Pangeran Xuan Yi, yang sejak tadi duduk dengan percaya diri, mendadak kehilangan senyumannya. Matanya yang tajam menatap sang utusan dengan penuh ketidakpercayaan.“Jangan bilang kau ingin mengatakan bahwa keberadaan Wu Yu masih tidak jelas?” Suaranya terdengar dingin, menusuk hingga membuat utusan itu menelan ludah.“Saya sudah menyisir semua wilayah yang dicurigai, tetapi tidak ada satu pun jejak yang mengarah padanya, Yang Mulia,” jawab utusan itu dengan suara bergetar. “Seolah-olah dia menghilang begitu saja.”Pangeran Xuan Yi mengepalkan tangannya. Harapan mereka untuk mendapatkan Pil Penerobosan Tingkat Lima kini kembali sirna. Dengan pil itu, ia seharusnya bisa melangkah ke ranah yang lebih tinggi, memperkuat posisinya dalam istana dan menunjukkan bahwa dialah pewaris yang paling layak.Suasana semakin tegang. Xuan Yi menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, menatap langit-langit istana yang berukir naga emas.“Sia-sia,” gumamnya. “Kita sudah menunggu berbulan-bulan, dan ha
Suasana yang semula ramai perlahan kembali normal, namun di sudut ruangan, seorang pria bertopi bambu tetap duduk tenang. Ujung jarinya yang ramping mengetuk-ngetuk cangkir porselen, seolah mempertimbangkan sesuatu.Dari balik pintu kedai, langkah kaki terdengar mendekat, berat dan teratur, ciri khas prajurit terlatih. Beberapa pelanggan menoleh dengan rasa ingin tahu saat empat pria berseragam kekaisaran memasuki ruangan.Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan jubah baja ringan, melangkah maju. Sorot matanya tajam saat menyapu ruangan sebelum akhirnya berhenti pada sosok pria misterius yang masih duduk santai.“Kau,” panggilnya dengan suara berat. “Kami mencari seseorang.”Pria bertopi bambu tidak mengangkat kepalanya. Ia hanya memutar cangkirnya perlahan, seolah-olah kedatangan mereka bukanlah sesuatu yang perlu diperhatikan.“Dan aku harus peduli?” tanyanya ringan.Prajurit itu saling berpandangan. Salah satu dari mereka, yang berusia lebih muda, maju selangkah.“Kami
Tabib Hantu Wu menggoyangkan topi jerami lusuh yang menutupi sebagian besar wajahnya.Ia memandang ke kejauhan, membiarkan pikirannya tenggelam dalam ingatan lama."Xuan Li… Kau sebenarnya di mana?"Sudah berbulan-bulan ia berkelana, mengikuti desas-desus tentang kemunculan muridnya. Sebagian besar hanya berita palsu, cerita yang dibuat-buat oleh mereka yang ingin mendapatkan imbalan dari pencariannya. Tapi meski begitu, ia tetap mengejar setiap petunjuk, tidak peduli seberapa samar.Sebagai gurunya, ia tidak bisa diam saja. Terlebih karena tubuh giok yang dimiliki Xuan Li adalah sesuatu yang langka, dan berbahaya. Banyak pihak mengincarnya, dan itu berarti Xuan Li tidak pernah benar-benar aman.Karena itu, Tabib Hantu Wu terus bergerak, menyamar sebagai pria muda dengan pakaian lusuh, wajahnya tetap tersembunyi di bawah topi jerami. Aura yang ia pancarkan samar, nyaris tak terdeteksi, namun bagi mereka yang cukup tajam, ada sesuatu yang terasa familier dalam keberadaannya.Seperti Xu
