Share

205. Bicara empat mata

Hening beberapa saat.

Dave masih memegangi teleponnya dengan memejamkan mata elangnya. Dia bayangkan suara itu-wajah itu. Bagaimana bisa terlihat adem dan menenangkan. Reflek, dia menggerakan satu tangannya untuk menyentuh dadanya yang bergemuruh hebat.

[Um … kemarin tak sempat bertemu lagi. Aku mau ngucapin terima kasih buat … ya … udah nolongin aku,] kata Selina dengan terbata-bata mirip seorang anak kecil yang tengah belajar merangkai kata. Siapapun pasti bisa menangkap kegugupan tingkat tinggi yang Selina rasakan saat ini.

[Sama-sama! Bagaimana kondisimu sekarang?]

[Baik,]

[Masih pusing ‘kah?]

[Tidak,]

Selina menggeleng pelan.

[Sesak?]

[Tidak,]

Selina menggeleng pelan lagi.

[Aku harap kamu lebih berhati-hati lagi minum obat. Sebaiknya kamu minta dokter yang menanganimu untuk mengganti jenis obat. Bisa jadi reaksi berlebihan pada tubuhmu itu karena obatnya terlalu keras,] nasihat Dave sebagaimana nasihat seorang dokter pada pasiennya.

[Ya,]

Selina mengangguk di seberang telepon tan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status