Share

Hujan

last update Last Updated: 2024-12-19 17:02:02

"Yah, hujan besar," gumamku pelan, masih berdiri di depan pintu rumah Pak Dosen, tepatnya Pak Aris.

Aku mendesah gusar. "Bagaimana ini? Masa iya aku harus pulang hujan-hujanan."

DUAR!!!

Suara petir yang menyambar membuatku sontak menutup telinga. Aku selalu memanggil nama tuhan beberapa kali, berharap hatiku yang takut ini bisa sedikit tenang.

"Tuhan, tolong redain hujan ini..." batinku, sambil terus memandang jalanan yang mulai tergenang air.

Lalu, suara berat dan tegas datang dari belakangku, membuatku sedikit melompat kaget.

"Kamu belum pulang?"

Aku menoleh perlahan. Pak Aris berdiri di sana, mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku. Dengan ekspresi datar khas dirinya, ia memandangku penuh tanda tanya.

Aku hanya menggeleng cepat. Dalam hati, aku mengomel, Udah jelas-jelas belum pulang, masih aja ditanya. Dia ngak liat apa, nyawa dan jiwa raga masih di depan rumahnya. Tapi tentu saja aku tak berani mengatakannya.

Ia menghela napas panjang, lalu tanpa basa-basi menyampirkan jaketnya ke punggungku. Aku membeku sejenak, jantungku tiba-tiba berdebar tak kembali dengan semula. Jantung yang dulu kuat seperti benteng Antartika ternyata bisa roboh karena jeket ini.

"Gak boleh baper. Dosa. Ingat dosa," gumamku lirih, seolah sedang menasihati diri sendiri. Kita gak boleh baper ' sadar diri Clara kau miskin udah itu ngak punya apa -apa sadar diri Clara, sadar.

"Masuk. Tunggu sampai hujan reda di dalam." Ia berbalik menuju pintu, tanpa menoleh lagi.

Aku menatap punggungnya yang menjauh, bingung harus berbuat apa. "Tapi, Pak, bukan muhrim..." ucapku lirih, hampir seperti bisikan.

"Dibanding mati kedinginan di depan rumah, lebih baik di dalam," jawabnya, tanpa memandang ke arahku. Suaranya datar, tapi entah kenapa terdengar tegas dan penuh keyakinan.

Aku akhirnya pasrah. Kalau aku mati di sini, siapa yang akan menjaga Emak? Ya tuhan gusti. Dengan langkah ragu, aku mengikuti Pak Libra masuk ke dalam rumah.

Di dalam, suasana terasa hening. Udara dingin dari luar seakan ikut merambat masuk, membuat tubuhku semakin menggigil. Waktu sudah menunjukkan hampir Magrib, tapi hujan justru semakin deras, diiringi kilatan petir yang membuatku merinding.

Aku melirik ke arah Pak Aris yang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya. "Pak Aris, saya mau istirahat di sini. Boleh?" tanyaku ragu.

Ia tak menjawab. Hanya mengangguk kecil dan menunjuk kamar di bawah tangga. "Kamu bisa pakai kamar itu. Setelah istirahat, kita makan malam."

Bjirt...apaan nih, kayaknya Maut sudah dekat.

Bisa-bisanya dia ngomong panjang begini, pikirku. Biasanya, bicara dua kata pun sudah hemat luar biasa.

"Tapi, Pak... Saya boleh numpang mandi dulu?" tanyaku polos. Tubuhku sudah terasa lengket akibat hujan tadi.

Ia mendongak dan menatapku tajam, sudut bibirnya sedikit terangkat. "Berani juga ngomong kayak gitu. Ini rumah cowok, tahu."

Aku tersentak. Iya juga, sih .hehehe. Apa-apaan aku ini? Tanpa menjawab lagi, aku langsung bergegas masuk ke kamar, menutup pintu pelan-pelan.

Setelah selesai istirahat, aku duduk di tepi kasur sambil memeluk lutut. Jantungku masih berdebar, entah karena takut, canggung, atau apa. Aku menatap hujan yang masih deras di luar jendela. Tidak mungkin aku pulang malam-malam begini, apalagi jalanan pasti sudah sepi.

Ketukan pintu tiba-tiba mengagetkanku. "Iya, saya keluar, Pak," jawabku cepat.

