Xuan Li bisa saja melawan dan menjatuhkan penyandera itu dengan mudah. Namun, ia memilih untuk menahan diri. Wanita itu terluka, dan dalam situasi seperti ini, lebih baik tidak menambah musuh baru.
"Jangan khawatir." Suara Xuan Li yang rendah tidak membuat wanita itu menurunkan pedangnya, meski kewaspadaannya sedikit mengendur. Di luar kamar terdengar suara langkah kaki mendekat dan tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Ketegangan kembali terasa, penyandera memberi tatapan tajam pada Xuan Li sebelum akhirnya kembali bersembunyi. Seorang pelayan berdiri di depan pintu dengan satu nampan penuh makanan lezat. Xuan Li tidak membiarkannya masuk. "Berikan padaku!" Xuan Li mengambil nampan berisi makanan dengan satu tangannya. "Kamu boleh pergi!" Xuan Li menarik nampan itu dengan cepat, lalu segera menutup pintu sebelum pelayan sempat berkata lebih jauh. Ia lalu berjalan ke sebuah meja kayu dan meletakkan nampan yang dibawanya. Masih dengan sikapnya yang santai, ia duduk di lantai seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Bayangan hitam berkelebat keluar dari tempat persembunyiannya, pergi begitu saja melalui jendela tanpa berpamitan padanya. "Wanita yang unik. Sayang ia tidak akan berumur panjang," ucap Xuan Li yang tahu jika wanita itu terluka. Benua Tua sangat luas, namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk bertemu lagi di lain hari. Dalam sekejap, semua makanan lezat di atas meja telah berpindah ke dalam perut Xuan Li. Malam ini ia tidak ingin pergi ke mana-mana. Ia memilih bermeditasi sejenak lalu beristirahat. Esensi energi spiritual di tempat ini tidak sebesar di Gunung Tulang Naga. Jika ingin menerobos ke ranah kultivasi yang lebih tinggi, Xuan Li tidak bisa terus tinggal di sini. Ia juga harus menemukan batu sumber untuk menyokong. "Aku harus segera menemukan ginseng merah langka untuk membuat pil penyelaras roh. Tubuh terkutuk ini membuatku harus bersusah payah meningkatkan kekuatan." Xuan Li merutuki dirinya sendiri dan merasa Tubuh Giok yang dimilikinya adalah sebuah kesialan. Menurut kabar, ginseng merah langka berusia ribuan tahun hanya dimiliki oleh para raja di benua ini. Kerajaan terdekat adalah Kerajaan Bintang Timur yang berada di arah tenggara Kota Debu Hitam yang disinggahinya saat ini. Xuan Li memikirkan cara untuk bisa masuk ke sana dan mendapatkan ginseng merah langka. *** Di hari berikutnya, Untuk mengusir rasa jenuh, Xuan Li pergi berjalan-jalan menyusuri kota. Aktifitas penduduk membuat kota itu tampak hidup. Bangunan-bangunan tampak kokoh berdiri di sepanjang jalan yang ia lewati. Xuan Li pergi ke pasar yang berada di pusat kota. Saat tiba di sana, terlihat beberapa orang dari pemerintahan kota sedang mengantarkan tamu. Tidak lama kemudian, salah seorang diantaranya berjalan ke papan pengumuman dan menempelkan sebuah kertas. Orang-orang yang berada di sekitar tempat itu berbondong-bondong datang untuk melihat papan pengumuman. Rasa ingin tahu membuat mereka berdesak-desakan agar bisa segera melihatnya. Xuan Li menunggu mereka satu persatu pergi dari tempat itu. Di dalam pengumuman tertulis bahwa Raja Jing, penguasa Kerajaan Bintang Timur sedang mencari tabib hebat yang bisa menyembuhkan putrinya. Senyum simpul terlihat samar di wajah dingin Xuan Li. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan ginseng merah langka. Dengan langkah pasti, ia bergegas menuju ke Kerajaan Bintang Timur. Penampilannya yang biasa tidak banyak menarik perhatian di Ibukota Bintang Timur, hanya beberapa wanita muda yang tersihir oleh ketampanannya. Lagi-lagi Xuan Li tidak peduli dan terus fokus pada tujuannya. Para tabib dan ahli pengobatan mulai berdatangan dan berkumpul di halaman luar istana. Kebanyakan dari mereka telah berusia lanjut dan hanya beberapa yang terlihat masih muda. Awalnya mereka berpikir jika Xuan Li hanya orang luar yang tidak akan ikut dalam sayembara, mereka sangat terkejut ketika ia ikut bergabung dalam barisan. "Anak muda, apakah kamu yakin memiliki kemampuan?" Seorang tabib yang berdiri tepat di belakang Xuan Li tidak tahan untuk bertanya. Xuan Li mengangguk. Tempat itu begitu senyap dan penuh dengan ketegangan. Sedikit saja suara akan menjadi pusat perhatian. Pertanyaan tabib itu terdengar oleh semua orang dan membuat tatapan mereka mengarah pada Xuan Li. Sorot kebencian dan merendahkan membuat Xuan Li merasa tidak nyaman. Namun, ia berusaha untuk terlihat tenang. "Nyawa Tuan Putri bukanlah mainan. Lebih baik kamu nikmati masa mudamu dan lupakan khayalanmu!" seru salah seorang tabib yang cukup terkenal di kota itu. "Benar. Sadarlah, Nak. Jangan membuat orang tuamu malu." "Sudahlah, jangan berisik. Untuk apa kita memikirkan nasib bocah gila ini." Para tabib yang merasa dirinya hebat terus berkomentar. Sebagian lain memilih berbisik dan berbicara dengan isyarat pada temannya. Xuan Li sangat mengerti, sedikit kesalahan saja akan membuat nyawanya melayang, namun dia sangat membutuhkan ginseng merah langka. Dengan langkah tergesa seorang pegawai istana datang ke tempat para tabib berkumpul. Mendadak suasana kembali senyap. Tabib yang hadir dipanggil satu persatu dari yang paling depan untuk diseleksi. Raja Jing tidak ingin sembarangan orang menyentuh putrinya. Mereka juga diuji dengan memeriksa beberapa orang pasien, mengenali jenis-jenis obat dan racun serta efisiensi tenaga dalam. Mengejutkan, dari puluhan tabib yang diseleksi, hampir semuanya kembali dengan wajah yang muram. Giliran Xuan Li pun tiba. Pegawai istana menatapnya tidak percaya. Sama seperti yang lainnya, ia juga meragukan kemampuan Xuan Li. "Apakah kamu yakin ingin mengikuti seleksi?" Pegawai istana memastikan keikutsertaan Xuan Li. "Aku akan mencobanya." Pegawai istana menggeleng ringan lalu mempersilakan Xuan Li untuk mengikutinya masuk ke dalam ruangan pengujian. Dua orang tabib yang lolos seleksi memberinya tatapan merendahkan dan meremehkannya. "Masuklah!" Pegawai istana hanya mengantar hingga depan pintu. "Hemm." Xuan Li mengangguk. Di dalam ruangan, ia kembali membuat semua orang tercengang dan merasa tidak yakin. Tanpa banyak komentar, penguji pertama memintanya untuk menyebutkan nama-nama bahan obat langka yang sudah jarang beredar di pasaran maupun ke pelelangan. Bagi Xuan Li itu bukanlah hal yang sulit, ia menyebutkan semuanya tanpa ada kesalahan. Penguji pertama terpukau dengan kemampuannya dan memintanya untuk pergi ke penguji kedua. Di sana Xuan Li diminta untuk memeriksa dan mendiagnosis beberapa orang pasien yang berbaring di tempat itu. Dengan penuh kehati-hatian ia menjelaskan secara mendetail mengenai penyakit yang diderita dan bagaimana cara pengobatan yang harus dilakukan. Saat mendapati penjelasan dan diagnosis yang berbeda dengan tabib-tabib sebelumnya, penguji meminta penjelasan yang lebih rinci kepada Xuan Li. Dalam hal ini, ia merasa menemukan metode baru dalam pengobatan dan kemungkinan kesembuhan yang lebih efektif. Tanpa berpikir banyak ia pun menyatakan jika Xuan Li lolos seleksi darinya. Penguji terakhir menyambut Xuan Li dengan tatapan yang berbeda. Ia adalah penasehat istana yang ditunjuk secara khusus oleh Raja Jing. "Aku tidak bisa merasakan aura energi spiritual anak ini. Melihatnya begitu tenang, rasanya tidak mungkin jika ia tidak memiliki kualifikasi." Penasihat istana bermonolog dalam hati, mencoba memecahkan misteri kultivasi Xuan Li. Keduanya berdiri berhadapan dalam diam hingga beberapa saat. "Tuan, silakan duduk di sini!" Salah seorang asisten penasehat istana meminta Xuan Li untuk duduk dan membuat kebekuan mencair seketika. "Baik, terima kasih." Saat Xuan Li hendak duduk, penasehat istana mencegahnya. "Tunggu! Tunjukkan tanganmu padaku!" Kekhawatiran mulai merayapi hatinya, Xuan Li berharap penasehat istana tidak mengetahui rahasia besar yang disembunyikannya.Xuan Li menyibak lengan baju dan menyodorkan tangan kirinya ke depan. Di balik sikapnya yang tenang, ada kegelisahan yang tersembunyi. Ia sudah memikirkan setiap kemungkinan, namun tetap saja, ada rasa khawatir yang sukar ia jelaskan.Penasehat istana mulai memeriksa nadi Xuan Li. Jemarinya yang sudah berpuluh tahun menangani berbagai kasus menyentuh kulit Xuan Li dengan perlahan, seolah merasakan riak-riak energi spiritual di balik lapisan daging. Mata penasehat terpejam dengan penuh konsentrasi, aliran energi murni itu terasa seperti sungai tenang yang mengalir di sepanjang meridian tubuh Xuan Li. Tapi, di tengah ketenangan itu, ia juga mendeteksi sesuatu yang lain, yaitu sebuah kekuatan besar, tak terduga, bersumber dari sebuah artefak yang tersimpan di dalam lautan kesadaran pemuda ini.Artefak itu bukan sembarang benda. Penasehat istana membuka matanya perlahan, alisnya sedikit berkerut. “Artefak ini…,” pikirnya. Artefak itu milik Wu Jin atau yang lebih dikenal sebagai Tabib Han
Sesosok tubuh tinggi besar, berwajah tegas muncul dari balik dinding. Pakaian khas panglima membalut tubuhnya yang kekar, membuatnya terlihat kuat dan berwibawa. Aura kekuatan spiritual terasa begitu pekat meskipun ia sedang tidak menggunakannya."Panglima Shu!" pekik pengawal yang mengenalnya.Mereka segera memberi hormat dan berlutut di hadapannya."Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan?" Panglima Shu mengulangi pertanyaannya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Ampun, Tuan. Pemuda itu mencuri giok seleksi tabib. Kami khawatir dia akan membahayakan nyawa Tuan Putri." Salah satu pengawal berbicara dengan lancar.Xuan Li tetap tenang meskipun Panglima Shu menatapnya tajam. Ia percaya, bahwa orang yang cerdas tidak akan bertindak sembarangan, apalagi menuduh tanpa bukti.Ketika berdiri tepat di hadapannya, Xuan Li segera menyatukan kedua tangannya memberi hormat. "Saya tidak mencuri, Tuan. Token ini diberikan secara langsung oleh penasihat istana. Jika Tuan tidak perc
Saat Xuan Li masih dalam meditasi, tiba-tiba ia merasakan getaran energi yang mendekat dengan cepat. Mata batinnya menangkap kehadiran sejumlah besar kekuatan yang mengarah ke tempatnya berada. Ia segera menyadari bahwa daya serapnya mungkin telah menimbulkan efek samping tak terduga. Dengan sigap, ia menutup penyerapan energi dan menstabilkan aliran spiritual dalam tubuhnya, mengalihkan kesadarannya kembali ke keadaan waspada.Tidak lama setelah itu, suara langkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Beberapa tetua istana, dipimpin oleh tetua utama yang berwibawa, memasuki ruangan dengan ekspresi tajam dan penuh kecurigaan. Mereka mengenakan jubah berornamen yang menandakan posisi tinggi mereka di istana."Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?" tanya tetua utama dengan nada datar namun penuh ancaman. Matanya menyipit, menatap Xuan Li seakan ingin menembus sampai ke inti jiwanya.Xuan Li berdiri, membungkukkan badan dan menyatukan tangan sebagai bentuk penghormatan. “Maafkan s
