Beranda / Romansa / TURUN RANJANG / Rahasia Masa Lalu

Share

Rahasia Masa Lalu

Penulis: naftalenee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selia menatap Ardhi dengan tatapan yang penuh kekecewaan. Keluarga Tarendra sudah pergi sejak setengah jam yang lalu, namun Ardhi dan kedua orang tuanya belum beranjak dari posisi masing-masing.

“Ibu dan Ayah kenapa nggak bilang sama saya dulu tentang hal ini?” tanya Ardhi dengan menahan kesal.

“Seharusnya kamu sudah paham, Ardhi. Dua bulan lagi rapat direksi. Kamu sudah harus bertunagan sebelum itu kalau tidak mau menyerahkan posisimu sebagai CEO," ujar Selia dengan gusar. 

Ardhi tak gentar dan menatap ibunya tanpa berkedip. “Tidak akan ada pertunangan, Bu. Saya tidak berniat menikahi Thalia.”

“Cepat atau lambat kamu tetap akan menikah. Dengan Thalia atau  bukan," tegas Selia. Wanita paruh baya itu pun menatap anak semata wayangnya dengan ketegasan yang nyata.

Ardhi menautkan jari-jemarinya. "Saya tahu, Bu. Kalau sudah saatnya menikah, saya akan menikah.”

“Dan sekarang adalah waktu yang tepat,” ujar Selia.

“Saya nggak bisa,” balas Ardhi dengan geraman tipis.

“Kamu jangan keras kepala, Ardhi.” Selia menaikkan suaranya. Lelah dengan bantahan yang dilontarkan putra satu-satunya itu.

Ardhi mendesah keras. Ibunya adalah makhluk keras kepala. Ardhi menyayanginya, namun ada saatnya juga Ardhi sangat ingin melawan wanita yang melahirkannya 32 tahun yang lalu itu.

“Setidaknya bertunangan dulu dengan Thalia, Ardhi. Biar posisimu aman,” sela Randi dengan suara yang pelan dan lambat, namun dapat  terdengar jelas oleh Selia dan Ardhi yang sibuk berdebat sendiri tanpa melibatkan Randi.

“Ayah, saya−”

“Jangan bilang kalau kamu masih belum bisa melupakan Arunika,” tuduh Selia yang langsung membuat tubuh Ardhi membeku.

“Ini tidak ada hubungannya dengan Arunika.” Saat mengucapkan nama itu, mata Ardhi mengkilat. Ada kobaran emosi yang berhamburan di sana.

“Lupakan wanita tidak tahu diri itu! Ibu mau kamu menikahi Thalia. Dia wanita yang baik dan berkelas. Berbeda dengan Arunika."

Saat menyebutkan nama Arunika, nada suara Selia berubah. Terdengar seperti tengah jijik akan sesuatu.

“Berhenti membawa-bawa nama Arunika dalam pembicaraan ini, Bu. Saya mohon, ini semua nggak ada hubungannya dengan dia,” pinta Ardhi sambil menahan emosi. “Dan sekali lagi, saya tidak akan bertunangan dengan Thalia. Apalagi menikahi dia. Tidak akan pernah, Bu!”

“Lalu kamu mau menikah dengan siapa? Apa Ibu perlu kenalkan kamu dengan Saskia Sinuaji? Atau dengan Lupita Candrareja? Kinan Adipura? Fania Sasmito? Atau Endira Subagja?” Selia mengabsen satu per satu anak perempuan dari rekan bisnis keluarganya yang masih belum menikah.

Ardhi mendesah lelah. “Cukup, Bu.”

“Terserah kamu. Kamu bisa pilih mau menikah dengan siapa pun dan Ibu tidak akan keberatan selama mereka setara dengan keluarga kita.”

Pernikahan bisnis atau bukan, Ardhi tidak terlalu suka kalau harus diatur oleh keluarga. Meski sudah menjadi turun temurun bahwa si kaya harus menikahi si kaya untuk membangun generasi yang tak putus, namun Ardhi tidak ingin menciptakan keluarga dengan paksaan seperti itu.

“Ibu, saya benar-benar tidak bisa.”

“Kalau kamu membantah Ibu sekali lagi, Ibu terpaksa membuat kamu mau dan menurut. Ibu yang akan mengurus semuanya."

Ardhi marah. Sangat marah, namun tidak bisa melampiasakannya di depan kedua orang tuanya meski mereka adalah penyebab kekacauan dalam hidupnya. Ia berdiri dan pamit undur diri. “Saya ada meeting penting setelah ini. Saya pamit.”

Laki-laki itu pergi tanpa menyalamai tangan kedua orang tuanya seperti biasa. Ia hanya terlalu marah dan kecewa.

***

Ardhi melajukan mobilnya dalam kecepatan di atas rata-rata. Jalanan Jakarta yang anehnya lengang di jam-jam menuju pulang kerja membuat Ardhi leluasa menguasai jalan. Kepalanya penuh dengan bayangan masa lalunya dengan Arunika. Mantan terburuknya yang membuat Ardhi berubah menjadi tidak mempercayai manusia berwujud wanita.

Arunika Maheswari. Nama yang begitu cantik milik seorang wanita yang berparas bak seorang dewi. Sempurna. Tanpa celah. Ardhi adalah laki-laki beruntung yang bisa mendapatkan limpahan cinta dan kasih oleh wanita keturunan Jawa-Bali itu.

Ardhi dan Arunika bertemu saat keduanya sedang menempuh pendidikan S2 di Australia. Mereka berada di satu kelas yang sama pada beberapa mata kuliah yang mereka ambil. Saat itu, Arunika berusia 25 tahun dan Ardhi 23 tahun.

Tidak butuh waktu lama bagi keduanya untuk saling jatuh cinta. Mereka berdua memiliki chemistry yang begitu kuat. Ada magnet tak kasat mata yang menyatukan keduanya hingga selalu saling menempel ke mana-mana. Keterikatan kuat itu tetap bertahan sampai keduanya lulus S2 dan kembali ke Indonesia.

Ardhi dan Arunika adalah pasangan yang sangat serasi. Saling melengkapi satu sama lain. Mereka berdua layaknya soulmate yang sudah saling menemukan.

Sayangnya, itu hanya menjadi kenangan belaka. Mereka bukan soulmate. Ardhi hanya terjebak dengan wanita jahat nan licik yang menyamarkan diri menjadi sang dewi.

“Aku mencintamu, Ardhi,” kata Arunika dahulu.

Nyatanya, ungkapan cinta itu hanyalah bualan. Ungkapan cinta palsu yang terkadang masih sulit Ardhi terima. Sudah empat tahun lamanya. Namun sakitnya masih terasa.

Pengkhianatan yang dilakukan oleh wanita itu menghancurkan Ardhi hingga remuk tak bersisa. Hatinya sudah mati. Ia meragu, apakah hatinya yang telah terbakar hangus itu masih bisa hidup lagi.

“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

Lima kalimat itu juga terucap oleh bibir Arunika yang ranum dan merah. Bagian favorit di wajah wanita itu yang selalu Ardhi cumbu dengan begitu manis. Kalimat yang bagai mantra itu membuai Ardhi. Dengan menaruh kepercayaan, Ardhi menjatuhkan hatinya. Seluruhnya. Kepada Arunika.

“Aku selalu mencintaimu meski kita harus berpisah.”

Itu adalah kalimat ajakan putus paling menyakitkan yang harus Ardhi terima saat memergoki Arunika sedang bersama laki-laki lain di apartemen milik Ardhi yang biasa mereka tempati untuk memadu kasih.

Tempat terkutuk itu, adalah yang sekarang ditempati oleh Sera. Istri rahasianya yang ia sembunyikan dari dunia.

“Berbahagialah, Ardhi.”

Itu adalah salam dan doa terakhir dari Arunika sebelum melenggang pergi bersama laki-laki asing yang sekarang telah menjadi suami Arunika.

