Happy reading đ
Hera sampai terbatuk-batuk, King menyodorkan air putih kepada istrinya lalu berkata, "are you okay, honey?" ujarnya lembut. "Sa..saya hanya keselek mas," terlihat Hera gugup karena suaminya juga jadi ikut-ikutan menginap. "Ya sudah kak, karena suamimu juga menginap, kamu bersihin dulu kamarmu," Hera segera berlalu dari situ dan menuju kamarnya untuk membersihkannya seperti perintah ayahnya. "Duh.., dimana mas King akan tidur? apakah kami akan tidur seranjang lagi" tanyanya dalam hati. Kasurnya memang ukuran untuk ditiduri dua orang tapi tidak seluas kasur King yang ukurannya lebih lebar. Setelah selesai merapikan kamarnya, ia pun keluar lagi. Ia membereskan meja makan dibantu oleh Ewan. Sementara pengawal Juyan kembali masuk kedalam rumah dengan membawa tas kecil yang berisipakaian mereka. King memilih sendiri, pakaian yang dipakai oleh istrinya selama tidur di rumah aya
"shit!.aku kelepasan lagi!" Ia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya mengisyaratkan penyesalan dengan apa yang ia lakukan barusan. "Maafkan aku soal yang barusan terjadi, aku tidak sengaja melakukannya," ujarnya lalu melihat ke arah istrinya. Hera terlihat sedang merapikan pakaiannya yang berantakan akibat ulah suaminya pagi itu, bibirnya terlihat bengkak dan ada beberapa bekas tanda kepemilikan dari suaminya. "I..iya, nggak apa-apa kok mas, aku..aku ke dapur dulu, mau menyiapkan sarapan," ucapnya lalu meninggalkan kamar dengan terburu-buru karena menutupi kegugupannya. Sepeninggal istrinya, King langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, dan bertanya kepada dirinya sendiri, "ada apa denganku? kenapa aku tidak bisa mengendalikan diri jika berada di dekatnya?" ia semakin bingung, namun tiba-tiba ia tersenyum, "rasa bibirnya semanis madu bahkan lebih manis dari madu! aku ingin mencicipinya lagi! seandainya tidak ada perjan
Juyan yang sedang menunggu di depanmobil bingung dengan sikap keduanya, Hera yang berjalan di depan tanpa beban tapi memasang wajah masam sedangkan King yang berjalan di belakang menenteng beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya. Terlihat bajunya yang penuh keringat sedangkan sepatu dan celananya penuh percikan lumpur yang berasal dari dalam pasar tradisional itu. Juyan dengan cepat membuka bagasi mobil. Sedangkan Hera yang kesal kepada King langsung masuk ke dalam mobil. Terlihat King sedang memasukkan hasil belanjaan istrinya yang banyak itu ke dalam mobil. Juyan senyum-senyum sendiri melihat penampilang Sang Boss yang terlihat berantakan. " Hehehe tuan muda, andaseperti orang yang baru pulang di Medan perang," King menatap tajam pengawalnya itu. "Maksud lo?" balas King tak kalah sengit. "Hehehe becanda tuan muda, oh ya nona Hera kenapa tuan? kok seperti or
Alhasil pagi ini, King terpaksa beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi dengan malas-malasan. Kantung matanya juga mulaimenghitam karena kurang tidur, namun ia harus cepat sampai ke kantor karena pagi ini ia harus menghadiri meeting penting di kantornya. Keluar dari kamar mandi, ia melihat jika istrinya sudah menyiapkan pakaian yang akan ia pakai. Setelah selesai berpakaian, ia keluar dari kamar. Terlihat Hera sedang menyeduh kopi untuknya, "selamat pagi mas," sapa Hera sambil tersenyum ke arah suaminya. "Pagi," jawabnya tak bersemangat. Merekapun memulai sarapan pagi itu, terlihat King yang beberapa kali menguap menahan kantuknya. Ia lalu mencicipi kopi yang dibuat Hera untuinya. Rasa kopi ini kembali mengingatkannya kepada Sang Mantan Gladis. Ia lalu bertanya kepada Hera, "apakah kamu pernah ikut pelatihan cara membuat kopi sebelumnya?"
Kebetulan ponselHera ia letakkan di atas meja, tanpa ia ketahui suaminya juga melirik ponsel itu, dan melihat siapa yang sedang menelpon istrinya. Emosinya kembali berkobar namun ia seketika sadar akan perkataan Hera sebelumnya. Ia mencoba untuk cuek namun tidak bisa, dengan segera ia masuk ke dalam kamarnya tanpa berkata-kata. Hera kembali mengelus dadanya, ia pikir King akan marah karena Jonas berkali-kali menelponnya. "Syukurlah mas King tidak marah," pikirnya. Untung saja Jonas tidak lagi menghubunginya. Lalu ia beranjak dari meja makan dan mulai membersihkan piring kotor yang baru saja mereka pakai dan kembali menyusunnya ke dalam rak piring. Diam-diam King membuka kamarnya sedikit danmelihatapa yang sedang dilakukan istrinya. Setelah tau Hera sudah selesai mencuci piring, ia lalu membuka pintu kamarnya dan berkata dengan sinis, "hei, lo bersihin kamar gue, lo jangan lupa tugas lo sudah tercantum se
Hari demi hari berlalu hubungan King dan Hera masih saja jalan di tempat, Hera semakin membatasi dirinya kepada suaminya, ia lebih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Ruangan King sudah selesai di renovasi dan siap untuk dipakai, namun King seolah tidak peduli dengan ruangan itu, ia membiarkannya begitu saja. Ia melakukan itu karena hubungannya dengan Hera semakin menjauh saja. Sebenarnya ia berencana untuk memilih furniture bersama dengan istrinya, namun sepertinya itu hanya angan-angannya semata. Sudah 5 hari King tidak tidur, hal itu sangat mengganggu kesehatannya. Setiap Minggu ia selalu menunggu jadwal mereka menginap di rumah ayah mertuanya, karena disitulah ia tidur sekamar dengan Sang Istri yang dapat membuatnya tidur dengan nyenyak. Saat ini, ia sedang berada di sebuah restauran, kepalanya sangat pusing, ia mer
Pagi hari Hera terbangun dan mendapati dirinya sedang berbaring bersama suaminya. Lagi-lagi King tidur sambil memeluknya erat. "Aku kok bisa tidur disini?" pikirnya. Ia mencoba untuk bangun dan melepaskan pelukan King dari pinggangnya. Setelah terlepas dari pelukan suaminya, ia segera masuk ke dalam toilet dan memegangi dadanya yang berdegup kencang. "Duh, kenapa jantungku tiba-tiba berdebar begini?" Hera merasakan perubahan di tubuhnya saat berada di dekat King. Karena sebelumnya ia tidak pernah begini. Setelah ia dapat menetralisir semuanya, ia pun keluar dari toilet. Terlihat dokter Jansen sedang memeriksa King. "Selamat pagi nona," ucapnya. "Pagi pak dokter," ujarnya sambil tersenyum. Ia merasakan kegugupan seketika karena King menatapnya dengan tajam. "Duh, kenapa ia menatapku seperti itu? memangnya aku salah apa lagi?" Hera hanya
"Kalian sih suka banget tinggal di apartemen, padahal di rumah banyak kamar, kalian bisa menempatinya jika kalian mau, dari pada Hera repot bolak-balik ke kamar yang berbeda untuk mengambil pakaiannya, bagaimana?" tawar nyonya Yesi namun tatapannya mengarah kepada Hera. "Nggak apa-apa kok mi, saya tidak keberatan bolak-balik,"ujarnya gugup karena ia takut salah menjawab. "Jadi kapan kalian bulan madunya? pernikahan kalian sudah lebih 5 bulan tetapi tidak ada tanda-tanda kehamilan pada Hera, mami nggak mau tau, besok kalian berdua harus melakukan medical check up, mami sudah menghubungi dokter spesialis kandungan untuk memeriksa kalian berdua," titah nyonya Yesi yang tidak dapat diganggu gugat. "Apa-apaan sih mami!" pokoknya kami nggak mau melakukan pemeriksaan apapun!" tegasnya. "Oh, berarti kamu nggak mau? baiklah.., jadi baga
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini
Sepanjang malam King terus mengitari jalanan kota Jakarta malam itu, namun ia tidak dapat menemukan jejak istrinya Juyan yang merasa kasihan dengan bosnya dari tadi tetap setiap mengikuti mobil King kemana pun ia pergi. Sementara itu, di sebuah apartemen, Hera tak henti-hentinya menangis. Berbagai cara dilakukan oleh Fred agar Hera berhenti untuk menangis namun sama sekali tidak berhasil. "Sudahlah Ra, untuk apa kamu menangisi suamimu yang tidak becus itu! itu hanya akan membuang-buang energimu, sudahlah lupakan saja masalah itu, anggap saja semua hanyalahangin lalu!" Fred bukannya membuat Hera tenang malah yang ia lakukan semakin memprovokasi Hera. "Kurang ajar lo,King! semua ini gara-gara lo! tunggu saja pembalasanku!" Fred mengeraskan rahangnya saat ini. Ia lalu
"Saya baru dapat kabar, dari seorang pengintai,jika Hera terlihat bersama Fred," Jonas segera memperlihatkan ponselnya yang menampilkan Hera dan Fred yang terlihat masuk ke dalam sebuah mobil. "Bajingan! jadi lo kerjasama dengan dengannya?!"dengan cepat King melayangkan tinjunya ke wajah Jonas. "Jo..nas..," Amel berteriak histeris dan segera menghampiri Jonas yang terjatuh di lantai karena mendapat serangan tiba-tiba dari King. "Lo pikir gue nggak tau, jika bokap lo yang menghancurkan perusahaan ayah Tobi?" Juyan terlihat menahan King yang ingin kembali menghajar Jonas. Jonas terlihat meringis kesakitan, lalu bangkit dari lantai dan mencoba untuk berdiri dibantu oleh Amel. Ia mulai berkata, "gue sama sekali tidak tau-menahu tentang rencana Fred untuk menculik Hera! dan mengenai perusahaan ayahnya Hera
Sarah terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya karena Jodi juga ikut-ikutan menatapnya penuh emosi saat ia melihat foto Sarah yang memeluk King.Hatinya merasa marah karena diam-diam Sarah mulai menarik perhatiannya. Dan ia sudah bertekad untuk lebih mengenalnya. Namun lagi-lagi ia harus menelan rasa kecewa karena cinta karena Sarah ternyata bukan gadis baik-baik."Itu semua tidak benar, semua ini hanya salah paham, aku.., aku.. bisa menjelaskannya..," lirihnya sambil mulai menangis.Sarah tiba-tibamenyesal telah memeluk King saat itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang akan diam-diam mengambil beberapa fotonya dengan King.Awalnya memang niat Sarah masuk ke perusahaan King untuk merayunya dan mengacaukan pernikahannya dengan Hera.Namun seiring berjalannya waktu, King yang menugaskannya menjadi sekretaris Jodi telah merubah segalanya.