Di aula megah yang dihiasi pilar emas dan lampu gantung perunggu, keenam tabib terpilih berdiri berjajar, suasana penuh tekanan menyelimuti ruangan. Beberapa di antara mereka tampak gelisah, mengusap jubah mereka dengan gugup, sementara yang lain berusaha menjaga wajah tetap tenang meski ketegangan terlihat dari sorot mata mereka. Xuan Li berdiri di antara mereka, tubuhnya tegap, dengan ekspresi netral yang tak menunjukkan emosi apa pun, seperti danau tenang yang menyembunyikan kedalamannya.Dari sudut aula, suara langkah berat menggema, memecah keheningan. Para pengawal membuka pintu besar, dan sosok Raja Jing memasuki ruangan. Mantel ungunya berkilauan di bawah cahaya lilin, setiap gerakannya menunjukkan wibawa seorang penguasa. Di belakangnya, penasihat istana mengikut dengan diam, memegang gulungan dokumen dengan hati-hati.“Yang Mulia Raja Jing telah tiba!” seru seorang pengawal, membungkukkan badan hingga sejajar dengan lantai. Para tabib serentak menundukkan kepala mereka seb
Xuan Li berdiri diam di samping ranjang Putri Jing Yue, memandangi wajah pucat sang putri yang tampak tak bernyawa. Tangan kanannya terulur, dengan jemari yang gemetar pelan saat ia melepaskan seutas energi spiritual untuk memeriksa kondisi sang putri lebih dalam. Begitu energinya menyentuh lautan kesadaran Putri Jing Yue, perasaan dingin yang menusuk segera menyambutnya."Lautan kesadaran yang beku..." gumamnya pelan, hampir seperti bisikan. Namun, jauh di dalam kegelapan, ia merasakan sesuatu yang lebih buruk. Jiwa sang putri seperti terperangkap, membeku dalam cengkeraman bayangan hitam yang mengerikan.Dahi Xuan Li berkerut dalam, dan dadanya sesak oleh kesadaran yang menghantamnya. Belenggu Jiwa. Racun yang terkenal hanya berasal dari satu tempat yaitu Suku Tali Merah, sebuah kelompok kuno di Dataran Tengah. Mereka dikenal karena sihir gelap dan kutukan yang memanfaatkan lautan kesadaran sebagai ladang permainan mereka. Suku itu sangat berbahaya, bahkan bagi para kultivator ti
Tubuh Xuan Li terasa seperti diikat beban tak kasatmata, setiap tarikan napasnya membawa bara panas yang merongrong kekuatannya. Jika bukan karena tubuh giok yang diwarisinya, ia takut jika racun Belenggu Jiwa sudah lama menghancurkan dirinya. Racun itu bukan hanya mematikan, melainkan seperti hidup, menjelajah nadinya, menyerang kesadaran, dan menciptakan ilusi kelam. Namun, tubuh gioknya yang kokoh, menangkis sebagian besar ancaman racun yang menyerangnya.Di dalam dirinya, getaran halus seperti riak air perlahan menjalar. Ia merasakan kehadiran gelombang destruktif yang siap menghancurkan kapan saja. Jemarinya mengepal, dingin oleh keringat, seolah menggenggam harapan yang hampir tergelincir.“Tubuhku... akankah bisa bertahan?” pikirnya. Tatapannya jatuh pada lantai marmer berkilau di bawah kakinya yang memantulkan bayangan dirinya yang kini ringkih namun tetap mencoba untuk berdiri tegap.Dalam dantiannya, artefak batu hitam pemberian Tabib Hantu Wu memancarkan cahaya redup, men
"Racun sekuat apa pun bisa dihancurkan dengan api spiritual, tetapi kau harus tenang. Jangan biarkan rasa takut menguasai dirimu," begitu gurunya pernah berkata.Kepercayaan diri Xuan Li bangkit, ia lalu memusatkan energinya di dantian, mencoba membentuk api spiritual. Namun, kekuatan yang ia miliki saat ini hanya mampu menghasilkan api tingkat satu. Itu belum cukup untuk menghadapi racun Belenggu Jiwa. Perlahan, tangannya merogoh kantong kain kecil di sabuknya, mengeluarkan sebuah pil berkilauan dengan cahaya lembut. Pil itu adalah pil budidaya energi tingkat tujuh yang sangat berharga dari gurunya."Gunakan ini hanya jika kau benar-benar membutuhkan," pesan Tabib Hantu Wu saat menyerahkannya. "Pil ini bisa memberimu kekuatan untuk sementara, tapi risiko menggunakannya pun tidaklah kecil."Mengingat efek pil itu, Xuan Li tampak ragu. Namun, rasa panas yang kian membakar tubuhnya memaksanya mengambil keputusan dengan cepat. "Tak ada pilihan lain," gumamnya pelan. Setelah merasa yaki
Dengan langkah cekatan, Xuan Li melintasi bayangan malam tanpa suara, tubuhnya menyatu dengan kegelapan. Ia bergerak luwes, menghindari cahaya obor yang melingkar di tangan para penjaga. Teknik Langkah Hantu yang dia pelajari dari Tabib Hantu Wu selama bertahun-tahun terbukti berguna."Seperti ini seharusnya," pikirnya sambil melompat ke atap tertinggi kompleks istana, pandangannya menyapu penjagaan di bawah. Gerakannya yang mulus dan cepat, membuatnya lolos dari pengawasan.Setelah beberapa saat, ia tiba di dinding luar istana. Di hadapannya, sebuah kubah transparan melingkupi kompleks istana dengan kilauan samar. Ia menyipitkan mata, merasakan tekanan energi yang dipancarkan dari pelindung itu."Armor energi..." gumamnya. Ia merentangkan tangan, membiarkan energi spiritualnya menyentuh lapisan pelindung tersebut. Namun, begitu jari-jarinya mendekat, sebuah dorongan kuat menghempaskannya mundur. Tubuhnya bergeser beberapa langkah dan nyaris jatuh."Sial, ini lebih rumit dari yang kud
Xuan Li terdiam, tetapi tekanan spiritual yang ia lepaskan semakin kuat. Udara bergetar hebat, menciptakan pusaran energi yang tak kasat mata. Murid-murid yang lebih lemah merasakan dada mereka seakan tertindih beban raksasa dan langsung jatuh berlutut. Beberapa tetua mulai berkeringat dingin, wajah mereka menegang saat mencoba menahan tekanan yang semakin mencekik."I-Ini bukan tekanan biasa…!" bisik salah satu tetua dengan suara bergetar.Langit di atas Lembah Angin yang tadinya cerah kini berubah kelam. Awan hitam berkumpul, berputar seperti pusaran raksasa, sementara kilatan petir ungu kebiruan menari di antaranya. Angin bertiup kencang, menerbangkan dedaunan dan mengguncang bangunan di sekitar.Bai Xian, yang sejak tadi hanya mengamati dengan tenang, menyipitkan matanya. "Dia marah…"Bukan sekadar marah biasa. Ini adalah kemarahan yang cukup untuk mengganggu keseimbangan energi spiritual di seluruh lembah.Di antara para tetua, pria berjanggut panjang yang sebelumnya lantang menu
Xuan Li berdiri di tengah alun-alun dengan tatapan santai, seolah-olah situasi ini hanyalah hiburan baginya. Namun, di balik sikapnya yang tenang, tekanan spiritual yang ia lepaskan membuat banyak orang merasa tercekik. Murid-murid Lembah Angin menelan ludah, sementara beberapa tetua yang lebih lemah mulai berkeringat dingin.Tetua berjanggut panjang, yang baru saja menuduhnya, menggertakkan giginya. "Beraninya kau mengancam kami di tempat ini?! Kau pikir bisa lolos begitu saja setelah melakukan hal ini?"Xuan Li tidak menjawab. Sebaliknya, ia menoleh ke arah murid yang tergeletak di tanah, yang tubuhnya masih bergetar hebat. Matanya menyipit, memeriksa dengan saksama aura hitam samar yang melingkupi tubuh pemuda itu.‘Serangan jiwa, ya?’ pikirnya.Ia berlutut, meletakkan dua jarinya di atas dahi murid itu, mengabaikan tatapan penuh kecurigaan yang tertuju padanya. Dalam sekejap, seberkas cahaya perak berkilat dari ujung jarinya dan meresap ke dalam tubuh si murid. Aura hitam yang t
Di dalam ruang pertemuan yang temaram, beberapa tetua duduk melingkar. Suasana terasa begitu tegang.Tetua berjanggut panjang mengetuk ujung jarinya ke meja kayu tua. Tatapannya tajam, menelusuri wajah rekan-rekannya satu per satu. "Kita tidak bisa membiarkan dia tinggal di sini lebih lama. Kekuatan yang dia tunjukkan terlalu luar biasa, terlalu mencurigakan," katanya dengan nada datar, tetapi penuh tekanan.Seorang pria bertubuh kurus dengan wajah tirus menyandarkan tubuhnya ke kursi, bibirnya melengkung tipis. "Kau benar. Ratu Bai Xian mungkin mempercayainya karena dia telah menyelamatkannya, tetapi apakah itu cukup untuk menjamin bahwa dia tidak memiliki agenda lain?"Wanita paruh baya berambut putih panjang mendesah pelan. "Kalian terlalu berlebihan. Dia memang misterius, tetapi dia belum menunjukkan tanda-tanda niat buruk. Jika kita bertindak gegabah dan menyinggungnya, itu bisa membawa bencana bagi kita."Tetua berjanggut panjang menyipitkan matanya. "Justru karena dia belum
Di ruang pertemuan para tetua, beberapa sosok duduk dalam lingkaran, ekspresi mereka serius. Salah satu dari mereka, seorang pria tua dengan janggut panjang dan jubah abu-abu, mengetukkan jari ke meja dengan tatapan tajam."Kita telah membiarkan orang luar masuk ke tempat ini, bahkan mempercayakannya dengan formasi pelindung kita," katanya dengan suara rendah, namun penuh tekanan. "Apa yang dipikirkan Ratu Bai Xian?"Seorang wanita paruh baya dengan rambut putih panjang mendesah. "Dia menyelamatkan Ratu Bai Xian dan memulihkan formasi yang melemah. Itu adalah fakta.""Tapi kita tidak tahu siapa dia sebenarnya," sela seorang pria lain dengan wajah tirus. "Mengapa seseorang dengan kemampuan sehebat itu tiba-tiba muncul dan menawarkan bantuannya? Jangan lupa, kekuatan seperti itu selalu datang dengan harga."Hening sejenak.Tetua berjanggut panjang itu menyipitkan matanya. "Aku telah mengirim beberapa orang untuk mencari tahu latar belakangnya. Wu Yu dari Kekaisaran Bulan Perak? Itu mung
Ruangan itu dipenuhi keheningan yang menekan. Xuan Li menatap Bai Xian dengan tatapan tajam."Setelah ini, jangan pernah lagi berhubungan dengan Alam Bayangan," katanya dengan suara datar namun mengandung ketegasan yang tak bisa dibantah.Bai Xian terdiam. Meski tubuhnya lemah, matanya tetap menyimpan kewibawaan seorang pemimpin. Namun, ada kilasan ketidakpastian dalam tatapannya."Kau ingin aku memutuskan hubungan dengan mereka begitu saja?" tanyanya pelan."Jika kau ingin aku memperbaiki formasi perlindungan lembah ini, itu syaratnya," Xuan Li menjawab tanpa ragu. "Alam Bayangan bukanlah pihak yang bisa dipercaya. Mereka selalu meninggalkan jejak kotor di mana pun mereka berada. Jika kau tetap membiarkan mereka masuk, cepat atau lambat, Lembah Angin akan hancur dari dalam."Qing Peng, yang berdiri di dekat Bai Xian, mengepalkan tangan. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya memilih diam.Bai Xian menatap Xuan Li lama, seolah menimbang sesuatu. Akhirnya, ia menghe
Langkah kaki Xuan Li nyaris tak bersuara saat ia mengikuti pria bertopeng di depannya. Namun, Xuan Li tetap waspada.Pria itu tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar tenang dan penuh keyakinan.“Tidak perlu mencurigaiku.”Xuan Li tak langsung menjawab, tetapi matanya tetap mengawasi gerak-gerik pria itu.“Aku Qing Peng, pengawal khusus Ratu Bai Xian, pemimpin Lembah Angin ini.”'Lembah Angin?'Mata Xuan Li sedikit menyipit. Ia pernah mendengar nama itu, sebuah tempat tersembunyi yang tidak bisa ditemukan sembarang orang. Jika benar, maka kemungkinan besar lembah ini dilindungi oleh formasi tingkat tinggi.Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah tanah lapang. Sekilas, tempat ini tampak kosong. Namun, Xuan Li segera menyadari ada sesuatu yang tidak biasa.'Angin di sini… tidak bergerak seperti seharusnya.'Matanya mengamati ruang di hadapannya dengan lebih seksama. Ada getaran aneh di udara, samar namun jelas terasa oleh seseorang yang peka terhadap energi spiritual.'For
Langit malam perlahan memudar, berganti dengan semburat jingga yang mulai menyapu cakrawala. Xuan Li berdiri di atas artefak terbangnya, membiarkan angin dingin dini hari menerpa wajahnya. Pikirannya masih dipenuhi bayangan masa lalu yang baru saja ia tinggalkan.Saat itulah suara yang familiar muncul di benaknya."Dunia memang kejam, Xuan Li. Jangan menjadi lemah karenanya."Suara Wu Hei menggema di pikirannya, penuh dengan nada mengejek yang khas.Xuan Li mendengus. "Tumben kau bermulut manis."Wu Hei hanya terkekeh sebelum kembali bersembunyi di dalam penjara jiwa yang mengekangnya.Xuan Li mengabaikan gangguan itu dan menajamkan pandangannya ke depan. Ia tidak ingin lagi membuang waktu memikirkan masa lalu. Tanpa ragu, ia mengerahkan energi spiritualnya dan mempercepat laju artefak terbangnya, meninggalkan ibu kota Kekaisaran Bulan Perak sejauh mungkin.Fajar mulai menyingsing ketika Xuan Li akhirnya melihat sebuah lembah tersembunyi di bawahnya. Dari kejauhan, tempat itu tampak s
Xuan Li menghentikan langkahnya di atas atap sebuah bangunan yang menghadap langsung ke kediaman Yan Hui. Mata tajamnya menelusuri halaman luas di bawahnya. Bangunan itu berdiri megah di dalam kompleks kementerian di istana luar, menunjukkan betapa tinggi kedudukan pemiliknya.Plakat berlapis emas yang menggantung di depan gerbang mencantumkan jabatan resmi pemiliknya—Wakil Penasehat Kekaisaran, Yan Hui."Wakil Penasehat..."Xuan Li mengepalkan tangan di balik jubahnya.Yan Hui bukan hanya mendapatkan kehidupan yang nyaman, tetapi juga pengaruh politik yang besar. Setelah bertahun-tahun, pengkhianatan pria itu bukan hanya memberinya kebebasan, tetapi juga membawa kejayaan yang bahkan melebihi apa yang seharusnya ia miliki.Di sekeliling kediaman, penjagaan sangat ketat. Beberapa pengawal berjaga di gerbang utama, sementara beberapa lainnya berpatroli di sepanjang tembok luar.Namun, bagi Xuan Li, menerobos ke dalam tanpa terdeteksi bukanlah hal yang sulit.Dengan satu lompatan ringan
Malam menyelimuti istana kekaisaran dengan keheningan yang menegangkan. Bayangan hitam beringsut keluar dari gerbang belakang istana, melangkah tertatih seolah setiap langkahnya membawa beban yang tak tertahankan.Dari balik kegelapan, Xuan Li mengamati tanpa suara, tubuhnya menyatu dengan bayangan di antara bangunan batu yang kokoh. Tatapannya tajam menelusuri sosok yang berjalan dengan langkah sempoyongan.Pria itu tampaknya terluka. Jubah hitam panjang dan tudung kepala yang menyatu dengan pakaiannya hampir sepenuhnya menutupi wajahnya."Apakah dia terkena efek dari pembersihan energi gelap...?"Xuan Li menyipitkan matanya. Energi tubuh dharma Kaisar Xuan Huayin telah menyapu bersih kegelapan yang mengotori istana. Tak seharusnya ada yang masih menyimpan jejak energi gelap, kecuali mereka memiliki sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan biasa dengan kegelapan itu.Pria itu terus berjalan, dan saat ia melintas di dekat tempat persembunyian Xuan Li, cahaya bulan yang tersaring di an