“Bukankah itu dia … Qiao Zhi Jing?” bisiknya di telinga gadis yang duduk di sampingnya. Seorang gadis muda berumur 16 tahun yang tengah duduk di salah satu kursi kelas Akademi Kerajaan. Bai Qian Qian, sang putri bungsu Kaisar Bai. Anak dari Permaisuri Li Man, adik terakhir Pangeran Bai Ruyu. Sedangkan seorang lagi yang tengah dia ajak bicara adalah kakaknya yang bernama Bai Shuyue. Adik pertama Bai Ruyu. “Tidak, sekarang dia bukan hanya Qiao Zhi Jing. Tapi istri Kakak kedua,” timpal Bai Shuyue sembari tetap fokus menyalin kitab di atas kanvas. “Hanya melihat wajahnya saja sudah membuatku sangat membencinya,” celetuk Bai Qian Qian dengan sifat ketusnya. Dari sorot matanya, tergambar jelas rasa tidak sukanya tatkala menatap wajah Qiao Zhi Jing. “Lalu kenapa jika kau tidak menyukainya? Kau ingin membunuhnya? Adik, aku sarankan agar kau menjaga sikapmu. Dia bukanlah orang yang bisa kau sentuh dengan mudah.” Memberi nasihat. “Kakak, sebenarnya kau berada di pihak mana sih? Kenapa
“Kalian tunggu saja!” Bai Ruyu menatap satu persatu targetnya. Dia terpaksa harus menyudahi pertengkaran, lantas berlalu pergi meninggalkan kelas begitu saja. “Bagaimana kondisimu?” tanya pria yang membantu Duan Jia Lun. Ia membantu Duan Jia Lun bangkit. “Tidak masalah. Hanya luka kecil,” balas Duan Jia Lun meringankan kondisinya.Hua Rong, dia menyamar menjadi salah satu siswa akademi, sesuai dengan perintah Bai Wuxin. Memberikan identitas istimewa demi melindungi Qiao Zhi Jing dari orang-orang yang ingin melukainya. “Saudara, terimakasih. Oh, aku baru melihatmu di kelas ini. Apa kau murid baru? Siapa namamu? Dan dari keluarga mana?” Duan Jia Lun langsung mencecar Hua Rong dengan banyak pertanyaan. “Namaku Shangguan Qiwu.” Hua Rong memeritahu nama samaran yang telah disiapkan oleh Bai Wuxin. “Shangguan? Shangguan … wah! Aku tahu! Shangguan, marga yang sama seperti mendiang permaisuri terdahulu. Jadi, kau berasal dari Keluarga permaisur?” tebaknya. “Benar,” jawabnya singk
"Qiao Zhi Jing?" gumam Bai Wuxin kala mendapati sosok Qiao Zhi Jing yang datang menerobos masuk ke dalam kamarnya. Tak hanya Bai Wuxin saja, termasuk Hua Rog yang ada di sana pun turut memasang ekspresi tak biasa."Kenapa? kalian kaget kalau ini aku?" sindirnya."Apa mungkin ... kau mendengar semua yang baru saja kami katakan?" Bai Wuxin menyelidiki Qiao Zhi Jing guna memastikan."Memangnya kenapa jika aku mendengarnya? kenapa? yang benar saja! jika aku tidak mendengarnya, aku yakin kalian akan selamanya menyembunyikan hal ini." Qiao Zhi Jing menyeringai diiringi tawa kecil, saking merasa konyolnya kala menghadapi situasinya saat ini.Fakta yang penting dan sengaja disembunyikan, pad akhirnya akan tetap terbongkar juga. Kebohongan memang tidak akan bertahan lama. Walaupun dirinya hanya memerankan karakter Qiao Zhi Jing, namun entah mengapa dirinya merasa terkhianati. Sakit yang dia rasakan teramat nyata. Hatinya terasa sakit dan sesak kala menyadari fakta bahwa dirinya ditipu dengan mu
Semalaman, Qiao Zhi Jing tidak bisa tidur karena hatinya yang gelisah dan tidak terima. Amarahnya belum terlampiaskan sebelum dia memberi pelajaran terhadap kedua pria yang mempermainkannya. “Nona, Anda mau pergi ke mana tengah malam begini?” tanya Ban Xia dengan raut wajah menahan kantuk kala menyadari Qiao Zhi Jing yang telah beranjak dari ranjang tidurnya. “Apa Anda ingin kabur lagi?” tuduhnya. Sepontan Qiao Zhi Jing menghentikan langkahnya di depan pintu kamarnya tatkala aksinya terpergok oleh Ban Xia. Netranya membola karena terkejut, lalu dia berbalik. “Aisshh … tenang saja. Aku sudah lama melupakan rencana konyol itu. Sebentar saja. Aku hanya ingin bertemu Pangeran,” ungkapnya apa adanya. “Nona, bukannya tadi Anda sudah menemuinya? Apa Anda begitu tidak inginnya berpisah dengan Pangeran, sampai-sampai … .”“Shuttt! Terserah kau berpikir apa. Aisshh … .” Qiao Zhi Jing tak ingin meladeni Ban Xia yang selalu salah memahami niatnya. Ia pun akhirnya keluar dari kamarnya.
Rekasi kepekaan tubuh Bai Wuxin yang sensitif terhadap sentuhan, reflek membangkitkan kesadarannya. Dengan sigap, Bai Wuxin bangkit seraya melancarkan serangan terhadap Qiao Zhi Jing yang tengah menyentuhnya. Bai Wuxin mencekik leher Qiao Zhi Jing, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Posisi Qiao Zhi Jing berada di bawah dengan leher dicengkram erat, sedangkan Bai Wuxin berada di atas meninding tubuhnya guna mengunci pergerakan Qiao Zhi Jing yang dianggap sebagai musuhnya. “Okh! Okh!” Terbatuk-batuk akibat rongga pernapasannya terasa sesak ketika Bai Wuxin melancarkan serangan tiba-tiba terhadapnya. Kedua alis Bai Wuxin mengernyit kala menatap lawan yang dianggapnya musuh, ternyata tak lain seorang Qiao Zhi Jing. “Qiao Zhi Jing?” Perlahan Bai Wuxin melonggarkan cengkramannya, lalu bangkit dari ranjang tempat tidurnya. “Kau … tengah malam begini, apa yang kau lakukan di dalam kamarku? Jangan-jangan, kau … kau ingin bermacam-macam terhadap tubuhku?” tebaknya ragu-ragu. “Ek
“Hei, tutup mulut busukmu itu!”PLAK!Tamparan mendarat di wajah Qiao Zhi Jing secara tiba-tiba. Seketika semua murid yang menyaksikan adegan itu menghentikan aktivitasnya, sebab tertarik dengan situasi yang tengah terjadi. Bai Qian Qian yang berhasil menampar wajah Qiao Zhi Jing, tampak puas dengan tawanya yang menggelegar. “Bagaimana rasanya ditampar? Qiao Zhi Jing, sekali saja kau harus merasakannya. Ah, rasanya belum lengkap jika semua orang yang pernah kau siksa tidak datang menyaksikannya. Mereka pasti tertawa gembira melihatmu seperti ini,” cetusnya. “Tu … .” Hampir saja Hua Rong salah ucap. Karena dia saat ini tengah meminjam identitas Shangguan Qiwu, maka aturannya dia harus menganggap Qiao Zhi Jing sebagai kakaknya. “Kakak, apa kau baik-baik saja?” tanya Hua Rong seraya menyentuh lengan Qiao Zhi Jing yang digunakan untuk menutupi wajahnya yang baru saja ditampar oleh Bai Qian Qian. Sepontan Qiao Zhi Jing menepis telapak tangan Hua Rong, lalu dia menegakkan pandanga
“Tumben sekali. Ada perlu apa mencariku di tempat ini?” tanya Bai Ruyu seraya berjalan menghampiri Bai Qian Qian yang tengah fokus menyaksikan Zhiqi (harimau peliharaan Bai Ruyu) yang lahap menyantap daging mentah yang dilemparkan Bai Qian Qian dari atas.Kedatangan Bai Ruyu sepontan menyadarkan Bai Qian Qian dari cermatannya yang fokus. “Kakak pertama, kau sudah datang,” sapa Bai Qian Qian. Bai Ruyu menghentikan langkahnya di jarak sekitar 2 meter dari tempat Bai Qian Qian berpijak. Sengaja tidak membalas sapaan Bai Qian Qian dan lebih berfokus mengedarkan pandangannya kepada sosok harimau jantan peliharaannya yang rakus menyantap makanan. “Apa kau memberi nama hewan peliharaanmu ini? siapa namanya?” tanya Bai Qian Qian berbasa-basi. “Zhiqi,” Jawabnya singkat, “kenapa tiba-tiba tertarik?” selidiknya. “Tidak, aku hanya penasaran … apa dia juga menyukai daging manusia?” tanyanya. “Omong kosong apa yang kau bicarakan? Aku tahu kau juga mendengarnya. Beberapa hari lalu, Zhiq
“Cambuk dia!” titahnya. “T-tuan, putri. Maaf, saya bersalah, Tuan putri. Saya tidak sengaja, Tuan putri,” lirih seorang pelayan yang tengah berlutut di hadapan seorang Tuan Putri yang dikenal kekejamannya. Berkali-kali pelayan wanita itu bersujud membenturkan keningnya ke lantai hinggga berdasarah demi meminta pengampunan dari sang Tuan putri. Akan tetapi, gadis yang dipanggil sebagai Tuan Putri itu sengaja mengacuhkannya. Justru amarah semakin memuncak kala dia merasa pelayan itu semakin mengesalkan. “Tunggu apa lagi? apa kalian tidak mendengarku?! Cepat bawa dia dan cambuk dia. Jangan lupa juga panaskan besi untuknya!” sentak Tuan putri kepada para bawahannya yang berada di sana. “B-baik, Tuan putri,” jawab para bawahan. “Tuan, Putri. Saya mohon ampuni saya. Tuan putri, tolong jangan hukum saya!” Pelayan itu terus berteriak meminta pengampunan dari sang Tuan putri sepanjang dia diseret keluar. “AAAARRGGGHHHH! AAAARRRGHHH!” Terdengar jeritan lantang tatkala algojo mulai menghuku