Share

Rutinitas

Author: naftalenee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sera!" Ardhi terkejut bukan main saat Sera ambruk dan jatuh lemas di pelukannya dalam keadaan tak sadarkan diri.

Ardhi tanggap langsung dengan membopong Sera dan membaringkan tubuh wanita itu di atas ranjang. Laki-laki itu menepuk pipi Sera pelan dan memanggil-manggil nama Sera beberapa kali, tetapi Sera tak kunjung sadar.

"Maafkan saya, Sera, seharusnya saya lebih peka," lirih Ardhi.

Tak ada waktu untuk menyesal, Ardhi cepat-cepat mencari kotak P3K yang sempat ia lihat beberapa waktu lalu di dapur. Tidak butuh waktu lama, Ardhi menemukan apa yang ia cari dan langsung kembali ke kamar. Tak ingin terlalu lama meninggalkan Sera sendirian. Sesampainya di kamar, Ardhi duduk di tepi ranjang dengan posisi miring. Ia mendekatkan minyak angin ke hidung Sera setelah membalurkan minyak ke pelipis wanita itu.

Setelah lebih dari sepuluh menit Sera masih belum sadar, Ardhi mulai kalang kabut. Ia panik dan khawatir hingga hampir menjatuhkan ponsel yang baru saja ia am

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Laila Majid
jadikan Ardhi dan Sera jd suami istri yg normal penuh keromantisan d bahagia thur
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TURUN RANJANG   Sebelum Ditinggal Pergi (21+)

    Saat Ardhi kembali dari kantor, Sera sedang melipat baju milik laki-laki itu untuk dimasukkan ke dalam koper."Kamu biasanya selain bawa setelan jas, baju ganti, pakaian dalam, dan peralatan mandi, masih butuh bawa apa lagi?" tanya Sera tanpa basa-basi saat melihat Ardhi masuk ke dalam kamar."Bawa makanan, tapi sepertinya sudah disiapin sama Adi.""Makanan?" Sera menggumam. "Jenis makanan apa yang kira-kira dibawa seorang Ardhi saat bepergian ke luar negeri?""Saya bawa pop mie," jawab Ardhi sambil menjatuhkan badan di atas ranjang."Kamu jangan langsung naik ke kasur, dong. Langsung mandi aja," omel Sera tiba-tiba. Ia kesal melihat Ardhi yang kini tengah telentang di atas ranjang dengan begitu santai. Pagi tadi, ia sudah mengganti bedcover dan ia tidak suka dengan kebiasaan Ardhi yang menurut Sera jorok itu.Sera benar-benar maniak kebersihan. Baginya, mandi adalah hal yang wajib dilakukan setelah kembali dari bepergian."Selesainya

  • TURUN RANJANG   Klarifikasi

    Sehari sebelum berangkat ke Italia, Ardhi bersua dengan Thalia Tarendra. Laki-laki itu berkeluh tentang berita-berita yang terus-terusan mengungkit hubungannya dengan Thaliaㅡyang semakin mengada-adaㅡyang diunggah media. Ardhi bermaksud untuk membujuk Thalia agar wanita itu mau untuk diajak menemui media dan mengklarifikasi gosip tidak benar itu agar tidak semakin melebar ke mana-mana.Thalia berkata kepada Ardhi bahwa mereka tidak perlu sejauh itu. Thalia mengusulkan untuk membuat klarifikasi di media sosial saja.Ardhi menyetujui tanpa banyak protes. Thalia lebih paham karena lebih sering berhadapan dengan media dan berinteraksi dengan para fans yang semakin banyak sejak Thalia mengisi acara masak di televisi dan membuat Channel YouTube.Dan hari ini, Thalia Tarendra mengunggah sebuah postingan di media sosial pribadi milik wanita itu yang menyatakan bahwa hubungannya dengan Ardhi tidak lebih dari sekadar teman. Perjodohan yang di gembor-gemborkan oleh netizen

