Terima kasih dukungan kalian guys!🙏😇
Beberapa kali Juyan mengulur waktu, agar mereka lama sampai ke rumah Hera. Ia beberapa kali menelpon nonanya itu. Namun panggilan telpon darinya tidak di angkat dan pesan singkat yang ia kirim juga tidak di baca. Dia sampai kehilangan akal untuk memberitahukan Hera jika suaminya akan datang ke rumahnya. "Tuan.., bagaimana jika tuan membawa parcel buah untuk ayah nona Hera ya setidaknya bisa dikatakan buah tangan untuk mertua Anda tuan," ujar Juyan lagi. Juyan menghentikan mobil di sebuah supermarket yang khusus menjual buah-buahan segar. Ia sedang menunggu tuannya yang sedang memilih beberapa buah untuk ia bawa kepada mertuanya itu. Juyan lagi-lagi menelpon Hera namun tidak di jawab, sampai King kembali dari supermarket membawa satu keranjang buah-buahan segar nonanya itu tetap tidak menjawab ponselnya. Sementara di rumahnya Hera di sidang
Hera sampai terbatuk-batuk, King menyodorkan air putih kepada istrinya lalu berkata, "are you okay, honey?" ujarnya lembut. "Sa..saya hanya keselek mas," terlihat Hera gugup karena suaminya juga jadi ikut-ikutan menginap. "Ya sudah kak, karena suamimu juga menginap, kamu bersihin dulu kamarmu," Hera segera berlalu dari situ dan menuju kamarnya untuk membersihkannya seperti perintah ayahnya. "Duh.., dimana mas King akan tidur? apakah kami akan tidur seranjang lagi" tanyanya dalam hati. Kasurnya memang ukuran untuk ditiduri dua orang tapi tidak seluas kasur King yang ukurannya lebih lebar. Setelah selesai merapikan kamarnya, ia pun keluar lagi. Ia membereskan meja makan dibantu oleh Ewan. Sementara pengawal Juyan kembali masuk kedalam rumah dengan membawa tas kecil yang berisipakaian mereka. King memilih sendiri, pakaian yang dipakai oleh istrinya selama tidur di rumah aya
"shit!.aku kelepasan lagi!" Ia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya mengisyaratkan penyesalan dengan apa yang ia lakukan barusan. "Maafkan aku soal yang barusan terjadi, aku tidak sengaja melakukannya," ujarnya lalu melihat ke arah istrinya. Hera terlihat sedang merapikan pakaiannya yang berantakan akibat ulah suaminya pagi itu, bibirnya terlihat bengkak dan ada beberapa bekas tanda kepemilikan dari suaminya. "I..iya, nggak apa-apa kok mas, aku..aku ke dapur dulu, mau menyiapkan sarapan," ucapnya lalu meninggalkan kamar dengan terburu-buru karena menutupi kegugupannya. Sepeninggal istrinya, King langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, dan bertanya kepada dirinya sendiri, "ada apa denganku? kenapa aku tidak bisa mengendalikan diri jika berada di dekatnya?" ia semakin bingung, namun tiba-tiba ia tersenyum, "rasa bibirnya semanis madu bahkan lebih manis dari madu! aku ingin mencicipinya lagi! seandainya tidak ada perjan
Juyan yang sedang menunggu di depanmobil bingung dengan sikap keduanya, Hera yang berjalan di depan tanpa beban tapi memasang wajah masam sedangkan King yang berjalan di belakang menenteng beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya. Terlihat bajunya yang penuh keringat sedangkan sepatu dan celananya penuh percikan lumpur yang berasal dari dalam pasar tradisional itu. Juyan dengan cepat membuka bagasi mobil. Sedangkan Hera yang kesal kepada King langsung masuk ke dalam mobil. Terlihat King sedang memasukkan hasil belanjaan istrinya yang banyak itu ke dalam mobil. Juyan senyum-senyum sendiri melihat penampilang Sang Boss yang terlihat berantakan. " Hehehe tuan muda, andaseperti orang yang baru pulang di Medan perang," King menatap tajam pengawalnya itu. "Maksud lo?" balas King tak kalah sengit. "Hehehe becanda tuan muda, oh ya nona Hera kenapa tuan? kok seperti or
Alhasil pagi ini, King terpaksa beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi dengan malas-malasan. Kantung matanya juga mulaimenghitam karena kurang tidur, namun ia harus cepat sampai ke kantor karena pagi ini ia harus menghadiri meeting penting di kantornya. Keluar dari kamar mandi, ia melihat jika istrinya sudah menyiapkan pakaian yang akan ia pakai. Setelah selesai berpakaian, ia keluar dari kamar. Terlihat Hera sedang menyeduh kopi untuknya, "selamat pagi mas," sapa Hera sambil tersenyum ke arah suaminya. "Pagi," jawabnya tak bersemangat. Merekapun memulai sarapan pagi itu, terlihat King yang beberapa kali menguap menahan kantuknya. Ia lalu mencicipi kopi yang dibuat Hera untuinya. Rasa kopi ini kembali mengingatkannya kepada Sang Mantan Gladis. Ia lalu bertanya kepada Hera, "apakah kamu pernah ikut pelatihan cara membuat kopi sebelumnya?"
