Sumpah rasanya aku malu luar biasa, tak bisa melihat pak Aris lagi, pak Aris melihat semuanya tapi masih bersikap biasa dia normal atau tidak.
"Rambut basah jangan langsung di tutup."ucap pak Aris, yang tiba-tiba saja menghardrayer rambutku antara romantis dan menyeramkan, menyeramkan ya begitu aku mencoba menjadi perempuan ber otak bersih tapi entah kenapa ya Allah, mataku malah melihat ke arah lain. "Terimakasih pak?"ucapku,dia dengan tatapan teduh masih mengeringkan rambutku. "Saya bukan bapak kamu," balasnya pelan, emang bener sih tapi kan bapak Dosen. "Kan bapak Dosen."ucapku tak mau kalah, pak Aris mematikan hardrayernya kemudian dia, sedikit membungkukan badannya dan menatap mataku dengan tatapan yang aduhai bikin kaki lemas tak berdaya. Dia cuma diem dan terus menatapku, apa dia berencana menggodaku, oke aku tatap balik matanya siapa takutkan. Kami saling tatap-tatapan, sampai aku duluan yang memalingkan wajah, damagenya bukan main apa lagi pas liat dia senyum. "Bapak gak lapar." "Saya lebih lapar makan kamu ."ucapnya lalu segera menjauh dari diriku, dan pergi kekamar mandi, mungkin mau mandi masa ganteng-ganteng gak mandi kan malu sama wajahnya. Setelah kami sama-sama membersihkan diri, lalu kami melakukan sholat Magrib berjamaah. Aku mencium Lengan pak Aris, tanda bahwa aku menghormati dirinya sebagai suami. "Pa-"Di rumah panggil saja mas." ucap pak Aris kepadaku, kayaknya dia malu juga di usianya yang baru nginjak 28 di sebut bapak, mana sama bininya lagi. "Iya, tapi mas Aris saya mau ngomong."ucapku agak ragu ngomongnya sih, takut marah dia terus nantinya nilai mata kuliahku dia potong lagi kan jadi inalillahi. "Ngomong aja," "Saya mau pernikahan kita di rahasiakan."pintaku. "Kenapa?"tanya Mas Aris Penasaran. "Mas kan tau mas banyak fansnya, jadi buat jaga hati mereka." ucapku ber- alasan "Terserah kamu ajalah." ucapnya, setelah itu dia bangkit dari duduknya dan membereskan bekas sholat. Akupun segera menyusul karna mau melakukan makan malam bersama untuk kedua kalinya di rumah ini bersama dengan orang ini. Pas udah sampai ruang makan, ternyata emakku dan bocah tengil itu sudah di sana, dilihat dari gelagatnya pasti akan mengganggu lagi. "Apa aku bilang, jadikan heheh ciye jadi. Jadi jodoh kan hehehe." usilnya, aku memolototinnya dengan mata galaku, dia malah tertawa dan ngadu ke emak ku, dasar pengadu. Aku duduk dengan emakku. "Emak ma- "Dahulukan dulu suamimu nak, kamu sekarang bukan punya emak lagi."ucap Emakku, yang mau tak mau aku menurutinya, bocah tengil itu cekikikan gak jelas, awas aja di kampus dia nanti. "Iya Mak, Mas Aris mau makan apa?"tanyaku agak ragu sih, tapi kok dia keliatan senang pas aku panggil mas Aris. "Apa aja, "jawabnya simpel ngomongnya irit betul, bahkan pas di ajak ngobrol sama mamah aja dia ngomong semaunya. Ya udah aku ambilin aja semua lauknya, sekalian ngerjain, sesekali di kerjain kan enak, liat tuh mata sudah menatapku tajam. "Makan yang banyak ya mas, biar perutnya cepat buncit."aku memberikan nasi yang berisi lauk pauk yang penuh itu. "Makan sepiring berdua aja, ini gak bakal habis, "pinta mas Aris, malah jadi tatapan ciye dari bocah itu kan. 'berhenti meledekin bocah tengil, kalau beginikan jadi senjata makan tuan. 'batinku merutuk, terpaksa aku menikah terpaksa aku juga makan sepiring berdua begini, mana sesendok dan segarpu, kalau beginikan kaya ciuman secara tidak langsung. Tapi aku dapat melihat emak Bahagia melihatku mesra sama pak eh mas Aris, Aries maksudnya ahhaa plesetin dikit ah. "Mau tambah lagi mas, "aku tanya begitu basa-basi doank. "Enggak,"jawabnnya secara replek aku ngambilin air minum, malah di ledekin. "Ciyeeeeeeeeeeeeeee, "ledek lagi tuh bocah, Aku mendengar pak eh mas Aris menahan tawanya. Kalau mau ketawa -ketawa aja Bambang,gak usah di tahan -tahan , sembelit nanti tahu rasa, ganteng-ganteng hobinya ngeledek. Setelah selesai makan, aku ikut emak niat nya mau sholat dan tidur di sana, tapi emakku ngusir dengan galaknya. "Kamu udah nikah, udah sewajarnya tidur sama suamimu." Dengan terpaksa aku kembali ke kamarku dengan Mas Aris, Aries tapi bukan versi zodiak ya sengaja' di pelesetin kalau enggak suka aneh aja manggil dosen galak itu dengan panggilan akrab. Pas masuk kamar, aku lihat pak Dosen eh mas Aris masih sibuk dengan laptopnya. "Mau di bikinin kopi gak." tawarku dengan murah hati, dia melirikku sekilas kemudian berkata dengan singkat "Gak, "jawabnya, sabar-sabar lebih baik aku tidur besok pagi aku ngampus, tapi ngomong-ngomong tidur pasti bakal sekasur sama dia donk. Ya udahlah mau gimana lagi, bismillah aku naik ranjang, kemudian segera membaringkan tubuhku di arah kiri yang lebih tepatnya menghadap arah jendela. Jantungku berdetak kencang, padahal akukan gak jatuh cinta sama pak dosen, tapi kenapa ya kok gugup setengah mati, jantung dan badan terasa panas terbakar, padahal belum di apa-apain sama mas Aris, untuk menyembunyikan ke gugupan aku, aku menutupi seluruh tubuhku dari ujung kaki sama ujung kepala dengan selimut, udah mirip mayat aja, karna kalau gitu pak Aris pasti tau aku gugup setengah mati. Tiba-tiba aja ranjang terasa bergoyang, kok tambah gugup ya, Aku mengeratkan pelukanku pada selimut dan membungkus tubuhku dengan selimut, sehingga jadi lebih mirip dadar gulung. "Sudah tidur?"tanya Pak Aris eh mas Aris. "Belum bisa tidur."jawabku, kemudian aku dan sama-sama terdiam, lebih sibuk dengan pikiranku sendiri. "Besok mamah saya datang, kamu siapkan."tanya mas Aris lagi, aku membuka selimut bagian kepalaku kemudian berbalik ke arahnya, gak sopan juga sih kalau lagi ngomong di punggin. "Ya harus siapkan."jawabku tanpa berani menatap mas Aris, Mas Aris tiba-tiba mendekatiku dan berbisik. "Ngomong-ngomong kamu kecil juga ya, "ucap pak Aris ambigu, membuat aku langsung melotot kan dan menatapnya kesal. "Kalau bapak gak suka yang kecil, kenapa gak cari yang gede kemarin."ucapanku malah membuat Mas Aris makin menyeringai, dia ngerjain aku atau bagaimana sih. Tiba-tiba Mas Aris tertawa gak jelas. "ternyata otak kamu kotor juga ya istri ku, yang aku maksud kecil itu lenganmu emang apa?' ucap mas libra geli. Aku kesal, dia mempermainkan aku, aku bangun dan keluar dari dalam selimut,gak usah jaga-jaga imeg lagi, toh aku hampir udah tau baik buruknya pak dosen ini sebelum menikah. Aku bangun dan memukul dadanya yang tengah berbaring, dia bukannya kesakitan atau kesal malah seperti menahan tawanya. "Aku ini bukan badut ya mas." ucapku dengan mata yang masih menatapnya tajam, dosen gila itu malah semakin tertawa terbahak, aku kira sifat dia tidak seperti ini, kalau tau sifatnya sering berubah mana mau aku menikah dengan nya. Aku berdecak dan kembali tidur memunggunginya, tiba-tiba aja Mas Aris memeluk tubuhku dari belakang dan menarik tubuhku kedalam pelukannya. 'ya Allah kalau begini mana bisa aku tidur.' "Mas Aris," "Hmm." "Aku gak bisa tidur kalau dempetan begini. "balasku grogi. "Mau dempetan yang lain ya." ucapnya di telingaku, suaranya membuat bulu kudukku merinding. "Mas Aris, ada cicak kawin tuh " ucap ku yang salah mengalihkan obrolan kita. "Jadi kamu mau kawin juga begitu.""mas Aris besok harus kekampus."aku merasakan kalau mas Aris menciumi tengkukku, bulu bulu kumis dan jenggotnya yang baru tumbuh bikin geli. Sekarang aku tahu Mas Aris menikahiku bukan karna cinta, tapi Karna sebatas ingin halal dan menyentuh tubuhku. "Ya udah tidurlah."mas Aris memelukku dengan erat, dagunya di simpan di kepalaku, kaki besarnya menindih pinggulku. Kalau begini, bagaimana caranya aku gerak. Apa mungkin dia ngambek ya, ah masa bodo besok ada kelasnya aku gak boleh kesiangan. Besok paginya. Sehabis sholat subuh, aku segera turun untuk pergi memasak dan juga menyiapkan kopi, serta cemilan untuk mas Aris. Emang gak di suruh tapi sebagai istrikan harus bisa merawa suami, walaupun awalnya suami tak di inginkan, tapi selama bisa di perjuangkan tidak boleh gampang menyerahkan. Lagian mas Aris kurang apa coba, ya mungkin kurang waras aja, sisanya kurang minum obat. ."ini mas kopinya sama pisang goreng."ucapku, Alis mas Aris terlihat di angkat, meremehkan makan
Mas Aris menarikku ke dalam pangkuannya, setelah aku ijin ke mama mertua mau mandi dulu.Kaget sumpah, apa lagi aku duduk pas di tengah-tengah."Mas ngapain,"Tapi mas Aris tidak bicara apa-apa, dia malah menatap mataku dalam diam.Dia gak ngomong apa-apa, mengambil tanganku yang di pegang Raditya tadi, setelah itu dia menjilatinya dengan lidahnya, astaghfirullah kelakuannya membuat ku deg-degan terus."Tidak boleh ada pria lain yang menyentuh mu, selain mas."Ucapnya."Apa?"aku bertanya, takut pendengaranku salah."Mas, aku mau mandi mau..Kata-kataku terhenti saat wajah mas libra, mencium bibirku lalu melumatnya pelan."Kamu istri mas, gak boleh dekat sama lelaki lain."ucapannya malah membuat aku semakin tidak percaya. "Terus mas bisa dekat dengan perempuan lain gitu, "ucapku dengan perasaan masih berdebar - debar, aku kan udah janji gak bakal suka mas Libra, tapi kok jadi begini kalau deket sama pisik mas Aris suka gugup gak jelas."Mau gimana lagi mas kan dosen."ucapnya membela di
"Mas nanti malam minta hak, mau tak mau, kamu harus mau." ucapnya mutlak.Aku mendadak keringat dingin, kalau mas Aris minta haknya, berarti hak nganu donk."Tapi Mas Aris,' ""Gak boleh nolak, itu sudah kewajiban kamu."ucapnya kemudian dia mengecup keningku, dan berkata lagi dengan wajah datarnya."Badanmu bau laki-laki itu, sekarang mandi dan ganti baju, kemudian temui mas di depan."Habis ngomong gitu, mas Aris pergi begitu saja, yang terbayang di otakku adalah kata Hak.Mas Aris minta hak, di otaku terbayang adegan yang pernah aku baca di novel dewasa, di cium dadakan juga masih salting setengah mati, ini minta hak bisa pingsan duluan sebelum selesai, apa lagi badan mas Aris kan bagus, gimana ini kok aku yang jadi berdebar sendiri, aku harus membersihkan otak ku dengan mandi pokoknya, kuraih handuk dan peralatan mandi yang lainnya.Mas Aris kenapa minta harus bilang-bilang dulu, langsung juga pasti di kasih eh. Otaku makin gak beres, aku harus cepat-cepat beres..Clara pop End.D
