Share

206. Maaf, lancang

Selina duduk di meja yang terletak jauh dari mejanya, tepatnya di meja nomor dua puluh delapan dekat panggung live music yang sedang berlangsung.

“Pasti kamu penasaran mengapa aku ingin bicara empat mata denganmu,” ucap dr. Areeta dengan lugas. Dia menopang dagu dengan ke dua tangannya di atas meja. Terlihat santai sekali.

Selina mengambil ancang-ancang untuk bersuara.

“Um …”

Belum sepatah kata terucap, dr. Areeta sudah keburu menyela.

Dr. Areeta meraih gelas berisi jusnya lalu menggoyangkannya perlahan.

“Jadi begini, Teh Selin! Mohon maaf sebelumnya, ini bukan waktu yang tepat untuk bicara. Tapi … jujur aku sibuk jika sudah berada di klinik dan ini adalah seperti sebuah jalan dari Allah untuk bertemu denganmu di sini,” katanya menghela nafas panjang. Dia pun meneguk jusnya terlebih dahulu lalu mendaratkan kembali gelas tersebut di atas meja tanpa suara.

“Aku tahu kamu suka Dave …” ucapnya dengan menatap Selina dengan lekat. Tatapannya begitu intimidatif, mirip seorang detektif yang t
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status