Kebetulan ponselHera ia letakkan di atas meja, tanpa ia ketahui suaminya juga melirik ponsel itu, dan melihat siapa yang sedang menelpon istrinya. Emosinya kembali berkobar namun ia seketika sadar akan perkataan Hera sebelumnya. Ia mencoba untuk cuek namun tidak bisa, dengan segera ia masuk ke dalam kamarnya tanpa berkata-kata. Hera kembali mengelus dadanya, ia pikir King akan marah karena Jonas berkali-kali menelponnya. "Syukurlah mas King tidak marah," pikirnya. Untung saja Jonas tidak lagi menghubunginya. Lalu ia beranjak dari meja makan dan mulai membersihkan piring kotor yang baru saja mereka pakai dan kembali menyusunnya ke dalam rak piring. Diam-diam King membuka kamarnya sedikit danmelihatapa yang sedang dilakukan istrinya. Setelah tau Hera sudah selesai mencuci piring, ia lalu membuka pintu kamarnya dan berkata dengan sinis, "hei, lo bersihin kamar gue, lo jangan lupa tugas lo sudah tercantum se
Hari demi hari berlalu hubungan King dan Hera masih saja jalan di tempat, Hera semakin membatasi dirinya kepada suaminya, ia lebih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Ruangan King sudah selesai di renovasi dan siap untuk dipakai, namun King seolah tidak peduli dengan ruangan itu, ia membiarkannya begitu saja. Ia melakukan itu karena hubungannya dengan Hera semakin menjauh saja. Sebenarnya ia berencana untuk memilih furniture bersama dengan istrinya, namun sepertinya itu hanya angan-angannya semata. Sudah 5 hari King tidak tidur, hal itu sangat mengganggu kesehatannya. Setiap Minggu ia selalu menunggu jadwal mereka menginap di rumah ayah mertuanya, karena disitulah ia tidur sekamar dengan Sang Istri yang dapat membuatnya tidur dengan nyenyak. Saat ini, ia sedang berada di sebuah restauran, kepalanya sangat pusing, ia mer
Pagi hari Hera terbangun dan mendapati dirinya sedang berbaring bersama suaminya. Lagi-lagi King tidur sambil memeluknya erat. "Aku kok bisa tidur disini?" pikirnya. Ia mencoba untuk bangun dan melepaskan pelukan King dari pinggangnya. Setelah terlepas dari pelukan suaminya, ia segera masuk ke dalam toilet dan memegangi dadanya yang berdegup kencang. "Duh, kenapa jantungku tiba-tiba berdebar begini?" Hera merasakan perubahan di tubuhnya saat berada di dekat King. Karena sebelumnya ia tidak pernah begini. Setelah ia dapat menetralisir semuanya, ia pun keluar dari toilet. Terlihat dokter Jansen sedang memeriksa King. "Selamat pagi nona," ucapnya. "Pagi pak dokter," ujarnya sambil tersenyum. Ia merasakan kegugupan seketika karena King menatapnya dengan tajam. "Duh, kenapa ia menatapku seperti itu? memangnya aku salah apa lagi?" Hera hanya