Selina mencondongkan tubuhnya ke arah gadis itu làlu menyingkirkan helaian rambut berwarna hitam legam yang menutup setengah wajahnya. Gadis itu masih duduk di atas ranjang. “Nama kamu siapa Dek?” Selina akhirnya memanggilnya ‘Dek’ sebab usianya memang terlihat seperti anak remaja SMA. “Aku Melati dan adikku Mawar,” ucapnya singkat lalu ia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. “Nama yang indah! Aku Selina,” ucap Selina dengan tersenyum tipis. “Coba kamu ingat, lantai berapa mereka menyekap adikmu?” ulang Selina bertanya pada gadis itu soal di mana keberadaan adiknya. “Mereka menyekap adikku dan gadis lainnya di bawah lantai ini, aku gak tahu lantai berapa,” sahut gadis itu berusaha mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu saat ia dibawa kesana. “Ah, kita ada di lantai tujuh belas, berarti adikku berada di lantai enam belas,” “Baiklah,” sahut Selina dengan antusias. Selina membantu gadis itu bangun secara perlahan dengan meraih ke dua lengannya. Gadis itu terli
“Siapa dia?”Winda dan Hanum saling lirik dengan penuh penasaran. Mereka menanyakan hal yang sama. Lalu mata mereka kembali tertuju pada lelaki itu. Hanum langsung mengerjap saat melihatnya ke dua kalinya.Satu kata.Tampan.“Halo, aku Arif, temannya Om Rian,”Pemuda itu memperkenalkan diri dengan sopan. Ia terlihat tampan dengan kemeja putih dan celana chinos berwarna biru muda. Takkan ada yang mengira jika ia seorang driver. Penampilannya lebih mirip anak mahasiswa. Kali ini ia tidak mengenakan masker seperti saat mengikuti Selina malam itu.“Oh, jadi kamu orang yang memberi informasi soal keberadaan ibunya Bu Selina?” cetus Winda langsung berdiri dan berjalan menghampiri lelaki itu yang mematung di ambang pintu. Lelaki itu pun mundur beberapa langkah. Aura karismatik seorang Winda yang tengah serius membuatnya sedikit gugup. Mereka memutuskan berbicara di luar kamar hotel. Hanum dan Ruri pun menyusul mereka keluar.“Iya, benar Bu, aku mewakili Om Rian waktu itu memberikan map yang
Tanpa ragu Selina merogoh pepper spray dari dalam saku bajunya dan langsung menyemprotkannya pada ke dua wajah bodyguard itu. Ia buru-buru meninggalkan mereka yang langsung tak sadarkan diri dan berusaha membuka pintu kamar yang berada di dekatnya. Ada beberapa kamar di sana, ia harus mencari di mana kamar yang dihuni oleh para gadis remaja yang diculik. Ia menggedor satu demi satu pintu.Akhirnya Selina menemukan satu kamar di mana di dalamnya ada beberapa gadis disekap, mereka ada sekitar tujuh orang dengan posisi diikat tangan dan kakinya serta mulutnya disumpal seperti apa yang terjadi pada Melati. Hanya saja mereka masih berpakaian utuh dan tak terlihat dianiaya. Wajah mereka tampak sumringah tatkala melihat Selina datang ke sana. Beberapa berusaha menggerakan bibirnya seperti ingin mengucapkan sesuatu. Selina melepaskan ikatan tali yang menyiksa mereka satu per satu.“Makasih Kak!” ucap salah satu yang sudah ditolong Selina terlebih dahulu. Anak itu kemudian memeluk Selina deng
149.Sekali entakkan Selina jatuh ke tanah berpasir putih mengkilat. Ia berusaha bangkit dengan tangan masih memegangi tali yang sudah kendor, pertanda tali itu benar-benar sudah terulur lepas dari tangan anak itu. Padahal anak itu sudah berusaha keras menolongnya, menarik sekuat tenaga. Namun anak itu syok mendengar suara desing senapan ke udara.Seketika saat menoleh, Selina dikagetkan oleh sosok orang yang berjalan ke arahnya. Selina benar-benar mirip seorang tawanan napi yang hendak kabur dari penjara yang menyeramkan. Lelaki itu membawa senapan laras panjang di bahu kanannya.Selina gelagapan, kali ini ia tak bisa kabur lagi. Lelaki bertubuh tinggi tegap itu sudah memergokinya yang berusaha kabur dan membawa tawanan lainnya. Pasti ia akan ditangkap dan dikenai hukuman yang berlipat ganda akibat perbuatannya.Selina sudah memasrahkan dirinya secara utuh kepada sang pencipta, andaikata malam itu ia dihabisi. Setidaknya ia telah sempat menyelamatkan beberapa anak remaja tak berdosa.
