Kebetulan ponselHera ia letakkan di atas meja, tanpa ia ketahui suaminya juga melirik ponsel itu, dan melihat siapa yang sedang menelpon istrinya. Emosinya kembali berkobar namun ia seketika sadar akan perkataan Hera sebelumnya. Ia mencoba untuk cuek namun tidak bisa, dengan segera ia masuk ke dalam kamarnya tanpa berkata-kata. Hera kembali mengelus dadanya, ia pikir King akan marah karena Jonas berkali-kali menelponnya. "Syukurlah mas King tidak marah," pikirnya. Untung saja Jonas tidak lagi menghubunginya. Lalu ia beranjak dari meja makan dan mulai membersihkan piring kotor yang baru saja mereka pakai dan kembali menyusunnya ke dalam rak piring. Diam-diam King membuka kamarnya sedikit danmelihatapa yang sedang dilakukan istrinya. Setelah tau Hera sudah selesai mencuci piring, ia lalu membuka pintu kamarnya dan berkata dengan sinis, "hei, lo bersihin kamar gue, lo jangan lupa tugas lo sudah tercantum se
Hari demi hari berlalu hubungan King dan Hera masih saja jalan di tempat, Hera semakin membatasi dirinya kepada suaminya, ia lebih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Ruangan King sudah selesai di renovasi dan siap untuk dipakai, namun King seolah tidak peduli dengan ruangan itu, ia membiarkannya begitu saja. Ia melakukan itu karena hubungannya dengan Hera semakin menjauh saja. Sebenarnya ia berencana untuk memilih furniture bersama dengan istrinya, namun sepertinya itu hanya angan-angannya semata. Sudah 5 hari King tidak tidur, hal itu sangat mengganggu kesehatannya. Setiap Minggu ia selalu menunggu jadwal mereka menginap di rumah ayah mertuanya, karena disitulah ia tidur sekamar dengan Sang Istri yang dapat membuatnya tidur dengan nyenyak. Saat ini, ia sedang berada di sebuah restauran, kepalanya sangat pusing, ia mer
Pagi hari Hera terbangun dan mendapati dirinya sedang berbaring bersama suaminya. Lagi-lagi King tidur sambil memeluknya erat. "Aku kok bisa tidur disini?" pikirnya. Ia mencoba untuk bangun dan melepaskan pelukan King dari pinggangnya. Setelah terlepas dari pelukan suaminya, ia segera masuk ke dalam toilet dan memegangi dadanya yang berdegup kencang. "Duh, kenapa jantungku tiba-tiba berdebar begini?" Hera merasakan perubahan di tubuhnya saat berada di dekat King. Karena sebelumnya ia tidak pernah begini. Setelah ia dapat menetralisir semuanya, ia pun keluar dari toilet. Terlihat dokter Jansen sedang memeriksa King. "Selamat pagi nona," ucapnya. "Pagi pak dokter," ujarnya sambil tersenyum. Ia merasakan kegugupan seketika karena King menatapnya dengan tajam. "Duh, kenapa ia menatapku seperti itu? memangnya aku salah apa lagi?" Hera hanya
"Kalian sih suka banget tinggal di apartemen, padahal di rumah banyak kamar, kalian bisa menempatinya jika kalian mau, dari pada Hera repot bolak-balik ke kamar yang berbeda untuk mengambil pakaiannya, bagaimana?" tawar nyonya Yesi namun tatapannya mengarah kepada Hera. "Nggak apa-apa kok mi, saya tidak keberatan bolak-balik,"ujarnya gugup karena ia takut salah menjawab. "Jadi kapan kalian bulan madunya? pernikahan kalian sudah lebih 5 bulan tetapi tidak ada tanda-tanda kehamilan pada Hera, mami nggak mau tau, besok kalian berdua harus melakukan medical check up, mami sudah menghubungi dokter spesialis kandungan untuk memeriksa kalian berdua," titah nyonya Yesi yang tidak dapat diganggu gugat. "Apa-apaan sih mami!" pokoknya kami nggak mau melakukan pemeriksaan apapun!" tegasnya. "Oh, berarti kamu nggak mau? baiklah.., jadi baga
