Xuan Li menatap pria misterius di hadapannya dengan mata tajam. Dari sekilas, pria itu tampak biasa saja, tetapi tekanan yang ia pancarkan tidak bisa diremehkan."Pantas saja kau begitu percaya diri," ujar Xuan Li dengan nada tenang, namun penuh ketegasan. "Rupanya kekuatanmu memang patut diperhitungkan."Meski tingkat kultivasinya masih di bawah pria itu, Xuan Li berhasil menyeimbangkan energinya. Aura yang ia lepaskan tak kalah menindas, membuat pria misterius itu sedikit mengernyit.Namun, Xuan Li tahu betul konsekuensi dari kekuatan ini. Menggunakan tubuh giok untuk meningkatkan kekuatannya adalah keputusan berisiko. Tubuhnya memiliki batas waktu sebelum dampak baliknya menyerang.Tapi ia tidak punya pilihan lain.Pria misterius itu tertawa rendah. "Kau memang hebat, aku akui itu. Tapi dengan kekuatan yang kau miliki sekarang, kau tidak mungkin mengalahkanku."Xuan Li tidak menjawab. Kata-kata itu hanya angin lalu baginya.Sebaliknya, ia memusatkan seluruh konsentrasinya. Energi g
Di dalam sebuah rumah sederhana, Xuan Li duduk bersila di atas lantai kayu tua. Napasnya stabil, perlahan mengikuti ritme energi yang berputar di dalam tubuhnya. Pil pemulih yang ia telan telah sepenuhnya larut, mengalir ke setiap pori-pori, memperbaiki luka-luka yang tak terlihat.Sekilas, ia tampak seperti pemuda biasa yang sedang bermeditasi. Namun, udara di sekitarnya bergetar halus. Uap tipis terbentuk, menggumpal lalu lenyap dalam hitungan detik. Tanah di bawahnya sedikit merekah sebelum kembali padat. Percikan listrik berkilat di ujung jarinya sebelum menghilang seolah tak pernah ada.Liu Shan yang berdiri di ambang pintu menatap pemandangan itu dengan mulut sedikit terbuka.'Siapa sebenarnya orang ini?'Xuan Li tidak berbicara, tidak menjelaskan, hanya terus bermeditasi. Energi alam mengalir deras ke tubuhnya.Di sisi lain ruangan, kepala desa memperhatikan dengan tatapan tajam. Ia telah hidup cukup lama untuk mengenali kekuatan sejati. Pemuda ini bukan hanya berbakat, ia ada
Xuan Li berdiri di tengah ruangan. Para penduduk desa menatapnya dengan ekspresi beragam, beberapa penuh antisipasi, sementara yang lain menyiratkan keraguan.Kepala desa menatapnya dalam-dalam sebelum akhirnya menghela napas."Kau mungkin berpikir bahwa menguasai tujuh elemen hanyalah soal mengendalikan mereka satu per satu," katanya. "Tapi kenyataannya jauh lebih rumit dari itu."Ia mengetukkan tongkat kayunya ke lantai. Seketika, tanah di bawah kaki Xuan Li mulai bergetar, seolah-olah sesuatu sedang bangkit dari dalam bumi."Kau akan memasuki Ruang Dimensi Kuno," lanjut kepala desa. "Di dalamnya, hukum dunia lebih ketat. Energi yang ada di sana akan melawanmu. Setiap elemen akan menguji tubuh, pikiran, dan jiwamu. Jika kau gagal..."Ia tidak melanjutkan. Namun, dari sorot matanya, Xuan Li tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan.Tanpa ragu, Xuan Li melangkah maju.Begitu ia memasuki dimensi itu, gelombang panas langsung menyambutnya. Langit berwarna merah darah, dan lautan api memben
