"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikahnya Clara binti Bapak Ardi dengan mas kawin 25 gram emas beserta alat salat dibayar kontan," ucap Pak Aris dengan lancar. Aku masih merasa ini mimpi. Kenapa aku mendadak mengiyakan waktu itu untuk menikah dengan Pak Dosen?
"Bagaimana para saksi?" tanya sang penghulu. "Sah," ucap para tamu undangan yang hadir di acara akad nikahku dengan Pak Aris. Tidak banyak, hanya sekitar 50 orang, itu pun kebanyakan dari pihak Pak Aris. Dari pihakku hanya ada aku, Emak, dan pamanku yang menjadi wali nikahku. Pak Aris mengulurkan tangannya ke arahku, dan ibu mengisyaratkan agar aku menerima dan mencium tangan Pak Aris bukan bibirnya, jangan ngarep! Setelah mencium tangannya, giliran Pak Aris yang mencium keningku, lalu berdoa di atas ubun-ubun ku sebelum mengecupnya. Rasanya deg-degan menikah dengan pria populer seperti Pak Aris. "Selamat ya, Clara. Akhirnya ada laki-laki yang mau tanggung jawab," ucap pamanku dengan mulut sembrononya. Kalau dia bukan adik bapak, sudah kudoakan yang tidak-tidak. Bukankah doa orang terzalimi itu makbul? "Memangnya aku hamil di luar nikah, Paman, sampai paman ngomong begitu?" bisikku pelan. Aku tidak mau para tamu undangan jadi kepo dengan keadaan keluargaku yang kacau. Emak akhirnya melerai agar aku mengalah. "Sudahlah, Nak. Biarkan saja mereka dengan pendapat mereka. Toh, semakin kita membela diri, di mata mereka kita semakin salah. Tidak apa-apa, semuanya akan ada hikmahnya," ucap Emak meyakinkanku. Rasanya aku ingin merobek mulut mereka satu per satu. Aku hanya menghembuskan napas lelah, untung pamanku yang menyebalkan itu segera pergi. Tak lama, Pak Aris datang memberikan sebotol air mineral. Aku menerimanya karena memang haus—haus kasih sayang, haha. Tapi ngomong-ngomong soal Pak Aris, hari ini dia keren banget, terutama saat ijab kabul tadi. Penampilannya jangan ditanya! Kemeja putih yang dibalut jas hitam serta peci hitam di atas kepalanya. Tidak heran banyak fans-nya. Walaupun sifatnya galak, tetap saja memikat. Kalau aku? Jangan ditanya, hanya gadis miskin yang sedikit beruntung karena bisa menikah dengannya. Meski aku belum tahu bagaimana kelanjutan pernikahan ini ke depannya. Pak Aris menatapku dalam-dalam dengan ekspresi aneh yang tak bisa kubaca. Aku segera memalingkan wajahnya dengan tanganku. Memang tidak sopan, tapi kesal juga lama-lama dipandang seperti itu, meskipun oleh pria ganteng. Pak Aris tidak berkata apa-apa, tapi dia menggenggam tanganku erat dan tidak dilepaskannya lagi. 'Apa sih, bapak-bapak ini? Mentang-mentang sudah halal. Tapi senang juga sih. Ya kapan lagi dipegang cogan dengan banyak fans seperti dia?' Setelah akad nikah, aku dan Emak diboyong ke rumah Pak Aris. Aku melihat Emak begitu bahagia. Akhirnya, Emak bisa lepas dari pekerjaan sebagai buruh cuci pakaian tetangga. Melihat hal itu, aku tidak sedikit pun menyesali keputusan sepihak Pak Aris. "Nak Aris, ibu-bapak Nak Aris di mana?" tanya Emak kepada Pak Aris. Aku juga kepo sih ingin tahu bagaimana orang tua Pak Aris. Anak seperti ini, pasti keturunan mereka luar biasa. "Mereka ada di Amerika, Bu. Besok lusa mereka baru datang ke Indonesia," jawab Pak Aris dengan senyum hangatnya. Dia bisa senyum seperti itu ke Emak, tapi ke aku? Ekspresinya seperti buldoser yang mau menghancurkan batu aspal. Tidak pernah ada senyum sedikit pun. "Mereka tahu tidak kamu menikah dengan anak Ibu, Nak Aris?" tanya Emak lagi, sepertinya khawatir aku dapat mertua yang mandang status sosial seperti bibiku. "Sudah tahu, Bu. Ibu tidak perlu khawatir," jawabnya sangat ramah. Tapi ramah-tamah itu tidak pernah ada padaku. Tak lama sampailah di rumah Pak Aris yang beberapa hari lalu, aku numpang neduh di sini.Gak mimpi juga sih bisa kesini lagi. "Bi tolong antarkan ibu mertuaku ke kamar yang sudah saya suruh bereskan, "perintah pak Aris, yang entah sejak kapan ada pembantu di rumahnya. "Iya den, Ayok nyonya"Emak mengikuti pembantu itu dan mereka terlibat pembicaraan yang akrab, sedangkan aku masih berdiri dan berniat menyusul emakku sebelum pak Aris menarik ku dari belakang. "Mau kemana?" Tanyanya dengan datar aku dengan gagu menjawab. "Nyusul emak, " Jawab Ku jujur ajalah, Pura-pura lupa juga bakal jadi masalah besar. "Tidak lupakan sudah menikah?" Ucapanya mengingatkan. "Oh jelaslah saya lupa? " Pak Dosen malah menatapku dengan tatapan membunuh. Aku hanya tersenyum lebar tanpa dosa. "Ikuti saya" Ajaknya padaku, akupun segera ngekor kedia, pak Aris ngambil alih koper yang aku pegang dan naik ke lantai dua, aku kira akan di kasih kamar yang kemarin yang di bawah tangga. Aku baru liat sekarang kalau rumah pak dosen begitu besar dan itu hanya di tinggali berdua, apa gak takut mereka ya. "Bapak tinggal berdua disini. " Tanyaku, tapi dia gak menjawab, aku kesel sendiri kenapa aku mau ya kemarin nikah sama dia. Pak Aris terus berjalan menuju kamar yang paling ujung, apa mungkin kamarku yang disana Aku terus membuntuti pak Aris dari belakang, sambil mengamati interior rumah berlantai dua, ada halaman luas yang sangat enak di pandang dan juga ada teras rumah yang enak buat ngemil dan ngeteh di pagi dan sore hari, terlalu asyik mengamati aku sampai menabrak punggung pak Aris yang telah berhenti. "Kamu lihat pake apa? " Pake matalah, masa pake sepatu"jawabanku malah di balas tatapan tajam oleh pak Aris, kemudian dia segera masuk ke dalam kamar dan aku terus membuntutinya layaknya ekor. Aku Pura-pura gak lihat tapi kok pak Aris gak keluar malah melepaskan pakaian. "Bapak kenapa gak keluar. " Pak Aris menatapku dengan tangan yang masih membuka kancing bajunya. "Kamu ngusir saya?" Aku kelabakan pas pak Aris bilang gitu, aku mau keluar lagi dari dalam kamar tapi pak Aris segera menutup pintu dan kedua tangannya menghalangiku sehingga aku terkurung di antara dia dan otot sobeknya yang menggoda, serta pintu yang terbuat dari kayu jati mahal. "Pa-k j-angan be-gini. " Aku gugup ya Allah nafas pak Aris bikin detak jantungku hampir hilang setengahnya. "Kenapa, toh sudah sah ini? " Ucapnya yang malah mendekatkan wajahnya ke arahku, aduh sial Gimana ini ya Allah, salting aku salting