Aku merapikan penampilanku ,hari ini aku ingin tampil sedikit beda, aku ingin membuat mas Aris marah dan kesal, ya syukur -syukur kalau sampai emosi.Meskipun badanku masih lelah gara-gara ah entahlah memikirkannya juga jadi malu, aku harus tetap masuk kuliah.Kakiku masih linu buat jalan, untungnya mama mertuaku yang baik hati dan tidak sombong memberikan ramuan penghilang nyeri, kayaknya mama tau aku habis di unboxing anaknya dengan kejam."Habiskan ini nak, biar rasa sakitnya cepat hilang."ucap mamah mertuaku, melihatnya jadi ingat emakku, nanti habis kuliah aku harus ve dia."Iya mah, makasih."aku mengambil minuman itu dan segera meminumnya, jangan di Tanya rasanya seperti apa, rasanya seperti janji-janji manta dulu, manis -manis sepet pahit.Pagi tadi saat Bangun tidur badanku remuk semua rasanya, bagian kemaluanku sakit dan perih, si pelaku jangan di tanya dia ngapain aja, dia cuma natap aku tanpa kedip pula, apa aku se aneh itu?"Aris kasar sama kamu ya nak?" Pertanyaan mamah m
"Mas mau pernikahan kita di publikasikan, sayang, "ucap Aris pada Clara, Clara yang tadinya mau balik ke kelas kaget sekali, jadi alesannya ini, masnya tadi bawa dia masuk kedalam kampus pake mobilnya."Mas waras?"tanya Clara pada Aris."Kalau mau tau, mas waras atau ngk nya kemari lah, "ucap Aris sambil menyeruput kopi hitam buatan Clara.Clara menyesal, kenapa dia tidak menggantinya dengan garam tadi, biar tahu rasa dia minum kopi rasa air laut."Aku harus kuliah mas, Assalamualaikum"Clara langsung pergi, dari ruangan Aris.Satu ruangan dengan dosen menyebalkannya itu, membuatnya merasakan perasaan bumbu pecel, pedas, gurih, manis, semuanya terasa di relung hati.Sesampainya di kelas, dia jadi tatapan satu kelas, biasanya kan pada cuek, mau dia salto kek, jungkir balik kek tidur ngorok kek gak pernah ada yang peduli.Tapi sekarang setiap langkahnya Clara, selalu jadi tatapan kepo dari mereka, seperti ada harta Karun di bawah kakinya.Clara segera duduk di tempat duduknya, tapi kok a
"Mas, ngapain." Aku mundur kebelakang, ketika mas Aris terus berjalan sambil menatap ke arah ku, sehabis makan malam tadi saman kawan-kawannya dia jadi anehkan."Jadi kamu terpaksa nikah sama mas, " Ucap mas Aris, aku kepentok di dekat pintu kamar mandi."Awalnya sih mas, tapi sekarang enggak, "Aku jawab jujur aja ah, takut mas Aris hilap dan skripsiku di tahan kelak.Mas Aris masih berdiri di depanku, tangannya menghalangiku, dari arah kiri dah mana. Dia gak ngomong apa-apa cuma diem."Mas, ".."Hmm""Ngejauh gak, " Aku sesak banget liat badan mas Aris yang gede, gede sama otot-otot nga gatal kali nih tangan pingin ngeraba eh, tapi jangan deh, jaga harga diri."Kenapa harus ngejauh? " Tanya Mas Aris, aku gak punya alasan logis lagi, masa iya harus mempermalukan diriku sendiri."Aku mau kentut, " Balas ku dengan wajah panas, menahan rasanya malu sekali."Tinggal kentut. " Ucap mas Aris gampang.Gampang kali dia kalau ngomong, tak tau perasaan ku membuncah, ingin menyentuh tubuhmu mass.