Bukankah kayu melambangkan pertumbuhan? Jika menolak, ia akan dipatahkan. Jika melawan, ia akan terhimpit.Namun, Xuan Li tidak menentangnya. Ia memilih untuk menyatu, mengalir bersama kekuatan itu.Saat tubuhnya selaras dengan energi kayu, akar-akar yang semula membelitnya bukan lagi musuh, mereka kini adalah bagian darinya. Ia tak lagi merasa terkekang, sebaliknya, ia bisa merasakan kehidupan yang mengalir di setiap seratnya.Xuan Li mengangkat satu tangan. Akar-akar itu bereaksi, menjalar liar, lalu menjulang menjadi pepohonan yang megah.Wanita tua, berdiri dengan senyum penuh makna.“Kau telah memahami esensinya,” ucapnya lembut. “Kayu bukan sekadar kekuatan yang tumbuh dan merambat, tetapi juga ketahanan. Tak peduli seberapa dahsyat badai yang menerpa, ia selalu menemukan cara untuk bangkit kembali.”Dengan satu ketukan tongkatnya ke tanah, hutan ilusi itu perlahan memudar, menghilang seperti embun yang tersapu cahaya mentari.Xuan Li membuka matanya.Hal pertama yang ia lihat a
Suasana sesaat hening.Putri Jing Yue berdiri di tengah pasukannya yang baru saja memenangkan pertempuran. Namun, tatapannya tak lagi tertuju pada medan pertempuran yang kini dipenuhi mayat musuh. Matanya yang jernih berkilat, menatap pria yang baru saja turun dari bayangan pepohonan.Pria itu mengenakan jubah sederhana, berbeda dari para kultivator kebanyakan. Sosoknya membuatnya tampak lebih misterius dari sebelumnya. Ia bukan lagi sekadar seorang tabib yang ia kenal, melainkan seseorang yang jauh lebih dalam dari itu.Xuan Li hanya menatapnya tanpa ekspresi. Seperti biasa, matanya tetap tenang, sulit diterka apa yang sedang dipikirkannya.Namun, bagi Putri Jing Yue, pertemuan ini mengguncang perasaannya.Selama ini, ia menyimpan sesuatu yang tak pernah ia ungkapkan, sebuah perasaan yang selalu ia tekan setiap kali mengenangnya. Wu Yu, yang ia kenal sebagai tabib berbakat dan misterius, selalu menjadi teka-teki baginya. Ia menghilang begitu saja tanpa jejak, meninggalkan pertanyaan
Xuan Li duduk di atas kudanya, menatap ke depan dengan ekspresi datar, seakan pikirannya melayang jauh dari tempat ini. Putri Jing Yue, yang menunggang di sampingnya, menoleh, memperhatikan pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan.“Kau tampak lebih pendiam dari biasanya,” ujar Putri Jing Yue akhirnya, mencoba mengusik keheningan di antara mereka.Xuan Li tetap diam sejenak sebelum akhirnya menghela napas pelan. “Aku hanya memikirkan sesuatu.”Putri Jing Yue mengernyit. Ia tahu Xuan Li bukan orang yang mudah berbicara tentang apa yang ada di pikirannya. Pria itu seperti kabut yang sulit ditebak, selalu menyimpan sesuatu di balik ekspresi tenangnya.Namun, sebelum ia bisa menggali lebih dalam, Xuan Li tiba-tiba menarik tali kekang kudanya dan menghentikan langkahnya.“Ada apa?” tanya Putri Jing Yue dengan bingung.Xuan Li menatapnya sekilas sebelum berkata dengan nada tenang, “Aku tak bisa ikut denganmu ke Kerajaan Bintang Timur.”Keheningan sejenak menyelimuti mereka. Mata Putri
Pangeran Xuan Yi, yang sejak tadi duduk dengan percaya diri, mendadak kehilangan senyumannya. Matanya yang tajam menatap sang utusan dengan penuh ketidakpercayaan.“Jangan bilang kau ingin mengatakan bahwa keberadaan Wu Yu masih tidak jelas?” Suaranya terdengar dingin, menusuk hingga membuat utusan itu menelan ludah.“Saya sudah menyisir semua wilayah yang dicurigai, tetapi tidak ada satu pun jejak yang mengarah padanya, Yang Mulia,” jawab utusan itu dengan suara bergetar. “Seolah-olah dia menghilang begitu saja.”Pangeran Xuan Yi mengepalkan tangannya. Harapan mereka untuk mendapatkan Pil Penerobosan Tingkat Lima kini kembali sirna. Dengan pil itu, ia seharusnya bisa melangkah ke ranah yang lebih tinggi, memperkuat posisinya dalam istana dan menunjukkan bahwa dialah pewaris yang paling layak.Suasana semakin tegang. Xuan Yi menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, menatap langit-langit istana yang berukir naga emas.“Sia-sia,” gumamnya. “Kita sudah menunggu berbulan-bulan, dan ha
Suasana yang semula ramai perlahan kembali normal, namun di sudut ruangan, seorang pria bertopi bambu tetap duduk tenang. Ujung jarinya yang ramping mengetuk-ngetuk cangkir porselen, seolah mempertimbangkan sesuatu.Dari balik pintu kedai, langkah kaki terdengar mendekat, berat dan teratur, ciri khas prajurit terlatih. Beberapa pelanggan menoleh dengan rasa ingin tahu saat empat pria berseragam kekaisaran memasuki ruangan.Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan jubah baja ringan, melangkah maju. Sorot matanya tajam saat menyapu ruangan sebelum akhirnya berhenti pada sosok pria misterius yang masih duduk santai.“Kau,” panggilnya dengan suara berat. “Kami mencari seseorang.”Pria bertopi bambu tidak mengangkat kepalanya. Ia hanya memutar cangkirnya perlahan, seolah-olah kedatangan mereka bukanlah sesuatu yang perlu diperhatikan.“Dan aku harus peduli?” tanyanya ringan.Prajurit itu saling berpandangan. Salah satu dari mereka, yang berusia lebih muda, maju selangkah.“Kami
Jejak energi yang tertinggal di Sekte Pedang Langit masih samar, seperti kabut tipis yang menyelimuti tempat itu. Bagi orang biasa, sekte ini tampak seperti biasa, tenang dan tidak ada tanda-tanda pertempuran. Namun, bagi mereka yang peka terhadap perubahan energi, atmosfer di tempat ini telah berubah.Kegelapan yang menguar dari sekte ini begitu halus, menyatu dengan udara seolah menjadi bagian dari lingkungan. Tidak ada bangunan yang rusak, tidak ada darah yang mengering di tanah, tetapi sesuatu terasa berbeda.Beberapa kultivator dari sekte-sekte lain datang untuk menyelidiki, tertarik oleh rumor yang beredar. Namun, begitu mereka menginjakkan kaki di halaman sekte, yang mereka temukan hanyalah murid-murid Sekte Pedang Langit yang beraktivitas seperti biasa. Tidak ada yang tampak mencurigakan.Seorang pria tua dengan jubah biru, seorang tetua dari Sekte Awan Berbisik, menyipitkan matanya. Ia merasakan sesuatu yang aneh tetapi tidak bisa menunjukinya secara langsung."Apa benar hany
Di antara bayang-bayang yang membungkus Sekte Pedang Langit, seorang pria berdiri dengan penuh percaya diri. Matanya memancarkan rasa puas, bibirnya melengkung dalam senyum kemenangan. Ia adalah anggota Alam Bayangan, yakin bahwa akhirnya Han Sheng akan bergabung dengannya."Kita bisa bekerja sama," katanya dengan nada meyakinkan. "Bayangkan jika kita menyerahkan pecahan Lonceng Pengubah Takdir kepada pemimpin, imbalannya akan luar biasa. Kau tidak perlu bekerja sendirian."Ia berbicara dengan nada santai, seolah-olah segalanya telah ditentukan. Ia berpikir bahwa Han Sheng masih memiliki sisi kompromi.Betapa naifnya.Han Sheng menatap pria itu tanpa ekspresi. Dalam pikirannya, kata-kata orang itu hanya terdengar seperti dengungan nyamuk yang mengganggu. Kerja sama? Berbagi kejayaan? Tidak ada hal seperti itu dalam kamus Han Sheng.Alam Bayangan dan kelompok Penjelajah Malam memang berada di kubu yang sama dengannya, tetapi mereka hanyalah sekutu sementara. Mereka hanyalah alat yang b
Di antara reruntuhan Sekte Pedang Langit, udara terasa berat. Suara angin yang biasanya lembut kini berubah menjadi bisikan-bisikan kelam yang menusuk telinga. Semua orang terdiam, pandangan mereka terpaku ke langit yang diselimuti kabut gelap.Kemudian, sosok itu muncul.Langkahnya pelan, tapi setiap gerakannya seolah membawa tekanan yang tak kasatmata. Aura kegelapan yang menyelimutinya begitu pekat, berputar seperti kabut hitam yang menari di sekeliling tubuhnya.Di antara orang-orang yang masih tersisa, Ketua Alam Bayangan menyipitkan mata. Suaranya terdengar dingin saat ia angkat bicara,"Siapa yang berani mengganggu urusan kami?"Tak ada jawaban.Shu Jin, yang masih berlutut dengan tubuh lemah dan luka yang menganga, merasakan dadanya bergetar hebat. Napasnya tersengal saat sosok itu semakin jelas di balik kabut. Dan ketika akhirnya bayangan hitam itu tersingkap sepenuhnya, matanya membelalak.Han Sheng.Para murid Sekte Pedang Langit yang tersisa pun tersentak."Senior Han Shen
Para anggota Alam Bayangan bergerak cepat di antara reruntuhan, menyelinap dalam kegelapan. Di antara bayang-bayang yang berjatuhan akibat pertempuran, Shu Jin berdiri tegap. Napasnya memburu, keringat mengalir di pelipisnya, tetapi ia tetap mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi mereka.Ia tidak bisa membiarkan mereka menemukan tempat yang sebenarnya."Kalian tidak akan menemukannya," ujarnya, suaranya tegas meskipun dadanya naik-turun karena lelah. "Pergilah sebelum semuanya berakhir lebih buruk untuk kalian."Ketua Alam Bayangan, sosok berwibawa dengan mata tajam, mengangkat tangan, memberi isyarat pada dua anak buahnya untuk maju."Jaga dia," perintahnya dingin. "Aku akan mencari sendiri."Dua anggota Alam Bayangan langsung bergerak, yang satu membawa belati melengkung, yang lain dengan rantai besi yang berkilat di bawah sinar bulan.Shu Jin mengepalkan gagang pedangnya lebih erat. Otot-ototnya sudah kaku, energi spiritualnya mulai menipis, tetapi melihat pemimpin mereka bergera
Langit Bergetar, Tanah BerdarahAngin malam membawa aroma darah yang mulai meresap ke dalam tanah. Pasukan Penjelajah Malam bergerak tanpa suara, bayangan mereka menyatu dengan kegelapan. Dalam hitungan detik, mereka melintasi dimensi melalui formasi teleportasi, meninggalkan dunia yang satu dan muncul di dunia lain.Saat cahaya teleportasi meredup, mereka telah berdiri di gerbang Sekte Pedang Langit. Suasana di sana penuh ketegangan. Anggota mereka yang lebih dulu tiba kini terdesak, berusaha bertahan dari serangan murid-murid sekte yang terlatih dalam seni pedang.Teriakan pertempuran menggema di udara. Dentingan senjata bertemu dalam kilatan cahaya. Tanah yang tadinya bersih kini ternoda darah.Seorang anggota Penjelajah Malam menyapu pandangannya ke medan pertempuran. Rahangnya mengeras saat melihat bagaimana rekannya mulai tumbang satu per satu."Kita datang tepat waktu," gumamnya, suaranya nyaris tenggelam dalam kegaduhan.Tetapi, harapan itu segera sirna. Sekte Pedang Langit bu
Ruangan itu tenggelam dalam keheningan.Di atas meja batu yang dingin, Yan Hui perlahan meletakkan sebuah gelang hitam. Pola-pola kuno yang terukir di permukaannya tampak semakin dalam di bawah cahaya temaram lentera minyak, seolah menyimpan bisikan dari masa lalu.Begitu gelang itu menyentuh permukaan meja, udara di ruangan berubah. Tekanan aneh merayap turun, seperti bayangan tak terlihat yang menekan dada mereka. Napas beberapa orang menjadi lebih pendek, sementara yang lain tanpa sadar menggenggam gagang senjata mereka lebih erat.Sunyi.Tatapan mereka terpaku pada gelang itu. Tidak ada yang berani bergerak atau berbicara, seakan menunggu sesuatu yang tidak mereka pahami.Di tengah ketegangan itu, Yan Hui bersandar santai di kursinya, bibirnya melengkung tipis. Suaranya terdengar ringan, namun mengandung ketegasan yang tak bisa diabaikan.“Sumber kekuatan dari Alam Luar.”Beberapa orang saling berpandangan. Ada yang menahan napas, ada yang langsung merapatkan tubuh ke sandaran kur