Tabib Hantu Wu duduk di sudut ruangan, mengamati pasien dadakannya yang mulai menunjukkan tanda-tanda sadar. Matanya yang tajam menelusuri gerakan halus jemari wanita itu, kelopak matanya bergetar sebelum akhirnya terbuka perlahan.Sesaat, ekspresi kebingungan melintas di wajahnya yang pucat. Ia menoleh, matanya yang masih sedikit sayu bertemu dengan sosok pria berpenampilan lusuh di dekatnya."Wu Yu?" gumamnya lirih, suaranya serak dan penuh harapan.Tabib Hantu Wu menaikkan alisnya."Wu Yu?" ulangnya dengan nada datar. Ia menatap wanita itu dengan seksama, memperhatikan ekspresi antara bingung dan cemas yang tergambar jelas di wajahnya.Wanita itu berkedip beberapa kali, seolah berusaha memastikan sesuatu. Namun, setelah menatap lebih lama, harapan di matanya meredup."Bukan…" bisiknya lebih kepada dirinya sendiri.Tabib Hantu Wu menarik napas pelan. Ia tahu nama Wu Yu adalah samaran yang digunakan Xuan Li setelah meninggalkan gunung. Jika wanita ini mengenalnya dengan nama itu, ber
Tabib Hantu Wu segera bersiap. Setelah memastikan Jian Ling cukup stabil untuk melakukan perjalanan, ia mengeluarkan sebuah artefak terbang, sebuah sampan hitam berukiran pola kuno. Artefak itu melayang perlahan di udara sebelum mengembang menjadi lebih besar, cukup luas untuk menampung sepuluh orang dengan nyaman."Naiklah." Perintah Tabib Hantu Wu menghilangkan keraguan Jian Ling.Jian Ling melangkah naik terlebih dahulu, tangannya sedikit gemetar karena kondisinya belum sepenuhnya pulih. Namun, ia tetap tegak, menjaga martabatnya sebagai pemimpin Sekte Racun Hitam."Arahkan ke barat laut," ucapnya dengan suara tenang, meskipun masih terdengar lemah.Tabib Hantu Wu hanya mengangguk. Dengan satu gerakan tangannya, sampan itu mulai melaju, menembus langit siang yang cerah.Perjalanan berlangsung dalam diam. Angin berembus kencang, membawa aroma lembap dari lembah-lembah yang mereka lintasi. Tabib Hantu Wu duduk bersandar, matanya sedikit menyipit seolah tenggelam dalam pikirannya se
Tabib Hantu Wu tinggal di Sekte Racun Hitam selama beberapa hari, mengajarkan berbagai teknik peracikan racun kepada Jian Ling. Meski dirinya dikenal sebagai seorang ahli pengobatan, dunia racun bukanlah hal yang asing baginya. Baginya, seni penyembuhan dan seni meracik racun memiliki akar yang sama, pemahaman mendalam tentang bahan, energi, serta keseimbangan tubuh manusia.Hari-hari itu dihabiskannya dalam ruang penelitian utama sekte, sebuah tempat yang dipenuhi aroma tajam dari berbagai herbal, serbuk mineral, dan cairan beracun yang berpendar di dalam botol-botol porselen. Jian Ling, sebagai pemimpin muda sekte, mendampingi dan belajar dengan penuh semangat."Jangan hanya mengandalkan formula tertulis," ujar Tabib Hantu Wu suatu hari, saat ia menunjukkan teknik ekstraksi baru. "Memahami sifat dasar bahan jauh lebih penting daripada sekadar mengikuti resep."Jian Ling mengangguk, tatapannya penuh konsentrasi. Ia menyaksikan bagaimana tangan Tabib Hantu Wu bergerak lincah, mencamp
Tabib Hantu Wu hanya mengejar bayangan kosong. Seperti menadahkan tangan untuk menangkap kabut, Xuan Li sudah lama pergi, lenyap tanpa jejak di lautan dunia yang luas. Sudah sebulan sejak muridnya pergi dari Kota Seribu Lilin, hanya meninggalkan teka-teki yang tak seorang pun bisa pecahkan.Namun, kota ini bukan sembarang tempat. Sebagai pusat perdagangan, ribuan orang keluar-masuk setiap hari, membawa banyak cerita dan rahasia. Jika ada kabar tentang Xuan Li, secepat atau selambat apa pun, pasti akan sampai ke telinganya.Tabib Hantu Wu berdiri di tengah keramaian pasar malam. Suara pedagang menawarkan dagangan, tawa riang anak-anak yang berlari di antara kerumunan, serta denting koin yang berpindah tangan menciptakan harmoni khas.Ia menarik napas dalam, menghirup aroma manis dari kue panggang yang baru matang bercampur dengan harum teh herbal dari kedai di seberang jalan..“Dasar bocah keras kepala...” gumamnya pelan, seolah berbicara pada angin. “Sejak dulu kau selalu bertindak s
"Gawat... Aku harus berusaha lebih."Pecahan Lonceng Pengubah Takdir bergetar pelan di udara, memancarkan aura gelap yang terasa menekan. Benda kecil itu seakan hidup, denyut energinya menyerupai jantung iblis yang masih berdetak.Xuan Li menatapnya dalam diam, merasakan hawa dingin menyelusup ke kulitnya. Bukan hawa dingin biasa, ini adalah tekanan dari sesuatu yang mencoba mendominasi.Namun, ia tidak bisa membiarkan artefak ini mengendalikan situasi.Tanpa membuang waktu, ia mengangkat tangannya, jemarinya bergerak cepat membentuk pola segel yang rumit. Empat bendera formasi tertancap di sekelilingnya, menyebarkan kilatan cahaya keunguan yang saling terhubung.Segel aktif seketika, membentuk pagar tak kasatmata di udara.Lonceng itu langsung memberontak.Getarannya semakin kuat, memancarkan gelombang energi yang berusaha menembus formasi.Xuan Li mendengus. Artefak ini masih mencoba melawan."Sudah kuduga kau tidak akan menyerah begitu saja."Ia menekan telapak tangannya ke bawah.
Xuan Li berdiri diam, namun matanya menajam. Ia mencium aroma samar dari tubuh Gu Ziyan, lembut, manis, namun bukan wangi bunga biasa. Aromanya menenangkan, seolah membawa ketenangan yang mengikis riak kegelisahan dalam hatinya. Sejenak, pikirannya yang tajam dan penuh perhitungan itu terhenti. Hatinya diam-diam terusik.Gu Ziyan menyadari Xuan Li tak bergerak, tak juga menjauh. Itu cukup baginya sebagai isyarat.Ia mendekat tanpa ragu. Langkahnya ringan namun penuh maksud. Tubuhnya menyentuh dada Xuan Li, dan ia menatap langsung ke matanya tanpa malu-malu."Aku tahu kamu bukan orang biasa," bisik Gu Ziyan dengan senyum kecil di sudut bibirnya. "Tapi entah kenapa... aku ingin membuatmu terusik."Xuan Li menatap balik. Matanya gelap, namun tak ada kemarahan di sana. Hanya kehati-hatian.Tangannya bergerak, menahan pinggang Gu Ziyan. Ia menarik tubuh gadis itu ke pelukannya, bukan dengan kasar, tetapi tegas."Aku bukan pria yang bisa kau jadikan mainan," ucap Xuan Li datar. Suaranya da
Gu Ziyan melangkah cepat keluar dari ruang kerja ayahnya. Raut wajahnya cemberut. Ia menahan kekesalan yang membakar di dadanya.“Ayah benar-benar berubah... hanya karena satu orang asing,” gumamnya pelan, hampir seperti dengusan.Langkahnya membawa dia ke taman bagian timur Istana Bunga, tempat sebuah kolam teratai terhampar tenang. Ia duduk di atas sebongkah batu, menyilangkan kaki dan memungut kerikil kecil. Dengan gerakan cepat, dilemparkannya kerikil itu ke tengah kolam. Riak air melingkar pelan, namun tak mampu meredakan amarah dalam hatinya.Beberapa saat kemudian, langkah ringan terdengar mendekat.“Putri Ziyan,” suara lembut seorang pelayan perempuan memanggil. Ia membungkuk dalam, lalu berdiri di sisi sang putri.“Aku tidak butuh hiburan, Alin. Jangan coba-coba menghiburku dengan kata-kata kosong,” kata Gu Ziyan tanpa menoleh.Alin, pelayan pribadinya sejak kecil, mengenal betul perubahan suasana hati tuannya. Ia tak berkata apa-apa lagi, hanya berdiri menemani dari belakan