Aku tiduran sambil menunggu mas Aris, bikin bubur Ayam.wajah kaget mas Aris, masih terbayang jelas.Ya walaupun tidak kentara, Laki-laki itu terlihat nge lag dikit, pas aku cium, habis itu dia langsung pergi keluar, tanpa berkat-kata lagi.Aku merem melek, sampai tak sadar aku tertidur kembali dengan lelap.Pas aku terbangun, aku melihat mas Aris telah membaca sesuatu, di meja yang biasanya aku pake buat belajar."Mas? " Panggilan dari ku, membuat Mas Aris terbangun. Dia menyimpan berkas yang tengah dia baca.. "Sudah bangun?" Mas Aris malah balik bertanya."Sudah mati mas." Jawab ku iseng, malah kena tatapan maut kan sama dia."Kalau bicara itu yang baik. " Sindirnya, lalu aku balas dengan huha-hehe aja.Mas Arus menghampiriku, dia meraba keningku dan membantuku duduk di ranjang.Kemudian dia menyuapi bubur."Enak gak mas buburnya. " Aku terus saja mengusilinya, mas Aris menatapku datar tanpa Ekspresi, pas aku makan satu suapan kok rasanya aneh, gak kerasa apa-apa."Mas kok buburnya
"Cla-Clara." Raditya terus mengejar Clara.Clara POV.Aduh malah ketemu Radit disini pula, Bagaimana kalau dia terus membuntutiku.Tuh kan bener dia mengikutiku, gak ada kerjaan sama sekali, biasanya kan dia kumpul sama kawan-kawannya."Apa? " Tanyaku pada dia, kepalaku mendadak pusing melihat dia membuntutiku."Kenapa gak kuliah?" Tanyanya lagi, aku males kalo menjawab, pengen minum air kelapa aja sampai habis."Bukan urusan mu? " Jawabku. Raditya malah tertawa tengil, dia terus membuntutiku, bikin aku risih kali."Tinggal di mana sekarang?" Tanyanya lagi. Kenapa sih dia, dulu aja terang-terangan tidak suka aku, sekarang malah membuntutiku kaya gerombolan semut hitam, aku tau aku manis tapi gak gini juga kali"Di kolong jembatan.' "Jawabku asal, tidak mungkin aku bilang tinggal bersama pak dosen, bisa satu kampus gosipnya nyebar."Di rumahku aja yuk ada kamar kosong. " Ucapnya sok jadi pahlawan, gak peka banget sih dia, orang risih masih aja di deketin."Jadi pembantu kau kan? Tebak
"Mas, kayaknya aku telat. ""Telat bayar hutang? " Tanya Aris sambil menatap mata Clara."Telat datang bulan."jawan Clara, Aris langsung memeluk Clara, Clara kaget'bukan main."Mas marah."tanya Clara,"Kenapa harus marah, mas seneng karna ada hasilnya juga." balas Aris sambil menyentil kening Clara."Hasil apa, di kira tanaman?" Clara ngomel, Aris mencium pipi jidat dan bibirnya."Hasil tanam cinta. "bisik Aris , Dan satu pukulan bantal mengenai wajah Aris, akibat Clara terlalu salting."Hahahaha. "Aris tertawakan renyah, kemudian dia menarik Clara kedalam pelukanya lagi."Tidurlah. "Ajak Aris, dia memejamkan mata, tapi pikirannya kemana-mana, banyak cabang yang iya pikirkan dan salah satu di antaranya adalah Clara." Mas mau nidurin aku gak? " "Omonganya Clara ambigu banget , bikin orang yang dengar salah paham." Nidurin gimana? "Tanya Aris sambil tersenyum geli." Iya bikin aku tidur, soalnya gak ngantuk. "Ucap Clara sambil ngedusel di perut bagian atas milik Aris.Aris berbisik p
"Bisa buatkan kopi. "Dia segera bangkit dan mengiyakan, raut wajahnya tidak kesal, kepaksa atau suka, dia datar-datar saja, gak bisa di tebak perasaannya seperti apa."Iya Pak. " Jawabannya dengan suara yang amat sangat lembut, tidak di lembut-lembutkan atau di manis-maniskan."Antarkan ke ruangan saya. Jangan lupa kopi hitam tidak manis dan tidak pahit"Dia berkata iya, setelah itu berjalan menuju pantry."Wei Aris, ngerjain anak baru eh. " Leo memang hobi nggetin orang."Sok tahu. "Lalu berjalan menjauhi Si leo menyebalkan yang tukang nyebarin rumor sembarangan."Atau jangan kau tertarik pada dia. "Tebaknya dengan nada alis yang di angkaat, raut wajahnya meledek" Berisik. "Ku lanjutkan perjalanan kakiku menuju ruangan ku, ku perhatikan semuanya, semua tingkah para mahasiswa dan mahasiswi itu, tapi tak ada yang seperti perempuan itu dalam segala hal.Kalau di bilang cinta pada pandangan pertama, ngak, bisa di bilang ke arah tertarik.Pas dia datang dan membawa kopi, ku Jaga image d
Sayaaangnya Clara, Clara menatap layar laptop itu dengan jenuh, pak Leo menjelaskan dengan payah batin Clara, baru jam 10 pagi, tapi hatinya Clara udah kangen sama Aris.Dia ngambil hpnya, HP pemberian Aris beberapa hari yang lalu, walaupun ngasihnya diam-diam, tapi seneng juga sih."Mas, kapan balik, " Clara tersenyum tipis dia ngirim juga foto selfie.Setelah itu Clara menutup hpnya, dan kembali menatap layar laptopnya, Clara memaki leo diam-diam."Kapan sih selesainya hadeh." Padahal dulu Leo adalah dosen kesayangannya, tapi sekarang kok melihat dia membosankan sama sekali. Yang ada di benaknya cuma Aris saja seorang tak ada yang lain, Clara niat nya mau berdiri kok tiba-tiba pusing keleyengan.Sementara itu di tempat Aris.Aris yang tengah mengajar dengan konsentrasi, di kagetkan oleh notifikasi hpnya sendiri.Hampir saja dia melemparkan hpnya, jika saja tak melihat notifikasi hpnya dari siap, Aris tersenyum kecil, ketika melihat Foto Clara mana pose manja, dia jadi pengen buru-bu
Clara merasakan hal aneh, kok bisa-bisanya dia mau mandi sama Aris, padahal biasanya dia anti banget mandi sama Aris."Kamu beneran mau mandi sama mas? " Tanya Aris meyakinkan Clara ."Iya mas, biar tidurnya nyenyak, tapi mandi doank." Clara mengingatkan Aris, agar dia tidak macam-macam padanya." Baiklah, masuk bath up duluan, mas atur dulu suhunya. " Ucap Aris, dia mengatur suhu air Bath up, serasa air hangatnya sudah nyaman untuk di pake mandi, Aris menyuruh Clara untuk mandi duluan."Masuk duluan. "Ucap Aris, tapi tiba-tiba Clara bilang ssuatu yang membuat Aris kaget, nada manjanya bikin hati Aris berdesir hebat."Gendong mas. "Ucap Clara ." Iya mas buka baju dulu. "..Ujar Aris, dia baru saja melepaskan baju atasannya. Clara sudah langsung nemplok di pinggangnya. Mau tak mau Aris tersenyum tipis, setipis benang woll."Gak sabaran, "komentar Aris, yang di balas Gombalan receh ala Clara ."Bau badan mas enak. "Balas Clara , dia malah mencium bau tubuh Aris dengan sengaja." Udah-u
Clara Pov."Sayangnya mas, " Dua kata itu terus terngiang-ngiang di otaku. Mana perjalanan panjang lagi, hampir seharian dari depok ke Malang, aduh ini kepala sudah puyeng bukan main."Kamu kenapa?" Tanya Mas Aris, mungkin dia melihatku yang sudah lemah tak berdaya mau muntah."Mau muntah Mas, " Ucapku, aku gak tahan lagi, bodo amat kalau mau di ledek. Tapi raut wajah Mas Aris terlihat biasa aja,Mas Aris memberhentikan mobil yang kami tumpangi di dekat warung jalanan."Kenapa gak ngomong, kalau mabuk naik mobil. " Ucap Mas Aris, setelah aku dan dia istirahat di tepi jalan."Memang kalau aku bilang, gak ada jaminan mas ngeledek. " Ucap ku, malah sedikit emosi, mual dan pusing, rasanya mau ngeluarin semua isi perut.Terdengar Mas Aris menghela nafas, dia mengambil sesuatu dari dalam mobil, yang ternyata botol minum, serta obat anti baper, eh bukan tapi anti muntah karna mabuk kendaraan"Trauma sekali sama mas ya, " Ucap mas Aris padaku, dia memberikan obat serta air putih."Gimanaa gak