banget di tatap cowok ganteng. "So-alny aku mau pipis, kalau pipis di celana kan malu, nanti bau pesing hehe. "Ucapku sebenarnya sih ber alasan, dia akhirnya melonggarkan tangannya dan segera lari ke kamar mandi tapi lupa bawa baju ganti. Aku memegangi jantungku yang detaknya tidak normal dari tadi, udah tahu ganteng masiih aja ngedeketin itu muka ke arah ku, tak sadarkah mukannya itu menyebarkan penyakit, penyakit ingin memiliki, dalam hati aku berteriak kencang sambil menutup mukaku, padahal aku udah janji gak bakal suka tapi ternyata. "Terpesona aku terpesona pada wajahmu," Aku segera menetralkan laju detak jantungku, eh pas udah lepas kebaya pengantin aku gak nemuin baju ganti. "Astaghfirullah, penyakit lupaku."ucapku sambil menarik handuk yang terkait di gantungan, di kamar mandi. Ngintip aku melihat pak libra masih disana duduk di kursi sambil membaca, entah kertas apa itu mungkin kertas cacian dari hatersnya atau surat cinta dari fansnya aku gak peduli, aku pokoknya sekarang mandi dulu sambil menunggu pak Aris pergi. Ngomong-ngomong soal pak Aris, kalau pakaian sekamar, ber- arti tidur juga. "Sekasur."gumamku sambil mengguyurkan air kekepala, menghilangkan semua debu dan kotoran termasuk kotoran otak sendiri yang selalalu berpikir aneh-aneh aku harus tenang emang kan kalau udah nikah tidur sekasur kan wajar Aku bulak-balik dulu, pas Setelah mandi selama 30 menit, karna mandinya sambil ngelamun ngulurin waktu,aku ambil handuk, dan aku coba panggil-panggil pak Aris tapi tak ada jawaban, kurasa aman akhirnya aku memutuskan keluar hanya dengan menggunakan gaun handuk, dan rambut basahku aku lilitkan handuk kecil yang sepertinya khusus rambut juga, rambut kepala ya bukan rambut yang lain. Kurasa aman, jadi aku putuskan keluar dan tak menemukan pak Aris, Aku mengambil dalaman dan pakaianku dan memakainya dengan santai sampai nyanyi -nyanyi pula, tapi pas udah beres aku terkejut melihat pak Aris berdiri di depan pintu deng tangan bersedikap dada. "Ba-pak sejak kapan disitu " tanyaku sambil meraih handuk dan menutupi rambut yang belum ku tutup. "Sudah sejak lama."ucapnya sambil berjalan ke arahku. "Astaghfirullah jadi bapak lihat semua." "Kenapa enggak, kamu kan istri saya." Golok mana golok.Sumpah rasanya aku malu luar biasa, tak bisa melihat pak Aris lagi, pak Aris melihat semuanya tapi masih bersikap biasa dia normal atau tidak. "Rambut basah jangan langsung di tutup."ucap pak Aris, yang tiba-tiba saja menghardrayer rambutku antara romantis dan menyeramkan, menyeramkan ya begitu aku mencoba menjadi perempuan ber otak bersih tapi entah kenapa ya Allah, mataku malah melihat ke arah lain. "Terimakasih pak?"ucapku,dia dengan tatapan teduh masih mengeringkan rambutku. "Saya bukan bapak kamu," balasnya pelan, emang bener sih tapi kan bapak Dosen. "Kan bapak Dosen."ucapku tak mau kalah, pak Aris mematikan hardrayernya kemudian dia, sedikit membungkukan badannya dan menatap mataku dengan tatapan yang aduhai bikin kaki lemas tak berdaya. Dia cuma diem dan terus menatapku, apa dia berencana menggodaku, oke aku tatap balik matanya siapa takutkan. Kami saling tatap-tatapan, sampai aku duluan yang memalingkan wajah, damagenya bukan main apa lagi pas liat dia senyum. "Bapak g
"mas Aris besok harus kekampus."aku merasakan kalau mas Aris menciumi tengkukku, bulu bulu kumis dan jenggotnya yang baru tumbuh bikin geli. Sekarang aku tahu Mas Aris menikahiku bukan karna cinta, tapi Karna sebatas ingin halal dan menyentuh tubuhku. "Ya udah tidurlah."mas Aris memelukku dengan erat, dagunya di simpan di kepalaku, kaki besarnya menindih pinggulku. Kalau begini, bagaimana caranya aku gerak. Apa mungkin dia ngambek ya, ah masa bodo besok ada kelasnya aku gak boleh kesiangan. Besok paginya. Sehabis sholat subuh, aku segera turun untuk pergi memasak dan juga menyiapkan kopi, serta cemilan untuk mas Aris. Emang gak di suruh tapi sebagai istrikan harus bisa merawa suami, walaupun awalnya suami tak di inginkan, tapi selama bisa di perjuangkan tidak boleh gampang menyerahkan. Lagian mas Aris kurang apa coba, ya mungkin kurang waras aja, sisanya kurang minum obat. ."ini mas kopinya sama pisang goreng."ucapku, Alis mas Aris terlihat di angkat, meremehkan makan
Mas Aris menarikku ke dalam pangkuannya, setelah aku ijin ke mama mertua mau mandi dulu.Kaget sumpah, apa lagi aku duduk pas di tengah-tengah."Mas ngapain,"Tapi mas Aris tidak bicara apa-apa, dia malah menatap mataku dalam diam.Dia gak ngomong apa-apa, mengambil tanganku yang di pegang Raditya tadi, setelah itu dia menjilatinya dengan lidahnya, astaghfirullah kelakuannya membuat ku deg-degan terus."Tidak boleh ada pria lain yang menyentuh mu, selain mas."Ucapnya."Apa?"aku bertanya, takut pendengaranku salah."Mas, aku mau mandi mau..Kata-kataku terhenti saat wajah mas libra, mencium bibirku lalu melumatnya pelan."Kamu istri mas, gak boleh dekat sama lelaki lain."ucapannya malah membuat aku semakin tidak percaya. "Terus mas bisa dekat dengan perempuan lain gitu, "ucapku dengan perasaan masih berdebar - debar, aku kan udah janji gak bakal suka mas Libra, tapi kok jadi begini kalau deket sama pisik mas Aris suka gugup gak jelas."Mau gimana lagi mas kan dosen."ucapnya membela di
"Mas nanti malam minta hak, mau tak mau, kamu harus mau." ucapnya mutlak.Aku mendadak keringat dingin, kalau mas Aris minta haknya, berarti hak nganu donk."Tapi Mas Aris,' ""Gak boleh nolak, itu sudah kewajiban kamu."ucapnya kemudian dia mengecup keningku, dan berkata lagi dengan wajah datarnya."Badanmu bau laki-laki itu, sekarang mandi dan ganti baju, kemudian temui mas di depan."Habis ngomong gitu, mas Aris pergi begitu saja, yang terbayang di otakku adalah kata Hak.Mas Aris minta hak, di otaku terbayang adegan yang pernah aku baca di novel dewasa, di cium dadakan juga masih salting setengah mati, ini minta hak bisa pingsan duluan sebelum selesai, apa lagi badan mas Aris kan bagus, gimana ini kok aku yang jadi berdebar sendiri, aku harus membersihkan otak ku dengan mandi pokoknya, kuraih handuk dan peralatan mandi yang lainnya.Mas Aris kenapa minta harus bilang-bilang dulu, langsung juga pasti di kasih eh. Otaku makin gak beres, aku harus cepat-cepat beres..Clara pop End.D
Aku merapikan penampilanku ,hari ini aku ingin tampil sedikit beda, aku ingin membuat mas Aris marah dan kesal, ya syukur -syukur kalau sampai emosi.Meskipun badanku masih lelah gara-gara ah entahlah memikirkannya juga jadi malu, aku harus tetap masuk kuliah.Kakiku masih linu buat jalan, untungnya mama mertuaku yang baik hati dan tidak sombong memberikan ramuan penghilang nyeri, kayaknya mama tau aku habis di unboxing anaknya dengan kejam."Habiskan ini nak, biar rasa sakitnya cepat hilang."ucap mamah mertuaku, melihatnya jadi ingat emakku, nanti habis kuliah aku harus ve dia."Iya mah, makasih."aku mengambil minuman itu dan segera meminumnya, jangan di Tanya rasanya seperti apa, rasanya seperti janji-janji manta dulu, manis -manis sepet pahit.Pagi tadi saat Bangun tidur badanku remuk semua rasanya, bagian kemaluanku sakit dan perih, si pelaku jangan di tanya dia ngapain aja, dia cuma natap aku tanpa kedip pula, apa aku se aneh itu?"Aris kasar sama kamu ya nak?" Pertanyaan mamah m
"Mas mau pernikahan kita di publikasikan, sayang, "ucap Aris pada Clara, Clara yang tadinya mau balik ke kelas kaget sekali, jadi alesannya ini, masnya tadi bawa dia masuk kedalam kampus pake mobilnya."Mas waras?"tanya Clara pada Aris."Kalau mau tau, mas waras atau ngk nya kemari lah, "ucap Aris sambil menyeruput kopi hitam buatan Clara.Clara menyesal, kenapa dia tidak menggantinya dengan garam tadi, biar tahu rasa dia minum kopi rasa air laut."Aku harus kuliah mas, Assalamualaikum"Clara langsung pergi, dari ruangan Aris.Satu ruangan dengan dosen menyebalkannya itu, membuatnya merasakan perasaan bumbu pecel, pedas, gurih, manis, semuanya terasa di relung hati.Sesampainya di kelas, dia jadi tatapan satu kelas, biasanya kan pada cuek, mau dia salto kek, jungkir balik kek tidur ngorok kek gak pernah ada yang peduli.Tapi sekarang setiap langkahnya Clara, selalu jadi tatapan kepo dari mereka, seperti ada harta Karun di bawah kakinya.Clara segera duduk di tempat duduknya, tapi kok a
"Mas, ngapain." Aku mundur kebelakang, ketika mas Aris terus berjalan sambil menatap ke arah ku, sehabis makan malam tadi saman kawan-kawannya dia jadi anehkan."Jadi kamu terpaksa nikah sama mas, " Ucap mas Aris, aku kepentok di dekat pintu kamar mandi."Awalnya sih mas, tapi sekarang enggak, "Aku jawab jujur aja ah, takut mas Aris hilap dan skripsiku di tahan kelak.Mas Aris masih berdiri di depanku, tangannya menghalangiku, dari arah kiri dah mana. Dia gak ngomong apa-apa cuma diem."Mas, ".."Hmm""Ngejauh gak, " Aku sesak banget liat badan mas Aris yang gede, gede sama otot-otot nga gatal kali nih tangan pingin ngeraba eh, tapi jangan deh, jaga harga diri."Kenapa harus ngejauh? " Tanya Mas Aris, aku gak punya alasan logis lagi, masa iya harus mempermalukan diriku sendiri."Aku mau kentut, " Balas ku dengan wajah panas, menahan rasanya malu sekali."Tinggal kentut. " Ucap mas Aris gampang.Gampang kali dia kalau ngomong, tak tau perasaan ku membuncah, ingin menyentuh tubuhmu mass.
Aku tiduran sambil menunggu mas Aris, bikin bubur Ayam.wajah kaget mas Aris, masih terbayang jelas.Ya walaupun tidak kentara, Laki-laki itu terlihat nge lag dikit, pas aku cium, habis itu dia langsung pergi keluar, tanpa berkat-kata lagi.Aku merem melek, sampai tak sadar aku tertidur kembali dengan lelap.Pas aku terbangun, aku melihat mas Aris telah membaca sesuatu, di meja yang biasanya aku pake buat belajar."Mas? " Panggilan dari ku, membuat Mas Aris terbangun. Dia menyimpan berkas yang tengah dia baca.. "Sudah bangun?" Mas Aris malah balik bertanya."Sudah mati mas." Jawab ku iseng, malah kena tatapan maut kan sama dia."Kalau bicara itu yang baik. " Sindirnya, lalu aku balas dengan huha-hehe aja.Mas Arus menghampiriku, dia meraba keningku dan membantuku duduk di ranjang.Kemudian dia menyuapi bubur."Enak gak mas buburnya. " Aku terus saja mengusilinya, mas Aris menatapku datar tanpa Ekspresi, pas aku makan satu suapan kok rasanya aneh, gak kerasa apa-apa."Mas kok buburnya
"Mas, kayaknya aku telat. ""Telat bayar hutang? " Tanya Aris sambil menatap mata Clara."Telat datang bulan."jawan Clara, Aris langsung memeluk Clara, Clara kaget'bukan main."Mas marah."tanya Clara,"Kenapa harus marah, mas seneng karna ada hasilnya juga." balas Aris sambil menyentil kening Clara."Hasil apa, di kira tanaman?" Clara ngomel, Aris mencium pipi jidat dan bibirnya."Hasil tanam cinta. "bisik Aris , Dan satu pukulan bantal mengenai wajah Aris, akibat Clara terlalu salting."Hahahaha. "Aris tertawakan renyah, kemudian dia menarik Clara kedalam pelukanya lagi."Tidurlah. "Ajak Aris, dia memejamkan mata, tapi pikirannya kemana-mana, banyak cabang yang iya pikirkan dan salah satu di antaranya adalah Clara." Mas mau nidurin aku gak? " "Omonganya Clara ambigu banget , bikin orang yang dengar salah paham." Nidurin gimana? "Tanya Aris sambil tersenyum geli." Iya bikin aku tidur, soalnya gak ngantuk. "Ucap Clara sambil ngedusel di perut bagian atas milik Aris.Aris berbisik p
"Bisa buatkan kopi. "Dia segera bangkit dan mengiyakan, raut wajahnya tidak kesal, kepaksa atau suka, dia datar-datar saja, gak bisa di tebak perasaannya seperti apa."Iya Pak. " Jawabannya dengan suara yang amat sangat lembut, tidak di lembut-lembutkan atau di manis-maniskan."Antarkan ke ruangan saya. Jangan lupa kopi hitam tidak manis dan tidak pahit"Dia berkata iya, setelah itu berjalan menuju pantry."Wei Aris, ngerjain anak baru eh. " Leo memang hobi nggetin orang."Sok tahu. "Lalu berjalan menjauhi Si leo menyebalkan yang tukang nyebarin rumor sembarangan."Atau jangan kau tertarik pada dia. "Tebaknya dengan nada alis yang di angkaat, raut wajahnya meledek" Berisik. "Ku lanjutkan perjalanan kakiku menuju ruangan ku, ku perhatikan semuanya, semua tingkah para mahasiswa dan mahasiswi itu, tapi tak ada yang seperti perempuan itu dalam segala hal.Kalau di bilang cinta pada pandangan pertama, ngak, bisa di bilang ke arah tertarik.Pas dia datang dan membawa kopi, ku Jaga image d
Sayaaangnya Clara, Clara menatap layar laptop itu dengan jenuh, pak Leo menjelaskan dengan payah batin Clara, baru jam 10 pagi, tapi hatinya Clara udah kangen sama Aris.Dia ngambil hpnya, HP pemberian Aris beberapa hari yang lalu, walaupun ngasihnya diam-diam, tapi seneng juga sih."Mas, kapan balik, " Clara tersenyum tipis dia ngirim juga foto selfie.Setelah itu Clara menutup hpnya, dan kembali menatap layar laptopnya, Clara memaki leo diam-diam."Kapan sih selesainya hadeh." Padahal dulu Leo adalah dosen kesayangannya, tapi sekarang kok melihat dia membosankan sama sekali. Yang ada di benaknya cuma Aris saja seorang tak ada yang lain, Clara niat nya mau berdiri kok tiba-tiba pusing keleyengan.Sementara itu di tempat Aris.Aris yang tengah mengajar dengan konsentrasi, di kagetkan oleh notifikasi hpnya sendiri.Hampir saja dia melemparkan hpnya, jika saja tak melihat notifikasi hpnya dari siap, Aris tersenyum kecil, ketika melihat Foto Clara mana pose manja, dia jadi pengen buru-bu
Clara merasakan hal aneh, kok bisa-bisanya dia mau mandi sama Aris, padahal biasanya dia anti banget mandi sama Aris."Kamu beneran mau mandi sama mas? " Tanya Aris meyakinkan Clara ."Iya mas, biar tidurnya nyenyak, tapi mandi doank." Clara mengingatkan Aris, agar dia tidak macam-macam padanya." Baiklah, masuk bath up duluan, mas atur dulu suhunya. " Ucap Aris, dia mengatur suhu air Bath up, serasa air hangatnya sudah nyaman untuk di pake mandi, Aris menyuruh Clara untuk mandi duluan."Masuk duluan. "Ucap Aris, tapi tiba-tiba Clara bilang ssuatu yang membuat Aris kaget, nada manjanya bikin hati Aris berdesir hebat."Gendong mas. "Ucap Clara ." Iya mas buka baju dulu. "..Ujar Aris, dia baru saja melepaskan baju atasannya. Clara sudah langsung nemplok di pinggangnya. Mau tak mau Aris tersenyum tipis, setipis benang woll."Gak sabaran, "komentar Aris, yang di balas Gombalan receh ala Clara ."Bau badan mas enak. "Balas Clara , dia malah mencium bau tubuh Aris dengan sengaja." Udah-u
Clara Pov."Sayangnya mas, " Dua kata itu terus terngiang-ngiang di otaku. Mana perjalanan panjang lagi, hampir seharian dari depok ke Malang, aduh ini kepala sudah puyeng bukan main."Kamu kenapa?" Tanya Mas Aris, mungkin dia melihatku yang sudah lemah tak berdaya mau muntah."Mau muntah Mas, " Ucapku, aku gak tahan lagi, bodo amat kalau mau di ledek. Tapi raut wajah Mas Aris terlihat biasa aja,Mas Aris memberhentikan mobil yang kami tumpangi di dekat warung jalanan."Kenapa gak ngomong, kalau mabuk naik mobil. " Ucap Mas Aris, setelah aku dan dia istirahat di tepi jalan."Memang kalau aku bilang, gak ada jaminan mas ngeledek. " Ucap ku, malah sedikit emosi, mual dan pusing, rasanya mau ngeluarin semua isi perut.Terdengar Mas Aris menghela nafas, dia mengambil sesuatu dari dalam mobil, yang ternyata botol minum, serta obat anti baper, eh bukan tapi anti muntah karna mabuk kendaraan"Trauma sekali sama mas ya, " Ucap mas Aris padaku, dia memberikan obat serta air putih."Gimanaa gak
Aku belum paham, dengan apa yang di omongin mas Aris tadi."Mas mau pergi, terus aku sama siapa?" Aku menatap nya dengan mata-mata berkaca-kaca.Mas Aris mengusap rambutku dan menyelipkan rambutku ke belakang telinga."Ada mas." Jawab Mas Aris,"Mas Aris kan mau pergii, terus aku di rumah sendiri. " Aku menatap mas Aris sedih."Enggak sendiri, ada Arieskan. "Ujar Mas Aris meyakinkan."Ya kalau sama Arieskan gak bisa ketekan mas. " Ucapku yang malah membuat Mas Aris tertawa, seumur aku kenal dia, baru kali ini aku melihat Mas Aris tertawa sampai giginya keliatan."Ketekan yang begini" Ucap Mas Aris, sambil memasukkan ku kedalam keteknya."Mas ketekmu bany-Belum selesai aku ngomong dia main cium aja, udahlah dia mah pasti mau minta jatah, ujung-ujungnya, untung dia ganteng, untung aku juga sayang.Clara Pov end.Aris mencium aroma tubuh Clara. Dia menarik selimut untuk menyembunyikan kegiatan mereka."Mau ngapain mas. " Tanya Clara pura-pura polos."Entah." Aris kembali mencium Clara, C
"Kalau dulu sih ada? " Ucapku jujur, aku tak percaya melihat sisi lain mas Aris, dia cemburu atau Bagaimana sih, Mas Aris yang tadi siang nyuruh aku berdiri di Koridor."Siapaa?" Tanya Mas Aris lagi, Nah kan kenapa lagi nanya yang udah lama."Itu gak ada hubungannya sama mas, lagian udah gak ada mas, " Ucapku menjelaskan padanya. Tapi ternyata kesalah pahaman itu terus berlanjut."Mas lebih baik makan dulu, debatnya lanjut nanti lagi. "Ucapku, aku menarik tangan Mas Aris, Mas Aris gak nolak dia ngikutin aja tanpa bicara apa-apa lagi.Dia itu cemburu atau bagaimana sih, terus kalau cemburu masa sama foto masa lalu, ada-ada saja dia nih.Aku nyuruh duduk dulu di meja makan, si Aries juga kemana gak keliatan, gak sempat masak aku bikinin yang mudah aja tapi sehat. Bikinin telor ceplok sama kecap aja, terus di tambah nasi panas, sambal, irisan mentimun sama kerupuk."Makanan apa ini?" Tanya Mas Aris, pasti dia belum pernah makanan orang miskin. Aku ambilkan nasi dan telor ceplok padanya,
"cowok dari mana mas?"aku malah balik nanya kedia, kok bisa-bisanya dia nuduh aku suka sama cowok lain."Jangan bohong, "tanyanya lagi, malah makin seremkan, Tapi kenapa harus takut, toh aku memang gak buat salah apa-ара."Bohong apa mas?'aku malah balik nanya, toh memang gak ada cowok lain, boro-boro ngejar cowok lain, ngejar cicilan kuliah juga susah bukan main, itu dulu, ya Sekarang beda lagi kan udah ada yang nanggung, ngapain ngutang-ngutang lagi kan.Mas Aris mendekatiku, wajahnya begitu dekat, dia mengamati wajahku dengan tajam."Mas gak percaya?"tanyaku, tapi mas Aris hanya diam tak bergerak dia terus mendekatkan wajahnya ke arahku, kemudian dia menampilkan wajah yang berusaha menahan tawanya.Apasih, dia memang gak jelas banget atau memang aneh."Mas ka-Mas Aris tiba-tiba aja mendekatiku, bukan hanya wajahnya, tapi gerak tubuhnya juga ikut mendekatiku, dia mau apasih, ini masih di kampus, masa dia mau minta jatah di sini, bagaimana kalau ada yang ngintip dan ngelaporin ke pi
Udah di bilangin juga pada gak percaya, malah ngomongin aku ngaku-ngaku.Iyasih mana ada orang yang percaya, Perempuan dekil dan miskin seperti ku, bisa menikahi pria macam pak Dosen, aku sendiri juga tak percaya apa lagi orang lain.Aku melangkahkan kakiku dengan gontai melewati ruangan para dosen, Eh gak sengaja malah nabrak badan seseorang, dari parfumnya aku mengetahuinya."Pak Aris maaf, "aku segera menghindar mas Aris yang tengah berjalan dengan dosen lainnya, Tapi kayaknya mas Aris gak mau ngasih jalan deh.Para dosen sih udah tahu kami sudah nikah, tapi para mahasiswanya di kasih tau juga gak ada yang percaya."Mau ikut makan siang bareng ,"ajak Pak Leo, duh ganteng banget sih laki orang, aku melihat mas Aris yang menatapku aneh."Ga-"Udah ikut ajalah, gak usah dipikirin mahasiswa lainnya." sekarang Bu dosen yang cantik dan ramah itu, ramahnya pas bukan jam pelajarannya itu menarik tanganku buat ikut mereka.Kalau begini, aku tak bisa menghindari, dan mengelak lagi dari gosip