Sayangnya, Ardhi sudah mati. Kebahagiaan yang diharapkan oleh Arunika kemungkinan tidak pernah bisa ia raih. Karena hatinya sudah terberangus api pengkhianatan Arunika. Juga tikaman pisau dari wanita itu yang menusuk ulu hatinya. Ia remuk redam.

“Bajingan!” teriak Ardhi entah kepada siapa.

Kepalanya pening karena didesak ingatan tentang Arunika yang semakin memperkeruh suasana hatinya. Tangannya mengerat pada setir mobilnya hingga buku-buku jarinya memutih. Ardhi sangat membenci keadaannya yang serapuh ini. Membuatnya menjadi lemah dan emosional berlebihan.

***

Ardhi menghentikan mobil di parkiran apartemen dengan gerakan kasar. Ia keluar dengan terburu-buru. Kemarahan masih menguasai dirinya. Membawanya naik ke apartemen dengan nomor 509, menggedornya dengan penuh emosi.

Tidak ada tanggapan berarti dari dalam dan ini membuat Ardhi berang. Tangannya merogoh saku, untuk mengeluarkan dompet dan mengambil access card. Setelah mendapat apa yang ia inginkan, Ia langsung menempelkan kartu tipis itu di pintu dan dalam sedetik pintu terbuka.

“Sera!” teriaknya setelah masuk ke dalam apartemen.

Ardhi mencari keberadaan itu di seluruh ruangan. Namun, tidak ada tanda-tanda kehidupan di apartemen mewah itu. “Ke mana dia?” geramnya.

Laki-laki itu menyalakan ponselnya dengan luwes dan menghubungi Adi.

“Kenapa Sera tidak ada di apartemen?!” sembur Ardhi begitu saja.

Sungguh aneh. Padahal yang perlu ia lakukan adalah menghubungi Sera langsung. Bukan malah mengganggu Adi yang posisinya sedang menggantikan Ardhi meeting. Untung saja, sifat Ardhi yang berubah-ubah ini sudah dikenal Adi dengan baik sehingga laki-laki itu tidak mengeluh.

"Ibu Sera belum kembali dari kursus, Pak. Beliau belum menghubungi saya lagi sejak tadi,” ucap Adi yang langsung mengingatkan Ardhi tentang pagi tadi.

Sera sudah meminta izin kepada dirinya untuk mengikuti kelas merangkai bunga. Ardhi tidak mengiakan dengan gamblang. Laki-laki itu hanya mengatakan, “Terserah,” dengan cuek. Adi juga sempat memberitahunya saat Sera pamit pergi.

Begitu Ardhi mematikan sambungan secara sepihak, laki-laki itu menjatuhkan badan di sofa cokelat yang nyaman. Dengkusan keras lolos dari bibirnya yang menggelap karena terlalu sering bersentuhan dengan rokok. Ia begitu frustrasi sekarang.

Kepalanya berdenyut nyeri. Memikirkan tentang Arunika yang mengikatnya dengan masa lalu yang begitu buruk dan ingin ia lupakan. Tentang Thalia yang menjadi pilihan orang tuanya untuk dijadikan istri Ardhi. Juga tentang Sera, wanita yang mungkin saja telah tersakiti berkali-kali olehnya. Karena kelakuan bajingan dirinya demi memuaskan ego. Menyalurkan dendam yang sejatinya ditujukan untuk Arunika.

Sungguh ironis. Laki-laki itu dengan sadar menjadi seorang bajingan tak berperasaan kepada sosok wanita yang tidak mempunyai salah apa-apa.

Semua itu disebabkan oleh Arunika.

to be continued.

Bab terkait

  • TURUN RANJANG   Teman Baru

    Sera tersenyum lebar saat menginjakkan kaki di sebuah rumah minimalis bergaya bohemian bercat cokelat yang di depannya terdapat berbagai tanaman bunga yang amat sangat cantik. Sera bisa mengenali beberapa jenis bunga di sana.Di antaranya ada bunga krisan, mawar dengan berbagai jenis warna, lili, gerbera, carnation, matahari, gardenia, daffodil, dan hydrangea. Sudah seperti toko bunga saja. Sera tersenyum. Terasa sangat menyejukkan mata.Tempat kursus merangkai bunga itu terlihat lengang. Sera membuka pintu dan langsung terdengar lonceng di atasnya.Di ruangan yang cukup lebar itu tertata beberapa baris meja yang di setiap mejanya terdapat bunga-bunga yang sempat Sera lihat di depan. Sudah ada empat orang perempuan yang datang. Sera tersenyum menyapa mereka.“Mau ikut kursus merangkai bunga juga?” tanya perempuan yang mengenakan jilbab berwarna merah muda.“Iya,” jawab

  • TURUN RANJANG   Pelampiasan

    Sera kaget saat masuk ke dalam apartemen dan mendapati Ardhi tertidur di sofa dalam posisi duduk. Laki-laki itu masih mengenakan baju kerja yang sama dengan yang ia kenakan tadi pagi. Bahkan sepatunya tidak dilepas. Benar-benar kebiasaan yang sesungguhnya tidak Sera sukai. Namun, Sera jelas tak punya kuasa untuk meminta Ardhi untuk menuruti wanita itu agar mau melepas sepatu dan meletakkannya di rak yang tepat berada di dekat pintu masuk. Bisa-bisa Sera malah disembur dengan kata-kata menyakitkan karena laki-laki itu tidak suka diatur.Tidak suka diatur tapi hobinya mengatur orang lain. Yah, begitulah Ardhi.Sera geleng-geleng kepala kecil melihat Ardhi di posisi itu, kemudian memilih untuk langsung ke kamar untuk bersih-bersih badan yang terasa lengket dan gerah karena keringat. Meninggalkan Ardhi yang masih lelap bahkan saar Sera keluar dari kamar dalam keadaan yang sudah segar.Menuju ke dapur, Sera membuka kul

  • TURUN RANJANG   Makan Malam Gagal

    Keanehan Ardhi masih belum usai. Laki-laki itu mengatakan akan tetap tinggal dan tidur di apartemen lagi. Laki-laki itu bahkan menwarakan untuk makan malam bersama setelah berhubungan seks yang luar biasa sore tadi.Sera bingung bagaimana caranya menolak. Karena sebagian besar hatinya mengaminkan keberadaan Ardhi di apartemen ini adalah jawaban dari Tuhan atas doanya yang mengharapkan pernikahan yang normal. Ya, Sera sedikit merevisi doanya. Tidak lagi mengharapkan pernikahan yang harmonis, namun cukup sebuah pernikahan normal seperti saat ini. Dengan Sera yang duduk berseberangan dengan Ardhi di pantry.Mereka memutuskan makan di pantry karena Sera protes saat Ardhi mengusulkan makan di ruang makan. Ruangan yang masih ada jejak-jejak percintaan, setidaknya di kepala Sera yang makin ternodai.“Mendapat pelajaran apa saja tadi?”“Hah?”“Tadi kamu bilang pergi kurs

  • TURUN RANJANG   Rasa yang Masih Ada

    “Hasan ke mana?” tanya Ardhi melihat ke sekeliling. Mood-nya menurun drastis ketika ia sampai di kantor dan tidak menemukan keberadaan Hasan padahal sudah hampir pukul setengah sembilan. Jelas saja Ardhi sewot, mobilitas di kantor itu sudah harus aktif sejak pukul delapan dan saat ini sudah lewat dari setengah jam namun batang hidung Hasan belum tampak juga. “Masih di perjalanan, Pak. Kendaraannya sempat mogok,” “Alasan basi. Awas saja, setelah ini saya pecat dia!”Ardhi berdecak malas. Baru kemarin dirinya menggebu karena ingin segera mencalonkan Hasan menjadi Manajer Pemasaran, hari ini rasanya Ardhi ingin membatalkan niatnya itu karena kesal. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menunggui anak buahnya itu padahal sudah ia ingatkan kemarin untuk ikut melakukan kunjungan ke mall yang berada di Kelapa Gading. Mall yang resmi dibuka saat Ardhi ditunjuk sebagai CEO menggantikan ayah

  • TURUN RANJANG   Asing

    Orang suruhan Ardhi benar-benar datang saat Sera baru saja selesai mandi dan berpakaian. Sera kira hanya akan ada satu orang, tetapi ternyata yang datang ada tiga orang. Mereka semua laki-laki dan dua di antaranya adalah orang yang sama dengan laki-laki yang mendatangi rumah Sera beberapa minggu lalu bersama Adi.Sera juga mengira bahwa pakaian yang dimaksud Ardhi hanya satu atau dua koper. Ternyata lebih dari itu. Meskipun begitu tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena wardrobe room yang terisi pakaian-pakaian Sera itu masih kosong separo. Lebih tepatnya sengaja dikosongkan. Sera pun tidak keberatan karena sebagian besar pakaian yang awalnya ada di sana itu kelewat seksi dan Sera benar-benar malas untuk mengenakannya.“Maaf, Bu, kami izin masuk,” ucap salah satu dari ketiga laki-laki−yang berambut cepak dengan garis muka sangar−dengan gerakan yang sopan.“Silakan masuk.”

  • TURUN RANJANG   Penolakan

    Ardhi mendapat rentetan pesan yang dikirimkan oleh Selia. Juga belasan panggilan tak terjawab dari ibunya itu namun sebisa mungkin Ardhi abaikan. Ardhi tahu pasti kalau ibunya hanya akan mengomel masalah pembatalan perjodohan sepihak yang dilakukan oleh Ardhi melalui Adi.Saat ini, Ardhi sedang berada di sebuah bar. Memesan satu ruang VVIP ditemani berbotol-botol bir yang ia minum sendiri. Dengan harapan dengan masuknya alkohol itu ke dalam tubuhnya bisa membuatnya merasa nyaman dan bisa menghapus tiga sosok wanita yang membuatnya hampir gila. Yang pertama adalah Arunika.Pertemuan siang tadi membuat mood Ardhi jatuh hingga saat ini, menjelang tengah malam.“Wanita sialan!” teriaknya menggema dalam ruang lebar itu.Ardhi meneguk bir langsung dari botolnya lalu membanting botol itu hingga mengenai tembok dan pecah berkeping-keping.Ia sangat frustrasi karena bayangan senyum Arunika terus melekat di kepala. Sudah ia usir berkali-kali namu

  • TURUN RANJANG   Malam Tanpamu

    Ardhi masuk ke unit apartemennya yang berada di lantai 22 dengan langkah gontai. Begitu ia masuk, ia langsung disambut oleh kegelapan. Tangannya kemudian meraba-raba tembok untuk mencari saklar. Saat tangannya sudah menmukan apa yang dia cari, beberapa detik kemudian lampu menyala terang. Mmebuat Ardhi leluasa melihat sekitar.Setelah melepas sepatu dengan asal, Ardhi kembali melangkahkan kaki dengan gontai, langsung menuju ke tempat tidur.Berbeda dengan apartemen super mewah yang ditempati Sera, apartemen ini bertipe studio. Apartemen yang tidak cukup luas itu hanya terdiri dari satu ruangan tanpa tembok pemisah kecuali untuk kamar mandi. Ruangan itu cukup sempit dengan posisi ranjang berada di dekat tembok lalu diberi sekat lemari untuk memisahkan area tempat tidur dengan ruang TV. Di sebelah ruang TV terdapat pantry yang menyatu dengan dapur mini. Dapur yang nyaris tidak pernah Ardhi gunakan. Ardhi hanya sering menggunakan pantry untuk menyeduh teh atau meracik kop

  • TURUN RANJANG   Aktivitas Baru

    Hari Kamis tiba dan ini adalah hari pertama Sera akan mengunjungi panti jompo. Terbangun dengan tanpa Ardhi di sisinya setelah dua hari berturut-turut tidur di atas ranjang yang sama membuat perasaan aneh di hati Sera menguat.Menyebalkan sekali rasanya ketika tahu bahwa perasaan aneh itu adalah bagian dari sedikit rasa kehilangan yang sempat hadir saat Ardhi pamit pergi entah ke mana.Sera turun menuju lobi apartemen. Menuju sebuah mobil yang disiapkan oleh Adi lengkap dengan supirnya, yang akan mengantarkan Sera pergi.“Selamat pagi, Bu Sera,” sapa supir yang tampak seusia Ardhi. Masih muda dan gagah.Laki-laki itu bersikap sangat sopan dengan membukakan pintu belakang untuk Sera dengan gerakan yang luwes. Tampak sangat terbiasa.Sera masuk dengan kikuk setelah menjawab sapaan itu dengan ramah. Meski suasana hatinya sedang aneh, ia tidak akan memperlakukan orang yang sudah baik padanya dengan bersikap sebaliknya.“Ke pant

Bab terbaru

  • TURUN RANJANG   Menjadi Dewasa [2] - (END)

    “Ardhi nggak pernah begitu waktu masih sama aku dulu. Dia nggak pernah bersikap begitu dengan siapa pun.” Arunika yang pertama membuka percakapan begitu Ardhi keluar dari ruangan milik laki-laki itu yang menyisakan dirinya bersama Sera. Ia tersenyum getir. “How can people changes a lot? What did you do to him?” “It’s just about time,” Sera menjawab dengan jujur. “And no. I didn’t do anything. Ardhi nggak berubah. Dia hanya nggak mau berusaha menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya karena dia pikir dia bisa menutupi luka di hatinya setelah ditinggal Kak Sarah dengan melakukan itu. Dan dia nggak sadar kalau yang dia lakukan membuat orang lain terluka. Membuat kamu terluka. Yang pada akhirnya juga berbalik melukai dirinya sendiri.” Sera mengendikkan bahu. Ia baru menyadari kalau ini baru kali pertama mereka berdua saling bicara kepada satu sama lain dan rasanya sungguh aneh karena Arunika bicara seolah-olah mereka cukup dekat

  • TURUN RANJANG   Menjadi Dewasa

    Ardhi bersedekap. Meski ada jarak yang memisahkan mereka lebih dari satu meter laki-laki itu tetap terlihat menjulang di hadapan Arunika. Ia sama sekali tidak terintimidasi oleh ucapan sinis Arunika. Laki-laki itu memberikan tatapan serius yang tidak bisa ditolak oleh Arunika.“Dunia nggak berpusat pada hidup kamu aja, Arunika,” ucap Ardhi dengan serius, “You have to accept that fact. Setiap orang punya panggungnya sendiri-sendiri dan sayangnya kamu nggak bisa menyeret aku dan Sera ke panggung sandiwara hidup kamu. Jangan terus memaksakan sesuatu yang nggak bisa kamu lakukan.”Senyum sinis Arunika lenyap. Arunika mengernyit. Mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap teguh, tetapi gagal. Ia melepas topeng sinis sialan itu dan tersenyum sedih. Menunjukkan sisi terlemahnya di depan Ardhi.“Kalau kamu nggak cuci otaknya David, dia nggak akan membuang aku, Berengsek!”Bahkan saat mengumpati Ardhi, ia tidak terdeng

  • TURUN RANJANG   This Means War

    Sebuah kotak kardus cokelat seukuran kotak sepatu di depan pintu apartemennya langsung menyita perhatian Sera saat ia baru kembali dari rumah ibu mertuanya untuk mengambil rendang dan aneka masakan rumahan yang ia buat bersama Selia sejak pagi. Ia sangat yakin kalau saat ia pergi tadi, kotak itu tak ada di sana.Saat Sera membungkuk untuk mengambil kotak itu, Sera langsung tahu bahwa Ardhi bukanlah pengirimnya. Laki-laki kaku itu tidak pernah memberikan sesuatu secara anonim kepadanya. Tidak akan pernah lagi, karena Sera pernah mengancam Ardhi agar tidak bersikap menjadi laki-laki misterius dan penuh rahasia. Selain karena ancaman itu, Ardhi juga lebih suka mempercayakan segala hal kepada asistennya yang paling setia karena ia tak mau repot.Kotak mencurigakan itu ditujukan untuk dirinya. Namanya tertera di pojok kanan atas. Selain itu tak ada informasi lain.Setelah meletakkan barang-barang bawaannya di atas meja dapur, Sera membuka“Astaga, ada-ad

  • TURUN RANJANG   DEAR PEMBACA

    Halo kakak-kakak pembaca. Perkenalkan saya Nafta, penulis cerita TURUN RANJANG. Mohon maaf sekali karena ini bukan update. Setelahmenulis sebanyak 133 bab, saya putuskan untuk membuat pengumuman ini sekaligus untuk menyapa pembaca yang sudah sangat loyal dengan cerita ini. Kisah ini akan saya tutup di bab 136, yang itu artinya tinggal 3 bab lagi menuju tamat. Saya sedih sekaligus lega karena akhirnya bisa menamatkan cerita ini setelah 8 bulan lamanya menuliskan kisah Ardhi dan Sera di GoodNovel. Mungkin beberapa dari kalian merasa kalau belum siap berpisah dengan Ardhi dan Sera, tapi cerita ini memang seharusnya selesai ketika Sera sudah mengetahui rahasia di balik pernikahannya dengan Ardhi. Saya sengaja tambahkan sedikit konflik dengan memunculkan David dan Arunika untuk melengkapi cerita. So, sampai ketemu di 3 bab terakhir yang akan saya upload minggu ini^^ Mohon maaf sekali karena cerita ini tidak akan ada ekstra part. Jadi cerita akan

  • TURUN RANJANG   Another Storm is Coming Up [2]

    “Mau sampai kapan kamu nggak bicara sama aku?” ujar Ardhi dengan nada sedikit geram. “You can’t do this to me, Sera. Aku nggak bermaksud menyisihkan kamu dari masalah. I’m just trying to protect you, don’t you get it?”Sera sudah mengabaikan suaminya itu sejak siang hingga menjelang malam hanya karena tidak diizinkan Ardhi untuk bertemu dan bicara secara langsung dengan David saat laki-laki itu tiba-tiba datang berkunjung ke apartemen mereka.Ardhi gemas sekali dengan tingkah Sera yang menurutnya terlalu berlebihan. Sudah Ardhi bilang kalau menghadapi David yang sedang emosi jauh lebih mudah dibandingkan dengan menghadapi Sera yang marah kepadanya. Sebenarnya aksi kali ini lebih pantas disebut merajuk. Dan hal ini juga seringkali mempersulit dirinya karena Sera selalu sengaja melakukannya. Wanita itu hanya diam, tak menanggapi satu pun ucapan Ardhi hingga laki-laki itu bingung harus bagaimana.“Se

  • TURUN RANJANG   Another Storm is Coming Up

    Roda kehidupan berputar. Kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup tak bertahan selamanya. Dan itu seringkali terjadi dalam hidup Ardhi dan Sera. Mereka sudah cukup terbiasa untuk bisa menghadapinya dengan kepala dingin saat masalah datang hingga sedikit menyisihkan kebahagiaan dan ketenangan selama satu bulan pasca hari pernikahan. David yang sempat ‘menghilang’ dan tidak muncul di acara keluarga itu kini menunjukkan batang hidung. Tepat satu minggu sebelum rapat direksi, David muncul di depan pintu apartemen Ardhi dan Sera. Dan bukannya langsung membukakan pintu untuk sepupu Ardhi itu, Ardhi dan Sera malah sibuk berdebat. Membiarkan David menunggu di balik pintu. “Kamu udah setuju kalau kita akan bicara dengan mereka. Kita, ardhi. Bukan cuma kamu sendiri.” Sera menantang Ardhi dengan tatapan tajam yang gagal membuat Ardhi terintimidasi. “Aku memang bilang gitu, Sera. Tapi nggak sekarang. Aku nggak tahu David mau bicara soal apa. Aku nggak tahu gimana suasana h

  • TURUN RANJANG   The Day [2]

    “Keluarga kamu ternyata nggak seburuk yang aku bayangin,” ucap Sera saat keduanya memasuki lift untuk naik ke lantai sebelas. “Maksud kamu?” “Mereka kelihatan tulus waktu ngasih selamat buat kita,” jelas Sera. “Mereka mulai sadar kalau nggak sepantasnya ngata-ngatain kamu dan menyisihkan kamu dari bagian keluarga Prasetyo. Mungkin beberapa orang masih akan meremehkan kamu dan menyebut kamu nggak layak menjadi bagian keluarga Prasetyo. Tapi kan kita nggak bisa memuaskan hati semua orang. So let it be. Lama-lama mereka akan capek sendiri.” Ardhi merangkulkan lengan di bahu Sera dan menariknya mendekat. Ia menciumi puncak kepala Sera berkali-kali. “Kamu juga harus tahu, kalau kamu memang pantas jadi istriku. Cuma kamu, Sera. Jangan lupakan itu.” “Aku nggak akan ada di sini sekarang kalau aku nggak yakin bisa bertahan sama kamu di tengah-tengah rumitnya hubungan keluarga. Aku bisa ngerti kok. Keluargaku juga banyak dramanya. Jadi aku bisa n

  • TURUN RANJANG   The Day

    Sera pernah bermimpi memiliki pernikahan megah dengan pasangan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng yang ceritanya pernah ia baca dan ia tonton kala masih SD. Seiring Sera tumbuh dewasa, khayalan itu perlahan mengabur. Ia mulai bisa berpikir realistis bahwa pangeran tampan berkuda putih yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya itu tidak akan pernah hadir dalam hidupnya. Sampai ia bertemu dengan Ardhi dan terlibat dalam jerat kehidupan pelik yang banyak tangis dan kesedihan, ia pun segera sadar bahwa hidup memang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Namun, tidak lantas hidup ini buruk.Sera sudah belajar banyak tentang kehidupan selama hampir satu tahun mengenal Ardhi. Bahagia itu ada dan hadir menjelma cinta dan kasih sayang yang ia dan Ardhi rasakan terhadap satu sama lain. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain adalah bentuk dari usaha mereka mencapai bahagia itu. Hari ini, bisa dibilang merupakan salah satu hari membahagiakan bagi Ser

  • TURUN RANJANG   Before The Day

    Entah apa yang akhirnya David katakan kepada Arunika. Wanita itu tak lagi menemui Ardhi. Tak juga mengirimkan pesan ‘aneh’ yang memicu kesalahpahaman. David juga tidak merecoki Ardhi dengan segala tuduhan dan umpatannya yang memuakkan. Ya, sebenarnya beberapa hari yang lalu, Ardhi-lah yang sengaja meminta dengan baik-baik kepada David melalui telepon agar laki-laki itu menahan diri dulu untuk tidak membuat masalah baru dan berhenti menemui wanita yang sempat dikencaninya hanya demi menutupi rasa sakit hatinya karena Arunika. Untungnya, David mau mendengarkannya meski tak benar-benar memberikan respons yang baik. Dan kabar terakhir yang Ardhi dengar dari sepupu-sepupunya yang lain, David sedang ada urusan pekerjaan di Bali dan Arunika ikut serta. Ardhi cukup bersyukur akan hal itu karena ia bisa berfokus pada acara pernikahannya dengan Sera yang tinggal menghitung jam. Saat ini sudah tengah malam. Ia dan Sera ada di kamar Ardhi di rumah orang tuanya. Mereka dipaksa me

DMCA.com Protection Status