Aku belum paham, dengan apa yang di omongin mas Aris tadi."Mas mau pergi, terus aku sama siapa?" Aku menatap nya dengan mata-mata berkaca-kaca.Mas Aris mengusap rambutku dan menyelipkan rambutku ke belakang telinga."Ada mas." Jawab Mas Aris,"Mas Aris kan mau pergii, terus aku di rumah sendiri. " Aku menatap mas Aris sedih."Enggak sendiri, ada Arieskan. "Ujar Mas Aris meyakinkan."Ya kalau sama Arieskan gak bisa ketekan mas. " Ucapku yang malah membuat Mas Aris tertawa, seumur aku kenal dia, baru kali ini aku melihat Mas Aris tertawa sampai giginya keliatan."Ketekan yang begini" Ucap Mas Aris, sambil memasukkan ku kedalam keteknya."Mas ketekmu bany-Belum selesai aku ngomong dia main cium aja, udahlah dia mah pasti mau minta jatah, ujung-ujungnya, untung dia ganteng, untung aku juga sayang.Clara Pov end.Aris mencium aroma tubuh Clara. Dia menarik selimut untuk menyembunyikan kegiatan mereka."Mau ngapain mas. " Tanya Clara pura-pura polos."Entah." Aris kembali mencium Clara, C
"Kalau dulu sih ada? " Ucapku jujur, aku tak percaya melihat sisi lain mas Aris, dia cemburu atau Bagaimana sih, Mas Aris yang tadi siang nyuruh aku berdiri di Koridor."Siapaa?" Tanya Mas Aris lagi, Nah kan kenapa lagi nanya yang udah lama."Itu gak ada hubungannya sama mas, lagian udah gak ada mas, " Ucapku menjelaskan padanya. Tapi ternyata kesalah pahaman itu terus berlanjut."Mas lebih baik makan dulu, debatnya lanjut nanti lagi. "Ucapku, aku menarik tangan Mas Aris, Mas Aris gak nolak dia ngikutin aja tanpa bicara apa-apa lagi.Dia itu cemburu atau bagaimana sih, terus kalau cemburu masa sama foto masa lalu, ada-ada saja dia nih.Aku nyuruh duduk dulu di meja makan, si Aries juga kemana gak keliatan, gak sempat masak aku bikinin yang mudah aja tapi sehat. Bikinin telor ceplok sama kecap aja, terus di tambah nasi panas, sambal, irisan mentimun sama kerupuk."Makanan apa ini?" Tanya Mas Aris, pasti dia belum pernah makanan orang miskin. Aku ambilkan nasi dan telor ceplok padanya,
"cowok dari mana mas?"aku malah balik nanya kedia, kok bisa-bisanya dia nuduh aku suka sama cowok lain."Jangan bohong, "tanyanya lagi, malah makin seremkan, Tapi kenapa harus takut, toh aku memang gak buat salah apa-ара."Bohong apa mas?'aku malah balik nanya, toh memang gak ada cowok lain, boro-boro ngejar cowok lain, ngejar cicilan kuliah juga susah bukan main, itu dulu, ya Sekarang beda lagi kan udah ada yang nanggung, ngapain ngutang-ngutang lagi kan.Mas Aris mendekatiku, wajahnya begitu dekat, dia mengamati wajahku dengan tajam."Mas gak percaya?"tanyaku, tapi mas Aris hanya diam tak bergerak dia terus mendekatkan wajahnya ke arahku, kemudian dia menampilkan wajah yang berusaha menahan tawanya.Apasih, dia memang gak jelas banget atau memang aneh."Mas ka-Mas Aris tiba-tiba aja mendekatiku, bukan hanya wajahnya, tapi gerak tubuhnya juga ikut mendekatiku, dia mau apasih, ini masih di kampus, masa dia mau minta jatah di sini, bagaimana kalau ada yang ngintip dan ngelaporin ke pi
Udah di bilangin juga pada gak percaya, malah ngomongin aku ngaku-ngaku.Iyasih mana ada orang yang percaya, Perempuan dekil dan miskin seperti ku, bisa menikahi pria macam pak Dosen, aku sendiri juga tak percaya apa lagi orang lain.Aku melangkahkan kakiku dengan gontai melewati ruangan para dosen, Eh gak sengaja malah nabrak badan seseorang, dari parfumnya aku mengetahuinya."Pak Aris maaf, "aku segera menghindar mas Aris yang tengah berjalan dengan dosen lainnya, Tapi kayaknya mas Aris gak mau ngasih jalan deh.Para dosen sih udah tahu kami sudah nikah, tapi para mahasiswanya di kasih tau juga gak ada yang percaya."Mau ikut makan siang bareng ,"ajak Pak Leo, duh ganteng banget sih laki orang, aku melihat mas Aris yang menatapku aneh."Ga-"Udah ikut ajalah, gak usah dipikirin mahasiswa lainnya." sekarang Bu dosen yang cantik dan ramah itu, ramahnya pas bukan jam pelajarannya itu menarik tanganku buat ikut mereka.Kalau begini, aku tak bisa menghindari, dan mengelak lagi dari gosip