Ardhi menerima ponselnya dari Sera. Ia bergerak menjauh dari Sera dan Selia. Mengecek laman pesan, tetapi tidak ada satu pun pesan masuk dari mamanya David itu. Dengan alasan kesopanan, Ardhi balik menelepon Tante Martha meski sesungguhnya ia malas bicara dengan tantenya itu.
"Keluarga besar yang lain sudah setuju mau mengadakan pertemuan keluarga," kata Martha tanpa basa-basi.
Seperti yang sudah Ardhi duga, hanya butuh sekali deringan hingga diangkat oleh adik ipar ayah Ardhi itu.
"Pertemuan keluarga untuk apa, Tante?"
"Memangnya apa lagi? Kamu tahu-tahu mau menikah sama orang yang nggak keluarga kamu kenal, tentu saja kami khawatir itu akan memengaruhi citra keluarga. Kenapa kamu nggak berpikir sampai situ?! Kenapa nggak cari pasangan yang sederajat dengan keluarga?! Menikahi adik ipar sendiri? Kamu ini kenapa makin nggak waras setelah dua kali gagal?!" cerca Martha dengan nada super nyinyir.
Ardhi sampai harus menjauhkan ponsel dari telinga
Selama sarapan dan sesudahnya, tidak ada pembahasan soal teror keluarga Prasetyo sejak semalam. Mereka makan dengan tenang. Kemarin, Ardhi sempat memberitahu Sera bahwa haram hukumnya bagi keluarganya untuk membahas hal-hal yang membangkitkan emosi saat berada di meja makan. Itu sudah berlaku sejak Ardhi kecil. Selia mengajarkan kepada anak laki-lakinya itu bahwa di meja makan, mereka wajib berada dalam kondisi yang tenang. Menikmati makanan sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat Tuhan untuk umat-Nya. Khususnya hari ini, Selia mati-matian untuk mengamalkan ajaran yang ia pernah ajarkan kepada Ardhi agar ia bisa diam dan tidak lagi mengungkit soal keributan keluarga Prasetyo. Terlebih karena ia tak mau membuat Randy ikut kepikiran jika tahu saat ini keluarganya tengah ribut soal Ardhi dan Sera yang 'kepergok' pacaran. Untungnya, wanita itu berhasil menjaga mulutnya meski sudah sangat gatal ingin mengomel lagi soal Martha yang hobi sekali mengusik keluarganya.
Diam-diam Sera sempat terkejut karena Selia berpikir sampai sejauh itu. Walau sebagian memang benar adanya. Ardhi sempat memperlakukan dirinya dengan tidak baik dan Ardhi juga menjadi salah satu penyebab dirinya stres hingga nafsu makannya menurun drastis selama beberapa waktu. Suasana yang tadinya cerah ceria, mendadak berubah menjadi agak mendung. Ada awan tebal yang bergeser entah dari mana datangnya dan menimpa kepala Selia. Sungguh, perubahan mood yang sangat cepat. Untungnya, Sera sudah selesai makan. Jadi, ia bisa lenih mudah memfokuskan diri karena sepertinya, obrolan akan mengarah ke hal-hal yang cukup serius. Sera menyesap lemon tea dingin yang tersisa seperempat gelas, lalu menyahut dengan hati-hati, "Kenapa Ibu bisa berpikir begitu?" Selia menghela napas panjang. Kemudian menatap Sera cukup lama tanpa mengatakan apa-apa. Seperti mempersiapkan diri untuk mengungkapkan isi kepalanya yang berjubelan. Selama proses itu, Sera menunggu dengan sa
Entah berapa besar jumlah uang yang digelontorkan Selia untuk mempersiapkan pernikahan Ardhi dan Sera. Hanya dalam dua minggu setelah pertemuan pertama dengan wedding organizer—Sera memutuskan untuk memilih pilihan pertama karena setelah ia pikirkan matang-matang, ia paling 'nyambung' saat membicarakan pernikahan impiannya dengan Shanty—persiapan sudah sampai enam puluh persen. Entah bagaimana wedding organizer yang bertanggung jawab itu juga terlihat tidak keteteran. Sera bahkan sampai menebak bahwa Selia sudah mempersiapkan segalanya jauh sebelum anak laki-lakinya kepikiran untuk menikah. Tidak hanya itu saja. Selia bahkan juga berinisiatif menghubungi keluarga Sera yang tinggal di Jakarta maupun di kota berbeda, mengabarkan soal rencana pernikahan Ardhi dan Sera. Sera tak repot bertanya dari mana ibu mertuanya itu mendapat kontak keluarganya, karena Sera ingat saat Ardhi bercerita soal salah satu saudara ayahnya yang tiba-tiba muncul di rumah sakit saat Gunawan ke
Setelah pertemuan dengan Aila yang mereka habiskan dengan berbagi cerita, Sera dan Ardhi mampir ke restoran untuk makan malam lebih awal karena Sera merengek kelaparan. Mereka tidak sekalian makan malam dengan Aila karena Aila sudah ada janji temu dengan orang lain. Itulah mengapa mereka berpisah setelah Sera berkata bahwa ia akan datang ke persidangan Aila yang ketiga sebagai bentuk dukungan. Ia dan Ardhi kini duduk di restoran yang tidak terlalu ramai, menikmati makan malam di penghujung hari, saat matahari belum sepenuhnya tenggelam di peraduan. "Kenyang banget," seru Sera dengan senyum lebar tersungging. Ia menghabiskan minuman miliknya, lalu saat dirasa masih haus, ia meminta Ardhi untuk memesankan minuman lagi. "Abis ini jalan-jalan ke mall, yuk. Aku tiba-tiba pengen lihat-lihat sepatu," kata Sera, menatap Ardhi dengan tatapan puppy eyes yang menggemaskan. "Besok lagi aja. Badanku udah lengket banget ini, aku mau cepet-cepet sampe apartemen. Pengen lang
Memeluk Ardhi sebelum tidur, belakangan menjadi hal yang wajib untuk Sera. Katanya, tidak afdol dan rasanya ada yang kurang jika mereka berdua menutup hari tanpa berpelukan. Alasan yang dilontarkan Sera agak aneh memang, tetapi Ardhi pun senang-senang saja. Setiap malam, Ardhi akan menepuk-nepuk punggung Sera sambil bercerita tentang kesehariannya, mengelus puncak kepalanya hingga Sera terlelap dalam tidur. “Tidur, Sera,” gumam Ardhi yang sudah dikuasai kantuk. Matanya telah terpejam sejak tadi. “Aku belum ngantuk,” jawab Sera. Di dalam pelukan Ardhi, Sera bergerak gelisah. Telapak tangan Ardhi kembali bergerak mengelus punggung Sera. “Mau aku buatin cokelat hangat?” Biasanya, kalau Sera tak bisa tidur, ia akan meminum cokelat hangat untuk membantu merilekskan tubuh. “Nope. Kamu tidur aja, aku bisa buat sendiri,” ujar Sera sambil melepaskan diri dari Ardhi. Bukannya menuruti ucapan Sera, Ardhi ikut bangun meski sud
Dua sosok itu berlalu. Mengarah ke meja paling ujung. Keduanya tampaknya terlalu sibuk menunjukkan kemesraan di publik hingga tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Mata Sera mengikuti langkah-langkah ringan mereka. Hingga keduanya duduk dengan nyaman. “Bu, itu tadi David?” tanya Sera hati-hati. Ia menoleh menatap ibu mertuanya yang masih memakukan tatapan pada David dan wanita asing, yang kini tengah membelai sisi wajah David. Sera masih terlalu syok karena rasanya baru dua mingguan yang lalu ia dan Ardhi bertemu dengan David dan Arunika. Dan hari ini, ia melihat David dengan wanita lain. Dari gelagatnya yang terlalu intim, bisa dipastikan mereka bukan saudara. Otak Sera merespons dengan lambat. Saat paham akan situasi yang tengah terjadi, satu-satunya yang terlintas di kepala Sera adalah bahwa laki-laki itu tengah main gila. “Ayo, pulang, Sera!” ajak Selia beberapa saat kemudian tanpa menjawab pertanyaan Sera. Ibu mertua Sera itu dengan
“Maaf, Pak Ardhi. Ada Ibu Arunika yang menunggu Bapak sejak siang tadi. Beliau menunggu di ruangan Bapak.”Petugas resepsionis di kantor utama keluarga Prasetyo itu memberikan informasi kepada Ardhi yang baru saja datang ke kantor bersama Adi setelah meeting di luar kantor seharian."Ke sini dengan David?" tanya Ardhi."Sendirian, Pak."“Saya nggak ada janji temu dengan dia,” ujar Ardhi dengan kerutan di kening.Ardhi mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Aneh sekali. Ada perlu apa wanita itu hingga tiba-tiba datang ke kantornya tanpa pemberitahuan, sendirian pula?Bukan hanya aneh, kedatangan Arunika ke kantor tanpa undangan tentu akan menimbulkan konflik keluarga karena masa lalu Ardhi dan Arunika menjadi hal yang teramat sensitif. Terlebih lagi, Arunika datang secara khusus—tanpa David—untuk bertemu Ardhi, sampai merelakan waktun
Gila!Sungguh. Ardhi benar-benar tengah berusaha sekuat tenaga menahan diri agar sumpah serapah tak terucapkan dari bibirnya.“Arunika, tolong. Berhenti mengucapkan hal yang mengada-ada. Keluarlah!" usir Ardhi dengan nada tajam nan"Nggak mau. Aku nggak akan beranjak ke mana-mana kalau kamu menolakku.""Aku peringatkan sekali lagi. Kamu yang keluar dari ruangan ini sekarang, atau aku panggil satpam supaya seret kamu dari sini?”Mata Arunika membelalak lebar. Terkejut setengah mati karena baru pertama kali melihat Ardhi sedingin ini. Berbeda dengan kemarahannya yang berkobar kemarin saat berhadapan dengan David. Arunika gemetar. Telapak kakinya terasa dingin.“Kamu berubah.”Ardhi mendesah. Lelah dengan drama yang dibuat Arunika. "Aku nggak pernah berubah. Kamu hanya baru melihat diriku yang sesungguhnya. Sekarang, tolong pergilah. Jangan lagi menciptakan masalah rumit yang melibatkan aku dan David di d
“Ardhi nggak pernah begitu waktu masih sama aku dulu. Dia nggak pernah bersikap begitu dengan siapa pun.” Arunika yang pertama membuka percakapan begitu Ardhi keluar dari ruangan milik laki-laki itu yang menyisakan dirinya bersama Sera. Ia tersenyum getir. “How can people changes a lot? What did you do to him?” “It’s just about time,” Sera menjawab dengan jujur. “And no. I didn’t do anything. Ardhi nggak berubah. Dia hanya nggak mau berusaha menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya karena dia pikir dia bisa menutupi luka di hatinya setelah ditinggal Kak Sarah dengan melakukan itu. Dan dia nggak sadar kalau yang dia lakukan membuat orang lain terluka. Membuat kamu terluka. Yang pada akhirnya juga berbalik melukai dirinya sendiri.” Sera mengendikkan bahu. Ia baru menyadari kalau ini baru kali pertama mereka berdua saling bicara kepada satu sama lain dan rasanya sungguh aneh karena Arunika bicara seolah-olah mereka cukup dekat
Ardhi bersedekap. Meski ada jarak yang memisahkan mereka lebih dari satu meter laki-laki itu tetap terlihat menjulang di hadapan Arunika. Ia sama sekali tidak terintimidasi oleh ucapan sinis Arunika. Laki-laki itu memberikan tatapan serius yang tidak bisa ditolak oleh Arunika.“Dunia nggak berpusat pada hidup kamu aja, Arunika,” ucap Ardhi dengan serius, “You have to accept that fact. Setiap orang punya panggungnya sendiri-sendiri dan sayangnya kamu nggak bisa menyeret aku dan Sera ke panggung sandiwara hidup kamu. Jangan terus memaksakan sesuatu yang nggak bisa kamu lakukan.”Senyum sinis Arunika lenyap. Arunika mengernyit. Mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap teguh, tetapi gagal. Ia melepas topeng sinis sialan itu dan tersenyum sedih. Menunjukkan sisi terlemahnya di depan Ardhi.“Kalau kamu nggak cuci otaknya David, dia nggak akan membuang aku, Berengsek!”Bahkan saat mengumpati Ardhi, ia tidak terdeng
Sebuah kotak kardus cokelat seukuran kotak sepatu di depan pintu apartemennya langsung menyita perhatian Sera saat ia baru kembali dari rumah ibu mertuanya untuk mengambil rendang dan aneka masakan rumahan yang ia buat bersama Selia sejak pagi. Ia sangat yakin kalau saat ia pergi tadi, kotak itu tak ada di sana.Saat Sera membungkuk untuk mengambil kotak itu, Sera langsung tahu bahwa Ardhi bukanlah pengirimnya. Laki-laki kaku itu tidak pernah memberikan sesuatu secara anonim kepadanya. Tidak akan pernah lagi, karena Sera pernah mengancam Ardhi agar tidak bersikap menjadi laki-laki misterius dan penuh rahasia. Selain karena ancaman itu, Ardhi juga lebih suka mempercayakan segala hal kepada asistennya yang paling setia karena ia tak mau repot.Kotak mencurigakan itu ditujukan untuk dirinya. Namanya tertera di pojok kanan atas. Selain itu tak ada informasi lain.Setelah meletakkan barang-barang bawaannya di atas meja dapur, Sera membuka“Astaga, ada-ad
Halo kakak-kakak pembaca. Perkenalkan saya Nafta, penulis cerita TURUN RANJANG. Mohon maaf sekali karena ini bukan update. Setelahmenulis sebanyak 133 bab, saya putuskan untuk membuat pengumuman ini sekaligus untuk menyapa pembaca yang sudah sangat loyal dengan cerita ini. Kisah ini akan saya tutup di bab 136, yang itu artinya tinggal 3 bab lagi menuju tamat. Saya sedih sekaligus lega karena akhirnya bisa menamatkan cerita ini setelah 8 bulan lamanya menuliskan kisah Ardhi dan Sera di GoodNovel. Mungkin beberapa dari kalian merasa kalau belum siap berpisah dengan Ardhi dan Sera, tapi cerita ini memang seharusnya selesai ketika Sera sudah mengetahui rahasia di balik pernikahannya dengan Ardhi. Saya sengaja tambahkan sedikit konflik dengan memunculkan David dan Arunika untuk melengkapi cerita. So, sampai ketemu di 3 bab terakhir yang akan saya upload minggu ini^^ Mohon maaf sekali karena cerita ini tidak akan ada ekstra part. Jadi cerita akan
“Mau sampai kapan kamu nggak bicara sama aku?” ujar Ardhi dengan nada sedikit geram. “You can’t do this to me, Sera. Aku nggak bermaksud menyisihkan kamu dari masalah. I’m just trying to protect you, don’t you get it?”Sera sudah mengabaikan suaminya itu sejak siang hingga menjelang malam hanya karena tidak diizinkan Ardhi untuk bertemu dan bicara secara langsung dengan David saat laki-laki itu tiba-tiba datang berkunjung ke apartemen mereka.Ardhi gemas sekali dengan tingkah Sera yang menurutnya terlalu berlebihan. Sudah Ardhi bilang kalau menghadapi David yang sedang emosi jauh lebih mudah dibandingkan dengan menghadapi Sera yang marah kepadanya. Sebenarnya aksi kali ini lebih pantas disebut merajuk. Dan hal ini juga seringkali mempersulit dirinya karena Sera selalu sengaja melakukannya. Wanita itu hanya diam, tak menanggapi satu pun ucapan Ardhi hingga laki-laki itu bingung harus bagaimana.“Se
Roda kehidupan berputar. Kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup tak bertahan selamanya. Dan itu seringkali terjadi dalam hidup Ardhi dan Sera. Mereka sudah cukup terbiasa untuk bisa menghadapinya dengan kepala dingin saat masalah datang hingga sedikit menyisihkan kebahagiaan dan ketenangan selama satu bulan pasca hari pernikahan. David yang sempat ‘menghilang’ dan tidak muncul di acara keluarga itu kini menunjukkan batang hidung. Tepat satu minggu sebelum rapat direksi, David muncul di depan pintu apartemen Ardhi dan Sera. Dan bukannya langsung membukakan pintu untuk sepupu Ardhi itu, Ardhi dan Sera malah sibuk berdebat. Membiarkan David menunggu di balik pintu. “Kamu udah setuju kalau kita akan bicara dengan mereka. Kita, ardhi. Bukan cuma kamu sendiri.” Sera menantang Ardhi dengan tatapan tajam yang gagal membuat Ardhi terintimidasi. “Aku memang bilang gitu, Sera. Tapi nggak sekarang. Aku nggak tahu David mau bicara soal apa. Aku nggak tahu gimana suasana h
“Keluarga kamu ternyata nggak seburuk yang aku bayangin,” ucap Sera saat keduanya memasuki lift untuk naik ke lantai sebelas. “Maksud kamu?” “Mereka kelihatan tulus waktu ngasih selamat buat kita,” jelas Sera. “Mereka mulai sadar kalau nggak sepantasnya ngata-ngatain kamu dan menyisihkan kamu dari bagian keluarga Prasetyo. Mungkin beberapa orang masih akan meremehkan kamu dan menyebut kamu nggak layak menjadi bagian keluarga Prasetyo. Tapi kan kita nggak bisa memuaskan hati semua orang. So let it be. Lama-lama mereka akan capek sendiri.” Ardhi merangkulkan lengan di bahu Sera dan menariknya mendekat. Ia menciumi puncak kepala Sera berkali-kali. “Kamu juga harus tahu, kalau kamu memang pantas jadi istriku. Cuma kamu, Sera. Jangan lupakan itu.” “Aku nggak akan ada di sini sekarang kalau aku nggak yakin bisa bertahan sama kamu di tengah-tengah rumitnya hubungan keluarga. Aku bisa ngerti kok. Keluargaku juga banyak dramanya. Jadi aku bisa n
Sera pernah bermimpi memiliki pernikahan megah dengan pasangan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng yang ceritanya pernah ia baca dan ia tonton kala masih SD. Seiring Sera tumbuh dewasa, khayalan itu perlahan mengabur. Ia mulai bisa berpikir realistis bahwa pangeran tampan berkuda putih yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya itu tidak akan pernah hadir dalam hidupnya. Sampai ia bertemu dengan Ardhi dan terlibat dalam jerat kehidupan pelik yang banyak tangis dan kesedihan, ia pun segera sadar bahwa hidup memang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Namun, tidak lantas hidup ini buruk.Sera sudah belajar banyak tentang kehidupan selama hampir satu tahun mengenal Ardhi. Bahagia itu ada dan hadir menjelma cinta dan kasih sayang yang ia dan Ardhi rasakan terhadap satu sama lain. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain adalah bentuk dari usaha mereka mencapai bahagia itu. Hari ini, bisa dibilang merupakan salah satu hari membahagiakan bagi Ser
Entah apa yang akhirnya David katakan kepada Arunika. Wanita itu tak lagi menemui Ardhi. Tak juga mengirimkan pesan ‘aneh’ yang memicu kesalahpahaman. David juga tidak merecoki Ardhi dengan segala tuduhan dan umpatannya yang memuakkan. Ya, sebenarnya beberapa hari yang lalu, Ardhi-lah yang sengaja meminta dengan baik-baik kepada David melalui telepon agar laki-laki itu menahan diri dulu untuk tidak membuat masalah baru dan berhenti menemui wanita yang sempat dikencaninya hanya demi menutupi rasa sakit hatinya karena Arunika. Untungnya, David mau mendengarkannya meski tak benar-benar memberikan respons yang baik. Dan kabar terakhir yang Ardhi dengar dari sepupu-sepupunya yang lain, David sedang ada urusan pekerjaan di Bali dan Arunika ikut serta. Ardhi cukup bersyukur akan hal itu karena ia bisa berfokus pada acara pernikahannya dengan Sera yang tinggal menghitung jam. Saat ini sudah tengah malam. Ia dan Sera ada di kamar Ardhi di rumah orang tuanya. Mereka dipaksa me