"Untuk apa ini?" tanya Qiao Zhi Jing, heran kala Hua Rong tiba-tiba memasangkan topi jerami dengan penutup kain di atas kepalanya."A-Jing, sekarang kau adalah buronan yang melarikan diri. Kutebak, lukisan wajahmu telah disebarluaskan di seluruh Negara ini," terang Hua Rong."Emm ... ." Qiao Zhi Jing hanya mengangguk-anggukkan kepalanya."Baiklah. Ayo kita berangkat," himbaunya.Dengan sigap Hua Rong menaiki kuda, lalu mengulurkan lengannya kepada Qiao Zhi Jing. Tanpa pikir panjang, Qiao Zhi Jing langsung meraih lengan Hua Rong. Namun, seketika dia dikejutkan tatkala Hua Rong memposisikannya di depan, padahal ia mengira jika dia akan duduk di belakang.Qiao Zhi Jing merasakan perasaan canggung mendapati dirinya dengan posisi diapit oleh kedua lengan Hua Rong yang mengendalikan pacu kuda. Sedangkan Hua Rong di belakangnya reflek melukis senyum bahagia dengan posisi mereka saat ini.JIAH!JIAH!JIAH!***"Jendral Qiao melakukan dosa besar karena mengkhianati Negara dan bekerjasama denga
"BERHENTI!" Seseorang berteriak dengan lantang demi menghentikan aksi eksekusi seluruh Keluarga Qiao. "BERHENTI! JANGAN!!!" cegahnya. Sayangnya, usahanya sia-sia. Ia terlambat selangkah. Tidak, dia sangat terlambat karena seluruh Keluarga Qiao telah dieksekusi tanpa menyisakan seorang pun nyawa. Bahkan, cipratan darah memercik menodai wajahnya.Pupuslah harapannya. Ia sangat syok dan tertekan melihat penampakan yang berusaha dicegahnya, dan kini berakhir sia-sia. Mimbar dipenuhi genangan darah Keluarga Jendral Qiao. Perlahan mengalir membanjiri tanah daratan."Tidak!!!" Tubuhnya meluruh. Seluruh sendinya melemah dan tak dapat menopang tubuhnya lagi.Serentak semua yang berada di sana menoleh ke arah sumber suara. Tatapan mereka tertuju kepada sosok wanita yang mengenakan topi jerami dengan kain kelambu yang menutupi wajahnya. Ketika semua mata tertuju ke arahnya, sepontan wanita itu melepaskan topi jerami yang dikenakannya untuk mengekspos wajahnya.Setiap wajah memasang ekspresi berb
"A-ada apa, Yang Mulia?" tanya seorang hakim yang memenuhi panggilan Bai Ruyu."Wanita itu adalah buronan yang bernama Qiao Zhi Jing. Tunggu apa lagi? cepat tangkap dia dan penggal kepalanya," titah Bai Ruyu. Bai Ruyu memerintahkan seorang hakim untuk menangkap Qiao Zhi Jing yang berda di bawah sana."B-baik, Yang Mulia," gagapnya. Tanpa banyak bertanya, sang hakim pun langsung bergegas mengerjakan perintah dari Bai Ruyu."Lancang sekali! Semuanya, tolong dengarkan. Wanita yang kalian lihat di depan ini adalah seorang buronan yang kami cari. Dia adalah putri Jedral Qiao si pengkhianat. Wanita ini adalah Qiao Zhi Jing," ungkap sang hakim. "Dia adalah Qiao Zhi Jing si wanita kejam itu? bagus sekali. Akhirnya dia menyerahkan diri. Tunggu apa lagi? cepat bunuh dia!""Bunuh dia!""Penggal kepalanya!""Bunuh dia!""Bunuh dia!" "Pengkhianat hina!""Mati saja kau!"Gemuruh suara rakyat mencaci dan mencela Qiao Zhi Jing. Tuduhan tak berdasar mengecamnya. Satu dunia menghakiminya dan berharap
“Apa? Kaisar jatuh sakit dan Pangeran Pertama telah naik takhta?”Kabar dari Ibu Kota tentang pergantian Kaisar sengaja disebarluaskan hingga ke kamp militer pertahanan tempat Bai Wuxin ditugaskan. Berita tentang Kaisar Bai yang jatuh sakit, lalu digantikan oleh Bai Ruyu yang langsung naik takhta telah sampai ke telinga Bai Wuxin. Sekitar 2 hari sebelum memasuki Ibu Kota, Hua Rong sempat mengirimkan surat menggunakan merpati pos. Isi surat itu menuliskan bahwa dia dengan Qiao Zhi Jing akan kembali ke Ibu Kota untuk menegakkan keadilan untuk keluarganya yang telah difitnah secara tidak adil. Ketika surat telah sampai ke tangan Bai Wuxin, pada saat itu juga instingnya mengatakan bahwa perjalanan Hua Rong dan Qiao Zhi Jing akan sangat berbahaya. “Jika benar Bai Ruyu sekarang menjadi Kaisar, maka Qiao Zhi Jing … dia pasti dalam bahaya,” tebak Bai Wuxin. Ia tak bisa tinggal diam karena mengkhawatirkan alur yang jika rencana mereka gagal. “Maksud Anda, Nona kami telah masuk ke Ibu Ko