Chu Niu Niu menatap Xuan Li yang berdiri diam di lorong panjang Istana Bunga. Wajah pemuda itu tetap datar, tapi sorot matanya menggelap, seperti menyimpan banyak hal yang tak bisa ia ucapkan begitu saja.Chu Niu Niu ingin bertanya, namun ragu. Ia tahu saat seperti ini bukan waktu yang tepat untuk menyentuh sesuatu yang mungkin akan memicu ledakan di dalam hati Xuan Li.Setelah mengantar mereka ke kamar tamu yang telah disiapkan, Chu Niu Niu berpamitan."Aku harus kembali bertugas. Istana ini tak bisa ditinggal terlalu lama," katanya singkat.Xuan Li hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia tahu, Chu Niu Niu bukan tipe yang suka mengeluh, apalagi dalam keadaan genting seperti sekarang. Sebagai panglima penjaga istana, tugasnya tidak ringan. Setiap hari ia harus mengelilingi istana, memastikan keamanan tetap terjaga, terutama sejak ancaman dari makhluk-makhluk spiritual kian sering muncul belakangan ini.Begitu Chu Niu Niu menghilang di balik lorong, Xuan Li masuk ke dalam kamar dan d
Xuan Li berhenti melangkah. Hawa aneh menyusup perlahan di balik udara, samar tapi terasa nyata. Seperti napas makhluk yang bersembunyi di kegelapan, menahan diri untuk tak terendus.Tanpa berkata, ia menarik seutas jarum perak dari lengan bajunya. Satu aliran energi spiritual mengalir tajam ke ujung jarum. Ia melemparkan jarum itu ke salah satu sudut lorong yang terlihat kosong.Zreet!Terdengar suara mencicit seperti logam yang menggores daging, lalu teriakan melengking menggema di dinding batu.Bayangan hitam yang sebelumnya tak tampak kini perlahan muncul dari udara tipis. Bentuknya kabur, namun mata merahnya menyorot ke arah mereka dengan penuh kebencian. Gigi-giginya panjang dan rapat, kulitnya berdenyut seperti daging busuk.Chu Niu Niu tertegun. “Apa itu...?”Xuan Li menjawab datar. “Iblis Hati.”Makhluk itu mendesis. “Heh... jadi kau bisa menciumku, manusia... atau... bukan?”Xuan Li tidak menanggapi. Jarinya bergerak cepat, membentuk segel.Makhluk itu bergetar, lalu tertawa
"Chu Niu Niu!"Di ujung lorong, seorang gadis bergaun merah menyala melangkah santai. Di matanya yang sipit, tampak binar nakal. Bibirnya tersenyum, namun auranya membawa tekanan samar yang menusuk kulit.Gu Ziyan.Putri tunggal Gu Nangrong.Orang yang paling tidak ingin ditemui Chu Niu Niu saat ini.Chu Niu Niu segera membungkuk hormat, suaranya kaku. "Salam hormat, Putri."Gu Ziyan hanya mengangkat alis, tidak terlalu peduli. Matanya langsung mengarah pada Xuan Li.Tatapannya terang-terangan, seolah menguliti pemuda itu dari kepala hingga kaki."Ini yang katanya tamu baru itu?" gumamnya, suaranya ringan, tapi penuh rasa ingin tahu.Xuan Li menatapnya sekilas.Dalam sekejap, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Aura Gu Ziyan dipenuhi energi iblis, tapi bukan berasal dari darahnya. Itu seperti racun spiritual yang meresap diam-diam ke dalam tubuh.Matanya menyipit.Gangguan dari luar?Berbahaya kalau dibiarkan.Gu Ziyan melangkah lebih dekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Xuan
Langkah kaki Xuan Li bergema pelan di lorong batu, diapit oleh Chu Niu Niu di satu sisi dan Mo Xiang di sisi lain. Tubuh Mo Xiang masih lemah, tetapi auranya perlahan stabil.Chu Niu Niu memimpin mereka tanpa banyak bicara. Tujuannya jelas: membawa mereka ke hadapan Raja Gu Nangrong, pemimpin Istana Bunga.Udara di sepanjang jalan terasa berat, seolah ada banyak tatapan tersembunyi mengawasi. Setiap mereka melangkah, bayangan-bayangan di balik pilar dan koridor bergerak. Para penghuni istana bunga bermunculan, memperhatikan mereka dengan berbagai ekspresi.Sebagian hanya mengangguk sopan kepada Chu Niu Niu, memberi hormat singkat. Namun lebih banyak lagi yang melirik dengan tatapan mencibir, seolah keberadaan Xuan Li dan Mo Xiang adalah noda dalam kemuliaan istana ini.Xuan Li menatap mereka sekilas. Mata hitamnya tetap tenang, tidak memperlihatkan sedikit pun reaksi. Dalam hatinya, ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini.‘Kuat, maka dihormati. Lemah, maka diinjak.’Aturan d
