“Ini surat apa, Tuan?” tanya Jane kepada Arjuna.“Surat perjanjian kerja untukmu! Ayo segera tanda tangan. Saya buru-buru, nih!” desak Arjuna, kepada gadis itu.Jane ingin sekali membaca surat perjanjian tersebut, namun tulisannya sangat padat dan hurufnya kecil-kecil. Sehingga harus dibaca dengan teliti. Akan tetapi Arjuna terlihat buru-buru ingin pergi dari restoran itu. Demikian halnya dengan Jane yang juga memiliki janji untuk bertemu dengan dokter Diki.Apalagi saat ini Arjuna menyodorkan sebatang pulpen di hadapannya, seraya berkata,“Ayo, segera tanda tangani!” desaknya lagi.Tanpa pikir panjang, Jane pun menandatangani surat perjanjian kerja dari Arjuna kepada dirinya, tanpa rasa curiga sedikitpun.Jane merasa senang karena berhasil menandatangani perjanjian kerja dengan Arjuna. Namun, tanpa disadarinya, dibalik kesenangan tersebut, tersembunyi konsekuensi yang mungkin akan menjeratnya seumur hidup.Dalam kegembiraannya, Jane tidak menyadari bahwa dia tidak sepenuhnya memahami
Arjuna merasa seperti berada di puncak dunia. Setelah sebelumnya berada dalam tekanan dari Erlan, sepupunya yang sibuk mencoba menjodohkannya, akhirnya dia bisa bernapas lega.Arjuna bisa merasakan kebebasan dan kegembiraan yang mulai merambat dalam setiap serat tubuhnya, seolah-olah dia baru saja bebas dari penjarahan. Pria itu merasa seperti burung yang baru saja dilepaskan dari sangkarnya, terbang bebas di langit biru tanpa batas.Arjuna berjalan dengan langkah ringan, meninggalkan area restoran, hatinya bergetar dengan kebahagiaan. Dia sedang membayangkan Jane, wanita yang akan menjadi istri pura-puranya, dengan senyuman lebar.“Ha-ha-ha! Ternyata asyik juga jika semuanya menjadi suatu kenyataan!” angannya dalam hati. Arjuna tahu bahwa dia mungkin akan berutang banyak pada Jane, tapi pria itu juga tahu bahwa gadis itu tidak bisa menolak permintaannya. Jane telah menandatangani surat perjanjian, berarti dia akan bersedia menjadi istri pura-pura Arjuna, setidaknya sampai Erlan ber
Jane berjalan dengan langkah mantap, melintasi pintu masuk mall yang besar dan mewah. Cahaya lampu-lampu dari dalam mall yang menembus jendela kaca besar itu, membuat wajahnya tampak berkilau. Jane yang cantik laksana putri keraton seolah-olah sedang menari-nari seiring dengan langkahnya, membuatnya tampak seperti bidadari yang turun dari surga. Rambutnya yang panjang dan berkilau tergerai indah di pundaknya, sementara sepasang matanya yang berbinar menunjukkan antusiasme yang membara.Jane melangkah masuk ke dalam kafe yang berada di mall tersebut. Aroma khas kopi yang kuat langsung menyambutnya, membuatnya merasa hangat dan nyaman. Suara cekikikan dan obrolan dari pelanggan lain terdengar meriah di telinganya. Dia pun menoleh ke kanan dan kiri, mencari seseorang.Tepat di sudut kafe, seorang pria tampak duduk di salah satu meja. Pria itu adalah Diki, seorang dokter yang juga sahabat baik Jane. Diki dulunya adalah sosok yang selalu ada di sisi Jane, mendukungnya saat keadaan suka dan
Tak berapa lama setelah itu, makanan yang mereka pesan akhirnya datang juga. Jane dan Diki duduk berhadapan di sebuah kafe yang hangat dan nyaman. Cahaya lampu yang lembut memberikan suasana yang tenang dan santai, sementara aroma makanan yang menggoda untuk segera menyantapnya.“Akhirnya, makanannya datang juga! Ayo … mari kita makan, Jane.” seru Diki antusias.“I … iya, Diki.” sahut Jane sambil tersenyum.Lalu kemudian gadis itu bergumam dalam hatinya,“Duh … bagaimana caranya aku menghabiskan makanan ini? Perut ku kan masih kenyang?” gumamnya dalam hati.Namun Jane menjadi tidak enak hati kepada sahabatnya, Diki. Dia pun mencoba memakan sedikit demi sedikit, untuk menghargai sang pria yang telah lama menunggu kedatangannya. Keduanya pun mulai makan, menikmati makanan yang lezat di depan mereka. Jane tampak mulai menikmati makanannya, senyumnya yang manis selalu muncul setiap kali dia mencoba sesuatu yang baru. Diki, di sisi lain, tampak sedikit gelisah. Dia sering kali mencuri-cu
Ternyata, tanpa diduga oleh Jane dan Diki, ada seorang pria yang mengikuti mereka saat mereka keluar dari kafe. Pria itu terus mengikuti mereka hingga masuk ke dalam toko buku. Pria itu adalah Arjuna, pria yang tadi bersama Jane sebelumnya. Sang pria nampaknya cemburu dengan kedekatan Jane dan Diki.Arjuna yang baru saja menyelesaikan meetingnya dengan Tuan Takeshi, mulai berjalan untuk pulang ke apartemennya. Akan tetapi saat ini, dia malah melihat Jane sedang bersama dengan pria lain di mall yang sama di mana dirinya berada saat ini.“Hei! Bukankah itu Nona Jane?” tuturnya dalam hati.“Itu siapa? Kenapa dia sedang bersama dengan pria lain? Siapakah laki-laki itu?” gumamnya tak suka.Arjuna terlihat mengeraskan rahangnya dan mulai mengepalkan tangannya dengan kuat. Pria itu pun memutuskan untuk membuntuti Jane dan pria itu, secara diam-diam.Ketika Jane dan Diki berjalan ke luar dari kafe, keduanya tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mengikuti mereka. Jane dan Diki berjalan deng
Mobil Arjuna masih ada di depan rumah Jane. Mukanya merah dan emosi melandanya saat melihat sang gadis menggenggam erat tangan pria itu. Dia pun mengumpat beberapa kali melampiaskan kekesalannya.“Sial! Sial! Sial!” umpatnya.Arjuna masih duduk di dalam mobilnya, terparkir di seberang jalan dari rumah Jane. Jantungnya berdebar kencang, tangannya gemetar di atas setir saat dia melihat Diki dan Jane berjalan beriringan, tertawa bersama, bahkan berbagi payung di bawah guyuran hujan gerimis.“Hei! Ada apa denganku? Kenapa aku menjadi terganggu dengan gadis itu?” kesalnya sendiri dari dalam hatinya.Namun Arjuna tidak dapat menemukan jawabannya. Entah apa yang merasukinya saat ini. Rasa sakit yang mendalam menggema di dadanya, seperti belati yang menusuk hatinya. Arjuna merasa seolah-olah merasakan udara di paru-parunya telah diperas, membuatnya sulit bernapas. Sang pria meremas setir mobilnya dengan begitu kuat, mencoba meredakan emosi yang membara di dalam dirinya.Wajah Arjuna tampak te
Saat hampir tengah malam tiba, suasana di bar mulai mereda. Deral dan Arjuna, dua sahabat baik yang sedang sama-sama galau. Memutuskan untuk meninggalkan bar setelah menghabiskan malam yang seru bersama. Keduanya mulai berjalan keluar dengan langkah yang sedikit terhuyung-huyung, menunjukkan efek dari beberapa gelas minuman keras yang mereka telah habiskan.Deral, dengan senyum lebar di wajahnya, menggenggam kunci apartemennya dan berjalan menuju mobilnya. Dia merasa cukup puas dengan malam yang telah mereka habiskan bersama. Deral adalah tipe orang yang lebih suka menikmati waktu sendiri di rumah setelah berpesta, jadi dia memutuskan untuk pulang ke apartemennya yang nyaman.Bro … gue cabut duluan, ya!” pamitnya kepada Arjuna.“Hah? Mau ke mana Lo, Bro?” tanya Arjuna kepadanya.“Gue mau pulang ke apartemen gue, Bro. Entah kenapa kepala gue mulai berat sekarang,” tutur Darel lagi.“Yaelah, Bro! Hari masih sore begini! Ayolah … kita bersenang-senang dulu! Bencong saja pulang pagi, Bro!
Arjuna seperti sedang membalaskan dendamnya karena kegundahan hatinya gara-gara Jane. Bahkan pria itu membayangkan wajah Jane saat dirinya bermain panas dengan wanita sewaannya tadi.Arjuna terbaring di atas tempat tidur yang nyaman di sebuah hotel mewah, setelah melewati malam yang panjang bersama Cindy dan Nola. Wajahnya terlihat tenang, menunjukkan bahwa dia sedang tidur pulas. Akan tetapi tanpa dirinya sadari di dunia mimpi, Arjuna terbawa ke dalam sebuah taman yang begitu indah. Di tengah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga berwarna-warni, dia dapat melihat Jane, wanita yang selalu mengisi pikirannya belakangan ini.Jane mengenakan gaun putih yang begitu indah, seolah-olah dia adalah sosok malaikat yang turun dari surga. Gaun itu melambangkan keanggunan dan kemurnian dirinya. Arjuna tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kecantikan Jane yang sungguh benar-benar memesona. Mata Jane berbinar-binar, seakan memancarkan cahaya kebahagiaan dan kedamaian.Dalam mimpi itu, Arjuna d
Di malam yang tenang di pulau Bora-Bora, bungalow yang terletak di pinggir pantai itu menjadi saksi bisu dari momen yang sangat penting dalam kehidupan Jane dan Arjuna. Bulan bersinar terang, memantulkan cahaya ke permukaan air laut yang tenang, menciptakan suasana yang sangat romantis dan damai. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma laut yang menyegarkan, sementara suara ombak yang tenang menghantam pantai menambah nuansa magis malam itu.Jane dan Arjuna telah menunggu momen ini sejak lama. Setelah pernikahan mereka yang indah dan penuh kebahagiaan, akhirnya keduanya tiba di tempat di mana mereka akan memulai babak baru dalam kehidupan Arjuna dan Jane sebagai pasangan suami istri. Bungalow tersebut didekorasi dengan elegan, dengan lilin-lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan, memberikan cahaya hangat yang menyelimuti mereka berdua.Jane mengenakan gaun malam yang indah, berwarna putih lembut, melambangkan kemurniannya. Arjuna, dengan senyumnya yang menenangkan, menatap Jan
Perjalanan bulan madu Jane dan Arjuna dimulai dengan semangat dan antusiasme. Setelah menikah dalam sebuah acara resepsi yang indah dan megah, keduanya pun memutuskan untuk menghabiskan bulan madu mereka di salah satu destinasi paling eksotis di dunia yaitu di Kepulauan Bora-Bora, Polinesia Prancis. Destinasi ini terkenal dengan keindahan alamnya, pantai berpasir putih, dan air laut yang jernih. Minggu pagi yang cerah di Jakarta saat ini, Jane dan Arjuna tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan penuh semangat. Tak lupa keduanya memeriksa tiket dan bagasi sebelum menikmati secangkir coklat panas sambil menunggu penerbangan mereka. Penerbangan pertama mereka adalah menuju Bandara Internasional Los Angeles (LAX) dengan maskapai penerbangan internasional.Jane pun lalu berkata,"Mas Juna aku sungguh tidak sabar untuk melihat Bora-Bora. Aku sudah mencari tahu tentang tempat itu melalui media online, pantainya sangatlah indah.""Aku juga, Sayang. Ini akan menjadi perjalanan yan