“Dia sangat terampil. Jika kau bisa menjadikannya orangmu, dia pasti bisa membantumu,” saran Qiao Li Ying. “Benar juga.” Bai Ruyu sepemikiran dengan Qiao Li Ying. Kemudian, dari atas menara dia berteriak lantang, “cepat tangkap mereka!” titahnya. Sepontan para tentara melancarkan serangannya. Mereka mengepung Hua Rong dan Qiao Zhi Jing dengan senjata. Pada detik itu, Hua Rong mengambil kesempatan merebut pedang di tangan Qiao Zhi Jing tatkala fokusnya teralihkan. Hua Rong akhirnya berhasil menghentikan tindakan bunuh diri yang ingin dilakukan Qiao Zhi Jing. Namun, semua itu belum berakhir tatkala para tentara mengepungnya seraya melancarkan serangan dari berbagai arah. CRING!CRING!CRING!BUAKK!Suara pedang beradu. Serangan pukulan dan tendangan kian bergilirian menargetkan Hua Rong dan Qiao Zhi Jing. SREKK … “A-Jing, hati-hati … Aarrrggh!” erangnya kesakitan tatkala tebasan berhasil merobek kulit punggung dan mengoyak dagingnya. “Hua Rong!” Qiao Zhi Jing membeku di
“Pangeran Kedua, apa sekarang Anda sedang memberontak?” Tuduhan tak berdasar sepontan dilemparkan kepada Bai Wuxin. “Apa yang sedang kalian lakukan sekarang?!” balas Bai Wuxin. Ia sangat geram dan marah tatkala mendapati tragedi yang seharusnya tidak terjadi. “Bai Wuxin, bukankah seharusnya kau menjaga perbatasan? Kenapa kau datang ramai-rami membawa pasukan? Apa benar, kau memang ingin memberontak? Tampaknya, kau tidak sabar merebut kursi singgasana yang baru saja kududuki. Apa kau tidak terima? Merasa tidak adil?” timpal Bai Ruyu yang berjalan mengikis jarak menghampiri Bai Ruyu. Kemudian, Bai Ruyu menghentikan langkahnya di jarak sekitar 5 meter. “Kakak Pertama, tidak … haruskah sekarang aku memanggilmu Kaisar?” balas Bai Wuxin. Sebisa mungkin menahan emosinya, namun genggaman erat tangannya yang mengepal tak dapat membohongi. “Lancang! Pangeran Kedua, kau harus segera memberi hormat kepada Kaisar!” sergah sang hakim yang berdiri membela Bai Ruyu. Tampaknya, semua orang di
"Apa dia tidak bisa diselematkan?" tanya Qiao Li Ying kepada seorang tabib yang ditugaskan untuk mengobati Hua Rong."Lukanya cukup parah dan juga dia telah kehabisan banyak darah. Sungguh keajaiban dia bisa bertahan hidup hingga saat ini. Saya sudah mengobati luka luarnya, tapi masalah dia bisa sadar ... saya tidak bisa banyak berharap," jelas sang tabib.Setelah mengobati luka Hua Rong, sang tabib kerajaan pun pamit berlalu pergi saat tak ada hal lain lagi yang ingin ditanyakan oleh Qiao Li Ying. Ternyata takdir masih mempertahankan nyawa Hua Rong. Setelah luka parah yang dia dapatkan akibat insiden sehari yang lalu, sampai kini Hua Rong masih bertahan hidup."Pertahanan tubuhnya cukup kuat. Jika dia berhasil selamat, maka dia pasti akan sangat berguna ... ." Qiao Li Ying menjeda ucapannya beberapa saat, lalu melanjutkannya, "untuk menjadi kelinci percobaanku," lanjutnya.PROK!PROK!PROK!Ucapan Qiao Li Ying disahut tepukan tangan meriah dari arah pintu. Seorang pria tersenyum tipi
"Bai Wuxin, kenapa kau yang ada di sini? lalu ke mana Hua Rong? Aaarrggh!" Seketika Qiao Zhi Jing mengerang kesakitan sembari memegangi kepalanya. 'A-Jing, aku berhasil melindungimu. Hiduplah dengan baik.' Penggalan ingatan terlintas dalam memori ingatan Qiao Zhi Jing.Gambaran Hua Rong yang terluka parah dalam pangkuan Qiao Zhi Jing, terpampang jelas sontak menghenyakkan. Qiao Zhi Jing mematung dengan tatapan mata kosong tatkala mengingat kejadian yang seperti mimpi, namun terlalu nyata."Tidak ... ini tidak benar. Semua ini pasti mimpi. Keluargaku pasti masih hidup. Bai Wuxin, cepat katakan! apa yang terjadi dengan keluargaku?" desak Qiao Zhi Jing. Dia menatap dengan sorot netra tajam dan tak sabar menunggu jawaban Bai Wuxin."Qiao Zhi Jing, kau pasti masih ling lung karena baru saja tersadar. Beristirahatlah. Kalau begitu, aku akan ... ." Bai Wuxin sengaja menghindari percakapan, namun Qiao Zhi Jing dengan sigap mencekal pergelangan tangan Bai Wuxin untuk mencegahnya pergi."Aku i
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua