Ryosuke Ryuji atau akrab disapa dengan Ryo, berjalan menaiki jalan mendaki yang dihimpit gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo setelah upacara kelulusan sekolahnya. Motto hidupnya adalah; Hidup tenang dan damai.
Dia tak ambil pusing ketika dia dinyatakan tidak memiliki bakat ataupun potensi untuk menjadi Rifter, ketika ia menginjak usia sepuluh tahun.
Usia normal untuk manusia di era ini menunjukan tanda-tanda bahwa ia adalah seorang Rifter dan kekuatannya akan terbangkitkan ketika ia dewasa sepenuhnya.
Bahkan, nilai-nilai selama masa sekolahnya tidak buruk ataupun menonjol, tepat berada di tengah-tengah. Ia sengaja melakukan itu agar tidak menjadi pusat perhatian.
Terlahir yatim-piatu dan hidup dari tunjangan pemerintah, membuatnya tidak bisa berpangku pada siapapun.
Selama delapan tahun hidup di panti asuhan. Ia tumbuh seperti anak pada umumnya. Namun, untuk suatu alasan dia harus masuk ke ruangan khusus dengan pengamanan ketat pada malam hari.
Suatu hari seseorang mengadopsinya, hari-harinya begitu menyenangkan,ia merasa seperti anak normal untuk pertama kalinya, akan tetapi kehidupan yang lama ia dambakan itu tak berlangsung lama.
Ayah angkatnya tiba-tiba saja menghilang saat ia berumur empat belas tahun.
*
Tetap hidup di era yang dihantui kekacauan adalah penghargaan terbesar dalam hidup ia tak bisa meminta lebih dari yang sudah ia dapatkan.
Ryo tinggal di sebuah apartemen peninggalan ayah angkatnya. Apartemen seluas sepuluh kali sepuluh meter di pusat Tokyo adalah sebuah kemewahan di Jepang setelah era Kiamat Kecil.
Area tokyo yang dulu seluas ratusan kilometer persegi, kini hanya tersisa bahkan tak sampai setengah bagiannya.
Jika bukan karena tembok benteng menjulang tinggi yang di bangun pada era Kiamat Kecil, Tokyo pasti sudah hancur tak terisa sedikitpun. Situasi serupa juga terjadi di seluruh negara di bumi, setiap negara memusatkan sumber daya mereka disatu kota.
Kini, di gugusan kepulauan di pasifik yang memiliki sejarah agung nan panjang, hanya tersisa dua kota yang dapat di tinggali manusia secara layak yaitu Tokyo dan Kyoto.
*
Sirene tanda matahari akan segera terbenam melenguh nyaring diseluruh kota hingga terdengar ratusan mil jauhnya, memperingatkan semua penduduk bahwa jam malam akan segera diberlakukan.
Walaupun keseimbangan hukum ruang dan waktu di bumi lebih stabil, bukan berarti sudah aman, pada malam hari portal Dimensional Rift yang menghubungkan dimensi dunia lain kerap muncul entah dari mana dan menyebabkan Anomali Dimensi.
Pergesekan perbedaan kerapatan dimensi menyebabkan hukum ruang dan waktu bergeser hingga radius puluhan kilometer.
Waktu seakan melambat, Gravitasi menjadi sepuluh kali lebih kuat, Angin topan, badai awan magnetik yang mengangkat semua benda dari logam melayang ke udara dan bencana alam lainnya yang tak terbayangkan.
Tapi itu bukanlah hal yang terburuk, bencana yang sesungguhnya adalah ketika ada mahluk dari semesta lain yang keluar melalui portal Dimensional Rift.
Mereka datang dengan bentuk tubuh yang belum pernah dibayangkan oleh manusia, dengan kekuatan fisik mereka yang luar biasa serta kecerdasan jauh di atas manusia, mereka dengan mudah membasmi manusia dalam satu kota.
Pada saat portal terbuka, di situlah para Rifter menjalankan tugas mereka untuk melindungi manusia.
Tak heran jika menjadi Rifter didambakan dan dielukan oleh manusia, kejayaan, kekayaan dan kehormatan.
Maka tak jarang, kekuatan yang dianugerahkan pada mereka membuat mereka sombong, memandang rendah mereka manusia yang lemah. Tapi itu tak mengapa, selama umat manusia memiliki kekuatan untuk melawan.
Pemerintah Dunia mengabaikan persoalan kecil seperti itu, apalagi pada era dimana kekuatan adalah yang berbicara. Tidak boleh membunuh manusia ataupun mahluk bumi lainnya. Itulah aturan tangan besi bagi seluruh Rifter yang harus di patuhi, jika mereka melanggar, mereka harus siap menyerahkan nyawa mereka sendiri kepada neraka.
*
Ryo membuka kulkasnya dan mengambil sekaleng bir ketika masih mengalungkan handuknya dan bertelanjang dada.
"Selamat atas ulang tahunmu, dan kelulusanmu," ucap Ryo kepada diri sendiri.
Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, menghela nafasnya dan menyalakan televisi, menggonta-ganti saluran dengan mata bosan. Mata dan telinganya terpaku pada sebuah berita singkat.
"Sebuah portal akan terbentuk di atas langit pusat kota Tokyo, ukuran yang diperkirakan kecil, level bahaya: Rank C. Para Rifter sudah bersiaga di jalan sekitar pusat kota, bagi para penduduk harap tetap tenang dan didalam rumah, demikian yang dapat kami sampaikan." Pembawa berita cantik itu dengan sangat piawai bersilat lidah di depan kamera.
Ryo mengerutkan keningnya, sebuah portal di tengah kota? Mahluk bodoh mana yang nekad menyusup menggunakan portal di tengah kota?
Dia melempar remotnya kesamping, berjalan menuju altar shinto yang ia gunakan untuk berdoa pada ayahnya.
Sebuah Katana dengan bilah berwarna hitam mengkilap dan sebingkai foto dirinya bersama ayahnya dengan latar belakang gedung megah berwarna putih. Peninggalan ayah angkatnya yang tersisa, ia merawat baik-baik dua benda itu bersamanya.
Berdoa dengan sangat khidmat, dengan posisi Seiza dan mengatupkan kedua telapak tangannya, kadang ia menitikan air mata, kadang ia tersenyum ketika berdoa.
Seolah ia sedang mencurahkan isi hatinya kepada sosok yang sudah ia anggap seperti ayah kandungnya. Tapi rutinitas untuk menenangkan hatinya itu tak berlangsung lama seperti hari biasa.
Ia sangat terkejut dan menutup telinganya ketika sebuah ledakan sangat keras diatas langit, gelombang kejut segera menyebar ke segala penjuru dan memecahkan kaca-kaca tebal gedung pencakar langit.
Ryo segera berlari ke arah beranda, ia tak percaya dengan yang ia lihat, sebuah portal Dimensional Rift sudah terbentuk sempurna tak jauh di atas kepalanya. Perkiraan yang disampai berita dadakan itu ternyata jauh lebih rendah dari yang sampaikan.
"Sialan!" umpat Ryo, dengan langsung mengunci pintu beranda dan menyambar pedang peninggalan ayahnya.
Untuk sejenak ia ragu untuk segera lari ke tempat yang lebih jauh atau tetap tinggal. "Jika aku keluar, besar kemungkinan aku terperangkap Anomali Dimensi, csk!!"
Terlambat sudah, ukuran portal itu mendadak membesar, tingkat bahayanya naik menjadi level B, Anomali Dimensi terbentuk sempurna hingga radius sepuluh kilometer, waktu didalam radius Anomali Dimensi menjadi sangat lambat, semua gerakan yang Ryo lakukan terasa sangat berat.
Itulah yang terjadi ketika manusia biasa terperangkap dalam Anomali Dimensi, kemampuan fisik dan otak menjadi terbatasi di dalam Anomali, ini lah yang mengakibatkan manusia mengalami kekalahan besar.
Satu sosok mahluk segera mencoba keluar dari portal, para Rifter Rank C berusaha sekuat tenaga untuk menahan mahluk itu. Tapi mereka tak cukup kuat menahannya, mahluk itu segera melompat keluar dari portal dan mendobrak pintu balkon apartemen Ryo.
Sekuat tenaga ia berlari ke pintu keluar tapi sekuat apapun ia mencoba, tubuhnya bahkan belum bergerak sejauh satu meter dari tempat semula. Mahluk dengan perawakan besar dan berwajah bengis itu segera menjangkau Ryo dan mencekik lehernya dengan tangannya yang besar.
Dengan putus asa Ryo meronta dengan tubuh yang makin melemas. Ia menatap dalam-dalam mata mahluk itu, sekelebat ingatan saat ia masih kecil terlintas di pikirannya, ia seperti pernah melihat mahluk seperti ini sebelumya. Matanya lebar, tubuhnya bersisik dengan wajah seperti spesies ikan asing.
Di saat-saat genting itu, seorang perempuan mendobrak pintu masuk apartemen Ryo, dengan santainya berjalan di tengah Anomali Dimensi seperti berjalan di taman bunga dengan memegang pistol di tangan kiri dan pedang berwarna merah menyala di tangan kanannya.
Dia melepaskan tiga tembakan ke arah mahluk di depannya, peluru yang ia tembakkan tidak terpengaruh Anomali, melesat tepat mengenai bahu dan lehernya sehingga melepaskan cengkramannya pada leher Ryo.
Mahluk itu meraung sangat keras hingga memekakkan telinga, perempuan berambut putih itu tak bergeming, ia tetap mengacungkan pedangnya.
"Release!"
Setelah satu kata itu terucap gelombang kejut sangat kuat terlepas dari tubuhnya dan menghempaskan mahluk itu dan menetralkan Anomali Dimensi. Hentakan yang sangat kuat itu merusak semua perabotan di dalam apartemen, Ryo tersungkur dan menghela nafas dalam-dalam, mencoba menghirup udara sebanyak yang ia bisa.
"Wanita muda ini adalah Rifter?!" teriak Ryo dalam hatinya ketika melihat sosok penyelamat hidupnya.
Tubuhnya tinggi semampai, mengenakan busana casual, jaket kulit feminim warna hitam, tank top, celana jeans dan sepatu boot tinggi. Raut wajahnya sangat tegas rambutnya yang putih berkelebat indah dan menambah pesonanya.
"Jangan bergerak, sedikitpun," ucap perempuan itu, baik mahluk itu ataupun Ryo tak bisa bergerak sedikitpun seperti mematung.
Walaupun anomali sudah dinetralkan, tapi seperti ada kekuatan lain yang menahan tubuh mereka, dan kekuatan itu berasal dari perempuan berambut putih itu.
Mahluk itu kembali meraung, ia langsung berlari ke arahnya. Perempuan itu melepaskan dua tembakan dan tepat mengenai mata mahluk buas itu. Ia mengayunkan pedangnya sebanyak tiga kali, mahluk itu berhenti bergerak maupun bersuara.
Tubuhnya langsung ambruk dan terpotong menjadi tiga bagian setelah perempuan itu mengibaskan darah dan lendir yang menempel pada pedangnya. Melihat hal itu, mulut Ryo kelu, bahkan ia lupa untuk bernapas.
"Luar biasa! Inikah kekuatan Rifter Ranking Elit?!" pikir Ryo.
"Syukurlah kau masih hidup," ujar perempuan itu sembari menyarungkan pistolnya ke holster di pinggangnya, pedang panjang yang ia gunakan berubah wujud menjadi cair seperti darah dan masuk ke tubuh lewat telapaknya.
Ia membereskan mayat mahluk yang ia potong-potong dan melemparnya kembali ke dalam portal, "Close!" Portal itu perlahan menutup dengan sendirinya dengan satu gerakan tangan.
"Kau menyelamatkanku, terima kasih," ucap Ryo seraya menundukan kepala.
"Menyelamatkanmu? Aku tak salah dengar? Aku dikirim kesini untuk membereskan satu kecoa laut seperti itu? Jika temanku mendengar kejadian ini, aku pasti sudah menjadi bahan olokan mereka sekarang."
Perempuan itu malah terlihat sangat kesal dan berbicara sedikit angkuh, walaupun akhirnya dia membantu Ryo untuk bangun.
"Maaf jika aku membuatmu kesal," kata Ryo dengan nada sedikit memelas.
"Aku kesal ketika melihat orang lemah yang tak berdaya dan malah hidup bermalasan seperti ini, aku tak mengerti kenapa Ryuji begitu memanjakanmu, penerus White Raven malah sangat lemah seperti ini." Lidahnya berdecak-decak ketika beberapa kali mengumpat kata.
Namun, Ryo tak memperdulikan itu, kata "Ryuji" menyambar dirinya bahkan lebih keras dari guntur.
"Hei tunggu dulu?! Bagaimana kau bisa mengenal ayahku? Siapa kau sebenarnya?"
"Elena, Elena Katyushka, Rank S Rifter, Mistress Of White Raven, ya boleh dibilang aku adalah tuan putri dari White Raven, dan ayahmu Ryuji adalah pendiri White Raven."
"Tunggu dulu," Ryo terperanjak saat mendengar kata White Raven.
"Maksudmu, Asosiasi Rifter White Raven? Asosiasi Rifter terkuat yang bahkan bisa menyaingi Asosiasi Rifter Dunia dan bahkan memiliki Akademi, Daerah otoritasnya sendiri, dan berdiri seperti layaknya kerajaan kecil yang menguasai separuh Washington? Kau pasti salah orang, ayahku hanya pekerja jasa transportasi logistik perusahaan kecil."
"Yep, setengah Washington hanyalah halaman depan White Raven. Katana dengan bilah hitam mengkilap, dengan pola Hammon menyerupai sisik naga, tak salah lagi, Pedang Surga Terkutuk." Elena memperhatikan Katana yang Ryo pegang.
"Lalu fotomu saat berusia 10 tahun bersama Ryuji berlatar belakang Akademi White Raven, walaupun sudah kusam, tapi aku bisa mengenal postur tubuh Ryuji yang tinggi kurus itu."
Mendengar semua hal itu, Ryo duduk terjatuh, pikirannya yang masih dilanda shock akibat serangan sebelumnya, mendapatkan sesuatu yang bahkan lebih membuatnya terkejut hingga jantungnya seakan berdetak di luar dadanya.
"Siapa sebenarnya Ryuji, dia yang selama ini aku anggap ayah, siapa sebenarnya dia?" Ryo berpikir sangat keras, peluh dan air matanya bercampur jadi satu di pipinya. "Lalu, apa maksudmu datang kemari?"
"Untuk menjemputmu," balas Elena.
"Lalu, bagaimana aku bisa tahu, jika kau yang sengaja membuka portal tadi, mengarang semua cerita dan sebagainya?"
"Ya ampun, asal kau tahu, aku punya aset sebanyak milliaran Units, aku bisa menggunakan dollar kertas untuk mengepel lantai rumahku jika aku mau, merundung seseorang demi uang bukan hobiku, aku datang kesini atas ramalan Ryuji, aku sendiri terkejut, ini bukan seperti ramalan lebih tepatnya Ryuji seperti mengintip masa depan sebelum dia pergi, jika kau tak percaya tunggulah lagi selama dua bulan, kejadian seperti ini pasti akan terulang lagi, kau ini sedang diincar oleh Sea's Abyss."
Penjelasan Elena memborbardir akal sehat Ryo hingga ketitik kritis.
"Tapi bagaimana kau....?" Bibir Ryo di tahan dengan satu jari Elena, wajah mereka sangat berdekatan, Ryo menatap dalam-dalam pupil mata berwarna merah milik Elena, menyala terang seperti batu Ruby.
"Shhh, kau terlalu banyak bicara Ryosuke Ryuji, sekarang kau tidurlah."
Dengan satu sentuhan di tengah kening Ryo, dia membuatnya tertidur begitu saja.
Ia terbangun di kamar rumah sakit dengan penyangga leher. Selang infus dan berbagai macam sensor tertempel pada tubuhnya, perawat yang mendapati Ryo tersadar segera berlari keluar kamar dan kembali bersama tim dokter yang dengan cekatan memeriksa kondisi Ryo.
Ingatannya menjadi kabur, ia tak bisa mengingat pasti apa yang terjadi dengannya tadi malam, hanya beberapa potongan ingatan terlintas di kepalanya.
"Syukurlah tidak ada yang aneh ataupun cedera lainnya," ujar seorang dokter berkumis tebal dan bertubuh sedikit gempal.
"Apa yang terjadi, siapa yang membawaku kesini, di mana ini?" tanya Ryo dengan suara parau.
"Rumah sakit pusat tokyo, pasukan pemadam dan penyelamat membawamu kemari, syukurlah kau selamat dari insiden itu," ujar dokter itu.
"Laporan resminya, kau ditemukan tak sadarkan diri di apartemen mu, semua perabotan rusak seperti ada gelombang kejut yang meladak di dalam dan tak ada jejak lainnya."
Mendengar penjelasan dokter, ia menyadari bahwa insiden di apartemennya malam itu, tak bisa dihiraukan begitu saja, hanya orang yang memiliki pengaruh sangat kuat dan dana tak terbatas yang bisa menyembunyikan sebuah fakta insiden.
Seminggu setelah dirawat dia dinyatakan pulih, ia pun bisa kembali kerumah. Apartemen kelas atas yang ia tempati berubah menjadi bobrok hanya dalam waktu semalam, tapi anehnya hanya altar shinto yang tak tergores sedikitpun, Katana yang ia gunakan untuk melawan mahluk itu juga kembali ke tatakannya semula.
Keseharian Ryo tak jauh berbeda dan lebih banyak ia gunakan untuk berdiam diri, membaca buku-buku yang belum sempat ia baca, dan bekerja paruh waktu di sebuah toko tak jauh dari apartemennya.
Dua bulan berlalu sejak kejadian itu, Ryo teringat akan kata-kata Elena sebelum dia menghilang entah kemana setelah insiden itu. Ia mulai sedikit gelisah, pikirannya tak fokus saat bekerja, berkali-kali ia kena marah atasannya.Hari beranjak petang, dia pun berjalan pulang dengan badan yang lunglai. Perkataan Elena tempo hari sukses membebani pikirannya selama beberapa hari terakhir."Kalau memang aku di incar, apa alasannya dan mengapa? Apa karena pedang tumpul warisan ayah? Tapi monster itu benar-benar ingin membunuhku." Tubuhnya merinding ketika teringat pemilik mata bengis yang hampir membunuhnya."Peduli Setan!" umpatnya dalam hati."Jika aku mati, ya sudah habislah aku, tapi setidaknya aku akan bertarung, sebagai terima kasih atas hidup yang aku dapat selama delapan belas tahun ini."Emosinya semakin menggebu, ia membuka pintu apartemennya dan membantingnya keras.*Sirene keras membangunkannya dari tidurnya, lehernya terasa lin
Besok siangnya, dengan badan yang masih sangat letih, dia terburu-buru menuju bandara. Puluhan pesawat jet yang mampu terbang antar planet, berlalu lalang di bandara, ratusan mahluk dari berbagai sistem tata surya tumpah ruah di lobi. Ketika masuk ke bandara, Ryo langsung dipandu oleh 2 pria kulit putih berbadan tegap dengan setelan hitam."Tuan Ryo?" tanya salah satu pria."Ya?""Silahkan ikut kami, Nona Elena sudah menunggu di pesawat."Dengan 2 pengawal disampingnya, dia dipandu menuju hangar pesawat pribadi, dia tidak bisa menutup mulutnya ketika melihat pesawat jet pribadi berwarna putih cemerlang, dengan logo kepala burung gagak di ekornya.Bukan hanya itu yang membuat Ryo terbelalak, di kedua sisi sayap pesawat, lusinan Missile dan senapan serbu tertata rapih. Lebih seperti pesawat tempur pribadi. Dua pramugari cantik menyambut kedatangan mereka dengan senyum menawan di bawah tangga, mengantar mereka bertiga masuk ke pesawat."Kerja b
Ia menghela nafas, "Baik, akan ku lakukan.""Hmm bagus, untuk itu ... kau harus menjadi mahasiswa di akademi ini. Ada serangkaian tes, latihan dan orientasi yang wajib kau lalui, Sebastian akan menjelaskan semuanya besok pagi," ucap Katya dengan melayangkan sebuah gelang berwarna biru kepada Ryo.Salah satu kemampuan dasar seorang Rifter; Telekinesis, tanpa usaha berarti Katya dengan santainya melayangkan gelang itu di udara."WristNect? Aku sudah punya satu.""Yang satu ini berbeda dari yang dibuat massal untuk kebutuhan masyarakat, bahkan lebih mutakhir dari versi yang di miliki militer, Tahan di segala cuaca ekstrim, terhubung langsung dengan satelit, dan ada ruang spatial untuk menyimpan berbagai barang di dalamnya," potong Elena.Dengan santai Elena memperagakan cara kerja WristNect dan mengeluarkan perlengkapan tempurnya dari dalam gelang kebiruan itu. Cahaya hologram kebiruan mematerilisasi dan dematerilisasi benda fisik dengan hukum ruang.
Ruang Tamu Utama, Lantai 1Setelah merasakan hawa kehadiran yang sangat kuat, dan meninggalkan ruang makan, Katya sadar ada tamu tak diundang di rumahnya, bahkan para pejabat pemerintah dunia berpikir 1000 kali jika ingin menolak kedatangan yang satu ini. Salah satu vampir primordial yang sudah bertahan melalui berbagai Era, dia adalah legenda, kematian, kebangkitan, dan simbol dari kekuatan absolut di ras vampir, rival abadi Katya, The Nosferatu Alucard."Maaf membuat menunggu Tuan Alucard." sambut Katya dengan menuruni tangga, "Lama tak berjumpa.""Lama tak berjumpa, Katya, kecantikanmu memang tiada tara sejak dahulu," sanjung Alucard dengan mengangkat gelas Wine yang di tangannya sembari duduk menyilangkan kakinya dengan elegan."Terima kasih atas pujiannya." balas Katya dengan menatap mata pria itu,Walaupun obrolan terkesan santai, tapi aura mengerikan seolah terpancar dari mereka berdua, tekanan udara di ruang tamu menjadi semakin sesak membu
Pagi harinya, Ryo terbangun dengan tangan Elena yang masih memeluknya. Ia bisa melihat paras cantik Elena dari dekat, wajahnya langsung memerah dan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya. Perlahan ia bangkit dari ranjang dan menggunakan kamar mandi.Seorang pelayan perempuan yang masih terlihat sangat belia bertubuh ramping nan mungil berambut coklat pirang, berpapasan dengan Ryo ketika baru keluar dari kamar mandi, wajah dan telinga runcingnya langsung merah tersipu malu, keranjang berisi pakaian terjatuh ketika melihat Ryo bertelanjang dada."Ah? maafkan aku, aku tak bermaksud untuk mengagetkanmu.""Tidak apa Tuan Muda, E-e-e ... maaf sa-saya tidak tahu tadi malam anda tidur bersama Nona Elena, saya akan segera pergi.""Tak apa, lagi pula aku akan segera pergi, Dark Elf kah? Siapa namamu?""Pelayan seperti hamba tidak pantas menyebutkan nama didepan Tuan Muda,""Tak perlu formal seperti itu,""Baiklah kalau and
Di kamarnya, Elena baru bangun dari tidurnya, ia hanya tidur selama 17 jam dalam seminggu terakhir. Walaupun dia memiliki vitalitas vampir yang luar biasa dan bisa terjaga hingga berbulan-bulan, bahkan Pedang Perak Vatican dan air suci masih belum cukup untuk membunuhnya.Tapi beban psikis dan tanggung jawab yang ia pegang membuat fisiknya terasa lelah seperti manusia biasa.“Ah ... sialan ... kepalaku pening,” gumam Elena ketika membasuh muka di wastafel kamar mandi. “Ah, Iya semalam aku lumayan mabuk, dan memeluk Ryo seperti orang bodoh, tapi ya sudahlah toh dia sudah pergi.” Ia pun mengganti gaun tidur transparannya dengan setelan tempurnya dari dalam lemarinya yang di desain secara khusus.Walaupun terlihat sederhana dari luar, lemari yang ia gunakan untuk setelan tempurnya terisi dengan teknologi termutakhir di galaksi. Sensor tubuh yang bisa memindai pemilik lemari ini hingga tingkatan sub-atomis tubuh. Campuran bahan alloy warna pu
Di gedung Washington Rifter Associaton.Media massa selalu ada 7x24 jam untuk memantau keadaan ataupun meliput berita tentang para Rifter yang menjalankan misi di seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri sebagai simbol perdamaian dunia, Washington Rifter Association menjadi inspirasi dan harapan bagi generasi baru.Tak heran jika ketertarikan Masyarakat begitu besar, dan menjadi ladang subur untuk para media massa begitu juga para mata-mata.Lusinan wartawan langsung berebut untuk mewancarai Elena ketika dia melangkahkan kaki ke dalam gedung. “Nona Elena, bisa anda cerita kan apa yang terjadi di Jepang?!”, “Nona Elena!” “Elena Katyushka!” pekik para wartawan sambil mengacungkan Mic ke muka Elena untuk mendapatkan perhatian dan berharap mendapatkan bahan berita yang bagus.Tapi Elena memilih diam. Memberikan keterangan secuil apapun, sama saja meneteskan setitik darah di kolam penuh ikan buas. Tak akan berhenti jika mangsa bel
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut