Xuan Li bisa saja melawan dan menjatuhkan penyandera itu dengan mudah. Namun, ia memilih untuk menahan diri. Wanita itu terluka, dan dalam situasi seperti ini, lebih baik tidak menambah musuh baru.
"Jangan khawatir." Suara Xuan Li yang rendah tidak membuat wanita itu menurunkan pedangnya, meski kewaspadaannya sedikit mengendur. Di luar kamar terdengar suara langkah kaki mendekat dan tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Ketegangan kembali terasa, penyandera memberi tatapan tajam pada Xuan Li sebelum akhirnya kembali bersembunyi. Seorang pelayan berdiri di depan pintu dengan satu nampan penuh makanan lezat. Xuan Li tidak membiarkannya masuk. "Berikan padaku!" Xuan Li mengambil nampan berisi makanan dengan satu tangannya. "Kamu boleh pergi!" Xuan Li menarik nampan itu dengan cepat, lalu segera menutup pintu sebelum pelayan sempat berkata lebih jauh. Ia lalu berjalan ke sebuah meja kayu dan meletakkan nampan yang dibawanya. Masih dengan sikapnya yang santai, ia duduk di lantai seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Bayangan hitam berkelebat keluar dari tempat persembunyiannya, pergi begitu saja melalui jendela tanpa berpamitan padanya. "Wanita yang unik. Sayang ia tidak akan berumur panjang," ucap Xuan Li yang tahu jika wanita itu terluka. Benua Tua sangat luas, namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk bertemu lagi di lain hari. Dalam sekejap, semua makanan lezat di atas meja telah berpindah ke dalam perut Xuan Li. Malam ini ia tidak ingin pergi ke mana-mana. Ia memilih bermeditasi sejenak lalu beristirahat. Esensi energi spiritual di tempat ini tidak sebesar di Gunung Tulang Naga. Jika ingin menerobos ke ranah kultivasi yang lebih tinggi, Xuan Li tidak bisa terus tinggal di sini. Ia juga harus menemukan batu sumber untuk menyokong. "Aku harus segera menemukan ginseng merah langka untuk membuat pil penyelaras roh. Tubuh terkutuk ini membuatku harus bersusah payah meningkatkan kekuatan." Xuan Li merutuki dirinya sendiri dan merasa Tubuh Giok yang dimilikinya adalah sebuah kesialan. Menurut kabar, ginseng merah langka berusia ribuan tahun hanya dimiliki oleh para raja di benua ini. Kerajaan terdekat adalah Kerajaan Bintang Timur yang berada di arah tenggara Kota Debu Hitam yang disinggahinya saat ini. Xuan Li memikirkan cara untuk bisa masuk ke sana dan mendapatkan ginseng merah langka. *** Di hari berikutnya, Untuk mengusir rasa jenuh, Xuan Li pergi berjalan-jalan menyusuri kota. Aktifitas penduduk membuat kota itu tampak hidup. Bangunan-bangunan tampak kokoh berdiri di sepanjang jalan yang ia lewati. Xuan Li pergi ke pasar yang berada di pusat kota. Saat tiba di sana, terlihat beberapa orang dari pemerintahan kota sedang mengantarkan tamu. Tidak lama kemudian, salah seorang diantaranya berjalan ke papan pengumuman dan menempelkan sebuah kertas. Orang-orang yang berada di sekitar tempat itu berbondong-bondong datang untuk melihat papan pengumuman. Rasa ingin tahu membuat mereka berdesak-desakan agar bisa segera melihatnya. Xuan Li menunggu mereka satu persatu pergi dari tempat itu. Di dalam pengumuman tertulis bahwa Raja Jing, penguasa Kerajaan Bintang Timur sedang mencari tabib hebat yang bisa menyembuhkan putrinya. Senyum simpul terlihat samar di wajah dingin Xuan Li. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan ginseng merah langka. Dengan langkah pasti, ia bergegas menuju ke Kerajaan Bintang Timur. Penampilannya yang biasa tidak banyak menarik perhatian di Ibukota Bintang Timur, hanya beberapa wanita muda yang tersihir oleh ketampanannya. Lagi-lagi Xuan Li tidak peduli dan terus fokus pada tujuannya. Para tabib dan ahli pengobatan mulai berdatangan dan berkumpul di halaman luar istana. Kebanyakan dari mereka telah berusia lanjut dan hanya beberapa yang terlihat masih muda. Awalnya mereka berpikir jika Xuan Li hanya orang luar yang tidak akan ikut dalam sayembara, mereka sangat terkejut ketika ia ikut bergabung dalam barisan. "Anak muda, apakah kamu yakin memiliki kemampuan?" Seorang tabib yang berdiri tepat di belakang Xuan Li tidak tahan untuk bertanya. Xuan Li mengangguk. Tempat itu begitu senyap dan penuh dengan ketegangan. Sedikit saja suara akan menjadi pusat perhatian. Pertanyaan tabib itu terdengar oleh semua orang dan membuat tatapan mereka mengarah pada Xuan Li. Sorot kebencian dan merendahkan membuat Xuan Li merasa tidak nyaman. Namun, ia berusaha untuk terlihat tenang. "Nyawa Tuan Putri bukanlah mainan. Lebih baik kamu nikmati masa mudamu dan lupakan khayalanmu!" seru salah seorang tabib yang cukup terkenal di kota itu. "Benar. Sadarlah, Nak. Jangan membuat orang tuamu malu." "Sudahlah, jangan berisik. Untuk apa kita memikirkan nasib bocah gila ini." Para tabib yang merasa dirinya hebat terus berkomentar. Sebagian lain memilih berbisik dan berbicara dengan isyarat pada temannya. Xuan Li sangat mengerti, sedikit kesalahan saja akan membuat nyawanya melayang, namun dia sangat membutuhkan ginseng merah langka. Dengan langkah tergesa seorang pegawai istana datang ke tempat para tabib berkumpul. Mendadak suasana kembali senyap. Tabib yang hadir dipanggil satu persatu dari yang paling depan untuk diseleksi. Raja Jing tidak ingin sembarangan orang menyentuh putrinya. Mereka juga diuji dengan memeriksa beberapa orang pasien, mengenali jenis-jenis obat dan racun serta efisiensi tenaga dalam. Mengejutkan, dari puluhan tabib yang diseleksi, hampir semuanya kembali dengan wajah yang muram. Giliran Xuan Li pun tiba. Pegawai istana menatapnya tidak percaya. Sama seperti yang lainnya, ia juga meragukan kemampuan Xuan Li. "Apakah kamu yakin ingin mengikuti seleksi?" Pegawai istana memastikan keikutsertaan Xuan Li. "Aku akan mencobanya." Pegawai istana menggeleng ringan lalu mempersilakan Xuan Li untuk mengikutinya masuk ke dalam ruangan pengujian. Dua orang tabib yang lolos seleksi memberinya tatapan merendahkan dan meremehkannya. "Masuklah!" Pegawai istana hanya mengantar hingga depan pintu. "Hemm." Xuan Li mengangguk. Di dalam ruangan, ia kembali membuat semua orang tercengang dan merasa tidak yakin. Tanpa banyak komentar, penguji pertama memintanya untuk menyebutkan nama-nama bahan obat langka yang sudah jarang beredar di pasaran maupun ke pelelangan. Bagi Xuan Li itu bukanlah hal yang sulit, ia menyebutkan semuanya tanpa ada kesalahan. Penguji pertama terpukau dengan kemampuannya dan memintanya untuk pergi ke penguji kedua. Di sana Xuan Li diminta untuk memeriksa dan mendiagnosis beberapa orang pasien yang berbaring di tempat itu. Dengan penuh kehati-hatian ia menjelaskan secara mendetail mengenai penyakit yang diderita dan bagaimana cara pengobatan yang harus dilakukan. Saat mendapati penjelasan dan diagnosis yang berbeda dengan tabib-tabib sebelumnya, penguji meminta penjelasan yang lebih rinci kepada Xuan Li. Dalam hal ini, ia merasa menemukan metode baru dalam pengobatan dan kemungkinan kesembuhan yang lebih efektif. Tanpa berpikir banyak ia pun menyatakan jika Xuan Li lolos seleksi darinya. Penguji terakhir menyambut Xuan Li dengan tatapan yang berbeda. Ia adalah penasehat istana yang