Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu dari luar pintu kamar Qiao Zhi Jing, sentak mengejutkan Qiao Zhi Ying. Seketika membuyarkan lamunannya, dia reflek menatap ke arah pintu kamarnya yang sengaja dikunci dari arah dalam karena ketenangannya tak ingin diganggu oleh siapa pun."Maka sudah kubilang. Jangan ada yang menggangguku. Aku ingin sendiri!" cetusnya dengan suara lantang."Nona, ini aku. Ban Xia," ucapnya dari luar pintu.Awalnya tak ingin menghiraukan. Namun mengetahui bahwa orang yang berada di balik pintu kamarnya adalah Ban Xia, Qiao Zhi Jing pun reflek bangkit dan membuka pintu kamarnya."Ban Xia? kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Qiao Zhi Jing dengan sikap antusias."Nyonya besar yang mengirimku ke sini. Nyonya besar khawatir pelayan orang lain tidak memuaskan Anda. Nona, apa Anda tidak menginginkanku di sini?" Ban Xia memasang wajah memelas karena merasa kecewa."Tidak, bukan seperti itu. Sudahlah, lupakan saja. Cepat masuk!" Tanpa aba-aba, Qiao Zhi Jing dengan sigap men
"Tuan Putri, sudah waktunya bangun. Tuan putri." Pagi hari sekitar pukul 06.00 pagi, Bibi Tian mulai membangunkan Qiao Zhi Jing. Hari ini Qiao Zhi Jing harus mengikuti kelas khusus yang dijadwalkan oleh Bai Wuxin."Emmhhh ... jangan ganggu aku. Aku tidak akan datang. Masih terlalu pagi. Jangan membangunkanku," jawab Qiao Zhi Jing dengan rasa malas seraya menarik selimutnya guna menutupi wajahnya. "Tuan putri, Anda harus bangun sekarang juga. Jika tidak, Pangeran akan ... ."Reflek kedua netra Qiao Zhi Jing terbuka lebar sebab teringatkan ancaman dari Bai Wuxin. Permainan dimulai. Bai Wuxin sengaja mengerjai Qiao Zhi Jing dengan memasukkannya ke akademi kerajaan yang terletak di istana. Setiap hari, Qiao Zhi Jing wajib hadir di kelas, serta diawasi oleh Hua Rong yang juga sengaja mendaftar ke kelas yang sama demi mengawasi tingkah laku Qiao Zhi Jing di istana.Awalnya Qiao Zhi Jing mulai bisa menerima kehidupannya saat ini. Ia akan menganggapnya sebagai liburan. Namun, setelah tahu b
“Nona, untuk apa Anda menanyakannya? Jika Anda sudah lupa, sebaiknya lupakan saja, Nona. Saya memiliki kesan buruk tentang danau itu,” ujarnya dengan wajah memelas. “Tidak, aku hanya ingin tahu saja. Siapa tahu jika aku mendatangi tempat yang pernah kudatangi, mungkin akan ada percikan-percikan ingatan yang muncul.” Qiao Zhi Jing mencari-cari alasan demi membujuk Ban Xia. Bodohnya Ban Xia mulai goyah. Ia merasa bahwa ucapan Qiao Zhi Jing sedikit masuk akal. Siapa yang tahu jika seseorang yang melupakan banyak hal akan kembali mengingatnya ketika datang ke tempat-tempat yang pernah didatangi sebelumnya. “Bagaimana menurutmu?” Qiao Zhi Jing menaik-naikkan kedua alisnya. Terbaca jelas dari wajah Ban Xia walau tanpa dikatakan secara langsung. Ban Xia tampaknya setuju dengan usul Qiao Zhi Jing. “Emm … Sepertinya masuk akal. Mungkin bisa dicoba,” jawabnya usai menimbang-nimbang begitu lama. “Bagus! Kalau begitu, berhubung kita sudah di luar, ayo! Antar aku menuju danau itu.” Qiao
“Jangan tertawa! Kau kira ini lucu apa?” protes Qiao Zhi Jing dengan nada bicara ketus seperti biasanya. Sayang sekali, Bai Wuxin sedikit pun tak mengindahkan perkataan Qiao Zhi Jing. “Hahahaha.” Bai Wuxin terus-menerus tertawa terbahak-bahak. Tak mempedulikan semua orang yang terdiam menatapnya dengan tatapan heran. Tentu saja semua orang yang mengenal kepribadian Bai Wuxin akan merasa janggal tatkala melihat seorang Pangeran berwibawa seperti Bai Wuxin yang biasanya sedikit bicara dan berwajah dingin ternyata bisa tertawa hingga seperti itu. Kira-kira, ini pertama kalinya mereka melihat seorang Bai Wuxin tertawa demikian. “Menyebalkan! Aisssh!” Qiao Zhi Jing tampak kesal dengan gelak tawa Bai Wuxin yang terdengar nyaring saat menertawakan kesialan yang menimpa dirinya. Karena sudah terlalu lelah dan lapar, Qiao Zhi Jing sudah tak bersemangat untuk bertengkar dengan Bai Wuxin. Qiao Zhi Jing mendorong tubuh Bai Wuxin yang menghalangi jalannya, lalu masuk ke dalam dengan santai
