Share

4. GUA RAHASIA

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 18:33:49

Syamil sedang duduk di bebatuan sembari tangannya bermain-main di dalam air yang mengalir tenang di sela-sela akar pohon.

Kicau burung terdengar riang, angin pun berbisik lirih. Sepi. Itulah yang Syamil rasakan. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain menyendiri dan menghabiskan waktu di tempat sunyi seperti Lubuak Burai ini.

Namun, tidak ada satu pun yang benar-benar tahu apa yang Syamil lakukan di daerah itu. Semua orang menduga Syamil hanya stres dan depresi. Bukan rahasia lagi kalau dia kehilangan banyak hal dalam hidupnya.

Awal-awal dia dipecat dari pekerjaannya, semua orang menaruh simpati. Begitu juga ketika Shanum keguguran, semakin banyak orang yang menaruh iba. Namun, ketika Syamil mulai berteriak-teriak di Lubuak Burai, satu per satu gunjingan memenuhi langit Galogandang.

Dia yang selama ini dikenal ramah, suka bergaul, dan menjadi tempat bertanya bagi orang-orang, perlahan-lahan penduduk kampung mulai menjaga jarak. Mereka membiarkan Syamil tenggelam dalan dunianya sendiri.

Sehingga satu tahun pun berjalan tanpa ada yang mau peduli dengan Syamil. Mereka menganggap pria tersebut antara ada dan tiada. Tidak ada yang mau lagi menjadi sahabat atau temannya. Sehingga, Syamil kian terpuruk dalan derita yang tidak berkesudahan.

Orang banyak tidak lagi peduli dengan apa yang Syamil kerjakan di Lubuak Burai. Bagi mereka, sudah bagus Syamil pergi keluar dari kampung daripada di dalam negeri dan bikin onar. Walau sekali pun, Syamil tidak pernah melihatkan gejala-gejala gila ketika berada di perkampungan.

Syamil melirik jam di tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh siang. Dia segera berdiri dan bergerak cepat meninggalkan kawasan tersebut.

Kakinya kian mengayun melewati satu per satu kayu-kayu yang melintang menghalangi jalannya. Dia terus mendaki menuju lereng Bukik Batubasi.

Tidak sampai setengah jam, dia sampai di sebuah pohon beringin tua. Sulur-sulur pokok tersebut banyak menjuntai. Syamil menyibak pelan akar-akar tersebut. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Seakan-akan memantau situasi agar tidak ada orang yang melihat apa yang dia lakukan.

Ketika sampai di lempengan bukit yang tertutup pohon beringin, kembali Syamil menyibak kerumunan rumput ilalang. Begitu tersibak, sebuah pintu gua terpentang.

Syamil tanpa ragu masuk ke dalam lubang tersebut. Kerasnya bau menyan menyeruak, dibawa angin dingin menembus hidung.

Gua tersebut sangat gelap, tapi Syamil seolah tidak peduli dengan kegelapan tersebut, seakan-akan sudah terbiasa dengan keadaan tersebut.

Namun, semakin masuk ke dalam semakin terlihat ada seberkas cahaya obor. Syamil mempercepat langkahnya.

Begitu sampai di dekat cahaya obor, Syamil berhenti dan wajahnya menyeringai penuh misteri.

"Kau sudah bangun, Pak?" Syamil bergerak cepat menuju sesosok tubuh yang terikat di atas kursi. Mulutnya disumpal dengan sehelai kain. Wajahnya terlihat penuh lebam.

Sosok tersebut meronta-ronta. Matanya menyiratkan ketakutan. Dia berharap Syamil segera membebaskannya dan membiarkannya pergi dari tempat itu.

"Ohhh, jangan tatap aku seperti itu, Pak! Itu hanya akan membuatku teringat masa lalu. Engkau yang sangat kuhormati, kuhargai, bahkan aku begitu loyal ke padamu, tapi engkau balas dengan menghancurkan hidupku dan keluargaku. Tidak! Aku tidak akan berbelas kasih terhadapmu, Pak. Sekarang, bagaimana rasanya tinggal di sini? Sudah lima belas hari kau menghilang. Namun, aku heran, kenapa tidak ada polisi yang mencarimu? Apakah keluargamu tidak peduli denganmu?" Syamil melipat tangan, sementara kaki kanannya dia injakkan ke paha lelaki yang terikat di atas kursi.

"Aku masih ingat, lho, Pak dengan apa yang kau katakan dulu. Engkau mau mempertahankanku asal aku mau berbagi Shanum denganmu. Oh, hahaha. Jika kuingat, ingin aku membunuhmu saat ini. Namun, maaf, Pak! Walau aku mati sekali pun demi menjaga Shanum, tidak masalah bagiku. Dia hidupku, dia permata hatiku. Yang namanya harta berharga, tentu tidak ada yang mau membaginya dengan siapa pun." Syamil menurunkan kakinya. Dia merogoh kantong celana. Mengeluarkan sebungkus rokok, mengambilnya sebatang, lalu menyulutnya dengan korek api.

Asap rokok yang memenuhi ruang mulut, Syamil hembuskan pelan ke wajah lelaki yang dia panggil 'Bapak'.

Tangannya membetot kuat kain yang menyumpal mulut lelaki yang terlihat lebih rua darinya itu. Pria tersebut mengembuskan udara kencang, lalu menghirupnya kembali.

"Tolong lepaskan aku, Syamil! Ini sudah tidak lucu lagi. Kau gila! Kau seharusnya dikirim ke rumah sakit jiwa!" Lelaki itu dengan berani meludahi wajah Syamil. Syamil yang tidak menduga akan dilepehkan air liur, tanpa belas kasih tangan kanannya melayang, menampar pipi tawanannya itu.

"Bapak lancang dan berani meludahiku! Tidak akan aku maafkan. Terima ini!" Syamil seperti kesetanan, dia menampar bolak-balik wajah lelaki tersebut, lalu di ujung kekesalannya, rokok yang masih menyala itu dia sumpalkan ke dalam mulut sanderanya itu.

Lelaki malang tersebut menjerit keras. Dia hendak memuntahkan rokok yang ada di dalam mulutnya. Namun, Syamil memegang rahangnya kuat. Lidahnya langsung terbakar oleh api rokok.

"Ampuni ... aku, Syamil. Jika kau ingin bekerja lagi, bekerjalah. Bahkan aku akan berikan gaji tinggi, asal kau mau BERDAMAI, membebaskanku dan membiarkanku pergi dari sini. Aku mohon. Kasihani aku, Syam. Anak-anakku masih kecil. Tolong, ampuni selembar nyawaku." Lelaki itu menangis meraung-raung. Bukan saja karena rasa sakit yang ada di lidahnya, tapi juga karena rasa khawatir yang menyesakkan dada.

"Tsss ...." Syamil menaruh telunjuknya di bibir lelaki tersebut. "Tidak usah berjanji, Pak Afdal. Tidak usah buang-buang air ludah, jika apa yang kau janjikan itu hanyalah isapan jempol belaka. Aku sudah tidak tertarik menjadi karyawanmu lagi. Aku hanya menginginkan kau menderita, Pak. Hahaha."

Syamil kembali menyalakan sebatang rokok. Lalu dengan paksa dia merobek baju yang dikenakan Pak Afdal. Pak Afdal ketakutan setengah mati. Do'a - do'a berlompatan di mulutnya. Berharap Syamil tidak melakukan perbuatan yang tidak senonoh ke padanya.

"Apa yang akan kau lakukan, Syam? Please, jangan aneh-aneh, Syam!"

Mata Syamil berkilat mendengar ucapan Pak Afdal. " Aku tidak sebejat kau, Pak." Syamil menggeram marah. Ujung rokok yang masih menyala tersebut dia tempelkan ke kulit dada Pak Afdhal.

"Sakit! Ya Tuhan, ini sakit sekali, Syam! Tolong aku, Syam! Tolong hentikan semua kegilaan ini. Aku akan lakukan apa saja, asal kau mau melepaskanku, Syamiiil! Syamiiil! Aaaaaaa ...."

Untuk kesekian kalinya Pak Afdal berteriak ketika Syamil mengeluarkan korek, lalu tanpa banyak bicara dia langsung menyalakan api dan membakar janggut lebat yang tumbuh subur di dagu Pak Afdal.

Jeritan ketakutan Pak Afdal menggema di dalam ruangan gua yang sangat dingin. Lelaki itu benar-benar merasa diteror, diintimidasi, dan suatu saat bisa saja nyawanya melayang. Sungguh, dia tidak menyangka kalau Syamil--mantan karyawannya--memiliki dendam yang begitu besar terhadapnya.

"Aku tidak akan membunuhmu, Pak. Aku hanya ingin bersenang-senang denganmu di sini. Menyiksamu adalah kesenangan tersendiri bagiku. Bukankah begitu, Pak Afdal?"

Pak Afdal tidak menjawab. Matanya melotot marah.

Melihat Pak Afdal menatapnya berang, Syamil tanpa perasaan menendang dada lelaki itu kuat. Kursi yang diduduki Pak Afdal terjungkal kuat ke belakang. Kepala Pak Afdal sukses membentur batu gua. Lelaki itu merasa pusing, dunia seolah berputar, lalu semuanya gelap.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
De Edward
Jadi ini biang keroknya. Sayang shanum tak tahu fakta ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TOXIC RELATIONSHIP   5. KANAYA

    Shanum berusaha memperbaiki moodnya yang terlanjur rusak. Dia yang tidak sarapan di rumah, masih berharap Gibran akan cepat kembali membawa makanan. Namun, sampai jam sebelas lewat, lelaki itu belum juga kembali. Hati Shanum terasa sakit. Beginikah rasanya diberi janji dan harapan?Tidak mau tenggelam dalam kesedihan yang tak berujung, Shanum segera mengeluarkan bekal dari rumah. Andai Gibran tidak berjanji, tentu dia sudah mengisi perutnya sedari tadi.Baru beberapa sendok, dia mendengar deheman di samping kanannya. Gibran melempar senyum, terlihat rasa bersalah di wajahnya."Makan, Num?" tanyanya sambil membersihkan tenggorokan yang mendadak serak."Iya, Uda. Makan, Uda?" Shanum melempar senyum semringah sembari mengangkar sendok.Gibran tidak menduga kalau Shanum akan menyambutnya hangat. Tadi dia merasa Shanum akan marah melihatnya yang datang terlambat."Lanjut, Num. Maaf, ya? Tadi aku lama keluarnya. Kanaya minta ditemani membeli baju.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • TOXIC RELATIONSHIP   6. RENCANA JAWINAR

    Lama Gibran termangu di meja makan setelah mendengar ucapan Kanaya. Dia tidak menduga sama sekali kalau Shanum memiliki rasa kepadanya. "Sudah, jangan dipikirin. Toh, kalau jodoh enggak bakalan ke mana, Uda. Lagian cocok, kok. Uni Shanum cantik alami, Uda juga tidak kalah gagah dan tampannya. Cocoklah kalian berdua itu." Kanaya menghapus sisa-sisa makanan di bibirnya dengan sehelai tisu. Dia menatap Gibran yang terlihat kebingungan. "Masalahnya, Naya, Shanum itu masih mempunyai suami. Rasanya tidak mungkin kami bisa bersatu. Walau jujur kukatakan, aku menyukainya. Dia itu ... bisa membuatku merasa penting." Wajah Gibran memerah. Terlihat malu setelah menyatakan hal tersebut. "Hahaha. Ampun, deh. Uda kayak anak ABG saja. Ya, kalau tidak memungkinkan untuk mendapatkan dia, berarti ada peluang bagiku untuk mengisi ruang hatimu." Seketika senyum di bibir Gibran menghilang. Wajahnya kembali pucat. "Hahaha, Ya Tuhan, wajah Uda pucat sekali.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • TOXIC RELATIONSHIP   7. ANCAMAN

    Syamil menatap Pak Afdal yang terkapar pingsan di lantai gua. Kebencian masih membara di dalam dadanya. Jika dia turutkan hati, ingin dia membunuh lelaki berusia empat puluh lima tahun tersebut."Beruntung kau masih bernafas sampai sekarang, Pak Afdal. Andai dulu kau tidak memecatku, hidupku tidak akan hancur begini. Lihatlah, lihatlah bagaimana aku sekarang! Pengangguran! Semua orang meremehkanku. Semua orang memandangku sebelah mata kini. Bahkan, istri yang kucinta pun mulai berubah. Tidak lagi dia bahagia menjalani hidup denganku, Pak Afdal. Semua itu gara-gara kau, Bangsat!" Syamil menendang tulang rusuk Pak Afdal, membuat lelaki itu tersadar, lalu berteriak kesakitan. Tubuhnya melejang-lejang menahan perih di tulang rusuknya itu."Kau bajingan, Syamil! Jika kau tidak mau membebaskanku, lebih baik bunuh saja aku sekarang! Aku tidak tahan dengan semua siksaan yang kau berikan. Bunuh aku, Syamil! Bunuh!" Pak Afdal berusaha bangkit walau tangannya masih terikat. Tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • TOXIC RELATIONSHIP   8. BALAS DENDAM

    "Aku tidak habis pikir kenapa Bapak begitu terobsesi dengan istriku? Bahkan setelah aku tidak lagi bekerja di perusahaan Bapak, dan kita bertemu secara tidak sengaja, Bapak masih berharap bisa mendapatkan istriku. Sungguh, orang seperti Bapak tidak pantas dibiarkan hidup lebih lama lagi di dunia ini!" Syamil kembali mendudukkan Pak Afdal di atas kursi. Mengikat kembali tangan dan kaki lelaki setengah baya tersebut. Darah yang menetes dari mulutnya mulai berkurang. Wajahnya benar-benar tidak bisa lagi dikenali. Penuh lebam dan bengkak di beberapa bagian."Syamil ... tolong lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan melaporkanmu ke polisi. Aku juga bersumpah akan menghapus semua rekaman itu. Aku mohon belas kasihmu, Syam. Ini ... ini sangat menyakitkan. Aku mohon maafmu! Aku ... aku akan ... melakukan apa saja untukmu. Tolong aku ....""DIAAAM!" Mata Syamil melotot, telapak tangannya menampar pipi Pak Afdal kuat. Saking kerasnya tamparan itu, telapak tangan Syamil terasa keba

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • TOXIC RELATIONSHIP   9. RAHASIA SHANUM

    Shanum sampai di rumah ketika jam di tangan menunjukkan pukul sembilan malam. Di teras, Syamil menunggu dengan muka kusam. Ada kemarahan dan kekesalan terpatri di wajah tirusnya. Perempuan itu mengucap salam sambil memasang senyum manis. Namun, Syamil mengabaikan salam tersebut dan memegang tangan istrinya cepat."Kenapa baru pulang?" Suara Syamil terdengar bergetar. Ada nada tidak suka di sana."Apa,sih, Uda? Bukannya tadi aku sudah kirim WA ke HP-mu, Uda. Makanya punya ponsel itu dipakai, bukan dianggurin.""Kenapa tidak kau telepon saja aku? Kenapa harus WA? Kau pergi ke mana dan dengan siapa, Shanum?" Syamil makin mempererat genggamannya di tangan perempuan cantik itu. Shanum merasa kesakitan. Dia sentakkan sekuat tenaga cengkeraman Syamil."Sakit, Uda. Uda kenapa,sih? Aku tidak menelepon karena tidak ingin mengganggumu. Lagian aku hanya pergi acara pernikahan temanku. Apa itu masalah bagimu, Uda?" Shanum meraba tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • TOXIC RELATIONSHIP   10. BERSEDIH HATI

    Kokok ayam jantan di sepertiga malam membangunkan Shanum dari lelapnya tidur. Bagian bawah perutnya terasa sesak. Tidak biasanya dia terbangun di jam segini. Shanum menduga, mungkin karena dia tidak bisa tidur. Pikirannya hanya tertuju untuk hari esok. Dia mulai membayangkan menggunakan busana apa untuk pergi dengan Afdal. Jika tidak takut Syamil curiga, mungkin dia sudah membongkar isi lemari dan mencoba berbagai baju yang dia miliki.Sambil menghela napas, Shanum menurunkan kakinya menjejak lantai. Dia menekan saklar lampu, sehingga membuat kamar jadi terang benderang. Di saat itulah dia tidak melihat keberadaan Syamil di atas ranjang."Uda?" Shanum memanggil pelan. Dia berjalan menuju kamar mandi di dalam kamar tersebut. Dengan hati-hati, Shanum mendorong pintu, tapi sosok yang dia cari tidak ada. "Udaaa? Uda di mana?" Kali ini Shanum lebih mengeraskan volume suaranya. Namun, tetap tidak ada jawaban. Sebelum memutuskan mencari suaminya lebih jauh, Shanum segera buan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • TOXIC RELATIONSHIP   11. KESEPIAN JIWA

    "Uda, aku pergi, ya?" Shanum sudah tampil cantik dengan gaun merah jambu. Menampakkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Walau usianya sudah berada di angka tiga, kecantikan seolah enggan untuk menjauh. Syamil yang hendak ke kamar mandi mencuci muka, sempat terpana melihat Shanum yang sudah tampil bak bidadari."Mau ke mana? Ini hari Minggu, lho. Bukankah kesepakatannya kau stay di rumah kalau hari Minggu?" Syamil yang sudah tahu pura-pura menunjukkan wajah tidak suka. Hatinya sungguh pedih menyadari fakta istrinya akan pergi berkencan dengan lelaki lain. Sungguh tidak tahu ke mana dia akan melampiaskan amarah yang kini membara di dadanya."Aku ada janji sama Siti, Uda. Kami mau pergi ke Pagaruyung, kebetulan ada temannya dari Jakarta hendak melihat istana tersebut." Shanum mematut dirinya di depan cermin. Dia memasang wajah bahagia, merasa begitu cantik di hari ini."Siti? Siti mana? Kenapa aku baru tahu kalau kau punya teman yang namanya Siti." Gemuruh di dada Syam

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • TOXIC RELATIONSHIP   12. Pagaruyung

    Syamil duduk si tepi ranjang dengan pikiran kalut. Kenikmatan yang tadi sempat membuatnya mabuk, lenyap seketika. Di belakangnya Erna sedang memasang bajunya kembali. Rasa bahagia terpancar jelas di wajahnya."Uda tidak perlu risau. Kalau pun nanti aku hamil, aku tidak akan memaksa Uda untuk menikahiku. Cuma yang kuinginkan, jika anak ini lahir nanti, tolong bantu uang jajannya. Uda sendiri tahu kalau aku tidak bekerja. Hanya mengandalkan hasil sawah dan ladang saja untuk bertahan hidup." Selesai mengenakan busana, Erna merapatkan dadanya ke punggung Syamil. Jemari lentik perempuan itu mengusap dan meraba kulit bahu Syamil. Syamil memejamkan mata menikmati sensasi enak yang menguasai pikirannya."Apa yang kita lakukan ini salah, Erna! Kita sudah berzina. Di dalam agama, hukuman untuk kita dirajam sampai mati. Rasanya hati dan tubuhku sudah kotor sekali." Syamil mendesah lirih. Pikirannya kian tidak menentu. Godaan yang diberikan Erna membuatnya kehilangan akal sehat. S

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19

Bab terbaru

  • TOXIC RELATIONSHIP   30. CEMAS

    Etek Jawinar semakin gelisah. Hujan di luar sana kian menggila. Anak perempuannya belum juga pulang, sementara kegelapan telah merajai hari.'Ernaaa! Ke mana kamu pergi, Nak? Ini sudah malam. Ya Allah, apa yang terjadi sebenarnya dengan anakku itu? Kenapa dia belum pulang juga. Hati ini sungguh tidak tenang.'Perempuan tua itu mondar-mandir di atas rumah. Pikirannya benar-benar buntu. Dia selalu kesal kalau Erna sudah menghilang seperti ini. Memang kebiasaan anaknya kalau ada masalah. Menghilang entah ke mana, lalu akan kembali beberapa jam kemudian. Namun, ini rasanya sudah terlalu lama Erna pergi. Etek Jawinar merasa ada yang tidak beres. Di dalam hati dia terus berdoa agar Erna cepat pulang.Bukan saja gelisah memikirkan Erna, pikiran Etek Jawinar juga tersita dengan Shanum yang jug

  • TOXIC RELATIONSHIP   29. MANGKAWEH

    Etek Jawinar tersentak dari mengenang masa lalunya yang suram. Sejak sirap ilmu pekasihnya lenyap, Rangkuti terkesan menjaga jarak dengannya. Perlahan tapi pasti, suaminya itu seperti tidak mengenalinya lagi.Berbagai cara dia tempuh agar Rangkuti bisa kembali ada dalam genggamannya. Namun, semua usahanya itu sia-sia. Sang kekasih hati sudah berganti rasa. Dia bahkan terkesan semakin kasar dan tidak segan-segan menjatuhkan tangan keras kepadanya.Melihat perubahan ayahnya itu, tentu saja Erna merasa heran. Semua kebigungannya tak kunjung mendapat jawaban. Etek Jawinar bungkam setiap kali Erna menanyakan hal itu.Sekarang, Erna juga terjebak dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hati Etek Jawinar kian remuk redam. Bagaimana caranya agar nasib Erna lebih baik darinya?

  • TOXIC RELATIONSHIP   28. SIRAP

    "Tenanglah kamu, Jawinar. Tidak satu jalan untuk membuat Rangkuti menyukaimu. Amak baru tahu kalau kamu diperlakukan seperti itu olehnya. Andai kamu tidak bercerita, tentu amak tidak paham apa masalah yang menimpamu itu." Rohana, ibunya Etek Jawinar membelai lembut kepala anak perempuannya itu lenbut. Dia memang tidak serumah dengan Etek Jawinar.Rohana dan Tamar--suaminya memiliki rumah di Guguak Jirek, daerah yang berada di kawasan Bukik Tubasi. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di sana sambil berkebun dan bercocok tanam di sawah yang ada di daerah tersebut.Sementara Jawinar tinggal di Payobada, rumah yang dibangun khusus untuknya oleh orang tuanya.Rohana benar-benar tidak menduga kalau anak semata wayangnya diperlakukan begitu kejam oleh lelaki yang terlihat begit

  • TOXIC RELATIONSHIP   27. RANGKUTI

    "Untuk apa lagi kamu ke sini? Bukankah kamu sudah menalak si Shanum? Lelaki itu harus berpegang teguh pada pendirian. Kamu jatuhkan talak, tapi masih saja mengangkang ke rumah ini. Benar-benar memalukan!" Etek Jawinar sudah berdiri di belakangnya sambil melipat tangan. Syamil segera berbalik dan menatap perempuan tua itu dengan wajah tidak suka. "Apa pun yang aku lakukan itu bukan urusanmu. Mau aku talak, kek, kawin, kek, cerai, kek! Suka-suka akulah! Jadi, jangan buang-buang ludah di depanku karena aku tidak peduli dengan semua omongan sampah yang keluar dari mulut busukmu itu!" Syamil bergegas kembali ke motornya. Hatinya sangat jengkel dan tersinggung mendengar ucapan Etek Jawinar. "Kamu memangSumandola

  • TOXIC RELATIONSHIP   26. BUKTI

    Setelah Erna tidak berdaya, Syamil menjadi bingung sendiri. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia lupa kalau Erna menghilang, orang tuanya pasti akan kebingungan. Etek Jawinar tentu akan mencari Erna di mana pun berada.Sekarang, Erna masih terikat dan dalam keadaan tidak sadarkan diri di kamarnya. Rasa takut mulai merayap di dinding hati Syamil. Dia keluar dan berdiri di langkan Rumah Gadang. Dari ketinggian langkan tersebut, Syamil melihat motor Erna masih terparkir di halaman. Secepat kilat dia berlari ke bawah. Matanya menoleh ke kiri dan ke kanan, mengawasi kalau-kalau ada orang yang melihat.Setelah dia rasa aman, segera dia dorong motor tersebut dan memasukkan kendaraan tersebut ke dalam kandang Rumah Gadang. Tidak akan ada yang tahu dan curiga, kalau Erna sekarang berada di dalam cengkeramannya.

  • TOXIC RELATIONSHIP   25. LUKA BATIN

    Shanum siuman dengan kepala yang masih terasa sakit. Matanya mengerjap, berusaha menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menyala terang. Ketika dia hendak menggerakkan tangan, dia terkejut begitu menyadari kedua tangannya terikat. Dia coba gerakkan kaki, ternyata kakinya pun terikat. Lebih kaget lagi dia saat menyadari tubuhnya tidak tertutupi sehelai pun pakaian. Sementara AC terasa begitu dingin. Badan Shanum pun menggigil.Dia mulai mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Sesaat kemudian, rasa takut memenuhi pikirannya. Dia sadar sekarang kalau air putih yang dia minum ternyata sudah bercampur dengan obat tidur.Shanum menangis, merasa kalau tubuhnya sudah dijamah oleh Gibran. Selaksa penyesalan muncul di hatinya. Dalam keadaan seperti itu, WAJAH Syamil membayang. Dia merasa sangat berdosa karena tergoda pria lain. Rasa bersala

  • TOXIC RELATIONSHIP   24. PETAKA

    Shanum merasakan perasaannya tidak enak. Hatinya seolah mengingatkan apakah keputusannya untuk ikut ke rumah Gibran sudah tepat. Mendadak saja, bayangan Syamil berkelebat di pelupuk matanya.Kegelisahannya itu semakin menjadi-jadi ketika Gibran menuntunnya ke dalam kamar. Hati nuraninya menolak untuk berduaan dengan lelaki yang bahkan bukan siapa-siapa baginya.Gibran membaca ketidaknyamanan yang tergurat di wajah perempuan incarannya itu. "Ada yang tidak bereskah?"Mereka duduk di tepi ranjang. Gibran memegang dagu Shanumlembut. Matanya memandang tajam kedua bola mata perempuan itu yang menyiratkan kegelisahan."Aku ... merasa ini tidak benar, Uda. Aku merasa ... berdosa." Shanum menunduk, berusaha menenangkan gejolak batinnya.

  • TOXIC RELATIONSHIP   23. PENGAKUAN

    Ojek yang Shanum tumpangi akhirnya sampai di pasar Batusangkar. Setelah membayar ongkos, dia bergegas menuju toko. Namun, matanya tiba-tiba melihat Erna sedang berjalan tergesa di seberang jalan di depannya. Wajah perempuan itu terlihat seperti selesai menangis. Shanum dengan cepat memakai masker.Karena penasaran, Shanum mengikuti Erna secara sembunyi-sembunyi. Perasaannya semakin tidak enak ketika dia lihat sepupunya itu berjalan menuju arah toko tempatnya bekerja."Ada keperluan apa Erna ke toko? Apa dia kenal dengan Uda Gibran?" Rasa ingin tahu begitu kuat Shanum rasakan. Dia agak kesulitan menguntit Erna. Namun, dia yang sudah hapal seluk beluk di tempat itu, berhasil menjaga jarak beberapa meter dari toko Gibran."Erna?"Shanum

  • TOXIC RELATIONSHIP   22. SIMALAKAMA

    Etek Jawinar kehilangan akal. Dia tidak menduga rencananya gagal total. Andai saja Erna tidak jatuh hati ke Syamil, tentu semuanya akan berjalan sesuai dengan yang dia kehendaki. Dia merutuki kebodohan anak perempuannya itu."Kamu bodoh, Erna! Kenapa kamu malah menjual dirimu ke si Syamil? Apa yang kamu dapatkan dari dia, ha? Dia itu hanya benalu! Lelaki yang tidak bisa lagi diharapakan. Miskin! Kamu malah dengan gampangnya menyerahkan kehormatanmu kepadanya. Tidakkah otakmu itu kamu pakai, Erna? Bukankah sudah kukatakan semua rencanaku? Aku ingin mereka hengkang dari kampung ini, tapi kamu mengacaukan semuanya. Kamu benar-benar anak yang tidak tahu diuntung!" Etek Jawinar memukul-mukul dadanya sambil meratap. Sementara Erna bersandar ke dinding seraya menjambak rambutnya. Dia benar-benar pusing dan bingung. Semua ucapan ibunya semakin membuat pikirannya buntu. TETESAN AIR MATA membasahi

DMCA.com Protection Status