ditunjuk secara khusus oleh Raja Jing. "Aku tidak bisa merasakan aura energi spiritual anak ini. Melihatnya begitu tenang, rasanya tidak mungkin jika ia tidak memiliki kualifikasi." Penasihat istana bermonolog dalam hati, mencoba memecahkan misteri kultivasi Xuan Li. Keduanya berdiri berhadapan dalam diam hingga beberapa saat. "Tuan, silakan duduk di sini!" Salah seorang asisten penasehat istana meminta Xuan Li untuk duduk dan membuat kebekuan mencair seketika. "Baik, terima kasih." Saat Xuan Li hendak duduk, penasehat istana mencegahnya. "Tunggu! Tunjukkan tanganmu padaku!" Kekhawatiran mulai merayapi hatinya, Xuan Li berharap penasehat istana tidak mengetahui rahasia besar yang disembunyikannya.Xuan Li menyibak lengan baju dan menyodorkan tangan kirinya ke depan. Di balik sikapnya yang tenang, ada kegelisahan yang tersembunyi. Ia sudah memikirkan setiap kemungkinan, namun tetap saja, ada rasa khawatir yang sukar ia jelaskan.Penasehat istana mulai memeriksa nadi Xuan Li. Jemarinya yang sudah berpuluh tahun menangani berbagai kasus menyentuh kulit Xuan Li dengan perlahan, seolah merasakan riak-riak energi spiritual di balik lapisan daging. Mata penasehat terpejam dengan penuh konsentrasi, aliran energi murni itu terasa seperti sungai tenang yang mengalir di sepanjang meridian tubuh Xuan Li. Tapi, di tengah ketenangan itu, ia juga mendeteksi sesuatu yang lain, yaitu sebuah kekuatan besar, tak terduga, bersumber dari sebuah artefak yang tersimpan di dalam lautan kesadaran pemuda ini.Artefak itu bukan sembarang benda. Penasehat istana membuka matanya perlahan, alisnya sedikit berkerut. “Artefak ini…,” pikirnya. Artefak itu milik Wu Jin atau yang lebih dikenal sebagai Tabib Han
Sesosok tubuh tinggi besar, berwajah tegas muncul dari balik dinding. Pakaian khas panglima membalut tubuhnya yang kekar, membuatnya terlihat kuat dan berwibawa. Aura kekuatan spiritual terasa begitu pekat meskipun ia sedang tidak menggunakannya."Panglima Shu!" pekik pengawal yang mengenalnya.Mereka segera memberi hormat dan berlutut di hadapannya."Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan?" Panglima Shu mengulangi pertanyaannya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Ampun, Tuan. Pemuda itu mencuri giok seleksi tabib. Kami khawatir dia akan membahayakan nyawa Tuan Putri." Salah satu pengawal berbicara dengan lancar.Xuan Li tetap tenang meskipun Panglima Shu menatapnya tajam. Ia percaya, bahwa orang yang cerdas tidak akan bertindak sembarangan, apalagi menuduh tanpa bukti.Ketika berdiri tepat di hadapannya, Xuan Li segera menyatukan kedua tangannya memberi hormat. "Saya tidak mencuri, Tuan. Token ini diberikan secara langsung oleh penasihat istana. Jika Tuan tidak perc
Saat Xuan Li masih dalam meditasi, tiba-tiba ia merasakan getaran energi yang mendekat dengan cepat. Mata batinnya menangkap kehadiran sejumlah besar kekuatan yang mengarah ke tempatnya berada. Ia segera menyadari bahwa daya serapnya mungkin telah menimbulkan efek samping tak terduga. Dengan sigap, ia menutup penyerapan energi dan menstabilkan aliran spiritual dalam tubuhnya, mengalihkan kesadarannya kembali ke keadaan waspada.Tidak lama setelah itu, suara langkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Beberapa tetua istana, dipimpin oleh tetua utama yang berwibawa, memasuki ruangan dengan ekspresi tajam dan penuh kecurigaan. Mereka mengenakan jubah berornamen yang menandakan posisi tinggi mereka di istana."Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?" tanya tetua utama dengan nada datar namun penuh ancaman. Matanya menyipit, menatap Xuan Li seakan ingin menembus sampai ke inti jiwanya.Xuan Li berdiri, membungkukkan badan dan menyatukan tangan sebagai bentuk penghormatan. “Maafkan s
Di aula megah yang dihiasi pilar emas dan lampu gantung perunggu, keenam tabib terpilih berdiri berjajar, suasana penuh tekanan menyelimuti ruangan. Beberapa di antara mereka tampak gelisah, mengusap jubah mereka dengan gugup, sementara yang lain berusaha menjaga wajah tetap tenang meski ketegangan terlihat dari sorot mata mereka. Xuan Li berdiri di antara mereka, tubuhnya tegap, dengan ekspresi netral yang tak menunjukkan emosi apa pun, seperti danau tenang yang menyembunyikan kedalamannya.Dari sudut aula, suara langkah berat menggema, memecah keheningan. Para pengawal membuka pintu besar, dan sosok Raja Jing memasuki ruangan. Mantel ungunya berkilauan di bawah cahaya lilin, setiap gerakannya menunjukkan wibawa seorang penguasa. Di belakangnya, penasihat istana mengikut dengan diam, memegang gulungan dokumen dengan hati-hati.“Yang Mulia Raja Jing telah tiba!” seru seorang pengawal, membungkukkan badan hingga sejajar dengan lantai. Para tabib serentak menundukkan kepala mereka seb
Xuan Li berdiri diam di samping ranjang Putri Jing Yue, memandangi wajah pucat sang putri yang tampak tak bernyawa. Tangan kanannya terulur, dengan jemari yang gemetar pelan saat ia melepaskan seutas energi spiritual untuk memeriksa kondisi sang putri lebih dalam. Begitu energinya menyentuh lautan kesadaran Putri Jing Yue, perasaan dingin yang menusuk segera menyambutnya."Lautan kesadaran yang beku..." gumamnya pelan, hampir seperti bisikan. Namun, jauh di dalam kegelapan, ia merasakan sesuatu yang lebih buruk. Jiwa sang putri seperti terperangkap, membeku dalam cengkeraman bayangan hitam yang mengerikan.Dahi Xuan Li berkerut dalam, dan dadanya sesak oleh kesadaran yang menghantamnya. Belenggu Jiwa. Racun yang terkenal hanya berasal dari satu tempat yaitu Suku Tali Merah, sebuah kelompok kuno di Dataran Tengah. Mereka dikenal karena sihir gelap dan kutukan yang memanfaatkan lautan kesadaran sebagai ladang permainan mereka. Suku itu sangat berbahaya, bahkan bagi para kultivator ti
Tubuh Xuan Li terasa seperti diikat beban tak kasatmata, setiap tarikan napasnya membawa bara panas yang merongrong kekuatannya. Jika bukan karena tubuh giok yang diwarisinya, ia takut jika racun Belenggu Jiwa sudah lama menghancurkan dirinya. Racun itu bukan hanya mematikan, melainkan seperti hidup, menjelajah nadinya, menyerang kesadaran, dan menciptakan ilusi kelam. Namun, tubuh gioknya yang kokoh, menangkis sebagian besar ancaman racun yang menyerangnya.Di dalam dirinya, getaran halus seperti riak air perlahan menjalar. Ia merasakan kehadiran gelombang destruktif yang siap menghancurkan kapan saja. Jemarinya mengepal, dingin oleh keringat, seolah menggenggam harapan yang hampir tergelincir.“Tubuhku... akankah bisa bertahan?” pikirnya. Tatapannya jatuh pada lantai marmer berkilau di bawah kakinya yang memantulkan bayangan dirinya yang kini ringkih namun tetap mencoba untuk berdiri tegap.Dalam dantiannya, artefak batu hitam pemberian Tabib Hantu Wu memancarkan cahaya redup, men
"Racun sekuat apa pun bisa dihancurkan dengan api spiritual, tetapi kau harus tenang. Jangan biarkan rasa takut menguasai dirimu," begitu gurunya pernah berkata.Kepercayaan diri Xuan Li bangkit, ia lalu memusatkan energinya di dantian, mencoba membentuk api spiritual. Namun, kekuatan yang ia miliki saat ini hanya mampu menghasilkan api tingkat satu. Itu belum cukup untuk menghadapi racun Belenggu Jiwa. Perlahan, tangannya merogoh kantong kain kecil di sabuknya, mengeluarkan sebuah pil berkilauan dengan cahaya lembut. Pil itu adalah pil budidaya energi tingkat tujuh yang sangat berharga dari gurunya."Gunakan ini hanya jika kau benar-benar membutuhkan," pesan Tabib Hantu Wu saat menyerahkannya. "Pil ini bisa memberimu kekuatan untuk sementara, tapi risiko menggunakannya pun tidaklah kecil."Mengingat efek pil itu, Xuan Li tampak ragu. Namun, rasa panas yang kian membakar tubuhnya memaksanya mengambil keputusan dengan cepat. "Tak ada pilihan lain," gumamnya pelan. Setelah merasa yaki
Dengan langkah cekatan, Xuan Li melintasi bayangan malam tanpa suara, tubuhnya menyatu dengan kegelapan. Ia bergerak luwes, menghindari cahaya obor yang melingkar di tangan para penjaga. Teknik Langkah Hantu yang dia pelajari dari Tabib Hantu Wu selama bertahun-tahun terbukti berguna."Seperti ini seharusnya," pikirnya sambil melompat ke atap tertinggi kompleks istana, pandangannya menyapu penjagaan di bawah. Gerakannya yang mulus dan cepat, membuatnya lolos dari pengawasan.Setelah beberapa saat, ia tiba di dinding luar istana. Di hadapannya, sebuah kubah transparan melingkupi kompleks istana dengan kilauan samar. Ia menyipitkan mata, merasakan tekanan energi yang dipancarkan dari pelindung itu."Armor energi..." gumamnya. Ia merentangkan tangan, membiarkan energi spiritualnya menyentuh lapisan pelindung tersebut. Namun, begitu jari-jarinya mendekat, sebuah dorongan kuat menghempaskannya mundur. Tubuhnya bergeser beberapa langkah dan nyaris jatuh."Sial, ini lebih rumit dari yang kud
"Keluar." Suara Xuan Li terdengar datar, tetapi ada ancaman tersembunyi di dalamnya.Tak ada jawaban.Namun, udara di sekitarnya berubah. Dingin yang awalnya menggigit kini terasa seperti belati yang menyelinap ke dalam tulang. Embun di dedaunan membeku dalam sekejap, lapisan es tipis mulai menutupi tanah.Dari balik kabut yang berputar, sesosok bayangan melangkah maju.Jubah biru tua membalut tubuhnya, tudungnya rendah, menyembunyikan sebagian besar wajahnya. Sepasang mata dingin menatap tanpa ekspresi, seperti pemangsa yang mengamati buruannya.Tidak ada sapaan. Tidak ada peringatan.Pria itu mengangkat tangannya.Udara berhenti bergerak.Kristal-kristal es muncul dari ketiadaan, melayang di udara seperti bilah pisau yang siap menebas. Dalam sekejap, mereka meluncur ke arah Xuan Li, tajam dan mematikan.Xuan Li melangkah ke samping, menghindari serangan pertama. Beberapa pecahan es masih mengarah ke titik vitalnya, tetapi telapak tangannya yang dilapisi api spiritual membakar mereka
Feng Rui segera melangkah ke depan, berdiri di antara Xuan Li dan pria yang baru saja muncul. Sorot matanya tajam, menunjukkan bahwa ia sudah memperkirakan situasi ini sejak awal."Kakak Feng Han," kata Feng Rui dengan suara tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas dalam nadanya. "Aku membawa tamu, dan Guru sendiri sudah membenarkan kehadirannya."Pria bernama Feng Han itu menyipitkan mata, tatapannya menyapu Xuan Li dari kepala hingga kaki. Sikapnya penuh waspada, seakan masih meragukan keputusan adik sepupunya."Tamu, katamu?" Feng Han mendengus pelan. "Jangan bilang dia orang luar yang kau undang untuk bermain-main dengan nyawa Guru?"Xuan Li tetap diam, tidak merasa perlu membela diri. Baginya, pertikaian ini hanyalah urusan internal keluarga Feng.Feng Rui mengepalkan tangannya. "Jika bukan karena dia, Guru mungkin sudah tidak ada sekarang. Apa kau masih ingin mempertanyakan keputusanku?"Suasana di ruangan itu semakin menegang. Mata Feng Han berkilat, tapi sebelum ia bisa men
Xuan Li mengikuti pemuda berjubah hitam melewati jalanan Kota Seribu Lilin yang semakin lengang. Mereka berhenti di depan sebuah kediaman megah. Plakat besar tergantung di atas gerbang utama, dengan huruf emas yang bertuliskan Paviliun Bintang.Dari luar, bangunan ini tampak seperti kediaman keluarga terpandang. Namun, saat mereka melangkah masuk setelah penjaga membukakan pintu, Xuan Li segera menyadari sesuatu yang berbeda. Aroma obat-obatan bercampur dengan hawa gelap yang samar, membentuk atmosfer yang tidak lazim."Aku yang membawamu dan bertanggung jawab sepenuhnya atasmu. Jangan pedulikan ucapan orang lain," bisik pemuda itu tanpa menoleh. Setelah beberapa langkah, ia menambahkan, "Oh, iya. Siapa namamu?""Wu Yu," jawab Xuan Li singkat.Pemuda itu menoleh dan tersenyum tipis. "Panggil aku Feng Rui."Xuan Li hanya mengangguk kecil. Ia tidak tertarik dengan basa-basi yang tidak perlu.Mereka berjalan semakin dalam ke dalam kediaman. Cahaya lentera di sepanjang lorong mulai redup
Xuan Li menajamkan instingnya. Ada sesuatu yang tidak beres.Udara malam di Kota Seribu Lilin seharusnya tenang. Namun, kali ini, ada sesuatu yang lain, sesuatu yang mengusik kewaspadaannya.Sebuah bayangan melintas di kejauhan. Cepat, nyaris tak kasatmata.Xuan Li langsung berdiri dari duduknya, lalu berjalan ke jendela dengan langkah ringan. Dari celah tirai, ia mengamati jalanan di luar. Lampu-lampu minyak masih menyala redup di beberapa sudut, tapi tidak ada yang tampak mencurigakan.Namun, firasatnya tak pernah salah.Tanpa ragu, ia segera menutup jendela rapat-rapat. Suara kait besi yang terkunci terdengar lirih di dalam kamar. Ia tidak ingin menarik perhatian.'Untuk saat ini, lebih baik berpura-pura tidak menyadarinya.'Xuan Li kembali duduk di ranjang . Untuk mengisi waktu, ia memilih untuk berkultivasi.Dalam keheningan kamar, ia memejamkan mata dan mulai menarik energi spiritual dari udara. Aliran hangat meresap ke dalam tubuhnya, mengalir melalui meridian dan terhimpun dal
Di tempat lain, Di dalam goa tersembunyi, Xuan Li duduk bersila di hadapan kuali pilnya. Aroma herbal memenuhi udara, bercampur dengan uap tipis yang mengepul dari permukaan kuali. Lin Gong dan Jian Cheng duduk di sisi lain ruangan, menatap cairan dalam kuali yang mulai berpendar lembut.Pil penerobosan tingkat tinggi telah selesai dibuat. Butiran pil itu berwarna keemasan, memancarkan aura energi yang murni. Xuan Li mengambilnya dengan hati-hati sebelum menyerahkannya kepada dua rekannya."Setelah mengonsumsinya, kalian akan mengalami lonjakan energi yang besar. Pastikan untuk menstabilkan fondasi kalian sebelum mencoba menerobos ke tingkat berikutnya," ucapnya dengan nada serius.Jian Cheng mengambil pil itu dengan ekspresi antusias. "Akhirnya! Aku sudah menunggu ini sejak lama!"Lin Gong mengamati pil di tangannya, lalu menatap Xuan Li. "Bagaimana denganmu? Bukankah kau juga membutuhkan pil ini?"Xuan Li menggeleng pelan. "Pil ini bukan untukku. Aku masih membutuhkan satu bahan la
