Share

Bab 3

Penulis: Ana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-30 18:40:07

"Makasih ya, Mba," ucap Nura setelah pelayan kafe meletakkan semua pesanan mereka.

Nura sengaja memilih kafe yang tidak terlalu banyak pengunjung di siang hari untuk bertemu Reza. Sesuai saran Aruna untuk menanyakan alasan lamaran.

Ia menatap Reza lekat. Orang yang ditatap menikmati makanan ia pesan dengan santai seakan tidak terjadi apa-apa.

Nura memutar bola matanya malas. Satu sisi iya kesal karena tiba-tiba tidak ada angin, tidak ada hujan datang melamar. Padahal mereka sudah lama saling berhubungan. Kembali ia menatap lekat lelaki di hadapannya ini. Wajahnya tidak berubah sama sekali. Malahan terlihat makin dewasa, dibalut dengan kemeja putih bergaris horizontal tipis yang pas dengan tubuh proporionalnya, lengan kemeja digelung hampir ke siku, kancing kemeja yang terbuka bagian atas, menabah daya tarik dan menawan dari dirinya.

Nura mengerjapkan matanya, sedetik kemudian menggelengkan kepala menyadari apa yang ia lakukan. Ia mengambil air di atas meja dan meminumnya. Mengalihkan pandangan ke arah luar kafe.

"Gak makan?" tanya Reza melihat Nura hanya minum air.

Nura belum berniat untuk makan. Bibirnya sudah tidak tahan ingin menanyakan alasan perjodohan. Ia membetulkan posisi duduknya, "Jadi, apa alasannya?" Akhirnya kalimat itu meluncur dari mulut Nura.

"Alasan?" Reza mengernyitkan dahi.

"Iya, alasan. Gak usah pura-pura gak tahu deh. Soal lamaran. Kenapa tiba-tiba?"

"Gak tanya sama orang tua kamu?" sahut Reza. Ia menyuapkan kembali satu sendok makanan ke dalam mulutnya. Matanya tidak beralih dari Nura.

"Enggak. Mending tanya langsung."

"Gak ada alasan yang lain. Restu orang tua itu yang lebih penting. Makan dulu ...," jawab sekaligus tegur Reza dengan menggerakan sedikit dagunya kedepan ketika melihat makanan Nura belum tersentuh sama sekali.

"Oh, jadi sama yang kemarin itu gak direstuin gitu? jadinya lo mau-mau aja dijodohin sama gue?" Nura menunjuk Reza dengan sendok ditangannya. 'Yang kemarin' maksud Nura adalah yang Reza kenalkan dulu.

"Apaan si. Sejak kapan ngomong lo gue," tegur Reza nampak tidak suka. Pasalnya sejak dulu mereka selalu mengucapkan 'Aku-kamu' diantara mereka.

"Batalin aja deh kalo gitu. Gue gak mau nikah tanpa cinta."

Reza tiba-tiba meletakkan sendok garpu yang ia pegang hingga terdengar bunyi. Membuat Nura sedikit terkejut, memundurkan sedikit tubuhnyak ke belakang. Gurat wajah Reza berubah menjadi serius.

"Nura ... diumur kita sekarang mencari pasangan bukan hanya soal cinta. Perlu banyak hal yang dipertimbangkan. Karena aku sudah mempertimbangkan semuanya, karena itu aku mau melakukan lamaran, perjodohoan atau apapun lah itu namanya. Gak ada cinta tapi rasa suka juga bisakan? dari suka lama-lama bisa jadi cinta. Benci aja bisa jadi cinta."

Nura terdiam. Ucapan Reza ada benarnya. Selain cinta, rasa nyaman dan aman saat bersama orang itupun bisa menjadi alasan dilanjutkannya sebuah hubungan kejenjang lebih serius. Apalagi kedua orang tua mereka sudah saling mengenal. Percuma juga cuman bermodalkan cinta tapi ujung-ujungnya ada yang tersakiti. Hubungan diusia dewasa memang berbeda. Penuh pertimbangan.

"Sekarang aku tanya, kamu udah punya calon? " tanya Reza kepada Nura yang terdiam mendengar ucapannya.

"Silahkan tolak dan sampaikan kepada orang tua kamu jika memang udah punya calon. Karena yang aku tahu, orang tua kamu juga setuju," ucap Reza penuh penekanan di kalimat 'udah punya calo'. Ia bahkan mengulang kalimat itu dua kali.

Nura tidak mampu menjawab pertannyaan Reza. Kenyataanya ia memang belum punya calon. Hubungannya dengan Dito masih belum jelas.

Seulas senyum tipis, lebih terlihat seperti sebuah seringaian terukir disudut bibir Reza. Ia tahu, Nura tidak bisa menjawab pertanyaanya. Wajah Nura yang terlihat kesal itu seperti sebuah hiburan baginya seperti dulu.

"Sebenarnya ...," Nura tampak ragu melanjutkan ucapannya, tanpa menatap Reza. Ia mengaduk-ngaduk makanan di piring. Tidak berminat untuk makan.

Reza terus meperhatikan apa yang dilakukan Nura. Ia menunggu kalimat apa yang akan keluar dari mulut gadis cantik berambut panjang dibawah bahu ini.

"Gak jadi," Nura memasukkan makanan kemulut, mengunyahnya kasar.

Reza hanya bisa menggelengkan kepala melihat kekesalan Nura. Melihat tingkah Nura membuatnya kembali mengulas senyum tipis.

***

Reza terus memperhatikan Nura yang berjalan hendak masuk ke dalam gedung kantor dari dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari gedung. Balutan dress vitange putih bermotif bunga kecil di bawah lutut, berlengan panjang tangan balon membuat dirinya tampak cantik. Ditambah lagi, rambut panjang yang digerai, hanya sedikit ia kuncir ke belakang dengan anyaman kecil membuat dirinya terlihat sangat indah layaknya seorang puteri. Wajar saja Nura mempunyai banyak pengikut di sosial media.

Matan Reza menyipit. Keningnya berkerut ketika seorang laki-laki mendekat ke arah Nura. Mereka tampak akrab, membuat Reza meremas keras stir mobil.

"Habis dari mana?" tanya Dito. Ia menteng sekantong belanjaan kecil. Sepertinya habis dari supermarket dekat kantor.

"Makan siang ama temen tadi. Kamu udah makan?" tanya Nura.

"Udah ... oh ya, proposal udah siap kita langsung berangkat aja ketempat janjian sama klien. Kata Pak Bos beliau langsung ke sana bentar lagi," Dito memberikan dua kotak minuman kemasan kepasa Nura. Sari kacang hijau, minuman kesukaan Nura.

"Makasiih banyak, Ditooo ...," suara Nura terdengar lucu seperti anak kecil. Tampak senang.

"Sama-sama," Dito mendekat ke arah Nura. Membenarkan laynard Nura yang seharunya berada di depan, ini malah di belakang punggungnya.

Reza yang sejak tadi melihat pemandangan itu, menatap tajam ke meraka yang sudah berjalan masuk ke dalam gedung.

Dadanya terasa panas melihat hal itu. Hampir saja ia akan turun menghampiri mereka. Namun, tiba-tiba ponselnya bergetar.

Nama yang tertulis di ponsel adalah Carla. Rekan kerjanya. Reza segera menekan tombol hijau dilayar ponselnya.

"Ada apa?" tanya Reza ketika menjawab telepon.

"Pak, jangan lupa jam tiga kita ada janji sama klien," jawab Carla yang merupakan rekan kerjanya. Lebih tepatnya 'wakil manager' di perusahaan Ayahnya. Sementara Reza sebagai manager di perusahaan itu.

"Aku akan langsung ke tempat. Kita ketemu di sana," Reza menutup telepon sebelum Carla menjawab. Ia segera menyalakan mobil dan segera pergi dari kantor Nura.

Bab terkait

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 4

    "Bapak, langsung pulang?" tanya Carla pada Reza. Mereka seumuran. Tapi, dikarena jabatan dan juga status Reza adalah anak pemilik perusahaan, Carla masih mengedepankan etika dalam pekerjaan.Reza mendongak menatap langit biru yang tertutup awan tipis, langit masih tampak terang. Reza melihat ke arah jam di tangan kirinya, sebentar lagi jam lima sore. Ia berniat untuk bertemu dengan temannya sehabis meeting yang ternyata memakan waktu yang lumayan lama."Mau ke rumah temen habis ini," jawab Reza singkat. "Ooh gitu ...," Carla terlihat ingin mengatakan sesuatu. Tapi tampak ragu, ia menggigit ujung bibir bawahnya. Reza mengangkat kedua alisnya ketika melihat Carla yang berada di samping seakan ingin mengatakan sesuatu. Ia pun bertanya, "Ada apa?" "Boleh ikut pulang gak, pak?" Carla tampak berharap Reza membolehkan.Menunjukkan puppy eyes agar terlihat manis. Reza mengusap pelan ujung hidung bangirnya yang tak gatal. Sedang berpikir."Ya, udah ikut aja. Rumahnya dimana?"Mendengar itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 5

    "Za! malah bengong. Gak kesambetkan, lo?!" tegur Elrumi ketika tidak ada jawaban dari Reza."Harusnya waktu itu, gue tanya langsung pas denger omongan Nura sama Aruna. Gue pikir mereka lagi ngomongin Ibrahim. Mereka udah temenan lama dari kuliah. Jadi, gue pikir ya dia ...," Reza meneguk minuman soda. Menyederkan tubuh atletisnya ke sofa. Bukan hanya tuubuhnya yang lelah, dia pun juga kelelahan dengan bisingnya pikiran-pikiran yang terus berputar berulang seperti kaset rusak di kepalanya.Dulu, ia mendengar jika Nura menyukai seseorang yang sudah lama ia kenal saat bicara dan berniat mengutarakannya. Belum selesai mereka bicara, Reza memilih pergi. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu. "Tadi, siang gue ketemuan sama Nura. Dia nanya alasan kenapa tiba-tiba ngelamar," lanjut Reza dengan posisi yang sama. "Terus lo jawab apa?" tanya Elrumi penasaran. Menyuapkan satu potong kue brownies cokelat yang ada di atas meja ke dalam mulutnya."Gue suruh tanya orang tuanya.""Lah, kenapa gak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 6

    Dari kejauhan Reza bisa melihat Nura yang sedang terduduk lesu bersama dengan Ibunya. Ruangan yang bertuliskan IGD masih tertutup rapat. Suasana hening membuat langkah kaki Reza terdengar ketika sepatu itu beradu dengan lantai rumah sakit. Membuat Ibu Nura menyadari kehadirannya. Sementara Nura masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Seakan keheningan itu menjadi teman ternyaman. "Nak, Reza," seru Ibu Nura pelan ketika melihat kehadirannya. Nura tersadar dari lamunannya. Kini ia beralih menatap Reza yang sudah berdiri di dekatnya. Wajah cantik dengan kulit putih itu terlihat pucat. Kedua mata indah yang selalu terlihat bersinar kini tampak sayu. Tak ada ekspresi apapun selain wajah datar yang Reza lihat."Gimana keadaan Om, Tante?" tanya Reza dengan nafas sedikit tersenggal-senggal akibat buru-buru menyusul."Masih belum sadar. Tapi, katanya udah stabil. Bentar lagi dibawa ke ruangan. Lagi disiapkan. Oh ya, kenapa bisa ada di sini?" tanya Ibu Nura karena melihat Reza tiba-tiba berada

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 7

    "Aku mau," ucap Nura tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka selama diperjalanan. Suara musik pelan dari radio mobil yang di putar tak menyulitkan Reza mendengar ucapan Nura. "Mau apa? martabak?" tanya Reza bingung dengan maksud Nura, tiba-tiba bilang mau. Mereka baru saja melewati jalan yang ramai dengan penjual dipinggir jalan ketika malam hari. Salah satunya penjual martabak yang Reza sempat lihat mereka lewati. "Kok martabak," Nura mendecak kesal. Ia sudah menghilangkan rasa malunya hanya untuk bilang mau terima lamaran itu. Tapi, Reza malah bercanda pikirnya. Pipinya sudah terasa panas menahan malu. "Soal lamaran," lanjut Nura. Matanya masih lurus menatap jalan di depan yang dipenuhi lampu jalanan dan juga dari kendaraan yang lewat yang berlalu lalang. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Nura. Reza menahan senyum dengan menggigit bibir bawahnya ketika mendengar jawaban Nura. Rasanya ingin berteriak bahagia saat itu juga. Namun, ia berusaha agar terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 8

    "Biar aku ambil aja," Reza masih menolak karena tidak mau Nura merasa repot karena dirinya. "Biar aku aja yang antar ke kantor. Aku juga mau ke daerah dekat kantor kamu. Hari ini ada kerjaan di luar," Jelas Nura ditelepon kepada Reza ketika ia sedang berjalan menuju kantor dari parkiran. Setelah mendapat jawaban dari Reza, Nura menutup telepon. Sebelumnya, Ibunya menghubunginya. Bilang jika dompet Reza ketinggalan di Rumah Sakit. Awalnya Reza berniat untuk mengambil sendiri. Namun, Nura tetap menolak. "Ya sudah, hati-hati nanti di jalan," ujar Reza akhirnya mengalah sebelum Nura menutup telepon. "Eemm yang lagi seneengg ... udah jadian sama ex crush," goda Aruna setelah Nura selesai. Menyilangkan tangan ke depan membentuk tanda silang sambil tertawa. "Bukan jadian tapi calon tunangan," koreksi Nura menurunkan tangan Aruna. "Gak romantis banget yah, gak ada acara lamaran kaya dinner ... kasih cincin gitu ...." "Ntar gue bilangin sama Rez-" Perkataan Aruna terhenti ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 9

    Sinar matahari menembus kaca kantor Reza sekarang. Matanya terpejam seakan menikmati hangatnya sinar matahari menyentuh kulit wajah. Tidak berniat untuk menurunkan tirai untuk menghalangi tembusnya sinar matahari. Carla yang ingin menyerahkan berkas untuk ditanda tangani masuk begitu saja setelah mengetuk pintu. Sementara Reza tidak bergeming, masih di posisi yang sama. Carla berjalan perlahan, berusaha semaksimal mungkin agar suara dari sepatu berhak tingginya yang beradu dengan lantai tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu ketenangan Reza. Ia memilih berdiri di samping Reza yang sedang menghadap dinding kaca luar dengan mata terpejam. Carla menatap lekat padanya. Garis wajah yang tegas, begitu sempurna di mata segelintir orang yang melihatnya. Terpaan sinar matahari membuatnya seakan semakin berkilau di mata Carla. Ia berinisiatif menurutkan roller blind agar sinar matahari tidak lagi menggangu Reza. Seulas senyum tipis terpatri di

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 10

    Pagi-pagi buta Nura sudah ribut dengan kegiatannya di kamar. Ia bersiap dengan terburu-buru. Hari ini ia harus berangkat keluar kota karena urusan pekerjaan bersama dengan beberapa temannya di kantor. Sudah tahu harus berangkat pagi, ia malah pergi bersama Sella tadi malam dan pulang larut dan bangun terlambat. Alarm yang sudah diatur malah dimatikan. Setidaknya ia sudah mengemas barang jadi hanya perlu bersiap."Non, Mbak Aruna sudah datang," ucap salah satu pelayan di rumahnya di depan pintu kamar Nura yang masih tertutup rapat."Bilang bentar lagi, Bi," sahut Nura sedikit berteriak yang sedang mematut dirinya di depan cermin. Memasukan skincare dan make up yang tadi begitu saja ke dalam tas bahu berwarna cokelat muda. Sekali lagi Nura mematut dirinya di depan standing mirror, memastikan stelan yang ia pakai sudah pas. Celan kulot berwarna hitam ditambah kemeja warna putih oversize yang mebalut tubuh indahnya. "Beh masih sempet ya tu rambut di kriwil," sindir Aruna ketika melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 11

    "Ini baru sampai penginapan," Nura sedang berbicara dengan Reza melalui telepon. Satu tangannyA mengeluarkan satu persatu bawaan yang ada dikoper selain pakaian yang akan ia kenakan selama kegiatan di kota S. 'Ya, udah nanti kabarin aku lagi kalo udah gak sibuk. Aku tutup ya teleponnya," pamit Reza sebelum menutup telepon. Tepat setelah panggilan terputus, pintu kamar penginapan mereka di ketuk dari luar. Aruna yang berada lebih dekat pintu segera beranjak dari kasur tempat ia mengistirahatkan tubuh dari perjalanan yang lumayan memakan waktu. Nampak seorang pegawai penginapan yang biasanya datang pagi untuk bersih-bersih tersenyum sopan. Menyodorkan sebuah tas kecil."Permisi, maaf menganggu. Ini ada titipan untuk Mba Nura dari Reza katanya," ucap pegawai itu dengan sopan. "Oh, iya makasih," ucap Aruna menyambut benda yang diserahkan karyawan tersebut."Apa isinya, Run. Tadi dia gak bilang apa-apa telpon.""Cek sendiri nih," Aruna menyerahkannya kepada Nura.Ada minuman suplemen d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21

Bab terbaru

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 14

    Dito yang berjalan dibelakang Nura segera menopang tubuh Nura yang hampir jatuh karena tergelincir akibat bebatuan yang ada di air terjun kecil. Lumut dibebatuan begitu tampak karena jernihnya air tersebut. Untung Dito sigap menolong Nura. Celana yang ia kenakan basah bagian bawah karena percikan air. Pahadal sudah dinaikan hampir selutut. Sementara Nura masih berbegangan di tangan Dito dengan salah satu tangan memegang ponsel."Hati-hati. Kami gak papa?" tanya Dito memastikan. Kini Nura sudah berdiri dengan benar. "Gak papa. Untung ada kamu. Kalau gak. Basah sudah," ucap Nura yang masih berpegangan kepada Dito. Mereka berjalan menuju tepian.Sayup-sayup terdengar suara Nura dan Dito dari telepon. Panggilan Reza yang terjawab membuatnya sedikit kesal sekaligus lega ketika mendengar suara Nura yang baik-baik saja.Ketika panggilan itu kembali, ia langsung bertanya, "Ada apa?" tanyanya."Kegilincir tadi. Untung ada Dito yang pegangin," sahut Nura yang berjalan dibelakang Dito. Mereka

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 13

    "Jadi lo udah punya cowo? kasian banget tuh laki pasti kupingnya panas terus lo cerewetin, Ra" Nino menggelengkan kepala dengan raut wajah dibuat sedih. "Enak aja," Nura memberikan pukulan tepat di punggungnya yang berjalan mendahului mereka bersama dua orang lainnya."Udah cerita sama Dito?" tanya Aruna."Mana ada. Gue keceplosan aja tadi," jelas Nura yang berjalan beberapa langkah dari yang lainnya."Kemarin tuh sebenarnya Dito mau ngejelasin soal hubungan dia sama mantannya itu. Tapi, gue bilang nanti aja. Gue gak tahu aku bersikap atau bereaksi gimana kalo udah tahu.""Ya, udah lo bilang aja sekarang lo udah ada Reza," Saran Aruna."Harus, ya? gue tuh maunya diam-diam terus nanti tiba-tiba sebar undangan," Nura menyatukan kedua tangan berada di depan dada. Mentap langit biru berawan putih disertai senyum menghiasi wajah. Matanya berbinar membayangkan apa yang diinginkamnya itu."Jadi, mau private gitu ceritanya?" "Gue takut, Run. Kalo udah banyak yang tau tiba-tiba malah batal,"

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 12

    Nura menatap pantulan dirinya di kaca kamar mandi. Wajahnya masih tampak lelah. Tapi setidaknya kondisi tubuhnya sudah lebih baik dari kemari. Yah, walaupun belum sepenuhnya benar-benar baik. Ia berniat membersihkan diri. Kemarin ia langsung tertidur. Sekarang ia akhirnya bangun lebih awal. Sementara Aruna masih berlayar di alam mimpi. Mandi air hangat menjadi pilihan untuk menyegarkan dirinya kembali. Badannya terasa lengket karena keringan yang keluar demam tadi malam."Raa, lo di dalam?" suara Aruna terdengar dari luar dengan iringan ketukan pintu beberapa kali. Saat bangun Aruna tidak melihat Nura di sampingnya. Terdengar suara kecil gemiricik air dari kamar mandi. Karena itu ia ingin memastikan."Iyaa, Run. Ini gue ... aman kok. Gue udah baikan dikit," balas Nura dari dalam kamar mandi yang sedang bersandar di dalam bak mandi cantik berwarna putih bersih. Mendengar jawaban dari sahabatnya Aruna kembali ke tempat tidur. Mengecek beberapa pesan yang masuk di ponsel pintarnya.S

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 11

    "Ini baru sampai penginapan," Nura sedang berbicara dengan Reza melalui telepon. Satu tangannyA mengeluarkan satu persatu bawaan yang ada dikoper selain pakaian yang akan ia kenakan selama kegiatan di kota S. 'Ya, udah nanti kabarin aku lagi kalo udah gak sibuk. Aku tutup ya teleponnya," pamit Reza sebelum menutup telepon. Tepat setelah panggilan terputus, pintu kamar penginapan mereka di ketuk dari luar. Aruna yang berada lebih dekat pintu segera beranjak dari kasur tempat ia mengistirahatkan tubuh dari perjalanan yang lumayan memakan waktu. Nampak seorang pegawai penginapan yang biasanya datang pagi untuk bersih-bersih tersenyum sopan. Menyodorkan sebuah tas kecil."Permisi, maaf menganggu. Ini ada titipan untuk Mba Nura dari Reza katanya," ucap pegawai itu dengan sopan. "Oh, iya makasih," ucap Aruna menyambut benda yang diserahkan karyawan tersebut."Apa isinya, Run. Tadi dia gak bilang apa-apa telpon.""Cek sendiri nih," Aruna menyerahkannya kepada Nura.Ada minuman suplemen d

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 10

    Pagi-pagi buta Nura sudah ribut dengan kegiatannya di kamar. Ia bersiap dengan terburu-buru. Hari ini ia harus berangkat keluar kota karena urusan pekerjaan bersama dengan beberapa temannya di kantor. Sudah tahu harus berangkat pagi, ia malah pergi bersama Sella tadi malam dan pulang larut dan bangun terlambat. Alarm yang sudah diatur malah dimatikan. Setidaknya ia sudah mengemas barang jadi hanya perlu bersiap."Non, Mbak Aruna sudah datang," ucap salah satu pelayan di rumahnya di depan pintu kamar Nura yang masih tertutup rapat."Bilang bentar lagi, Bi," sahut Nura sedikit berteriak yang sedang mematut dirinya di depan cermin. Memasukan skincare dan make up yang tadi begitu saja ke dalam tas bahu berwarna cokelat muda. Sekali lagi Nura mematut dirinya di depan standing mirror, memastikan stelan yang ia pakai sudah pas. Celan kulot berwarna hitam ditambah kemeja warna putih oversize yang mebalut tubuh indahnya. "Beh masih sempet ya tu rambut di kriwil," sindir Aruna ketika melihat

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 9

    Sinar matahari menembus kaca kantor Reza sekarang. Matanya terpejam seakan menikmati hangatnya sinar matahari menyentuh kulit wajah. Tidak berniat untuk menurunkan tirai untuk menghalangi tembusnya sinar matahari. Carla yang ingin menyerahkan berkas untuk ditanda tangani masuk begitu saja setelah mengetuk pintu. Sementara Reza tidak bergeming, masih di posisi yang sama. Carla berjalan perlahan, berusaha semaksimal mungkin agar suara dari sepatu berhak tingginya yang beradu dengan lantai tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu ketenangan Reza. Ia memilih berdiri di samping Reza yang sedang menghadap dinding kaca luar dengan mata terpejam. Carla menatap lekat padanya. Garis wajah yang tegas, begitu sempurna di mata segelintir orang yang melihatnya. Terpaan sinar matahari membuatnya seakan semakin berkilau di mata Carla. Ia berinisiatif menurutkan roller blind agar sinar matahari tidak lagi menggangu Reza. Seulas senyum tipis terpatri di

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 8

    "Biar aku ambil aja," Reza masih menolak karena tidak mau Nura merasa repot karena dirinya. "Biar aku aja yang antar ke kantor. Aku juga mau ke daerah dekat kantor kamu. Hari ini ada kerjaan di luar," Jelas Nura ditelepon kepada Reza ketika ia sedang berjalan menuju kantor dari parkiran. Setelah mendapat jawaban dari Reza, Nura menutup telepon. Sebelumnya, Ibunya menghubunginya. Bilang jika dompet Reza ketinggalan di Rumah Sakit. Awalnya Reza berniat untuk mengambil sendiri. Namun, Nura tetap menolak. "Ya sudah, hati-hati nanti di jalan," ujar Reza akhirnya mengalah sebelum Nura menutup telepon. "Eemm yang lagi seneengg ... udah jadian sama ex crush," goda Aruna setelah Nura selesai. Menyilangkan tangan ke depan membentuk tanda silang sambil tertawa. "Bukan jadian tapi calon tunangan," koreksi Nura menurunkan tangan Aruna. "Gak romantis banget yah, gak ada acara lamaran kaya dinner ... kasih cincin gitu ...." "Ntar gue bilangin sama Rez-" Perkataan Aruna terhenti ketika

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 7

    "Aku mau," ucap Nura tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka selama diperjalanan. Suara musik pelan dari radio mobil yang di putar tak menyulitkan Reza mendengar ucapan Nura. "Mau apa? martabak?" tanya Reza bingung dengan maksud Nura, tiba-tiba bilang mau. Mereka baru saja melewati jalan yang ramai dengan penjual dipinggir jalan ketika malam hari. Salah satunya penjual martabak yang Reza sempat lihat mereka lewati. "Kok martabak," Nura mendecak kesal. Ia sudah menghilangkan rasa malunya hanya untuk bilang mau terima lamaran itu. Tapi, Reza malah bercanda pikirnya. Pipinya sudah terasa panas menahan malu. "Soal lamaran," lanjut Nura. Matanya masih lurus menatap jalan di depan yang dipenuhi lampu jalanan dan juga dari kendaraan yang lewat yang berlalu lalang. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Nura. Reza menahan senyum dengan menggigit bibir bawahnya ketika mendengar jawaban Nura. Rasanya ingin berteriak bahagia saat itu juga. Namun, ia berusaha agar terlihat

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 6

    Dari kejauhan Reza bisa melihat Nura yang sedang terduduk lesu bersama dengan Ibunya. Ruangan yang bertuliskan IGD masih tertutup rapat. Suasana hening membuat langkah kaki Reza terdengar ketika sepatu itu beradu dengan lantai rumah sakit. Membuat Ibu Nura menyadari kehadirannya. Sementara Nura masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Seakan keheningan itu menjadi teman ternyaman. "Nak, Reza," seru Ibu Nura pelan ketika melihat kehadirannya. Nura tersadar dari lamunannya. Kini ia beralih menatap Reza yang sudah berdiri di dekatnya. Wajah cantik dengan kulit putih itu terlihat pucat. Kedua mata indah yang selalu terlihat bersinar kini tampak sayu. Tak ada ekspresi apapun selain wajah datar yang Reza lihat."Gimana keadaan Om, Tante?" tanya Reza dengan nafas sedikit tersenggal-senggal akibat buru-buru menyusul."Masih belum sadar. Tapi, katanya udah stabil. Bentar lagi dibawa ke ruangan. Lagi disiapkan. Oh ya, kenapa bisa ada di sini?" tanya Ibu Nura karena melihat Reza tiba-tiba berada

DMCA.com Protection Status