Bab 107. Gege dan MeimeiShizi dan Tang Rui berdiri menunggu kedatangan Putri Nara dan Wang Suyi di gerbang timur istana. Setelah menunggu beberapa waktu tampak Wang Suyi dan Putri Nara datang dari dua arah yang berbeda.Putri Nara datang dari arah dalam istana, ia yang mengenakan pakaian Hanfu biasa berwarna merah muda dengan sedikit aksesoris di pakaian dan rambutnya, hal itu membuat penampilannya begitu sederhana namun mempesona.Putri Nara datang bersama dua orang pengawal wanita yang menggunakan pakaian biasa, jelas para pengawal pribadinya itu menyesuaikan dengan pakaian santai yang dikenakan oleh tuannya.Di sisi lain, Wang Suyi datang bersama seorang pendampingnya, ia tampak anggun dan berkelas dalam balutan Hanfu yang didominasi warna putih dan hitam, pakaian yang ia kenakan itu membuat aura dewasanya begitu terlihat.“Gege, bukankah kita hanya akan melihat Pasar Rakyat saja? Tapi dilihat dari dandanan mereka jelas sekali jika mereka menganggap ini adalah kencan.” ujar Tang
Bab 108. Penyergapan.Shizi kembali pulang dengan menenteng banyak bawaan di tangannya, sedangkan ketiga gadis berjalan di depannya sambil berbincang santai.Ketiganya terlihat sangat senang setelah menghabiskan waktu di Pasar Rakyat tersebut.Meski begitu, ia bisa melihat ada hal yang berbeda terjadi antara Putri Nara dan Wang Suyi di mana aura persaingan terjadi antara keduanya.“Apa itu cuma perasaanku? Tapi aku merasa itu memang benar terjadi.” ucap Shizi sambil memperhatikan interaksi ketiganya.Sambil berjalan, Shizi menatap ke arah langit dan jalan yang mereka lewati. Tampak bulan bersinar dengan terang dan jalanan menuju istana terlihat begitu sepi.“Cuacanya bagus dan ini sepertinya belum terlalu larut, tapi kenapa jalanan ini begitu sepi?” Pikirnya sambil melihat sepanjang jalan dan sekelilingnya.Hanya ada mereka bertujuh di mana Tang Rui, Wang Suyi dan Tian Nara berjalan di depan, ia berjalan di belakang mereka dan tiga pengawal Nara dan Suyi berjalan di belakang mereka.I
Bab 109. Tidak diduga.Shizi mengambil kuda kuda sambil memegang pedang dengan tangan kirinya, matanya menatap tajam penuh waspada pada kedua orang berjubah hitam dengan topeng mogui yang menutupi wajahnya.Shizi memperhatikan senjata yang mereka berdua kenakan, sosok berjubah hitam yang ada di sebelah kanan Song Ong menggunakan senjata berbentuk kotak kayu yang disematkan di lengan kiri dan kanannya Sedangkan sosok lainnya menggunakan senjata berupa cakar besi berantai panjang yang pangkalnya disematkan di lengan kanan.“Pria pertama menggunakan panah pendek beracun, kotak di tangannya itu merupakan busur kecil yang dapat menembakan beberapa anak panah sekaligus.” “Sedangkan sosok kedua adalah praktisi bela diri dengan serangan dekat dan menengah jika dilihat dari senjatanya yang sepertinya bisa ia lemparkan dan tarik kembali.” “Yang lebih utama dari utama itu semua adalah keduanya merupakan ahli beladiri pengguna tenaga dalam!” batin Shizi.Sosok pertama menyerang dengan tiba tib
Bab 110. Shizi menggendong Nara di punggungnya, ia kemudian berlari ke tempat terdekat yang diketahuinya. Ia pun menuju ke kediaman Jenderal Lien karena tempat tersebut yang menurutnya paling dekat dari posisi mereka saat ini. “Minggir … beri jalan!” Teriak Shizi pada penjaga yang menjaga gerbang. Sang penjaga tentu saja tak memberikan jalan padanya karena selain kondisi telah malam, mereka tidak bisa melihat wajah Shizi yang berada di kejauhan. Kedua penjaga gerbang bersiaga. Namun, sesaat kemudian mereka dibuat terkejut dengan apa yang terjadi selanjutnya. Tampak pemuda asing itu melompat ke udara dan menerjang pintu gerbang kediaman sehingga membuat salah pintu gerbang tersebut roboh oleh tendangannya. Kedua penjaga hanya bisa ternganga melihat apa yang terjadi.Bagaimana tidak! Selain karena kecepatan sang pemuda yang begitu cepat, pintu berukuran empat kali dua meter yang menjadi jalan keluar masuk bisa tumbang dengan sekali terjang. Padahal untuk memasang pintu kayu terseb
Bab 111. Utusan.Pagi harinya.Shizi menatap Putri Nara yang sedang tertidur, tampak deru nafasnya begitu stabil yang menandakan kondisinya telah baik baik saja.Suara langkah kaki menggema, jelas dari suaranya ada beberapa orang yang datang mendekat menuju ruangan.Pintu terbuka, tampak olehnya Pangeran pertama yang datang bersama Jenderal Lien Zhong, Lien Wei dan Kasim Utama kediaman Permaisuri.“Tabib Shizi, bagaimana keadaan adikku?” tanya Tian Zhi dengan nada khawatir.“Sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pangeran.” jawab Shizi dengan tenang.Tian Zhi mengangguk paham,meski begitu,raut wajahnya masih menunjukan tanda kekhawatiran.Tak hanya Sang Pangeran, Jenderal Lien Zhong dan Lien Wei pun menunjukan hal serupa,tentunya hal itu membuat Shizi penasaran karenanya.“Apakah terjadi sesuatu, kenapa raut wajah semua orang begitu cemas?” tanya Shizi dengan tenang.Dari sana Jenderal Lien Zhong angkat bicara.” Ada kabar yang kurang mengenakan, Perdana Menteri sayap kiri katanya a
Bab 112. Orang itu.“Tidak … tidak … tidak!” Brakk.Song Ong emosi bukan kepalang, ia melemparkan dan menghancurkan semua benda yang ada di dekatnya setelah mendengar kabar hasil sidang kerajaan.Ia mengamuk seperti orang kesurupan dengan membabi buta menghancurkan seisi kamarnya, Song Peng yang melihat itu hanya mendiamkannya dan tidak sedikit pun berniat untuk menghentikannya.Setelah meluapkan semua emosinya, Song Ong berdiri mematung dengan nafas yang berderu cepat, tampak guratan di wajahnya menunjukan kebencian yang begitu besar.“Ayah, apa kau tidak bisa melakukan sesuatu padanya? Dia benar benar telah menghancurkan harga diriku!” “Si sialan itu telah merenggut semuanya dariku!” “Semua baik baik saja sebelum dia datang, sekarang semuanya hilang begitu saja, aku tidak terima ini semua!” Teriaknya penuh amarah.Song Peng mendengus kesal, dari sana ia pun angkat bicara.” Anak bodoh, kenapa kau mengandalkan diriku? Harusnya kau bisa mengatasinya sendiri!” ucapnya dengan kesal.L
Bab 113. Di Puncak Gunung Mogui Malam itu, Song Ong dan Song Peng tiba di puncak Gunung Mogui,mereka berangkat berdua karena memang pertemuan tersebut berlaku syarat tersebut. Begitu mereka tiba di sana,tampak yang ada hanya sepi malam yang mencekam perasaan mereka. “ Ayah, kenapa aku merasakan perasaan tidak nyaman ketika berada di tempat ini?” ujar Song Ong sambil memperhatikan sekelilingnya. “Seperti yang kau tahu, tempat ini dikenal dengan tempat munculnya iblis dan tempat hantu dan arwah penasaran, karena itu wajar saja situasinya seperti ini.” Jelas Song Peng berpendapat. Song Peng lanjut berkata "Anakku, jangan takut, ingat ini kesempatan terakhirmu. Jangan sia-siakan." Ucapnya penuh penekanan. Song Ong menganggukan kepalanya lalu angkat bicara."Aku tidak akan mengecewakanmu, Ayah, meski pelatihan ini berat tapi aku pasti tidak akan menyerah!” Seorang figur misterius muncul dari balik kegelapan pepohonan, tampak sosok misterius tersebut menggunakan jubah serba h
Bab 114. Huangzi. Di sebuah ruangan khusus tamu kerajaan. Shizi duduk berhadapan dengan Li Wen, hanya ada mereka berdua di dalam ruangan yang dikhususkan untuk menyambut tamu kerajaan tersebut. Tak ada kata yang terucap dari keduanya, Shizi tetap menunjukan ketenangannya, adapun Li Wen terlihat memperhatikan Shizi dengan seksama sampai menelisik detail wajahnya. “Persis … dengan sekali lihat saja memang jelas kau sangat mirip dengannya.” ucap Li Wen yang membuat Shizi langsung mengernyitkan keningnya. “Apa yang Tuan Utusan maksudkan?” Tanya Shizi dengan tenang. “Wajahmu … wajahmu benar benar mirip dengan seseorang yang aku kenal, bahkan bisa dikatakan jika dulu ia seusiamu pastinya kalian akan seperti pinang dibelah dua.” jawabnya yang membuat Shizi cukup terkejut mendengarnya. Melihat keterkejutan Shizi, Li Wen tahu betul jika sang pemuda pastilah mengerti arah pembicaraannya. Li Wen tersenyum tipis, sebagai seorang utusan dan juga seorang negosiator ulung tentunya ia paham be
Bab 159. Segel terbuka.Amarah Shizi memuncak, hal itu memicu api jiwanya yang tadinya meredup kini menjadi berkobar kembali. Kejadian tersebut membuat jalur energi di tubuhnya kembali menguat dan memberikan rangsangan ke setiap titik meridiannya.Merasakan energi alam terhisap ke dalam tubuhnya ditambah aliran energi yang mengalir deras ke dantiannya membuat Shizi bangkit dari posisinya, ia kemudian mendorong Song Ong dengan keras sampai ia terjungkal ke belakang.Sambil setengah berlutut, Shizi merasakan fluktuasi energi yang mulai berpusat di dantian dan api jiwanya.“ Ini ….” Pikiran Shizi terbang ke masa pelatihannya bersama Master Xiao Tan.“ Shizi, aku akan menyegel dantianmu agar kau tidak menggunakan kekuatanmu yang sekarang. Tentunya kau paham kenapa aku melakukan ini, itu karena para cultivator memiliki dunia yang berbeda dengan para manusia biasa,” ujarnya dengan penuh penekanan.Xiao Tan lanjut berkata. “Aku akan melepas segel di dantianmu pada saat kau telah memutuskan
Bab 158. Membangunkan harimau tidur.Tubuh Shizi terus menerima pukulan dari Song Ong, darah mengalir dari wajahnya yang lebam. Ia tidak bisa melawan karena kehabisan energi.Tian Zhi yang melihat kejadian itu merasa sangat marah dan sedih. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari pegangan Er Lang dan Si Fu, tetapi keduanya terlalu kuat."Ayah... Shizi...!" teriak Tian Zhi dengan putus asa.Er Lang dan Si Fu mencoba untuk menenangkannya, tetapi Tian Zhi terus berusaha untuk melepaskan diri.Sementara itu, Song Ong terus memukuli Shizi dengan kejam. Ia tidak peduli dengan keadaan Shizi yang sudah lemah.“ Hahahaha, rasakan ini, bajingan!” seru Song Ong sambil terus menghantamkan tinjunya ke arah wajah Shizi.Jelas dari tindakannya jika ia berniat menyiksa Shizi sepuasnya. Hal ini tentunya membuat geram semua orang yang melihatnya.Er Lang tidak kuasa menahan emosinya lagi, dengan cepat ia mengambil keputusan, ia berlari ke arah Song Ong sambil menghunuskan pedangnya.“Bajingan, kubunuh k
Bab 157. Pengorbanan.Shizi menatap tajam ke arah pria berjubah hitam yang masih mencengkram leher Tian Di dengan kuat.“ Lepaskan dia!” teriak Shizi.Sosok berjubah mendengus, setelahnya ia berkata. “ Kau memerintahku?” ujarnya dengan dingin.Selesai berkata, ia memunculkan auranya yang langsung memberikan tekanan besar pada Shizi dan Raja Tian.“ Sial … ini … orang itu berada di ranah tubuh emas!” seru Raja Tian sambil menahan tekanan yang mendera tubuhnya.Sosok berjubah hitam melemparkan tubuh Tian Gi ke tempat di mana Shizi dan Raja Tian berada.Keduanya menunjukan wajah khawatirnya, bagaimana tidak? Dengan tubuh Tian Di dilempar dari jarak sejauh itu tentunya akan berbahaya untuknya. Apalagi mereka berdua tidak bisa menahan jatuhannya karena tekanan sang sosok berjubah membuat mereka tidak bisa bergerak.“ Aku tak bisa membiarkan ini terjadi!” batinnya.Shizi berusaha melawan tekanan yang mengekang tubuhnya.“ Bergerak … bergerak … bergerak!” teriak Shizi pada dirinya sendiri
Bab 156. Pertempuran.Raja Tian dan Shizi berjalan ke tengah area pertempuran, begitu juga dengan Song Ong dan tiga orang yang bersamanya.Song Ong dan orang-orangnya langsung mengambil tindakan pertama, keempatnya langsung mengepung Raja Tian dan Shizi dari empat arah berbeda.“Sepertinya kau takut kalah jika bertarung dengan adil … tapi … ini tidak aneh, jika tidak begini maka itu bukan dirimu!” ujar Shizi sambil menatap datar pada Song Ong.“Ini pertarungan nyata dan tidak ada aturan untuk itu! Salahkan sendiri kesialanmu itu!” serunya dengan angkuh.Shizi menunjukan senyum lebarnya, ia kemudian berkata kembali. “ Sial, mungkin saja. Tapi sepertinya yang sial itu kau, bukan aku!” jawab Shizi dengan nada mencemooh.“ Kau percaya diri sekali, apa kau kira aku akan kalah lagi seperti waktu itu? Itu tak akan mungkin karena aku kini telah menjadi seorang kultivator!” “ Kau menang karena curang dan itu tidak akan terjadi lagi!” serunya dengan angkuh.“ Aku curang? Ya … ya … ya…. Itu ter
Bab 155. Yang tidak diduga.Song Ong dan tiga orang yang bersamanya melompat dari atap gerbang, mereka bergerak turun seperti daun yang jatuh ke tanah, perlahan dan lembut, seakan gravitasi tidak mempengaruhi berat tubuh mereka.Tap.Mereka mendarat lembut di tanah tepat di depan Tian Di.“ Akhirnya kau datang juga,” ujar Tian Di dengan angkuh.“Ada hal mendesak yang harus dilakukan, rencana pertama kita gagal, orang-orang yang tadinya dijadikan sandera dan akan dijadikan alat penawaran telah kabur karena dia!” seru Song Ong sambil menunjuk ke arah Shizi.Mendengar itu, Tian Di menunjukan kegeramannya, Tentunya ia paham dengan penjelasan Song Ong tersebut.“ Jadi ibuku telah melarikan diri dari istananya?” tanya Tian Di mencari penegasan.“ Ya, karena hal itu pula aku dan mereka tidak bisa menjalankan apa yang diminta masterku!” ujarnya dengan kesal.Sementara itu, Raja Tian dan yang lainnya yang mendengarkan pembicaraan keduanya hanya bisa tertegun karenanya, tampak mereka kebingunga
Bab 154. Di halaman Istana Utama.Raja Tian memimpin pasukan penjaga istana yang tersisa, tampak di depannya, Pasukan yang dipimpin Tian Zhi bertarung sengit dengan pasukan yang dipimpin Tian Di.Pertarungan berjalan seimbang. Namun, kedatangan pasukan lain dari gerbang istana barat membuat situasi pertempuran menjadi tidak berimbang.“ Tampaknya pasukan yang dipimpin Lien Wei tidak berhasil memancing dan meredam kekuatan mereka. Tapi, kenapa mereka belum tiba kemari?” ujar Raja Tian bermonolog.Raja Tian menarik pedang dari sarungnya.“Giliran kita, hancurkan para pengkhianat ini!” teriaknya lantang sambil mengacungkan pedangnya ke udara.“ Heyaaa!” teriakan para prajurit pengawal raja menggema, setelahnya mereka berlari memasuki arena pertempuran yang ada di depan mereka.Raja Tian tidak tinggal diam, ia pun ikut bertempur dengan gagahnya. Setiap sabetan pedang yang dilakukannya langsung membuat penyerangnya terbelah menjadi dua “ Para prajurit ini, mereka pasukan Kerajaan Turk!”
Bab 153. Dua gadis.Shizi dan semua orang mengejar Song Heon yang kabur ke dalam istananya. Namun, hal tak terduga terjadi. Mereka tidak menemukan batang hidung Song Heon dan orang-orangnya meski seluruh bagian Istana telah diperiksa.“Bagaimana mungkin mereka menghilang begitu saja, itu sangat tidak masuk akal!” seru Permaisuri dengan geram.“Itu benar, pastinya mereka memiliki jalan rahasia atau tempat persembunyian di tempat ini! timpal Ibu Suri dengan geram.“ Yang Mulia, biar kami mencari sekali lagi, kami akan lakukan lebih teliti lagi di setiap sudutnya!” ujar Lu Bian penuh hormat.Dengan cepat Shizi berkata, “ Tidak, urusan mereka kita kesampingkan dulu, tujuan utama dari rencana ini adalah membebaskan semua anggota keluarga kerajaan!” “ Yang harus diutamakan saat ini adalah keselamatan Raja dan cara menyelesaikan masalah yang ada … terutama masalah kudeta ini!” ujar Shizi dengan serius.Er Lang ikut berkata. “ Benar, situasinya belum aman untuk kita semua terutama untuk kelu
Bab 152. Bantuan?Shizi dan Song Heon saling beradu tatap, sang Selir Pertama itu terlihat serius saat melihat ke arah Shizi.Song Heon bangkit dari duduknya, ia kemudian berjalan dua langkah ke depan sambil menatap Shizi dan kerusakan yang dibuatnya.“Aku sudah mengira jika kau memang bukan orang biasa. Namun, aku tak menyangka jika kau sudah mencapai tingkat ini!” ujarnya diakhiri dengan senyum tipisnya.Shizi tak merespon, ia hanya diam dan menunggu sambil melihat situasi yang terjadi.Song Heon kembali berkata, “Dengan kau berada di sini sudah menjadi satu bukti untukku, kau pastinya terkait dengan kontra rencana yang diambil oleh Raja, benar begitu, bukan?” tanyanya serius.Shizi hanya tersenyum tipis dalam menanggapi pertanyaan dari Song Heon tersebut.“ Aku tidak mengerti, kenapa kau tidak menjawab dan memilih diam saja? Dan kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau terpesona olehku?” ujarnya dengan nada menggoda.Shizi tersenyum, ia pun akhirnya angkat bicara. “ Mari kita akhi
Bab 151. Tekad.Dua ratus pasukan penjaga Istana yang dipimpin seorang sosok berjubah membantu pasukan penjaga gerbang. Namun, belum sempat mereka membantu, pasukan mereka sudah dihadang satu pasukan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Kiri, Song Peng.“ Siapa kau, kenapa kau memimpin pasukan penjaga Istana?” tanya Song Peng sambil menelisik tubuh sosok berjubah tersebut.Tak ada jawaban dari sosok tersebut, yang terlihat oleh Song Peng hanyalah sebuah tanda ditunjukan sosok berjubah tersebut yang langsung disambut pergerakan prajurit penjaga Istana.Song Peng terkejut saat pasukan yang dipimpinnya dihujani bola bola kain yang menyebarkan serbuk putih dan hitam di mana hal itu menyebabkan pasukan yang dipimpinnya menjadi kacau balau.Setelah mereka selesai menyerang, semua pasukan penjaga istana yang dipimpin sosok berjubah tersebut langsung berpencar ke segala arah, melarikan diri dari tempat pertempuran singkat itu.“ Apa-apaan mereka? Sebenarnya siapa yang memimpin pasukan itu?” uja