"Kekasih yang selalu mas sebut namanya saat tidur, kekasih yang mas kira, aku itu adalah dia!" Hera mengatakan itu dengan berlinang air mata. "Su..sudah malam mas, sebaiknya kita tidur," ujarnya lalu naik di atas tempat tidur dan membelakangi King yang masih termangu diam mendengar penuturan Hera. Ia ingin menjelaskan semuanya kepada Hera namun lidahnya terasa kelu. Apalagi surat perjanjian pranikah itu sudah jelas-jelas membatasi gerak-geriknya. King tiba-tiba merasa mengantuk, ia pun membaringkan tubuhnya dan memeluk Hera yang memunggunginya dengan erat, lalu tertidur dengan pulas. Sementara Hera, masih bersedih mengingat ia yang hanya bisa mencintai King dalam diam. Hanya butuh beberapa detik, King sudah tertidur dengan pulasnya. Pelan-pelan Hera berbalik badan menghadap suaminya tidur. Sekejap ia memandang wajah King yang terlihat sanga
"Main curang bagaimana maksud lo?" Juyan pun menceritakan jika perusahaanJonas bekerja sama dengan beberapa perusahaan mafia untuk memuluskan setiaptender proyek. "Tuan Jonas sengaja mengulur waktu untuk lebih banyak mendapat dukungan karena proyek pembangunan apartemen di daerah Tangerang itu, merupakan Mega proyek terbesar tahun ini karena bekerja sama dengan perusahaan Jepang." "Baiklah, nanti kita teruskan lagi, gue sedang bersama Hera saat ini," setelah berkata seperti itu King pun kembali menuju toko furniture untuk menemui Hera. Ia melihat jika saat ini Hera sedang mengobrol dengan seorang pria, dan alangkah terkejutnya King saat tau Hera sedang berbicara dengan Jonas, bahkan mereka terlihat akrab. "Jika lo tertarik, lo bisa bergabung dengan perusahaan gue dan tentu saja, gue akan bayar lo lebih mahal d
Tengah malam, King terbangun dengan posisi ia yang sedang memeluk istrinya dengan bertelanjang dada, sedangkan Hera sendiri, tidur meringkukmemunggunginya. Ia melepas pelukannya, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Memorinya tersusun kembali, dan ia mengingat jika ia bermimpi bertemu Gladis. "Jikaaku bermimpi tentang Gladis, tapi kenapa aku bisa memeluk Hera?" ia terus bertanya-tanya di dalam hatinya, tetapi ia tidak menemukan jawabannya. Ia lalu memperhatikan wajah istrinya, ada sisa-sisa air mata di pipinya."Lho, kenapa dia menangis?" gumamnya dalam hati. Hera menggeliat, dan merasakan jika pelukan King, sudah terlepas darinya. Ia mencoba untuk bangun dan melihat jika suaminya itu sedang duduk di sofa, dan memandang ke arahnya. la segera menyeka sisa-sisa air mata di kedua pipinya. "Ma..mas, kamu sudah bangun?."
Pagi hari, Hera lebih dulu bangun dan meninggalkan King yang masih tidur. Ia merasakan perutnya sakit, karena tadi malam ia melupakan untuk makan malam. Ia lalu memanaskan bubur yang tadi malam ia masak untuk King. Setelah itu ia mencoba untuk sarapan. Namun tiba-tiba ia merasa mual, segera ia berlari ke dalam toilet dan memuntahkan semua yang baru saja ia makan. King terbangun dan menyadari jika istrinya itu sudah tidak ada di sampingnya, lalu ia pun keluar dari kamar dan mencari istrinya di dapur. Ia mendengar suara orang yang sedang muntah di dalam toilet yang ada di dapur itu. Dengan setengah panik, ia masuk ke dalam toilet dan melihat Hera yang sedang muntah-muntah dan wajahnya terlihat pucat. "Hera, kamu kenapa?" serunya kuatir. "A..aku.., nggak apa-apa," jawabnya, namun tiba-tiba ia merasakan kepa