Share

02 : kedua

Penulis: Eulisailis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-04 21:46:50

"Nething terooss ... Ia da aku teh ibu sambung yang gak peduli sama anak sambungnya, masa ia aku bawa dia ke salon. Aku udah bawa dia ke rumah sakit tapi--ahh kamu tanya aja sama dia, sekalian anter aja tuh anak kamu yang keras kepala itu, aku capek mau istirahat aja, " cerocos wiana sambil melengang pergi. 

"Na! Eh? Ko kamu marah sih? Lagian sikap keras kepalanya itu turunan dari kamu," ucap Alan ingin menghentikan langkah istrinya tapi Raya malah merenggek ingin segera ke rumah sakit. 

"Pah, papah anter aku, aku takut ...." 

"Ia, ia Papah antar tapi nanti cerita gimana ceritanya kan tadi kamu kerumah sakit ko gak di cabut sih?" 

"Ia nanti aku cerita," 

"Pak dokter kenapa wajah dokter bengkak gitu?" tanya Wina selaku suster yang melihat dokter kesayangannya itu sedikit aneh. Yang tengah membuka masker yang menutupi ketampanannya tersebut. 

"Ada pasien gila yang nonjok saya tadi," jawab Angga sambil mengingat kejadian tadi.

Sangat keras, saking kerasnya Angga mundur beberapa langkah, dengan wajah merah dan pipi sebelah bengkak, dengan sangat beraninya pasien gila tersebut meninjau pipi Angga. Padahal Angga hanya ingin mencabut gigi yang bermasalah dan itu sudah menjadi pekerjaannya. 

Memengang pipi yang baru saja di tonjok sosok perempuan gila tadi malah berlari keluar dari bilik pemeriksaan dengan wajah merah dan matanya nyaris saja berwarna merah karena tangisan itu. 

Angga tak tinggal diam, dirinya dengan kecepatan penuh mengejar perempuan gila itu yang di ketahui bernama Relaya.

"Hei--kamu jangan kabur!" seru Angga menghiraukan tatapan aneh dari orang sekitarnya. 

"Aaa ... Mama Raya gak mau di cabut gigi!" serunya berlari menghampiri sang Mama yang sedang menunggu dengan memainkan handphone di tangannya. 

"Aa ... Ma pulang aja yuk! Raya gak mau cabut gigi, ma ayok cepet MA! Kita pulang ...." ucap Relaya tak santai. 

"Ih, eh? Bukanya tadi kamu bilang mau dicabut?" ucap Wiana aneh, selaku orang tua yang menghantarkan anaknya periksa ke dokter. 

"Gak, ah gak mau do---" ucapan Raya terpotong dengan datangnya dokter yang menanganinya tadi, lengkap dengan alat-alat cabut gigi. 

Ingin sekali Angga mendengar kelanjutan dari ucapan pasiennya itu, sayang seribu sayang Angga harus kembali ke ruangan kerjanya. 

"Pasien gila?" ujar ulang Wina, tak paham dengan dokter satu ini. 

***

Astagfirullah ... Alan bingung sendiri, dia bingung sebenernya anaknya itu berusia berapa taun sih? Bukannya malu, tapi Alan merasa jika memiliki anak kecil kembali. 

Raya merenggek ingin di temani masuk kedalam ruangan eksekusi :v Alan tersenyum kaku untuk menyetujuinya. 

Dokter yang menangani Raya saat ini berbeda dari sebelumnya. 

"Yah, ko dokternya beda?" ujar Raya menyadari hal tersebut. 

"Jangan banyak protes, mau dokter yang sebelumnya atau yang sekarang yang penting gigi kamu di cabut ya," ucap Alan berdiri di samping brankas tempat Raya berbaring. 

"Dokter Angga sedang istirahat, dan saya yang bergiliran kerja," jelas penuh pemahaman dari Dokter Givan.

"Ouh, namanya Angga," ucap Relaya santai entahlah bawaannya tidak takut sama sekali. Berbeda dengan dokter yang sebelumnya. Angga!

"Pah, tungguin aku yah, biar tenang gak takut," rengek Raya pada Alan, sedangkan Alan menjawabnya dengan anggukan setuju. 

"Baiklah ayo kit--" 

'Brakk!' 

Pintu terbuka secara tiba-tiba yang membuat orang yang berada di ruangan tersebut terjengngit kaget. 

"Givan, istri lo mau lahiran tuh!!" 

***

"Sepertinya bukan pipi kamu saja yang bengkak, tapi pipi saya pun sama bengkaknya sama seperti kamu," ujar Dokter Angga dengan nada sarkas. 

"Ehheheheh ... maaafff," jawab Raya cengengesan di tempat, Angga melihat hal tersebut menyeritkan dahinya aneh. 

"Kamu sebenarnya takut saya atau takut cabut gigi sih?" tanya Angga gemas dengan mimik wajah pasien gila yang sebenernya seorang model yang tengah naik daun. 

"Saya takut kemakan pesona dokter, abisnya ganteng sih, apalagi sewaktu buka masker, misalnya kalo saya jatuh cinta sama dokter, dokter mau tanggung jawab?" 

Angga cengo di tempat! 

'Gue lagi di taksir nih?' 

Angga menggelengkan wajahnya. 

"Emang kamu sudah tau wajah saya seperti apa? Seharian ini saya memakai masker loh," ucap Angga dengan sedikit nada menggoda. Tak biasanya dia bersikap seperti ini. 

Raya menggeleng polos, rasanya Angga ingin mengacak rambut hitam milik pasien yang di gadang-gadang gila olehnya. 

"Saya gak tau, tapi--" ucapan Raya terhenti kala dia memajukan tubuhnya dan detik berikutnya lengannya sudah  di hadapan wajah Angga. Dan--

'Srekkk'

Seketika masker yang di gunakan oleh Angga robek oleh ulah perempuan di hadapannya itu. 

Dokter gigi tersebut melotot di tempat, dia tentunya sangat kaget karena kejadian itu sangat cepat terjadinya. 

"Aaahh,  gak ganteng-ganteng amat ternyata, wajah dokter biasa aja," ujar Raya keras membuyarkan pandangan Angga terhadapnya. 

Mendengus tak suka.

'Apa? Gak ganteng, terus kalo gak ganteng kenapa di beri nominasi terganteng di rumah sakit ini.'

Menyadari perubahan wajah Dokter di hadapannya yang tak lain Langga buru-buru Raya menjauhkan tubuhnya, dan berucap 

"Ayo dokter cabut gigi saya, saya gak kuat nahan sakitnya," 

Langga bersiap mencabutnya. Tapi Raya kembali berucap 

"Dokter pake maskernya dong!" seru Raya heboh ... 

"Masker saya sudah robek dan pelakunya itu adalah kamu, jadi kamu diam saja biar cepat selesai." jawab Angga dengan nada lempeng. 

Mengehembuskan nafasnya. Hhhmmm ... Mau tak mau Raya hanya bisa menurut saja. 

.

.

Gigi Aya sudah di cabut, prosesnya lancar, lancar banget jika Raya tak membuat ulah. 

Angga sedang membereskan peralatan yang sudah dia pakai. 

Ting! 

Handphone milik Raya berbunyi ... Dengan gerakan santainya seorang Raya membuka handphonenya tersebut. 

𝐏𝐚𝐩𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠💖 : Raya 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝑷𝒂𝒑𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒄𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒊𝒎𝒖𝒕, 𝒎𝒂𝒂𝒇 𝒚𝒂 𝑷𝒂𝒑𝒂𝒉 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒖𝒍𝒖𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒕𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒌𝒂𝒏𝒕𝒐𝒓, 𝒎𝒂𝒂𝒇 𝒚𝒂 𝑷𝒂𝒑𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒂𝒇 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖, 𝒑𝒂𝒑𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖.

Bab terkait

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    03 : Ketiga

    Memang Alan terlihat berlebihan pada putri nya itu tapi mau bagaimana lagi, memang seperti itulah sikapnya. Di satu sisi Angga menajamkan matanya saat Raya tersenyum pada handphonenya. 'Alah dari pada merhatiin pasien gila mending lanjut beres-beres.' dia memalingkan wajahnya. 'Gimana cara pulangnya?' Raya mendekat kearah Angga, detik berikutnya dia terdiam membeku. "Saya tidak akan berfoto dengan orang yang jelek," bisik Raya tepat di telinga Angga detik berikutnya bahunya terasa berat dan sebuah handphone berada di depannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    Keempat

    Angga tak habis pikir, dengan cewek satu ini. Bikin dia hamil?! Bisa-bisanya sewaktu pulang ke rumah lehernya di gorok habis oleh kedua orang tuanya. "Gilaa!!" seru Angga melotot sambil melepaskan tautan lengannya dan pergi meninggalkan Raya sendiri "RAYA HARFIAf!!" teriak seseorang dari arah belakang sontak saja dia menengok karena repleks. "Aduhh, oon kenapa aku malah nengok, kan ketauan ..." runtuk Raya sepertinya ada orang yang hapal jika dirinya seorang Raya model yang tengah naek daun, dan terkenal itu. "Eh? Kesempatan kak pengen foto bareng dong." "Kak buka maskernya." "Ini beneran kak Raya kan? Aduhhh kenapa bisa ada di rumah sakit ini?" "Kak minta tanda tanggan." "Pacar gue ini kesempatan pengen meluk ahh.." "Kak pengen megang tangan boleh?" "Kak jadi pacar gue kau gak?" Beberapa kelimat yang dap

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    Kelima

    Tidak melakukan kontak fisik baik itu pelukan, pegangan tangan bahkan ciuman Angga sangat menjaga batasan dengan seorang yang namanya 'Wanita' bahkan saat berpacaran saja Angga selalu menolak ketika si mantan mengajak kontak fisik. Etss ... Jangan salah paham dulu, Angga melakukan itu hanya untuk menepati janjinya saja untuk mengantarkan Raya pulang. "Dokter kira-kira kita bakal ketauan gak?" tanya Raya mengangkat wajahnya menatapnya Salah-satu cara agar terlewat dari orang-orang Kepo adalah, menyamar selayaknya sepasang kekasih dan membelah kerumunan di lobi rumah sakit tersebut. Sedangkan Raya memakai jaket yang ia pinjam dari salah satu rekan Angga. Berjalan bersama terlihat sangat romantis, dengan saling dekap. Terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Dengan perasaan tak karuan Raya berharap cemas semoga tidak dikenali oleh orang-orang tersebut. Penampilan Angga 180° berbeda biasanya dia selalu me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)     06 : Ada Apa Dengan Relaya?

    06 : Ada Apa dengan Relaya? Lengan Aya gemetar hebat. Namun, detik berikutnya lengan yang berukuran lebih besar darinya melingkup lengan gemetar Aya. Seketika Aya membuka kedua matanya dan langsung bertabrakan langsung dengan manik coklat di depannya. Nama panggilannya ganti jadi Aya ya? Sengaja Angga berhenti terlebih dahulu. Aya sendiri tidak menyadarinya. "Kamu kenapa??" tanya Angga dengan tubuh yang sudah turun untuk melihat keadaan Aya. Aya terdiam, keringat dingin di wajahnya terlihat banyak, tanpa basa-basi Angga menghapusnya dengan lengannya tanpa ada rasa jijik sedikitpun. Hangat, satu kata yang menggambarkan diri Langga. Walaupun terlihat cuek dan tidak peduli. Tapi nyatanya Angga bisa bersikap seperti ini yang membuat Aya senang sekaligus baper? "Say--saya takutt ..." cicit Aya menunduk. Tapi detik berikutnya wajahnya terasa terangkat kala dagunnya kini berada di atas bahu seseorang ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    07 : ketujuh

    *** "Selamat pagi semuanya!!" seru Aya bersemangat berjalan kearah meja makan tempat berkumpul keluarganya. Ada Rere, Alif, dan juga Thea. Biasa anggota keluarga tercintanya. Alan dan Wiana mengehembuskan nafasnya lega, mereka kira Aya akan tetap murung seperti kemarin sore. Bahkan saat makan malam pun Aya hanya diam tidak ikut dalam pembicaraan. "Pagi sayang!" "Pagi Kak." "Pagiii ..." Jawab berbarengan ketiganya. Menggeser kursi yang akan dia tempati. Aya melihat semua hidangan makanan tersebut dengan berbinar. "Aya? Kamu kemarin baik-baik aja kan? Gak di apa-apain sama tukang ojek kemarin kan?" tanya Alan beruntunan. Setelah mendengar cerita Wiana. Saat melihat Aya turun dari sebuah motor. Setau dia sudah 5 tahun lamanya Aya putrinya itu tidak pernah lagi naik kendaraan tersebut karena insident 'itu'. "Aku baik-baik aja ko Pah, tenang aj

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    01 : Awalan

    01 : Sakitnya Sakit Gigi "Saya mulai sekarang!" "Eh? Saya belum siap dok!" "Terus kapan siap nya? Saya sudah menunggu lama jika seperti ini terus saya akan memaksanya." "Jangan di paksa, pasti rasanya sakit ... saya mohon tunggu sampai saya siap lahir maupun batin, karena ini menyangkut karier saya juga kedepanya," "Karier matamu, ayo cepat buka!" "Enggak, enggak saya gak mau." "Ayo cepat buka saya sudah tak punya waktu lagi untuk menghadapi sikap kekanak-kanaka

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04

Bab terbaru

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    07 : ketujuh

    *** "Selamat pagi semuanya!!" seru Aya bersemangat berjalan kearah meja makan tempat berkumpul keluarganya. Ada Rere, Alif, dan juga Thea. Biasa anggota keluarga tercintanya. Alan dan Wiana mengehembuskan nafasnya lega, mereka kira Aya akan tetap murung seperti kemarin sore. Bahkan saat makan malam pun Aya hanya diam tidak ikut dalam pembicaraan. "Pagi sayang!" "Pagi Kak." "Pagiii ..." Jawab berbarengan ketiganya. Menggeser kursi yang akan dia tempati. Aya melihat semua hidangan makanan tersebut dengan berbinar. "Aya? Kamu kemarin baik-baik aja kan? Gak di apa-apain sama tukang ojek kemarin kan?" tanya Alan beruntunan. Setelah mendengar cerita Wiana. Saat melihat Aya turun dari sebuah motor. Setau dia sudah 5 tahun lamanya Aya putrinya itu tidak pernah lagi naik kendaraan tersebut karena insident 'itu'. "Aku baik-baik aja ko Pah, tenang aj

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)     06 : Ada Apa Dengan Relaya?

    06 : Ada Apa dengan Relaya? Lengan Aya gemetar hebat. Namun, detik berikutnya lengan yang berukuran lebih besar darinya melingkup lengan gemetar Aya. Seketika Aya membuka kedua matanya dan langsung bertabrakan langsung dengan manik coklat di depannya. Nama panggilannya ganti jadi Aya ya? Sengaja Angga berhenti terlebih dahulu. Aya sendiri tidak menyadarinya. "Kamu kenapa??" tanya Angga dengan tubuh yang sudah turun untuk melihat keadaan Aya. Aya terdiam, keringat dingin di wajahnya terlihat banyak, tanpa basa-basi Angga menghapusnya dengan lengannya tanpa ada rasa jijik sedikitpun. Hangat, satu kata yang menggambarkan diri Langga. Walaupun terlihat cuek dan tidak peduli. Tapi nyatanya Angga bisa bersikap seperti ini yang membuat Aya senang sekaligus baper? "Say--saya takutt ..." cicit Aya menunduk. Tapi detik berikutnya wajahnya terasa terangkat kala dagunnya kini berada di atas bahu seseorang ya

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    Kelima

    Tidak melakukan kontak fisik baik itu pelukan, pegangan tangan bahkan ciuman Angga sangat menjaga batasan dengan seorang yang namanya 'Wanita' bahkan saat berpacaran saja Angga selalu menolak ketika si mantan mengajak kontak fisik. Etss ... Jangan salah paham dulu, Angga melakukan itu hanya untuk menepati janjinya saja untuk mengantarkan Raya pulang. "Dokter kira-kira kita bakal ketauan gak?" tanya Raya mengangkat wajahnya menatapnya Salah-satu cara agar terlewat dari orang-orang Kepo adalah, menyamar selayaknya sepasang kekasih dan membelah kerumunan di lobi rumah sakit tersebut. Sedangkan Raya memakai jaket yang ia pinjam dari salah satu rekan Angga. Berjalan bersama terlihat sangat romantis, dengan saling dekap. Terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Dengan perasaan tak karuan Raya berharap cemas semoga tidak dikenali oleh orang-orang tersebut. Penampilan Angga 180° berbeda biasanya dia selalu me

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    Keempat

    Angga tak habis pikir, dengan cewek satu ini. Bikin dia hamil?! Bisa-bisanya sewaktu pulang ke rumah lehernya di gorok habis oleh kedua orang tuanya. "Gilaa!!" seru Angga melotot sambil melepaskan tautan lengannya dan pergi meninggalkan Raya sendiri "RAYA HARFIAf!!" teriak seseorang dari arah belakang sontak saja dia menengok karena repleks. "Aduhh, oon kenapa aku malah nengok, kan ketauan ..." runtuk Raya sepertinya ada orang yang hapal jika dirinya seorang Raya model yang tengah naek daun, dan terkenal itu. "Eh? Kesempatan kak pengen foto bareng dong." "Kak buka maskernya." "Ini beneran kak Raya kan? Aduhhh kenapa bisa ada di rumah sakit ini?" "Kak minta tanda tanggan." "Pacar gue ini kesempatan pengen meluk ahh.." "Kak pengen megang tangan boleh?" "Kak jadi pacar gue kau gak?" Beberapa kelimat yang dap

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    03 : Ketiga

    Memang Alan terlihat berlebihan pada putri nya itu tapi mau bagaimana lagi, memang seperti itulah sikapnya. Di satu sisi Angga menajamkan matanya saat Raya tersenyum pada handphonenya. 'Alah dari pada merhatiin pasien gila mending lanjut beres-beres.' dia memalingkan wajahnya. 'Gimana cara pulangnya?' Raya mendekat kearah Angga, detik berikutnya dia terdiam membeku. "Saya tidak akan berfoto dengan orang yang jelek," bisik Raya tepat di telinga Angga detik berikutnya bahunya terasa berat dan sebuah handphone berada di depannya.

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    02 : kedua

    "Nething terooss ... Ia da aku teh ibu sambung yang gak peduli sama anak sambungnya, masa ia aku bawa dia ke salon. Aku udah bawa dia ke rumah sakit tapi--ahh kamu tanya aja sama dia, sekalian anter aja tuh anak kamu yang keras kepala itu, aku capek mau istirahat aja, " cerocos wiana sambil melengang pergi. "Na! Eh? Ko kamu marah sih? Lagian sikap keras kepalanya itu turunan dari kamu," ucap Alan ingin menghentikan langkah istrinya tapi Raya malah merenggek ingin segera ke rumah sakit. "Pah, papah anter aku, aku takut ...." "Ia, ia Papah antar tapi nanti cerita gimana ceritanya kan tadi kamu kerumah sakit ko gak di cabut sih?" &

  • Tak Merestui (Ketika cinta tak direstui)    01 : Awalan

    01 : Sakitnya Sakit Gigi "Saya mulai sekarang!" "Eh? Saya belum siap dok!" "Terus kapan siap nya? Saya sudah menunggu lama jika seperti ini terus saya akan memaksanya." "Jangan di paksa, pasti rasanya sakit ... saya mohon tunggu sampai saya siap lahir maupun batin, karena ini menyangkut karier saya juga kedepanya," "Karier matamu, ayo cepat buka!" "Enggak, enggak saya gak mau." "Ayo cepat buka saya sudah tak punya waktu lagi untuk menghadapi sikap kekanak-kanaka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status