"Yan Hui," suara berat seorang pria bertopeng dari Aliansi Serigala Hitam memecah kesunyian, "Kau mengundang kami ke sini dengan janji besar. Kami ingin tahu, apa jaminanmu bahwa kerja sama ini tidak akan berakhir dengan pengkhianatan?"Yan Hui menyeringai tipis. "Aku bukan orang bodoh yang akan bermain di dua sisi. Kekaisaran Bulan Perak telah menjadi penghalang bagi banyak pihak, termasuk aku. Aku ingin mereka runtuh. Dan aku tahu kalian semua juga menginginkan hal yang sama."Wanita dengan jubah ungu dari Kelompok Kalajengking menyilangkan tangan. "Kata-kata manis tidak cukup. Apa yang kau tawarkan?"Tanpa menjawab, Yan Hui mengeluarkan sebuah gulungan dari balik lengan bajunya. Dengan gerakan ringan, ia melemparkannya ke atas meja kayu yang usang. Seorang pria dari Pasukan Penjelajah Malam mengambilnya, membukanya, dan matanya sedikit membelalak."Ini… denah rahasia istana Kekaisaran Bulan Perak?"Beberapa orang lainnya segera mendekat, mengamati isi gulungan itu dengan sorot m
Wu Rong menghela napas di dalam kesadarannya. "Aku sudah memperingatkanmu. Jika kau kehilangan keseimbangan, salah satu dari mereka bisa berkembang di luar kendalimu."Xuan Li segera menajamkan fokusnya, menarik kembali sebagian energi yang telah ia bagi ke tubuh klon tersebut. Namun, bayangan itu tidak berhenti. Tubuhnya sedikit bergetar, sebelum tiba-tiba melesat dengan kecepatan luar biasa, menyerang Xuan Li tanpa peringatan.Udara berdesir saat pukulan tajam hampir mengenai wajahnya. Xuan Li bergeser ke samping dalam sepersekian detik, nyaris kehilangan keseimbangan. Matanya menyipit, mengamati klon tersebut dengan lebih seksama.Klon ini berbeda, ia bisa merasakan bahwa klon itu bukan hanya memiliki sebagian dari kekuatannya, tetapi juga mencerminkan bagian dirinya yang lebih liar dan agresif.Wu Hei tertawa kecil, suaranya menggema dalam pikirannya."Menarik. Klon itu membawa sebagian dari sisi gelapmu. Jika kau tidak hati-hati, kau bisa kehilangan kendali atas dirimu sendiri."
"Kau telah membangkitkanku," kata Wu Rong, suaranya bergema di kesadarannya, "Tapi untuk benar-benar memahami kekuatanmu, kau harus melangkah lebih jauh."Xuan Li tetap diam. Ia tahu bahwa Wu Rong bukan makhluk yang suka berbicara tanpa tujuan."Teknik yang kusampaikan padamu ini disebut Tubuh Jiwa," lanjut Wu Rong. "Dengan teknik ini, kau bisa menciptakan tubuh ganda yang benar-benar sama seperti tubuh aslimu. Bukan sekadar ilusi atau bayangan biasa, melainkan perpanjangan dari dirimu sendiri."Xuan Li mengerutkan kening. Teknik klon memang bukan hal asing dalam dunia kultivasi, tetapi dari nada suara Wu Rong, ini jelas bukan teknik biasa."Sejauh mana kehebatannya?" tanyanya akhirnya, suaranya tetap datar, tetapi dengan ketertarikan yang tak bisa disembunyikan.Wu Rong terdiam sejenak, lalu menjawab, "Tubuh Jiwa tidak hanya meniru bentukmu. Mereka membawa sebagian dari esensimu, bisa berpikir sendiri, bertarung, bahkan berkultivasi secara terpisah. Mereka adalah dirimu, hanya dalam