasnya untuk berjaga-jaga. Dia tidak menyangka bahwa hari ini akan menjadi hari di mana benda itu mungkin berguna.Langkah kaki semakin mendekat dan bayangan seseorang di belakangnya tampak seperti ingin menyusul bayangannya. Nadine secara naluriah menahan napas, tubuhnya menegang, dan tangannya ma

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 295

    "Seperti kamu tampan sekali, aku terpesona padamu. Ayo kita coba pacaran, jadi pacarku ... atau semacamnya.""Wow, ini sangat nggak masuk akal," balas Nadine sambil tersenyum."Aku ini orang yang berani bermimpi dan bertindak," jelas Stendy."Kalau begitu, lebih baik kamu cuma bermimpi saja dulu."Stendy seperti tidak mengerti penolakan halus Nadine. Dia tertawa, "Bermimpi dulu, baru lakukan.""Belum pasti bisa dilakukan," kata Nadine sengaja meredam semangatnya."Nggak masalah, yang penting berusaha dulu supaya nggak ada penyesalan. Mungkin saja bisa tercapai, 'kan?"Nadine tidak menanggapi lagi.Stendy mengantar Nadine sampai ke pintu tangga. "Sudah ya.""Terima kasih.""Kalau ada apa-apa, telepon saja aku. Aku pasti akan datang secepatnya.""Hm.""Lihat, kamu mengabaikanku lagi. Pasti kamu pikir, ya sudah, jawab saja dulu. Nanti kalau benaran ada masalah, aku nggak bakal telepon dia.'"Nadine menyunggingkan bibirnya."Aku tahu kamu sangat mandiri dan sudah terbiasa hidup sendiri. Ta

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 296

    Yang datang adalah asisten Reagan. Dia bilang Reagan punya dokumen penting yang tertinggal di ruang kerja dan menyuruhnya untuk mengambilnya.Karena berkaitan dengan rahasia bisnis dan harus segera diambil, Rebecca bergegas membawanya ke ruang kerja."Ini dokumennya?""Sepertinya benar.""Ya sudah, cepat bawakan untuk Reagan."Eva berjalan ke kamar tidurnya dengan pelan, berpura-pura tidak sengaja lewat di depan mereka. Tiba-tiba, dia melihat pintu ruang kerja tidak tertutup rapat, masih ada celah.Eva melihat sekeliling. Koridor lantai dua sepi. Sepertinya Rebecca sudah mengantar asisten itu turun. Dia lantas tersenyum licik, lalu mendorong pintu itu dengan hati-hati ....Ruang kerja bergaya klasik dengan rak buku berbentuk L yang tertata rapi dari atas ke bawah. Di sana penuh dengan dokumen.Di dekat jendela adalah meja teh dengan set peralatan teh. Di kiri adalah meja kayu terang dengan tempat pensil dan beberapa buku yang tersebar.Ruang kerja ini biasanya terkunci. Hanya Julia yan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 297

    Ekspresi Rebecca langsung berubah menjadi serius. "Diam! Aku lagi bicara sama anakku. Kamu nggak berhak ikut campur!"Rebecca berbalik menatap Reagan dan menjelaskan: "Kemarin aku memang pergi ke ruang kerja. Asisten nunggu di depan dan nggak masuk. Aku serius. Tapi, aku cuma buka laci sebentar untuk ambil dokumen yang kamu minta. Yang lainnya nggak kusentuh. Apa ... mungkin Bi Julia nggak sengaja menyentuhnya saat beberes?"Julia segera mengklarifikasi, "Tuan sudah berpesan untuk nggak menyentuh barang di ruang kerja. Aku ingat benar. Setiap kali aku sangat hati-hati."Reagan berkata, "Seharusnya bukan Bi Julia. Ruang kerja cuma dibersihkan seminggu sekali dan kemarin bukan waktunya untuk membersihkan."Eva mengambil sesendok sarang burung wallet dan memasukkannya ke mulutnya. "Aku nggak punya kunci ruang kerja, jadi aku jelas nggak bisa masuk. Nggak mungkin aku pelakunya. Kalau begitu, yang bisa jadi pelakunya cuma ... Bibi Rebecca, 'kan?"Rebecca yang mendengar sindiran Eva hampir m

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 717

    Baik judul ataupun variasi lagunya, Stendy sama sekali tidak bisa fokus. Cahaya redup di dalam aula konser bisa menjadi penyamaran yang terbaik, sehingga dia bisa menatap Nadine dengan tatapan yang lembut serta penuh perasaan dan tanpa perlu takut ketahuan.Stendy secara refleks menatap tangan Nadine yang putih. Dia berkali-kali ingin menggenggam tangan Nadine dengan erat, lalu tidak pernah melepaskannya lagi. Namun, setelah memberontak dengan pikirannya, pada akhirnya tetap logikanya yang menang. Dia mengingatkan dirinya untuk bertahan sampai melewati malam ini dan jangan gegabah agar tidak menakuti Nadine.Dua jam mungkin adalah siksaan dan ujian kesabaran bagi sebagian orang, tetapi itu adalah pesta untuk memanjakan indra yang langka bagi Nadine. Bahkan setelah konser sudah selesai, dia tetap masih tenggelam dalam suasananya."Apa kamu menyadari sesuatu dari lagu Croatian Rhapsody? Ternyata dia masukkan unsur musik rok juga, romantis dan energik. Terutama di bagian tengah lagunya, s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 716

    "Uhuk uhuk ...." Nadine langsung tersedak. Mereka sedang makan sambil mendengar cerita yang seru, tetapi topiknya malah tiba-tiba dialihkan ke dirinya. Pokoknya perasaannya tidak enak."Kami bukan sepasang kekasih, tapi makan malam ini bisa dibilang gratis untuk Tuan Stendy karena ...."Setelah mengatakan itu, Nadine tersenyum dan menatap pemilik restoran. "Aku yang traktir."Setelah tertegun sejenak, pemilik restoran itu menatap Stendy dengan tatapan seolah-olah berkata anak ini akhirnya kena batunya dan pantas menerimanya.Begitu selesai makan, Nadine langsung pergi membayar tagihan makanannya.Pemilik restoran itu menarik Stendy ke samping dan berbisik, "Kawan, kamu boleh terus begini. Ayo berusaha, segera dapatkan gadis itu. Kalau lain kali kamu masih nggak dapat gratisan lagi, jangan salahkan aku meremehkanmu."Stendy pun menghela napas. "Kamu pikir aku nggak mau?""Wah, akhirnya ada gadis di dunia ini yang bisa membuatmu kelabakan. Sungguh langka. Baiklah, biar teman lamamu ini y

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 715

    Stendy menyahut, "Aku pikir-pikir dulu, nanti baru kita putuskan setelah ketemu.""Oke." Nadine mengakhiri panggilan, lalu langsung memakai jaket bulu tebal dan sepatu bot musim dingin, juga mengambil tas. Dia keluar dalam waktu kurang dari tiga menit!Cuaca tidak sedingin sebelumnya lagi, tetapi matahari masih tidak muncul.Begitu turun, Nadine langsung melihat Stendy berdiri di ujung gang, bersandar santai di samping mobil Maybach edisi terbatas. Pria yang memakai mantel hitam itu pun memutar-mutar kunci mobilnya.Begitu melihat Nadine, tubuh Stendy langsung tegak. Nadine tersenyum dan berjalan mendekat. Wajah Stendy yang tadi terlihat agak dingin langsung berubah cerah, bibirnya tersenyum.Begitu masuk mobil, Stendy menyerahkan sekantong sarapan, "Nih, susu kedelai dan roti, makan selagi masih hangat."Nadine menaikkan alisnya. "Pak Stendy bukan cuma jadi sopir, tapi juga beliin aku sarapan? Ini layanan bintang lima sih. Aku nggak berani menikmatinya."Stendy terkekeh-kekeh. "Kenapa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 714

    "Nad, sejak pertama kali kita ketemu di kafe, aku ....""Eh? Pak Arnold, Nadine, kok berdiri di sana? Nggak naik?" Tetangga mereka yang tinggal di lantai bawah, datang dengan membawa banyak kantong belanjaan. Begitu melihat mereka, dia langsung menyapa dengan ramah."Dingin banget ya hari ini, aku hampir beku .... Tapi karena diskon, aku tetap keluar malam-malam begini!"Supermarket besar di dekat sana memang sering mengadakan diskon besar setelah pukul 9 malam. Sebagai orang yang pintar mengatur uang, wanita ini sering keluar malam untuk belanja hemat.Situasi sekarang jelas tidak cocok untuk melanjutkan obrolan mereka. Arnold terpaksa menelan kembali semua yang ingin dia ucapkan tadi."Ayo, kita sama-sama naik!" ajak wanita itu.Nadine melangkah maju, langsung mengambil salah satu kantong belanjaan dari tangan wanita itu. "Biar kubantu ...."Namun, Arnold langsung mengambil alih kantong belanjaan itu dari tangan Nadine. Dengan cepat, dia berjalan di depan mereka. "Biar aku saja."Wan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 713

    Nadine tersenyum mencela dirinya sendiri.Arnold tiba-tiba terdiam, napasnya tercekat. Entah kenapa, senyuman kecil di ujung bibir gadis itu membuat hatinya terasa panik. Seolah-olah dia baru saja melewatkan sesuatu yang sangat penting.Mereka meninggalkan pabrik saat senja hari. Satpam yang berjaga sudah berganti. Paman ramah penuh canda tawa tadi sudah pulang, digantikan oleh seorang pemuda yang tampak pemalu.Setelah menerima kunci dari mereka, pemuda itu meletakkannya, lalu membukakan pintu gerbang untuk mereka.Langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja menyelimuti cakrawala dalam warna kelabu suram. Di sepanjang jalan, cabang-cabang pohon yang gundul menambah kesan sepi.Nadine dan Arnold berjalan berdampingan tanpa berbicara. Keheningan mengisi jarak di antara mereka. Arnold sempat membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Dia bisa merasakan perubahan suasana hati Nadine, tetapi tidak tahu penyebabnya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah diam dan berhati-hati aga

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 712

    Diskusi akademik antara keduanya akhirnya mencapai akhir. Kelly tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang."Lain kali jangan ajak aku ke acara akademik kayak gini lagi ya. Buat capek saja ...." Kelly bergumam pelan, lalu mengangkat tangan memberi isyarat kepada pramusaji untuk menyajikan makanan.Seperti yang sudah diduga, semuanya adalah makanan favorit Nadine!Selesai makan, Kelly awalnya ingin jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja keluar dari restoran, dia langsung menerima telepon kerja. "Iya, iya! Tunggu sehari lagi bisa mati ya?"Meskipun mengomel, dia tetap buru-buru pergi ke kantor setelah menutup telepon. Sebelum pergi, dia tidak lupa berpesan, "Kak Arnold, hari ini ulang tahun Nadine, kamu temani dia ya! Pokoknya turuti semua yang dia mau!""Oke." Setelah melihat Kelly pergi, Arnold tersenyum menatap Nadine. "Mau ke mana?""Benaran bisa ke mana saja?" Mata Nadine berbinar.Arnold berpikir sebentar. "Selama masih dalam batas kemampuanku.""Kalau begitu, boleh nggak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 711

    "Ayo, biar aku pakaikan untukmu." Kelly memasangkan gelang itu ke pergelangan tangan Nadine yang ramping. Gelang itu membuat kulit putih Nadine terlihat semakin bersinar. "Aku tahu model dan warna ini cocok banget sama kamu!"Nadine menunduk melihatnya, semakin dilihat semakin suka.Kelly tiba-tiba bertanya, "Kamu kira ini udah selesai?""Hm?" Nadine mengangkat kepala dengan bingung. Masih ada acara lain?Kelly tersenyum tanpa menjawab, lalu mengangguk kecil ke arah pramusaji. Detik berikutnya, lagu ulang tahun mulai mengalun di dalam ruang privat.Diiringi musik yang lembut, Arnold mendorong masuk sebuah kue dan berjalan ke arah mereka. Di atas krim putih dan merah muda, berdiri boneka fondan yang sangat cantik.Matanya besar, ekspresinya penuh percaya diri dan ceria. Jelas, itu versi kartun dari Nadine sendiri. Di sekelilingnya pun dihiasi mutiara merah muda. Sederhana, tetapi sangat indah."Pak Arnold?" Nadine tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Arnold menatapnya, bibirnya meny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 710

    Irene berkata, "Sayang, selamat ulang tahun! Sebenarnya, aku dan ayahmu mau datang ke Kota Juanin dua hari lebih awal untuk merayakan ulang tahunmu.""Tapi, penerbit mendadak kasih tahu Seven Days akan dicetak ulang dan mereka mengirim 3 kotak penuh halaman depan untuk kutandatangani. Jadi, setelah berdiskusi dengan ayahmu, kami memutuskan untuk menunda kunjungan dan akan datang lain kali."Irene juga merasa tidak berdaya. Buku barunya laris manis dan sudah cetakan ketiga. Sekarang di ruang kerjanya, masih ada ribuan halaman depan yang menunggu tanda tangannya. Kadang, punya buku yang laris juga menjadi tantangan tersendiri.Nadine mengedipkan matanya dengan penuh pengertian. "Ibuku terkenal! Wajar dong kalau sibuk!"Nada dan ekspresi bangganya membuat Irene tertawa."Duh, kamu nggak tahu! Sekarang ibumu benar-benar terkenal! Beberapa waktu lalu, ada seorang penggemar fanatik berhasil mendapat nomor telepon ibumu.""Begitu menelepon, dia langsung bilang ingin mendapat buku dengan tanda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 709

    Di tengah musim dingin yang menusuk, kompleks apartemen tua mulai sepi setelah pukul 9 malam. Lampu jalan di sekitar sering mati. Karena khawatir akan keselamatannya, Arnold selalu turun menunggunya setiap kali ada waktu.Meskipun waktu kepulangan Nadine tidak selalu sama, biasanya hanya selisih 20 atau 30 menit. Namun, malam ini dia terlambat hingga 2 jam, bahkan turun dari mobil Stendy. Arnold menebak, pasti ada sesuatu yang terjadi di jalan.Angin malam bertiup, membawa hawa dingin yang menusuk. Melihat ujung hidung Nadine yang merah karena kedinginan, Arnold berkata, "Ayo masuk, di luar terlalu dingin. Kita bicara di dalam saja."Nadine mengangguk, meniup telapak tangannya yang dingin, lalu berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Stendy.Di bawah sorot lampu malam, dua sosok berjalan berdampingan, langkah mereka pun seirama. Lampu di tangga menyala satu per satu, samar-samar terdengar percakapan ringan.Stendy tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah mereka pergi. Dala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status