Begitu membuka pintu, Pak Aris sudah berdiri di sana dengan wajah datarnya. "Makan."

Astaga!! Aku mengangguk patuh dan mengekorinya ke ruang makan. Di sana, seorang pemuda duduk santai sambil menyeringai melihat kedatanganku.

"Hei, Kak Clara! Duduk sini, dong, dekat Abang Aris," ucapnya usil. Ini pasti Adit, adik bungsu Pak Aris yang terkenal suka bercanda.

Lucu juga ya nama mereka Adit, Aris. Apalagi nanti ya Abis kayaknya, hahaha.

Aku pura-pura tidak mendengar dan memilih duduk sejauh mungkin. Tak ada suara selain dentingan sendok dan garpu. Aku hanya mengambil sedikit nasi dan lauk, tak ingin terlihat rakus seperti tikus di depan mereka.

"Lah, Kakak Clara lagi diet, ya? Makannya dikit banget," ujar Adit lagi sambil terkekeh.

Aku mengabaikannya. Entah kenapa perutku tiba-tiba terasa sakit. Aku menunduk sambil memegang perut.

"Aduh..." bisikku.

Pak Aris melirik ke arahku. "Makannya jangan buru-buru terus langsung berdiri," ucapnya keras, meskipun suaranya terdengar khawatir.

"Gak papa, Pak. Saya mau istirahat aja." Tanpa menunggu jawaban, aku bangkit dan kembali ke kamar.

Sudah hampir tengah malam ketika hujan mulai mereda. Aku memberanikan diri keluar dari kamar untuk pamitan pulang. Namun, sosok Pak Aris sudah berdiri di ruang tengah.

"Mau kemana?" tanyanya, kali ini dengan nada yang lebih lembut.

Yah..,pulanglah anjay, ucapnya dihatinya.

"Pulang, Pak. Udah reda hujannya."

Dia menatapku lama, seolah mencari kepastian. Tanpa bicara, ia berbalik ke dapur, kembali dengan segelas air putih dan obat. "Minum ini dulu. Habis itu, saya antar pulang."

Aku meminumnya patuh. Setelahnya, aku menunggu di halaman rumah sementara Pak Aris mengeluarkan mobilnya.

"Masuk," ajaknya singkat.

Aku membuka pintu mobil dan berniat duduk di belakang, tapi ia langsung menegur, "Kamu pikir saya ini sopir? Duduk di depan."

Anjirt nih dosen galak amat sih...,pantesan nih dosen julukannya dosen maut. Ucapnya dihatinya.

Dengan ogah-ogahan, aku duduk di sampingnya. Mobil melaju dalam keheningan. Hanya suara hujan rintik di atap mobil yang terdengar. Aku memalingkan wajah ke jendela, berusaha menghindari tatapannya.

Setibanya di depan rumah, aku segera turun dan mengucapkan terima kasih. Namun, baru beberapa langkah, suara kakak sepupuku menghentikan langkahku.

"Oh, ketauan! Habis ngelo.. nte, ya?" teriaknya. Bau alkohol menyengat dari tubuhnya.

Aku mundur, jijik sekaligus takut. "Apaan sih, Kak? Jangan ngawur!"

"Daripada kamu jual diri!" Ia mendorongku hingga aku menabrak pagar bambu rumahku.

Pak Aris, yang melihat kejadian itu, segera turun dari mobil. "Siapa dia?" tanyanya dingin.

Dengan suara lirih, aku menjawab, "Dia sepupuku, Pak."

Related chapters

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Fitnah dari keluarga

    Aku pulang ke rumah dengan hati yang kacau, meninggalkan Pak Aris bersama kakak sepupuku. Kalau dia macam-macam sama Pak Aris gimana? Pikiran itu terus berputar di kepalaku, membuat langkahku terasa berat. "Masuk rumah, biar dia saya yang urus," ucapnya tadi, yang terngiang-ngiang di telingaku. Suara itu mengganggu ketenanganku. Tiba-tiba suara emak menyadarkan ku dari lamunan. "Nak, baru balik? Kenapa malam sekali?" tanya emak penuh kekhawatiran. Raut wajahnya yang tua semakin menunjukkan kerisauan. "Maaf, Mak. Tadi hujan deras, jadi lama pulangnya. Clara minta maaf, ya, Mak," ucapku sambil mencium tangan emak yang sudah keriput dimakan usia. Ada rasa bersalah menyelimuti ku. "Ya sudah, yang penting selamat sampai rumah. Tapi ingat, sayang, jangan kebiasaan pulang malam-malam begini," nasihat emak lembut, walau masih menyimpan rasa cemas. "Lebih baik istirahat, yuk, Mak. Udah malam ini," ajak ku cepat, tak ingin emak terus khawatir. Emak menatapku lekat-lekat, seolah in

    Last Updated : 2024-12-19
  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Menikah Akibat fitnah

    "Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikahnya Clara binti Bapak Ardi dengan mas kawin 25 gram emas beserta alat salat dibayar kontan," ucap Pak Aris dengan lancar. Aku masih merasa ini mimpi. Kenapa aku mendadak mengiyakan waktu itu untuk menikah dengan Pak Dosen? "Bagaimana para saksi?" tanya sang penghulu. "Sah," ucap para tamu undangan yang hadir di acara akad nikahku dengan Pak Aris. Tidak banyak, hanya sekitar 50 orang, itu pun kebanyakan dari pihak Pak Aris. Dari pihakku hanya ada aku, Emak, dan pamanku yang menjadi wali nikahku. Pak Aris mengulurkan tangannya ke arahku, dan ibu mengisyaratkan agar aku menerima dan mencium tangan Pak Aris bukan bibirnya, jangan ngarep! Setelah mencium tangannya, giliran Pak Aris yang mencium keningku, lalu berdoa di atas ubun-ubun ku sebelum mengecupnya. Rasanya deg-degan menikah dengan pria populer seperti Pak Aris. "Selamat ya, Clara. Akhirnya ada laki-laki yang mau tanggung jawab," ucap pamanku dengan mulut sembrononya. Kalau dia bukan

    Last Updated : 2024-12-19
  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Ranjang Tidur Penuh Drama

    Sumpah rasanya aku malu luar biasa, tak bisa melihat pak Aris lagi, pak Aris melihat semuanya tapi masih bersikap biasa dia normal atau tidak. "Rambut basah jangan langsung di tutup."ucap pak Aris, yang tiba-tiba saja menghardrayer rambutku antara romantis dan menyeramkan, menyeramkan ya begitu aku mencoba menjadi perempuan ber otak bersih tapi entah kenapa ya Allah, mataku malah melihat ke arah lain. "Terimakasih pak?"ucapku,dia dengan tatapan teduh masih mengeringkan rambutku. "Saya bukan bapak kamu," balasnya pelan, emang bener sih tapi kan bapak Dosen. "Kan bapak Dosen."ucapku tak mau kalah, pak Aris mematikan hardrayernya kemudian dia, sedikit membungkukan badannya dan menatap mataku dengan tatapan yang aduhai bikin kaki lemas tak berdaya. Dia cuma diem dan terus menatapku, apa dia berencana menggodaku, oke aku tatap balik matanya siapa takutkan. Kami saling tatap-tatapan, sampai aku duluan yang memalingkan wajah, damagenya bukan main apa lagi pas liat dia senyum. "Bapak g

    Last Updated : 2024-12-19
  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Hubungan yang dirahasiakan

    "mas Aris besok harus kekampus."aku merasakan kalau mas Aris menciumi tengkukku, bulu bulu kumis dan jenggotnya yang baru tumbuh bikin geli. Sekarang aku tahu Mas Aris menikahiku bukan karna cinta, tapi Karna sebatas ingin halal dan menyentuh tubuhku. "Ya udah tidurlah."mas Aris memelukku dengan erat, dagunya di simpan di kepalaku, kaki besarnya menindih pinggulku. Kalau begini, bagaimana caranya aku gerak. Apa mungkin dia ngambek ya, ah masa bodo besok ada kelasnya aku gak boleh kesiangan. Besok paginya. Sehabis sholat subuh, aku segera turun untuk pergi memasak dan juga menyiapkan kopi, serta cemilan untuk mas Aris. Emang gak di suruh tapi sebagai istrikan harus bisa merawa suami, walaupun awalnya suami tak di inginkan, tapi selama bisa di perjuangkan tidak boleh gampang menyerahkan. Lagian mas Aris kurang apa coba, ya mungkin kurang waras aja, sisanya kurang minum obat. ."ini mas kopinya sama pisang goreng."ucapku, Alis mas Aris terlihat di angkat, meremehkan makan

    Last Updated : 2025-01-03
  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Cemburu

    Mas Aris menarikku ke dalam pangkuannya, setelah aku ijin ke mama mertua mau mandi dulu.Kaget sumpah, apa lagi aku duduk pas di tengah-tengah."Mas ngapain,"Tapi mas Aris tidak bicara apa-apa, dia malah menatap mataku dalam diam.Dia gak ngomong apa-apa, mengambil tanganku yang di pegang Raditya tadi, setelah itu dia menjilatinya dengan lidahnya, astaghfirullah kelakuannya membuat ku deg-degan terus."Tidak boleh ada pria lain yang menyentuh mu, selain mas."Ucapnya."Apa?"aku bertanya, takut pendengaranku salah."Mas, aku mau mandi mau..Kata-kataku terhenti saat wajah mas libra, mencium bibirku lalu melumatnya pelan."Kamu istri mas, gak boleh dekat sama lelaki lain."ucapannya malah membuat aku semakin tidak percaya. "Terus mas bisa dekat dengan perempuan lain gitu, "ucapku dengan perasaan masih berdebar - debar, aku kan udah janji gak bakal suka mas Libra, tapi kok jadi begini kalau deket sama pisik mas Aris suka gugup gak jelas."Mau gimana lagi mas kan dosen."ucapnya membela di

    Last Updated : 2025-01-03
  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Hak Menjadi Suami

    "Mas nanti malam minta hak, mau tak mau, kamu harus mau." ucapnya mutlak.Aku mendadak keringat dingin, kalau mas Aris minta haknya, berarti hak nganu donk."Tapi Mas Aris,' ""Gak boleh nolak, itu sudah kewajiban kamu."ucapnya kemudian dia mengecup keningku, dan berkata lagi dengan wajah datarnya."Badanmu bau laki-laki itu, sekarang mandi dan ganti baju, kemudian temui mas di depan."Habis ngomong gitu, mas Aris pergi begitu saja, yang terbayang di otakku adalah kata Hak.Mas Aris minta hak, di otaku terbayang adegan yang pernah aku baca di novel dewasa, di cium dadakan juga masih salting setengah mati, ini minta hak bisa pingsan duluan sebelum selesai, apa lagi badan mas Aris kan bagus, gimana ini kok aku yang jadi berdebar sendiri, aku harus membersihkan otak ku dengan mandi pokoknya, kuraih handuk dan peralatan mandi yang lainnya.Mas Aris kenapa minta harus bilang-bilang dulu, langsung juga pasti di kasih eh. Otaku makin gak beres, aku harus cepat-cepat beres..Clara pop End.D

    Last Updated : 2025-01-05
  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Pengganggu

    Aku merapikan penampilanku ,hari ini aku ingin tampil sedikit beda, aku ingin membuat mas Aris marah dan kesal, ya syukur -syukur kalau sampai emosi.Meskipun badanku masih lelah gara-gara ah entahlah memikirkannya juga jadi malu, aku harus tetap masuk kuliah.Kakiku masih linu buat jalan, untungnya mama mertuaku yang baik hati dan tidak sombong memberikan ramuan penghilang nyeri, kayaknya mama tau aku habis di unboxing anaknya dengan kejam."Habiskan ini nak, biar rasa sakitnya cepat hilang."ucap mamah mertuaku, melihatnya jadi ingat emakku, nanti habis kuliah aku harus ve dia."Iya mah, makasih."aku mengambil minuman itu dan segera meminumnya, jangan di Tanya rasanya seperti apa, rasanya seperti janji-janji manta dulu, manis -manis sepet pahit.Pagi tadi saat Bangun tidur badanku remuk semua rasanya, bagian kemaluanku sakit dan perih, si pelaku jangan di tanya dia ngapain aja, dia cuma natap aku tanpa kedip pula, apa aku se aneh itu?"Aris kasar sama kamu ya nak?" Pertanyaan mamah m

    Last Updated : 2025-01-05
  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Bully

    "Mas mau pernikahan kita di publikasikan, sayang, "ucap Aris pada Clara, Clara yang tadinya mau balik ke kelas kaget sekali, jadi alesannya ini, masnya tadi bawa dia masuk kedalam kampus pake mobilnya."Mas waras?"tanya Clara pada Aris."Kalau mau tau, mas waras atau ngk nya kemari lah, "ucap Aris sambil menyeruput kopi hitam buatan Clara.Clara menyesal, kenapa dia tidak menggantinya dengan garam tadi, biar tahu rasa dia minum kopi rasa air laut."Aku harus kuliah mas, Assalamualaikum"Clara langsung pergi, dari ruangan Aris.Satu ruangan dengan dosen menyebalkannya itu, membuatnya merasakan perasaan bumbu pecel, pedas, gurih, manis, semuanya terasa di relung hati.Sesampainya di kelas, dia jadi tatapan satu kelas, biasanya kan pada cuek, mau dia salto kek, jungkir balik kek tidur ngorok kek gak pernah ada yang peduli.Tapi sekarang setiap langkahnya Clara, selalu jadi tatapan kepo dari mereka, seperti ada harta Karun di bawah kakinya.Clara segera duduk di tempat duduknya, tapi kok a

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Mas Aris

    "Mas, ngapain." Aku mundur kebelakang, ketika mas Aris terus berjalan sambil menatap ke arah ku, sehabis makan malam tadi saman kawan-kawannya dia jadi anehkan."Jadi kamu terpaksa nikah sama mas, " Ucap mas Aris, aku kepentok di dekat pintu kamar mandi."Awalnya sih mas, tapi sekarang enggak, "Aku jawab jujur aja ah, takut mas Aris hilap dan skripsiku di tahan kelak.Mas Aris masih berdiri di depanku, tangannya menghalangiku, dari arah kiri dah mana. Dia gak ngomong apa-apa cuma diem."Mas, ".."Hmm""Ngejauh gak, " Aku sesak banget liat badan mas Aris yang gede, gede sama otot-otot nga gatal kali nih tangan pingin ngeraba eh, tapi jangan deh, jaga harga diri."Kenapa harus ngejauh? " Tanya Mas Aris, aku gak punya alasan logis lagi, masa iya harus mempermalukan diriku sendiri."Aku mau kentut, " Balas ku dengan wajah panas, menahan rasanya malu sekali."Tinggal kentut. " Ucap mas Aris gampang.Gampang kali dia kalau ngomong, tak tau perasaan ku membuncah, ingin menyentuh tubuhmu mass.

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Bully

    "Mas mau pernikahan kita di publikasikan, sayang, "ucap Aris pada Clara, Clara yang tadinya mau balik ke kelas kaget sekali, jadi alesannya ini, masnya tadi bawa dia masuk kedalam kampus pake mobilnya."Mas waras?"tanya Clara pada Aris."Kalau mau tau, mas waras atau ngk nya kemari lah, "ucap Aris sambil menyeruput kopi hitam buatan Clara.Clara menyesal, kenapa dia tidak menggantinya dengan garam tadi, biar tahu rasa dia minum kopi rasa air laut."Aku harus kuliah mas, Assalamualaikum"Clara langsung pergi, dari ruangan Aris.Satu ruangan dengan dosen menyebalkannya itu, membuatnya merasakan perasaan bumbu pecel, pedas, gurih, manis, semuanya terasa di relung hati.Sesampainya di kelas, dia jadi tatapan satu kelas, biasanya kan pada cuek, mau dia salto kek, jungkir balik kek tidur ngorok kek gak pernah ada yang peduli.Tapi sekarang setiap langkahnya Clara, selalu jadi tatapan kepo dari mereka, seperti ada harta Karun di bawah kakinya.Clara segera duduk di tempat duduknya, tapi kok a

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Pengganggu

    Aku merapikan penampilanku ,hari ini aku ingin tampil sedikit beda, aku ingin membuat mas Aris marah dan kesal, ya syukur -syukur kalau sampai emosi.Meskipun badanku masih lelah gara-gara ah entahlah memikirkannya juga jadi malu, aku harus tetap masuk kuliah.Kakiku masih linu buat jalan, untungnya mama mertuaku yang baik hati dan tidak sombong memberikan ramuan penghilang nyeri, kayaknya mama tau aku habis di unboxing anaknya dengan kejam."Habiskan ini nak, biar rasa sakitnya cepat hilang."ucap mamah mertuaku, melihatnya jadi ingat emakku, nanti habis kuliah aku harus ve dia."Iya mah, makasih."aku mengambil minuman itu dan segera meminumnya, jangan di Tanya rasanya seperti apa, rasanya seperti janji-janji manta dulu, manis -manis sepet pahit.Pagi tadi saat Bangun tidur badanku remuk semua rasanya, bagian kemaluanku sakit dan perih, si pelaku jangan di tanya dia ngapain aja, dia cuma natap aku tanpa kedip pula, apa aku se aneh itu?"Aris kasar sama kamu ya nak?" Pertanyaan mamah m

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Hak Menjadi Suami

    "Mas nanti malam minta hak, mau tak mau, kamu harus mau." ucapnya mutlak.Aku mendadak keringat dingin, kalau mas Aris minta haknya, berarti hak nganu donk."Tapi Mas Aris,' ""Gak boleh nolak, itu sudah kewajiban kamu."ucapnya kemudian dia mengecup keningku, dan berkata lagi dengan wajah datarnya."Badanmu bau laki-laki itu, sekarang mandi dan ganti baju, kemudian temui mas di depan."Habis ngomong gitu, mas Aris pergi begitu saja, yang terbayang di otakku adalah kata Hak.Mas Aris minta hak, di otaku terbayang adegan yang pernah aku baca di novel dewasa, di cium dadakan juga masih salting setengah mati, ini minta hak bisa pingsan duluan sebelum selesai, apa lagi badan mas Aris kan bagus, gimana ini kok aku yang jadi berdebar sendiri, aku harus membersihkan otak ku dengan mandi pokoknya, kuraih handuk dan peralatan mandi yang lainnya.Mas Aris kenapa minta harus bilang-bilang dulu, langsung juga pasti di kasih eh. Otaku makin gak beres, aku harus cepat-cepat beres..Clara pop End.D

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Cemburu

    Mas Aris menarikku ke dalam pangkuannya, setelah aku ijin ke mama mertua mau mandi dulu.Kaget sumpah, apa lagi aku duduk pas di tengah-tengah."Mas ngapain,"Tapi mas Aris tidak bicara apa-apa, dia malah menatap mataku dalam diam.Dia gak ngomong apa-apa, mengambil tanganku yang di pegang Raditya tadi, setelah itu dia menjilatinya dengan lidahnya, astaghfirullah kelakuannya membuat ku deg-degan terus."Tidak boleh ada pria lain yang menyentuh mu, selain mas."Ucapnya."Apa?"aku bertanya, takut pendengaranku salah."Mas, aku mau mandi mau..Kata-kataku terhenti saat wajah mas libra, mencium bibirku lalu melumatnya pelan."Kamu istri mas, gak boleh dekat sama lelaki lain."ucapannya malah membuat aku semakin tidak percaya. "Terus mas bisa dekat dengan perempuan lain gitu, "ucapku dengan perasaan masih berdebar - debar, aku kan udah janji gak bakal suka mas Libra, tapi kok jadi begini kalau deket sama pisik mas Aris suka gugup gak jelas."Mau gimana lagi mas kan dosen."ucapnya membela di

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Hubungan yang dirahasiakan

    "mas Aris besok harus kekampus."aku merasakan kalau mas Aris menciumi tengkukku, bulu bulu kumis dan jenggotnya yang baru tumbuh bikin geli. Sekarang aku tahu Mas Aris menikahiku bukan karna cinta, tapi Karna sebatas ingin halal dan menyentuh tubuhku. "Ya udah tidurlah."mas Aris memelukku dengan erat, dagunya di simpan di kepalaku, kaki besarnya menindih pinggulku. Kalau begini, bagaimana caranya aku gerak. Apa mungkin dia ngambek ya, ah masa bodo besok ada kelasnya aku gak boleh kesiangan. Besok paginya. Sehabis sholat subuh, aku segera turun untuk pergi memasak dan juga menyiapkan kopi, serta cemilan untuk mas Aris. Emang gak di suruh tapi sebagai istrikan harus bisa merawa suami, walaupun awalnya suami tak di inginkan, tapi selama bisa di perjuangkan tidak boleh gampang menyerahkan. Lagian mas Aris kurang apa coba, ya mungkin kurang waras aja, sisanya kurang minum obat. ."ini mas kopinya sama pisang goreng."ucapku, Alis mas Aris terlihat di angkat, meremehkan makan

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Ranjang Tidur Penuh Drama

    Sumpah rasanya aku malu luar biasa, tak bisa melihat pak Aris lagi, pak Aris melihat semuanya tapi masih bersikap biasa dia normal atau tidak. "Rambut basah jangan langsung di tutup."ucap pak Aris, yang tiba-tiba saja menghardrayer rambutku antara romantis dan menyeramkan, menyeramkan ya begitu aku mencoba menjadi perempuan ber otak bersih tapi entah kenapa ya Allah, mataku malah melihat ke arah lain. "Terimakasih pak?"ucapku,dia dengan tatapan teduh masih mengeringkan rambutku. "Saya bukan bapak kamu," balasnya pelan, emang bener sih tapi kan bapak Dosen. "Kan bapak Dosen."ucapku tak mau kalah, pak Aris mematikan hardrayernya kemudian dia, sedikit membungkukan badannya dan menatap mataku dengan tatapan yang aduhai bikin kaki lemas tak berdaya. Dia cuma diem dan terus menatapku, apa dia berencana menggodaku, oke aku tatap balik matanya siapa takutkan. Kami saling tatap-tatapan, sampai aku duluan yang memalingkan wajah, damagenya bukan main apa lagi pas liat dia senyum. "Bapak g

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Menikah Akibat fitnah

    "Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikahnya Clara binti Bapak Ardi dengan mas kawin 25 gram emas beserta alat salat dibayar kontan," ucap Pak Aris dengan lancar. Aku masih merasa ini mimpi. Kenapa aku mendadak mengiyakan waktu itu untuk menikah dengan Pak Dosen? "Bagaimana para saksi?" tanya sang penghulu. "Sah," ucap para tamu undangan yang hadir di acara akad nikahku dengan Pak Aris. Tidak banyak, hanya sekitar 50 orang, itu pun kebanyakan dari pihak Pak Aris. Dari pihakku hanya ada aku, Emak, dan pamanku yang menjadi wali nikahku. Pak Aris mengulurkan tangannya ke arahku, dan ibu mengisyaratkan agar aku menerima dan mencium tangan Pak Aris bukan bibirnya, jangan ngarep! Setelah mencium tangannya, giliran Pak Aris yang mencium keningku, lalu berdoa di atas ubun-ubun ku sebelum mengecupnya. Rasanya deg-degan menikah dengan pria populer seperti Pak Aris. "Selamat ya, Clara. Akhirnya ada laki-laki yang mau tanggung jawab," ucap pamanku dengan mulut sembrononya. Kalau dia bukan

  • THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE    Fitnah dari keluarga

    Aku pulang ke rumah dengan hati yang kacau, meninggalkan Pak Aris bersama kakak sepupuku. Kalau dia macam-macam sama Pak Aris gimana? Pikiran itu terus berputar di kepalaku, membuat langkahku terasa berat. "Masuk rumah, biar dia saya yang urus," ucapnya tadi, yang terngiang-ngiang di telingaku. Suara itu mengganggu ketenanganku. Tiba-tiba suara emak menyadarkan ku dari lamunan. "Nak, baru balik? Kenapa malam sekali?" tanya emak penuh kekhawatiran. Raut wajahnya yang tua semakin menunjukkan kerisauan. "Maaf, Mak. Tadi hujan deras, jadi lama pulangnya. Clara minta maaf, ya, Mak," ucapku sambil mencium tangan emak yang sudah keriput dimakan usia. Ada rasa bersalah menyelimuti ku. "Ya sudah, yang penting selamat sampai rumah. Tapi ingat, sayang, jangan kebiasaan pulang malam-malam begini," nasihat emak lembut, walau masih menyimpan rasa cemas. "Lebih baik istirahat, yuk, Mak. Udah malam ini," ajak ku cepat, tak ingin emak terus khawatir. Emak menatapku lekat-lekat, seolah in

DMCA.com Protection Status