"Apa? kau ingin aku mengkhianatinya? jangan harap," timpal Qiao Li Ying. Dia sangat terkejut mendengar usul dari pria misterius itu.Pria misterius, lebih tepatnya orang yang telah mengancam Qiao Li Ying untuk bertemu dengannya. Dia tak lain adalah Bai Ruyu, kakak pertama Bai Wuxin."Hekh!" Seringaian terlukis di wajah rupawannya. Menilai dari sikap yang ditunjukkan, Bai Ruyu tampak meremehkan ucapan Qiao Li Ying. Benar, dia memang meremehkan ucapan Qiao Li Ying yang terdengar tidak tulus sedikit pun."Kau tertawa?" Qiao Li Ying tidak terima tatkala dirinya diremehkan secara terang-terangan."Tidak, aku bukan menertawakanmu. Aku hanya tertegun. Aku mengagumimu. Bakat aktingmu sangat alami. Aku bahkan sempat pernah tertipu aktingmu itu. Tapi setelah mengetahui kebenarannya, Qiao Li Ying ... sepertinya kau sangat mendalami aktingmu itu," tutur Bai Ruyu."Apa maksdumu?" Kedua tangan Qiao Li Ying dilipatkan. Dagunya mendongak ke arah Bai Ruyu, tanda dirinya sengaja menantang Bai Ruyu."Ti
“Bukankah itu dia … Qiao Zhi Jing?” bisiknya di telinga gadis yang duduk di sampingnya. Seorang gadis muda berumur 16 tahun yang tengah duduk di salah satu kursi kelas Akademi Kerajaan. Bai Qian Qian, sang putri bungsu Kaisar Bai. Anak dari Permaisuri Li Man, adik terakhir Pangeran Bai Ruyu. Sedangkan seorang lagi yang tengah dia ajak bicara adalah kakaknya yang bernama Bai Shuyue. Adik pertama Bai Ruyu. “Tidak, sekarang dia bukan hanya Qiao Zhi Jing. Tapi istri Kakak kedua,” timpal Bai Shuyue sembari tetap fokus menyalin kitab di atas kanvas. “Hanya melihat wajahnya saja sudah membuatku sangat membencinya,” celetuk Bai Qian Qian dengan sifat ketusnya. Dari sorot matanya, tergambar jelas rasa tidak sukanya tatkala menatap wajah Qiao Zhi Jing. “Lalu kenapa jika kau tidak menyukainya? Kau ingin membunuhnya? Adik, aku sarankan agar kau menjaga sikapmu. Dia bukanlah orang yang bisa kau sentuh dengan mudah.” Memberi nasihat. “Kakak, sebenarnya kau berada di pihak mana sih? Kenapa
“Kalian tunggu saja!” Bai Ruyu menatap satu persatu targetnya. Dia terpaksa harus menyudahi pertengkaran, lantas berlalu pergi meninggalkan kelas begitu saja. “Bagaimana kondisimu?” tanya pria yang membantu Duan Jia Lun. Ia membantu Duan Jia Lun bangkit. “Tidak masalah. Hanya luka kecil,” balas Duan Jia Lun meringankan kondisinya.Hua Rong, dia menyamar menjadi salah satu siswa akademi, sesuai dengan perintah Bai Wuxin. Memberikan identitas istimewa demi melindungi Qiao Zhi Jing dari orang-orang yang ingin melukainya. “Saudara, terimakasih. Oh, aku baru melihatmu di kelas ini. Apa kau murid baru? Siapa namamu? Dan dari keluarga mana?” Duan Jia Lun langsung mencecar Hua Rong dengan banyak pertanyaan. “Namaku Shangguan Qiwu.” Hua Rong memeritahu nama samaran yang telah disiapkan oleh Bai Wuxin. “Shangguan? Shangguan … wah! Aku tahu! Shangguan, marga yang sama seperti mendiang permaisuri terdahulu. Jadi, kau berasal dari Keluarga permaisur?” tebaknya. “Benar,” jawabnya singk
"Qiao Zhi Jing?" gumam Bai Wuxin kala mendapati sosok Qiao Zhi Jing yang datang menerobos masuk ke dalam kamarnya. Tak hanya Bai Wuxin saja, termasuk Hua Rog yang ada di sana pun turut memasang ekspresi tak biasa."Kenapa? kalian kaget kalau ini aku?" sindirnya."Apa mungkin ... kau mendengar semua yang baru saja kami katakan?" Bai Wuxin menyelidiki Qiao Zhi Jing guna memastikan."Memangnya kenapa jika aku mendengarnya? kenapa? yang benar saja! jika aku tidak mendengarnya, aku yakin kalian akan selamanya menyembunyikan hal ini." Qiao Zhi Jing menyeringai diiringi tawa kecil, saking merasa konyolnya kala menghadapi situasinya saat ini.Fakta yang penting dan sengaja disembunyikan, pad akhirnya akan tetap terbongkar juga. Kebohongan memang tidak akan bertahan lama. Walaupun dirinya hanya memerankan karakter Qiao Zhi Jing, namun entah mengapa dirinya merasa terkhianati. Sakit yang dia rasakan teramat nyata. Hatinya terasa sakit dan sesak kala menyadari fakta bahwa dirinya ditipu dengan mu
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua