PANTAI

RAHASIA TOGONG OLOYOMATE

Dua pasang kaki itu mencetak jejak yang terukir sempurna diatas pasir. Ella berhenti, memandangi hamparan lautan yang menyapa didepannya. Pohon pohon kelapa tanpa buah melambai lambai di tiup angin sore yang mulai berganti senja.

Perahu perahu nelayan dipermainkan ombak yang tenang. Teduh sekali.

"Disebelah sana!" suara Juan menyentakkan gadis itu dari alam pikirannya sendiri. Dia berpaling dan melihat Juan sedang melangkah ke ujung pantai sebelah utara.

Dari tempatnya berdiri Ella dapat melihat jejeran karang yang menjulang kokoh disana. Tanpa tunggu lebih lama gadis semampai ini segera melangkah mengikuti Juan.

Batu batu karang itu berbaris menjorok ke laut, dengan ketinggian beragam.

Ella memandangi sesaat dan kemudian berpaling pada Juan. pemuda itu paham maksud gadis itu. Tangannya terangkat menunjuk.

"Karang paling tinggi itu..."

Ella mengangguk, sesaat kemudian dia sudah memanjat naik ke atas puncak batu karang yang paling tinggi. Juan menyusulnya. Dua siluet manusia di puncak batu itu dilukiskan oleh cahaya matahari senja. Suatu pemandangan yang langka.

Si gadis mengamati struktur batu dimana ia dan Juan berdiri. Dibawah sana tampak air laut disela sela karang tajam yang lebih rendah. Sangat berbahaya jika seseorang jatuh ke bawah sana.

"Di bawah sana, 2 tahun yang lalu, mayat Pak Nurfan ditemukan." celetuk Juan.

"Menurutmu, dia berada di posisi mana sebelum jatuh kebawah sana?" Tukas Ella, tidak terdengar seperti bertanya, tapi menguji.

"Kalau melihat pada posisi mayatnya waktu itu, dia sebelumnya berdiri disini, di puncak karang tertinggi. Lagipula dari semuanya hanya batu ini yang memiliki puncak yang datar. Tak mungkin dia berdiri di puncak batu lain yang ..runcing."

"Baik." Ella mengulas senyum sambil mengangguk angguk. "Kalau begitu, aku ingin mendengar asumsimu. Bagaimana bisa dia jatuh ke bawah sana?"

Juan menggaruk belakang telinganya. "Terpeleset...mungkin?"

Gadis itu menggeleng. "Maukah kau mendengarkan teoriku?"

"Tentu."

"Batu karang tempat kita berdiri ini memiliki permukaan rata dan paling tinggi. Saat air pasang pun tidak akan mampu mencapai puncak batu ini. Karna itulah permukaannya kering dan tidak licin sama sekali. Tidak mungkin pria itu terpeleset dan terjun bebas ke bawah. Kemungkinan itu sangat kecil."

"Lalu?"

"Ada dua kemungkinan. Pertama, dia memang sengaja terjun ke bawah sana. Kedua, ada seseorang yang telah mendorongnya..."

Sepasang alis tebal Juan terangkat. "Masa...?"

"Kemungkinan pertama kurasa tidak begitu kuat. Dia bukan seorang pria yang depresi sampai sampai harus bunuh diri disini. Seseorang telah mendorongnya...."

"Mengapa kau bisa seyakin itu?"

"Cerita Pak Gunawan memberikan beberapa informasi kecil padaku." Ella tersenyum simpul.

"Apa yang diceritakannya?"

"Senja itu ia berada di pantai. kurang lebih 50 meter dari sini. Aku memperkirakan dia berada disana," Telunjuk Ella mengarah ke Selatan, pada deretan perahu perahu nelayan. "Dia bercerita bahwa dia mendengar suara teriakan disertai benda berat tercebur ke laut. Dia berlari serta memanjat kesini, dan mendapati pemandangan menakutkan , dimana lelaki itu telah meninggal dibawah sana. Menurut Pak Gunawan, Pak Nurfan tidak biasanya naik ke atas batu karang ini. Dia ke pantai hanya untuk turun melaut saja. Tidak ada waktu untuk sekedar berjalan2 atau nongkrong di atas batu batu ini...."

Ella menghela nafas.

"Dia meminjam perahu orang pagi itu, dan pergi ke Togong Oloyomate. Namun ketika mayatnya ditemukan, perahu itu sudah ditempatnya semula, utuh tanpa kerusakan sedikitpun."

"Menurutmu, apakah dia benar benar sampai disana? Dia kan pendatang, dia tidak tahu dimana beradanya Pulau itu..."

"Pak Gun bercerita bahwa pemilik perahu yang dipinjam Pak Nurfan memberikan petunjuk tentang keberadaan pulau itu dengan terpaksa, karna Pak Nurfan bersikeras ingin tahu."

Sunyi. Tak ada yang bicara. Sekumpulan camar terbang rendah seolah olah hendak mencium permukaan laut yang sedang tenang.

"Juan?"

"Ya?"

"Boleh kau ceritakan, ada apa dengan Togong Oloyomate itu, dan apa artinya Surya Rembana?"

"Aku..."

"Bantulah aku sekali ini."

"Baik." sang pemuda menyanggupi. "Tapi kau harus berjanji untuk memberi tahu apa sebenarnya yang sedang kau kerjakan ini..."

Ela terdiam. Setelah menimbang nimbang beberapa saat, dia akhirnya mengangguk.

"Surya Rembana adalah nama sebenarnya dari Togong Oloyomate. Konon nama Surya Rembana diberikan oleh Raja Banggai yang dijuluki Mumbu doi Jawa. Pulau itu bisa dikatakan Pulau Raja. Menurut cerita, pulau itu pernah disinggahi Sang Tomundo. Sejak saat itu pulau itu dianggap keramat, tidak boleh didatangi dan dengan sendirinya terisolasi dari dunia luar. Penyebutan Togong Oloyomate sendiri itu berasal dari mulut orang orang lokal. Oloyomate berarti Matahari Mati. Aku juga tidak mengerti mengapa namanya seperti itu, lagipula aku belum pernah kesana."

"Apakah menurutmu kematian dua orang itu ada hubungannya dengan Surya Rembana?"

Juan mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Namun orang orang desa percaya, itu Kutukan dari Surya Rembana. Karna nyatanya orang orang yang meninggal ini terdengar membicarakan pulau itu sebelum mereka ditemukan mati."

Ella meringis. Semua petunjuk dan informasi mengarah pada Pulau itu. Sementara pulau itu dikeramatkan dan pantang diinjak oleh penduduk disini.

"Aku sudah mengatakan tentang pulau itu. Sekarang kau harus menepati janjimu."

"Aku seorang...."

"Hey! Disitu kalian rupanya!"

terdengar teriakan dari bawah. Ella dan Juan refleks menoleh. Tampak Joshua, berdiri dibawah sana sambil melambaikan tangan dan tersenyum lebar. Kedua orang diatas batu ini segera bergerak turun dan menghampiri pemuda gondrong itu.

"Kenapa kau bisa sampai disini?" Tanya Ella.

"Aku penasaran dengan pantai didesa ini. Kau tahu kan, aku ini pecinta senja dan lautan...!" jawab Joshua dengan nada sok puitis.

"Tapi matahari sudah tenggelam. Lebih baik kita segera pulang," sahut Ella.

Joshua meringis, namun akhirnya dia mengangguk. Mereka pun berjalan beriringan meninggalkan pantai. Juan tak bicara lagi, mungkin ia dongkol karna Ella tak jadi menceritakan siapa dirinya.

***