Share

56. Obrolan yang Berat

56. Obrolan yang Berat

Iqbal masih belum juga menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya. Hal itu membuat Rai yang semula berhasil tertawa lepas kembali termenung. Sepupuku itu sudah hampir satu jam menutup mulutnya, setia memegang tangan kanan sang kekasih, berharap pujaan hati segera kembali menyapanya lagi. Kuusap lembut bahu kanan Rai, mencoba menyemangatinya. Rai menoleh, tersenyum tipis. Di ruang yang berukuran cukup besar itu hanya ada diriku dan Rai. Keluarga Iqbal hanya bisa menjenguk sejenak karena sang mama yang harus merawat sang nenek dan ayah yang harus kembali ke perusahaannya. Sedangkan Iqbal sendiri adalah anak satu-satunya seperti, Rai.

"By the way ayo cerita soal tadi di sekolah, gue hampir lupa," ucap Rai membuatku terdiam. Sedangkan Rai sudah menuntunku menuju ke sofa mewah yang tersedia di ruangan itu.

"Kemarin aku dapat paket dari seseorang," balasku gamang. Pikiranku kembali melayang ke kejadian kemarin di mana bibi tiba-tiba memberikan sebuah kotak berwarn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status