Dewa Langit Surgawi melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada para pelayan untuk membawa Ratu Langit ke tempat peristirahatan. Liang Xue masih tampak lemah setelah insiden tadi. Napasnya masih sedikit tersengal, dan alisnya berkerut samar, seakan mencoba memahami sesuatu yang baru saja terjadi dalam pikirannya.“Pastikan dia mendapatkan ramuan pemulihan terbaik,” perintah Dewa Langit Surgawi, suaranya tenang tetapi penuh otoritas.Para pelayan membungkuk dalam sebelum dengan hati-hati membawa Liang Xue pergi. Langkah mereka nyaris tak bersuara saat keluar dari aula besar, meninggalkan keheningan yang berat.Dewa Langit Surgawi tetap duduk di singgasananya sejenak. Tangannya yang bersarung emas perlahan mengetuk pegangan kursi, ritmenya tak beraturan, mencerminkan pikirannya yang bergejolak. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berdiri dan melangkah keluar dari aula utama.Tidak ada satu pun pelayan atau penjaga yang mengikuti. Hanya beberapa orang tertentu yang tahu ke mana ia perg
Setelah pesta berakhir, Istana Iblis kembali sunyi. Cahaya lentera spiritual masih berpendar lembut di sepanjang lorong, menerangi ukiran-ukiran kuno di dinding batu hitam. Meski tak ada tamu yang tersisa, gema perjamuan masih terasa, terutama jejak sihir yang terselip dalam gelang-gelang yang diberikan kepada para pemimpin klan.Di dalam aula utama, Dewa Langit Surgawi bersandar di singgasananya. Ia mengenakan jubah emas dengan sulaman api hitam yang berkobar di sepanjang lengan dan bahunya. Dari balik topengnya, senyum puas terukir. Ia menatap bola kristal di sampingnya, di mana siluet para tamu yang telah menerima gelang itu perlahan memudar.“Sepertinya mereka menerimanya tanpa banyak kecurigaan,” gumamnya, suaranya dalam dan bergema.Di sisi lain ruangan, seorang pria berdiri dalam bayang-bayang. Liang Wen, orang kepercayaannya, menundukkan kepala sedikit sebelum berbicara."Segel mantra sudah diperkuat, Yang Mulia," katanya. "Efeknya akan semakin terasa dalam beberapa hari ke
Yan Yue tetap bersikap waspada sepanjang acara, tetapi pada akhirnya, tak ada tanda-tanda kehadiran sosok yang ia curigai. Ini berarti untuk sementara dugaannya terhadap hubungan antara Ratu Langit dan Xuan Li tidak terbukti.Namun, itu tidak membuatnya sepenuhnya tenang. Jejak energi Xuan Li di tubuh Ratu Langit tidak bisa diabaikan begitu saja. Mungkin mereka memang pernah bertemu dalam keadaan yang tidak disengaja. Bagaimanapun, Xuan Li dikenal sebagai tabib dan alkemis berbakat. Tidak aneh jika seseorang dari Alam Luar pernah menerima bantuannya.‘Atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan biasa?’Yan Yue berjalan keluar dari aula pesta bersama para tamu lainnya. Cahaya merah samar mulai merayap di cakrawala, menandakan fajar segera tiba. Udara pagi di Alam Luar terasa dingin, menyisakan embun tipis yang menggantung di udara.Jubahnya yang berwarna gelap berayun ringan saat ia melangkah dengan anggun menuruni anak tangga menuju halaman istana iblis. Sekilas, ia menangkap
Jantung Yan Yue serasa mencelos saat ia merasakan jejak energi Xuan Li dalam tubuh Ratu Langit. Sensasi itu terlalu jelas untuk diabaikan. Jantungnya berdetak lebih cepat, tetapi ekspresinya tetap dingin dan terkendali."Tidak mungkin... Kenapa ada jejak kekuatan Wu Yu di dalam dirinya?"Tatapan Yan Yue terkunci pada Ratu Langit yang kini berdiri di atas panggung, menerima sambutan meriah dari para pemimpin klan iblis. Namun, di balik kemegahan itu, sesuatu terasa janggal.Kekuatan yang menyelimuti tubuhnya bukan sekadar energi iblis biasa, ada sesuatu yang lebih dalam, lebih kompleks. Yan Yue, dengan kepekaannya yang tajam, bisa merasakan riak energi spiritual asing, kekuatan yang seharusnya hanya dimiliki oleh Wu Yu.Atau lebih tepatnya—Xuan Li.Yan Yue mengetatkan genggaman pada cawan anggurnya, tetapi ekspresi wajahnya tetap tanpa cela. Ia tidak boleh menunjukkan kelemahannya di hadapan para penguasa Alam Luar."Apakah dia memiliki hubungan dengan Wu Yu? Atau... lebih buruk lagi,