Di sebuah apartemen yang terletak di salah sudut Kota Jakarta, Nola duduk sendirian di sofanya. Layar televisi di depannya menayangkan siaran langsung resepsi pernikahan antara Arjuna Levin dan Jane Calista Cintania. Ballroom hotel bintang lima itu tampak megah, penuh dengan tamu yang berbahagia. Nola menatap layar dengan perasaan campur aduk. Nola ingat betul masa-masa ketika dia dan Arjuna sering bertemu diam-diam. Mereka adalah partner ranjang, namun bagi Nola, Arjuna lebih dari sekadar itu. Meski tahu bahwa hubungannya dengan Arjuna tidak memiliki masa depan, Nola tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa sesuatu yang lebih. Kini, melihat Arjuna menikah, hatinya merasa kosong tapi wanita itu juga merasa lega.Nola menarik napas panjang dan tersenyum tipis. "Aku ikut berbahagia untukmu, Bos Arjuna," bisiknya pada layar televisi. "Semoga Anda dan Nona Jane bahagia selalu."Di tempat lain, di sebuah apartemen yang lebih modern dan mewah, Dona dan Cindy, mantan partner ranjang Arj
Ballroom mewah di hotel bintang lima di kawasan Jakarta Pusat tampak berkilauan oleh gemerlap lampu kristal yang memancarkan kemegahan. Suasana malam itu penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan, ketika Arjuna Levin dan Jane Calista Cintania merayakan hari pernikahan mereka. Para tamu yang hadir tampak berbaur, mengobrol, dan menikmati sajian yang telah disiapkan dengan cermat.Tamu-tamu yang datang tidak hanya dari kalangan keluarga, akan tetapi juga kolega bisnis dan sahabat dekat kedua mempelai. Tuan Rahez dan istrinya, Nyonya Zemi, terlihat sedang berbincang dengan Tuan Edward dan Nyonya Zuri di salah satu sudut ballroom. Sementara itu, Tuan Gideon dan Nyonya Septin duduk bersama di meja yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Di sisi lain ruangan, Farah dan suaminya, Peter, terlihat sedang tertawa bersama Jane yang tampak anggun dalam gaun pengantinnya. Jane, dengan senyuman manisnya, tampak bahagia dikelilingi oleh orang-orang terdekatnya. Farah, sahabat Jane sejak lama, meng
Pada suatu malam, suasana di rumah baru Arjuna dan Jane sangat hangat dan penuh kebahagiaan. Mereka baru saja pindah ke rumah yang baru yang telah dipersiapkan oleh Arjuna untuk istrinya, Jane. Kini rumah megah itu menjadi saksi berkumpulnya keluarga besar mereka untuk pertama kalinya. Malam ini istimewa, bukan hanya karena seluruh keluarga berkumpul, akan tetapi juga karena semua akan membicarakan tentang detail resepsi pernikahan Arjuna dan Jane yang akan dilangsungkan minggu depan.Di ruang makan yang besar dan elegan, hidangan mewah tersaji di atas meja panjang yang dihiasi oleh bunga-bunga segar. Aroma makanan menggoda, dari roasted chicken, beef wellington, hingga berbagai macam hidangan penutup yang menggiurkan. Di tengah-tengah ruangan, lampu gantung kristal berkilauan menambah keanggunan suasana malam itu.Opa Robi dan Oma Rini, orang tua dari Papi Fred, duduk di sisi kiri meja. Mereka tampak gembira dan penuh semangat, berbicara dengan cucu-cucunya. Opa Robi, dengan kemeja
Malam itu, suasana begitu tenang di sebuah perumahan elit yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Pohon-pohon rindang yang berbaris rapi di sepanjang jalan utama menambah kesan sejuk dan nyaman. Jane sedang duduk di teras rumah, menikmati angin malam yang semilir. Matahari telah terbenam sepenuhnya, namun suasana hatinya masih diselimuti kegembiraan setelah kejutan spesial untuk Oma Ainur yang diberikan oleh suaminya, Arjuna, tadi pagi.Namun, Jane tidak menyangka bahwa Arjuna memiliki kejutan lain yang tak kalah mengejutkan. Pria tampan dan kaya raya itu datang menghampirinya dengan senyum yang penuh arti."Sayang, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu," ucap Arjuna sambil mengulurkan tangannya.Jane menerima uluran tangan suaminya dengan penasaran. Mereka berjalan beriringan menuju sebuah rumah besar yang berdiri megah di samping rumah pribadi Oma Ainur, yang juga merupakan pemberian Arjuna. Jane memperhatikan rumah itu dengan seksama, merasa ada yang istimewa dengan
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, kondisi kesehatan Oma Ainur semakin membaik dan dokter pun memberikan izin untuk pulang. Namun, yang tidak disangka oleh Oma Ainur adalah bahwa cucu menantunya, Arjuna, telah menyiapkan sebuah kejutan besar untuknya.Arjuna dan Jane segera membawa Oma Ainur ke sebuah rumah yang baru. Rumah tersebut terletak di lingkungan yang tenang dan asri, jauh dari kebisingan kota. Ketika mereka tiba, Oma Ainur tertegun melihat rumah megah dengan taman yang luas dan tertata rapi.“Ini … rumah siapa, Jane?” tanya Oma Ainur dengan wajah penuh keheranan.Arjuna tersenyum dan menggenggam tangan Oma Ainur. “Ini rumah baru Oma. Kami ingin Oma tinggal di tempat yang lebih nyaman dan tenang,” jawabnya dengan lembut.Jane, yang berdiri di samping Arjuna, menambahkan,“Kami ingin Oma mendapatkan perawatan terbaik dan merasa nyaman di masa pemulihan ini.” Jane ikut menimpali walaupun hatinya juga masih sangat kaget dengan semua yang telah dilakukan oleh Arjuna u
Keesokan harinya, kondisi kesehatan Oma Ainur berangsur-angsur mulai pulih. Kamar rumah sakit yang semula dipenuhi kekhawatiran kini dipenuhi rasa syukur dan harapan. Pagi itu, sinar matahari yang masuk melalui jendela memberikan kehangatan, seakan-akan menyampaikan pesan bahwa semuanya akan baik-baik saja.Oma Ainur duduk di tempat tidurnya, wajahnya lebih cerah dibandingkan hari sebelumnya. Dokter Diki baru saja selesai memeriksa tekanan darahnya."Bagaimana dengan kondisi Oma Ainur sekarang, Dokter?" tanya Jane, dengan nada penuh harap.Dokter Diki tersenyum sambil menatap monitor tekanan darah. "Tekanan darah Oma sudah normal. Ini perkembangan yang sangat baik," ucapnya sambil menoleh ke arah Oma Ainur. "Oma Ainur, Anda benar-benar tangguh. Terus jaga pola makan dan istirahat yang cukup, ya."Oma Ainur mengangguk pelan, matanya berbinar penuh rasa syukur. "Terima kasih, Dokter. Sekarang, saya merasa jauh lebih baik."Jane menghela napas lega. "Syukurlah, Oma. Kita semua sangat
Namun, sebelum mereka sempat mematikan lampu dan berbaring, ponsel Jane berdering. Jane mengangkat alisnya, sedikit terkejut karena ada panggilan malam-malam begini. Dia lalu meraih ponselnya dari meja samping tempat tidur dan melihat nama yang tertera: Dokter Diki.Jane : “Halo, Dokter Diki,” sapa Jane dengan nada sedikit khawatir.Dokter Diki :“Jane, saya minta maaf mengganggu tidurmu di malam hari ini. Tapi saya harus memberitahukan kepadamu jika Oma Ainur sedang dirawat di rumah sakit. Tekanan darahnya sangat tinggi dan kondisinya perlu pengawasan intensif,” seru Dokter Diki, suaranya terdengar serius.Jane : “Oh tidak ... bagaimana kondisi Oma sekarang, Dok?”Jane merasa darahnya berdesir.Dokter Diki :“Kondisi Oma Ainur telah stabil untuk saat ini, tapi kami para tim dokter masih memonitor. Saya pikir sebaiknya kamu datang ke sini secepatnya,” sahut Dokter Diki dari seberang sana.Jane :“Tentu, kami akan akan segera ke sana,” ujar Jane sebelum menutup telepon.Arjuna, ya