  • TURUN RANJANG   Tentang Kita

    Ardhi duduk di hadapan Selia dengan muka datar. Berbeda dengan sang ibu yang tidak mampu menyembunyikan amarah dan kecewa.Sudah sejak beberapa menit yang lalu Ardhi dan Selia bicara. Selia mengungkapkan kemarahan dan kekecewaannya tanpa basa-basi."Saya nggak bisa diam saja melihat muka saya diekspos akun-akun gosip yang nggak bertanggungjawab itu, Bu. Berita-berita yang mereka unggah nggak ada yang benar. Dan itu cukup mengganggu kehidupan pribadi saya," tukas Ardhi.Selia melipat lengan di depan dada. "Itu sudah menjadi risiko keluarga kita. Ibu dulu publik figur. Ayahmu pengusaha terkenal. Begitu juga keluarga Tarendra. Gosip-gosip akan terus bermunculan. Satu kata yang keluar dari mulut kamu, bisa berubah maknanya saat sudah tersebar dari satu telinga ke telinga lain. Klarifikasi hanya membuat keadaan semakin buruk. Seperti yang terjadi sekarang.""Setidaknya orang-orang sudah berhenti membicarakan tentang pernikahan yang sama sekali nggak benar itu.

  • TURUN RANJANG   Sebelum Badai

    “Ai, mau jalan-jalan ke mall?” tawar Sera kepada Aila saat mereka berdua keluar dari tempat kursus merangkai bunga.“Boleh banget yuk! Aku mau sekalian beli gamis.” Aila menyambut antusias ajakan Sera.Saat Aila sudah akan memesan taksi online, Sera menghentikan gerakan jari-jari Aila yang menari di atas ponsel.“Aku tadi diantar supir, Ai. Tunggu supirku jemput aja, ya. Kayaknya lima menit lagi sampai,” ujar Sera dengan tidak enak hati.Sebenarnya ia juga malas harus selalu bersama supir ketika hendak bepergian ke mana-mana. Namun, mau bagaimana lagi? Ardhi sudah bertitah dan Sera tidak bisa membantah. Ya, meski sekarang Ardhi yang banyak tingkah itu hilang di antah-berantah. Dua hari sejak kejadian Sera pingsan, Ardhi kembali pergi dinas. Kalau kemarin hanya pergi lintas pulau, kini Ardhi pergi hingga lintas benua. Ardhi ada acara ke Italia. Meninggalkan Sera di apartemen dengan segala wejangan yang harus Sera p

  • TURUN RANJANG   Berjarak

    Sera masuk ke unit apartemen dan tidak mendapati Ardhi di mana-mana. Apartemennya sepi. Sama seperti saat ia tinggalkan tadi pagi.Itu artinya Ardhi belum kembali. Dan Sera merasa dipermainkan oleh laki-laki pemaksa itu. Laki-laki itu bahkan tidak ada di tempat, namun dengan percaya dirinya meminta Sera pulang ke apartemen dan pada akhirnya Sera hanya bersua dengan kekosongan.Ardhi benar-benar paling bisa membuat Sera tersinggung. Sera pikir Ardhi sudah cukup paham dengan keadaannya yang tidak terlalu suka sendirian. Namun, Ardhi tetap membiarkan Sera yang pertama menghadapi kesendirian di apartemen mewah itu.Dengan kesal, Sera melemparkan sling bag hingga benda tak bersalah itu terjatuh di dekat meja.Sera menjatuhkan tubuh di sofa. Punggungnya bersandar dengan kepala mendongak ke atas lalu memejamkan mata selama beberapa saat. Setelah cukup tenang, Sera membuka mata. Kemudian tangannya meraih sling bag yang sempat ia lempar. Sera mengambil ponsel dan

  • TURUN RANJANG   Damai(?)

    "Mau pergi ke mana?" tanya Sera. Ia yang sudah tertidur beberapa saat itu terbangun karena terganggu oleh sesuatu. Ternyata Ardhi sedang mengepak pakaian ke dalam koper mini yang biasa dipakai oleh laki-laki itu saat bepergian ke luar kota. Ardhi mendongak. Menghentikan gerakan tangannya dan menatap Sera yang terduduk di atas ranjang dengan wajah mengantuk. "Sudah saya bilang, saya yang akan keluar dari apartemen sampai situasi tenang," ujar Ardhi dengan tenang. Sera memproses ucapan Ardhi cukup lama. Otaknya belum mampu bekerja dengan baik karena masih dalam mode 'tidur'. "Kamu mau pergi? Ke mana?" "Ke apartemen saya yang lain," jawab Ardhi. "Kenapa?" "Kenapa?" Ardhi membeo. Laki-laki itu menatap Sera dengan serius. "Kamu bisa memutuskan sendiri mau percaya perkataan saya atau tidak. Ada dua orang wartawan yang menguntit saya selama beberapa hari terakhir sejak saya kembali dari Italia. Mereka ini orang-orang yang cukup nekat

  • TURUN RANJANG   Berseteru

    Hari tenang dan damai tampaknya tak mau berlama-lama bernaung dalam kehidupan Sera dan Ardhi. Masih belum genap satu minggu sejak Sera terkurung di apartemen dan menjalani hari-hari membosankan dari pagi hingga sore sendirian. Hari ini, di sore hari yang begitu cerah, Ardhi pulang membawa amarah. Ardhi yang akhir-akhir ini bersikap cukup baik kepada Sera itu sudah tidak ada lagi. Sosok itu hilang tertelan oleh amarah yang merajai. Sera baru keluar dari kamar mandi saat laki-laki itu mendekat dengan mata berkobar penuh emosi dan dengan gerakan yang begitu cepat, Ardhi melemparkan foto-foto yang berada di genggamannya hingga jatuh bertebaran di sekitar kaki Sera berpijak. "Kamu marah-marah karena informasi palsu tentang saya dan Thalia, tapi kamu diam-diam melakukan ini di belakang saya?!" teriak Ardhi. Aura dingin dan menyeramkan menguar di sekeliling laki-laki itu. Sera menggigil. Dengan gemetar ia berjongkok untuk memunguti foto-foto yang berserakan di lanta

  • TURUN RANJANG   Kembali ke Awal

    Ardhi tak seharusnya membuat Sera kembali dilanda ketidakpastian. Padahal, Ardhi bisa langsung mengiakan kemauan Sera. Dengan begitu, ia tidak akan dibuat pusing oleh diamnya Sera selama dua hari belakangan. Hubungan keduanya kembali dingin. Namun, kali ini bukan karena sikap Ardhi, melainkan Sera-lah yang membentengi diri. Sera tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa di pagi hari. Menyiapkan sarapan dan kopi, memasangkan dasi, mengantar Ardhi berangkat kerja hingga depan pintu, menjawab pertanyaan yang dilontarkan laki-laki itu. Namun, tetap ada perbedaan yang nyata. Sera hanya menjawab seadanya dan selalu singkat. Seperti tidak mau memberi celah kepada Ardhi agar bisa mengajak Sera untuk mengobrol lebih jauh. Wanita itu juga lebih banyak menghabiskan waktu di kamar sebelah. Entah melakukan apa, yang jelas setiap Ardhi pulang dari kantor, Sera akan mengurung diri di kamar sebelah sampai larut malam. Atau ia berada di mana saja, selama tidak ada Ardhi di s

Latest chapter

  • TURUN RANJANG   Menjadi Dewasa [2] - (END)

    “Ardhi nggak pernah begitu waktu masih sama aku dulu. Dia nggak pernah bersikap begitu dengan siapa pun.” Arunika yang pertama membuka percakapan begitu Ardhi keluar dari ruangan milik laki-laki itu yang menyisakan dirinya bersama Sera. Ia tersenyum getir. “How can people changes a lot? What did you do to him?” “It’s just about time,” Sera menjawab dengan jujur. “And no. I didn’t do anything. Ardhi nggak berubah. Dia hanya nggak mau berusaha menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya karena dia pikir dia bisa menutupi luka di hatinya setelah ditinggal Kak Sarah dengan melakukan itu. Dan dia nggak sadar kalau yang dia lakukan membuat orang lain terluka. Membuat kamu terluka. Yang pada akhirnya juga berbalik melukai dirinya sendiri.” Sera mengendikkan bahu. Ia baru menyadari kalau ini baru kali pertama mereka berdua saling bicara kepada satu sama lain dan rasanya sungguh aneh karena Arunika bicara seolah-olah mereka cukup dekat

  • TURUN RANJANG   Menjadi Dewasa

    Ardhi bersedekap. Meski ada jarak yang memisahkan mereka lebih dari satu meter laki-laki itu tetap terlihat menjulang di hadapan Arunika. Ia sama sekali tidak terintimidasi oleh ucapan sinis Arunika. Laki-laki itu memberikan tatapan serius yang tidak bisa ditolak oleh Arunika.“Dunia nggak berpusat pada hidup kamu aja, Arunika,” ucap Ardhi dengan serius, “You have to accept that fact. Setiap orang punya panggungnya sendiri-sendiri dan sayangnya kamu nggak bisa menyeret aku dan Sera ke panggung sandiwara hidup kamu. Jangan terus memaksakan sesuatu yang nggak bisa kamu lakukan.”Senyum sinis Arunika lenyap. Arunika mengernyit. Mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap teguh, tetapi gagal. Ia melepas topeng sinis sialan itu dan tersenyum sedih. Menunjukkan sisi terlemahnya di depan Ardhi.“Kalau kamu nggak cuci otaknya David, dia nggak akan membuang aku, Berengsek!”Bahkan saat mengumpati Ardhi, ia tidak terdeng

  • TURUN RANJANG   This Means War

    Sebuah kotak kardus cokelat seukuran kotak sepatu di depan pintu apartemennya langsung menyita perhatian Sera saat ia baru kembali dari rumah ibu mertuanya untuk mengambil rendang dan aneka masakan rumahan yang ia buat bersama Selia sejak pagi. Ia sangat yakin kalau saat ia pergi tadi, kotak itu tak ada di sana.Saat Sera membungkuk untuk mengambil kotak itu, Sera langsung tahu bahwa Ardhi bukanlah pengirimnya. Laki-laki kaku itu tidak pernah memberikan sesuatu secara anonim kepadanya. Tidak akan pernah lagi, karena Sera pernah mengancam Ardhi agar tidak bersikap menjadi laki-laki misterius dan penuh rahasia. Selain karena ancaman itu, Ardhi juga lebih suka mempercayakan segala hal kepada asistennya yang paling setia karena ia tak mau repot.Kotak mencurigakan itu ditujukan untuk dirinya. Namanya tertera di pojok kanan atas. Selain itu tak ada informasi lain.Setelah meletakkan barang-barang bawaannya di atas meja dapur, Sera membuka“Astaga, ada-ad

  • TURUN RANJANG   DEAR PEMBACA

    Halo kakak-kakak pembaca. Perkenalkan saya Nafta, penulis cerita TURUN RANJANG. Mohon maaf sekali karena ini bukan update. Setelahmenulis sebanyak 133 bab, saya putuskan untuk membuat pengumuman ini sekaligus untuk menyapa pembaca yang sudah sangat loyal dengan cerita ini. Kisah ini akan saya tutup di bab 136, yang itu artinya tinggal 3 bab lagi menuju tamat. Saya sedih sekaligus lega karena akhirnya bisa menamatkan cerita ini setelah 8 bulan lamanya menuliskan kisah Ardhi dan Sera di GoodNovel. Mungkin beberapa dari kalian merasa kalau belum siap berpisah dengan Ardhi dan Sera, tapi cerita ini memang seharusnya selesai ketika Sera sudah mengetahui rahasia di balik pernikahannya dengan Ardhi. Saya sengaja tambahkan sedikit konflik dengan memunculkan David dan Arunika untuk melengkapi cerita. So, sampai ketemu di 3 bab terakhir yang akan saya upload minggu ini^^ Mohon maaf sekali karena cerita ini tidak akan ada ekstra part. Jadi cerita akan

  • TURUN RANJANG   Another Storm is Coming Up [2]

    “Mau sampai kapan kamu nggak bicara sama aku?” ujar Ardhi dengan nada sedikit geram. “You can’t do this to me, Sera. Aku nggak bermaksud menyisihkan kamu dari masalah. I’m just trying to protect you, don’t you get it?”Sera sudah mengabaikan suaminya itu sejak siang hingga menjelang malam hanya karena tidak diizinkan Ardhi untuk bertemu dan bicara secara langsung dengan David saat laki-laki itu tiba-tiba datang berkunjung ke apartemen mereka.Ardhi gemas sekali dengan tingkah Sera yang menurutnya terlalu berlebihan. Sudah Ardhi bilang kalau menghadapi David yang sedang emosi jauh lebih mudah dibandingkan dengan menghadapi Sera yang marah kepadanya. Sebenarnya aksi kali ini lebih pantas disebut merajuk. Dan hal ini juga seringkali mempersulit dirinya karena Sera selalu sengaja melakukannya. Wanita itu hanya diam, tak menanggapi satu pun ucapan Ardhi hingga laki-laki itu bingung harus bagaimana.“Se

  • TURUN RANJANG   Another Storm is Coming Up

    Roda kehidupan berputar. Kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup tak bertahan selamanya. Dan itu seringkali terjadi dalam hidup Ardhi dan Sera. Mereka sudah cukup terbiasa untuk bisa menghadapinya dengan kepala dingin saat masalah datang hingga sedikit menyisihkan kebahagiaan dan ketenangan selama satu bulan pasca hari pernikahan. David yang sempat ‘menghilang’ dan tidak muncul di acara keluarga itu kini menunjukkan batang hidung. Tepat satu minggu sebelum rapat direksi, David muncul di depan pintu apartemen Ardhi dan Sera. Dan bukannya langsung membukakan pintu untuk sepupu Ardhi itu, Ardhi dan Sera malah sibuk berdebat. Membiarkan David menunggu di balik pintu. “Kamu udah setuju kalau kita akan bicara dengan mereka. Kita, ardhi. Bukan cuma kamu sendiri.” Sera menantang Ardhi dengan tatapan tajam yang gagal membuat Ardhi terintimidasi. “Aku memang bilang gitu, Sera. Tapi nggak sekarang. Aku nggak tahu David mau bicara soal apa. Aku nggak tahu gimana suasana h

  • TURUN RANJANG   The Day [2]

    “Keluarga kamu ternyata nggak seburuk yang aku bayangin,” ucap Sera saat keduanya memasuki lift untuk naik ke lantai sebelas. “Maksud kamu?” “Mereka kelihatan tulus waktu ngasih selamat buat kita,” jelas Sera. “Mereka mulai sadar kalau nggak sepantasnya ngata-ngatain kamu dan menyisihkan kamu dari bagian keluarga Prasetyo. Mungkin beberapa orang masih akan meremehkan kamu dan menyebut kamu nggak layak menjadi bagian keluarga Prasetyo. Tapi kan kita nggak bisa memuaskan hati semua orang. So let it be. Lama-lama mereka akan capek sendiri.” Ardhi merangkulkan lengan di bahu Sera dan menariknya mendekat. Ia menciumi puncak kepala Sera berkali-kali. “Kamu juga harus tahu, kalau kamu memang pantas jadi istriku. Cuma kamu, Sera. Jangan lupakan itu.” “Aku nggak akan ada di sini sekarang kalau aku nggak yakin bisa bertahan sama kamu di tengah-tengah rumitnya hubungan keluarga. Aku bisa ngerti kok. Keluargaku juga banyak dramanya. Jadi aku bisa n

  • TURUN RANJANG   The Day

    Sera pernah bermimpi memiliki pernikahan megah dengan pasangan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng yang ceritanya pernah ia baca dan ia tonton kala masih SD. Seiring Sera tumbuh dewasa, khayalan itu perlahan mengabur. Ia mulai bisa berpikir realistis bahwa pangeran tampan berkuda putih yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya itu tidak akan pernah hadir dalam hidupnya. Sampai ia bertemu dengan Ardhi dan terlibat dalam jerat kehidupan pelik yang banyak tangis dan kesedihan, ia pun segera sadar bahwa hidup memang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Namun, tidak lantas hidup ini buruk.Sera sudah belajar banyak tentang kehidupan selama hampir satu tahun mengenal Ardhi. Bahagia itu ada dan hadir menjelma cinta dan kasih sayang yang ia dan Ardhi rasakan terhadap satu sama lain. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain adalah bentuk dari usaha mereka mencapai bahagia itu. Hari ini, bisa dibilang merupakan salah satu hari membahagiakan bagi Ser

  • TURUN RANJANG   Before The Day

    Entah apa yang akhirnya David katakan kepada Arunika. Wanita itu tak lagi menemui Ardhi. Tak juga mengirimkan pesan ‘aneh’ yang memicu kesalahpahaman. David juga tidak merecoki Ardhi dengan segala tuduhan dan umpatannya yang memuakkan. Ya, sebenarnya beberapa hari yang lalu, Ardhi-lah yang sengaja meminta dengan baik-baik kepada David melalui telepon agar laki-laki itu menahan diri dulu untuk tidak membuat masalah baru dan berhenti menemui wanita yang sempat dikencaninya hanya demi menutupi rasa sakit hatinya karena Arunika. Untungnya, David mau mendengarkannya meski tak benar-benar memberikan respons yang baik. Dan kabar terakhir yang Ardhi dengar dari sepupu-sepupunya yang lain, David sedang ada urusan pekerjaan di Bali dan Arunika ikut serta. Ardhi cukup bersyukur akan hal itu karena ia bisa berfokus pada acara pernikahannya dengan Sera yang tinggal menghitung jam. Saat ini sudah tengah malam. Ia dan Sera ada di kamar Ardhi di rumah orang tuanya. Mereka dipaksa me

DMCA.com Protection Status