Di hotel Firenze Palace, hotel yang dipakai tempat penyekapan para gadis, semua anak buah Lucas panik. Betapa tidak, satu kamar yang berisi anak remaja hilang. Pelakunya ialah gadis istimewa yang dibawa Lucas sendiri.“Brengsek!” teriak Lucas dengan menggebrak meja. Ia terlihat sangat murka. Urat-urat hijau terlihat menyembul di balik kepalan tangannya yang teramat putih. Sesuai namanya Lucas, Lucanian yang berarti lelaki berasal dari Lucania, daerah Italia selatan yang artinya putih.Anak buah Lucas langsung tertunduk menyaksikan aura Lucas yang terlihat murka. Mereka seperti serigala pengikut yang manut pada alfanya. Tak ada yang berani bersuara sebab andaikata suara itu lolos ibarat mereka bunuh diri. Lucas tidak menerima alasan apapun itu.“CCTV!” pekiknya pada asisten yang berdiri di belakang, ikut menunduk juga karena takut.“Siap Tuan! Eh, maaf Tuan, CCTV hanya terlihat di bagian lorong depan kamar Tuan saja,” ucap asisten itu sembari menyodorkan rekaman itu lewat gawai canggih
Suara yang berisik masih terdengar di luar kamar, antara perpaduan gemerisik dedaunan, dengung orang yang mengobrol dan ombak yang memecah karang. Entah suara apa,yang pasti Selina tak berniat mengintip keluar jendela sebab Selina masih syok dikejar para bodyguard tadi.Mungkin suara para nelayan yang lewat. Biasanya mereka berangkat menjelang petang dan pulang pagi harinya. Itulah kisah tentang kehidupan Pantai Jayanti di Cianjur menurut kisah abahnya sebagai dongeng pengantar tidur. Mungkin kehidupan di pesisir pantai serupa.Selina abaikan suara-suara itu. Ia membaca doa dan berusaha tidur kembali. Kali ini tidak hanya membaca doa tidur, ayat kursi dan surat-surat pendek tetapi ia sampai membaca surat Ar-Rahman, salah satu surat favoritnya dalam Alquran sebab surat itu berisi tentang nikmat dan kasih sayang Allah sebagaimana Ar-Rahman memiliki arti Sang Pemurah. Tak terasa bulir bening begitu saja menetes dari ujung matanya. ‘Allah, ampuni hamba jika apa yang terjadi pada hamba ad
‘Siapakah perempuan itu?’ batin Ustaz Bashor tatkala melihat Dewi yang tersenyum padanya. Senyuman yang khas, senyuman yang mengingatkannya pada senyuman manja Selina. Dewi hanya tersenyum dan tak berniat menyapa lalu ia melangkahkan kakinya menuju ruangan Kombes Heru sebab ia memang mengenalnya. Sejak kasusnya mencuat dan selesai ia berkarib dengan beberapa aparat.‘Allah, apa dia Dewi?’ gumam Ustaz Bashor yang terus melangkahkan kakinya sedangkan Ummi Sarah melepaskan tangan Ustaz Bashor yang dari tadi menuntunnya.Saat baru sadar Ummi Sarah terlihat cemberut, buru-buru Ustaz Bashor mengikutinya.“Ummi, tunggu!” ucap Ustaz Bashor melihat Ummi Sarah yang berjalan terburu-buru menuju tempat parkiran mobil. Ummi Sarah merasa cemburu saat melihat Dewi tersenyum pada Ustaz Bashor. Entah apa alasannya. Padahal ia tidak mengenalinya sama sekali. “Ummi, mau kemana?” tanya Ustaz Bashor di balik jendela mobil dengan melongokkan kepalanya.Ummi Sarah membuang muka. Ia jadi teringat senyuman p
Selina begitu bahagia saat tahu ia berada di tempat yang ramai. Ia akan menunggu para bodyguard itu lengah dan saat lengah ia akan membuka tali yang mengikat tangannya lalu ia akan membuka lakban yang menyumpal mulutnya. Selina yang cerdas menyimpan pisau kecil di balik saku bajunya.‘Allah, aku tahu pasti Engkau akan menuntunku untuk keluar dari sini,’ batin Selina.“Turun!” pekik salah satu bodyguard yang bersuara bas. Selina kini berusaha menajamkan pendengarannya. Ia mulai hafal satu per satu bodyguard itu dari suaranya. Selina pun turun dari mobil setelah melakukan perjalanan darat yang cukup lama dengan direndengi oleh ke dua bodyguard di sisi kanan dan kirinya. Mereka berjalan menuju sebuah hotel lain milik Lucas di mana ballroom hotel tersebut sedang diadakan parti para pebisnis sehingga menjadi ramai dan berisik. Mereka memang sengaja mengundang beberapa artis ibukota dan DJ.Selina yang mendengarnya seolah ia berada di dekat nightclub padahal bukan.Mereka berjalan melewati
Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah
Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin
“Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di
Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber
Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku
“Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo
Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium
“Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz
Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te