Tubuh Xuan Li perlahan membangkitkan napas baru.Tubuh giok miliknya bukan tubuh biasa. Ia lahir untuk menyerap energi spiritual dalam jumlah besar, lebih banyak daripada tubuh kultivator biasa mana pun.Saat ia bermeditasi di tepi kolam spiritual, air berkilau di hadapannya bergetar, lalu surut drastis. Energi murni di dalam kolam itu seperti sungai yang kehilangan hulunya, mengalir deras ke dalam tubuh Xuan Li.Tak butuh waktu lama, permukaan air di kolam mulai surut, warnanya memucat.Xuan Li membuka matanya sedikit."Aku sudah menyerap seluruh kolam ini..." pikirnya dalam hati.Namun rasa lapar pada tubuh gioknya belum sepenuhnya terpuaskan.Tanpa banyak pertimbangan, ia melangkah ke kolam kecil lain di sebelahnya. Aura kolam itu serupa, murni, kaya, dan berbahaya bagi siapa pun yang tidak siap.Ia duduk bersila lagi.Tubuhnya secara alami mulai menarik energi spiritual, seperti pusaran air di tengah badai. Kali ini, lebih rakus daripada sebelumnya.Di sudut lain lembah, di tempat
"Bantu aku memperbaiki segel," ucap wanita itu dengan nada datar. "Sebagai gantinya, aku memberimu tempat berlindung... dan perlindungan."Xuan Li menatap lurus ke matanya.Yang ia lihat bukan kehangatan, bukan ketulusan, melainkan ketenangan liar, seperti binatang buas yang sudah lama berdamai dengan bau kematian.Ia tahu tawaran ini berbahaya.Namun di belakangnya, makhluk pengisap jiwa masih mengelilingi. Menunda berarti mengantar diri ke kematian dan Mo Xiang tidak akan bertahan."Baik," jawab Xuan Li pendek.Wanita itu mengangguk ringan, lalu berbalik."Ikuti aku."Riak formasi di depannya mengembang, membuka jalan seperti air yang terbelah.Xuan Li menyesuaikan beban Mo Xiang di punggungnya, lalu melangkah masuk.Begitu melewati batas formasi, hawa berat dan tekanan jiwa dari luar lenyap seperti kabut yang tersapu angin.Pemandangan berubah drastis.Tanah tandus berganti dengan padang luas berselimut kabut tipis. Pohon-pohon asing tumbuh di mana-mana, akarnya menancap kuat pada
Xuan Li belum jauh meninggalkan platform batu ketika suara jeritan maut menghantam telinganya.Ia menoleh sekilas.Salah satu anggota Alam Bayangan yang sebelumnya masih hidup kini menggeliat dalam cengkeraman makhluk hitam raksasa. Tubuh makhluk itu berbentuk kabut pekat, menggumpal seperti asap, dengan kilatan merah samar di dalamnya.Dalam sekejap, tubuh anggota Alam Bayangan itu mengering. Energi hidup dan seluruh kultivasinya diserap bersih, meninggalkan kulit keriput yang hancur menjadi debu.Makhluk itu tidak berhenti.Ia membungkuk, menyapu tubuh satunya yang sudah mati. Sisa energi spiritual yang belum sepenuhnya lepas ikut tersedot habis. Tidak ada yang tersisa. Hanya darah dan debu yang perlahan menghilang terbawa angin.Xuan Li mengeraskan ekspresi.Ia mempercepat langkah, tubuhnya berubah menjadi bayangan kabur. Setiap langkahnya ringan, seperti menginjak udara.Namun...Makhluk itu mengangkat kepalanya. Dua titik merah pekat, seperti mata tanpa bentuk, berkedip di dalam