Share

Agen Rahasia

Penulis: eyes0cream
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ada banyak restoran mewah di 5th Avenue, lingkungan kelas atas yang berada di sisi timur Brightcrown City. Salah satu restoran bintang lima yang paling sering dikunjungi warga lokal dan wisatawan di sana adalah The Dorchester. Alasan utamanya, selain tentu saja menu mewah yang ditawarkan restoran itu, adalah letak strategisnya. The Dorchester berdiri dengan kokoh dan penuh hormat di hadapan King’s Garden dan hanya berjarak kurang lebih 1,6 kilometer dari toko-toko desainer dan stasiun kereta bawah tanah East Brightcrown Tube.

Saat ini, di dalam restoran yang penuh dan ramai itu, seorang wanita yang belum lama ini menginjak usia dua puluh tiga tahun sedang mencuri dengar pembicaraan dua laki-laki berkulit putih yang duduk di meja dekat jendela—meja di depannya. Dari cara si laki-laki berbadan besar berbicara dengan bahasa tubuhnya, dia terlihat lebih menguasai suasana dan memiliki kekuasaan yang lebih dari si laki-laki bermata miring yang bertubuh lebih pendek yang duduk di depannya—yang dipanggilnya dengan sebutan Ivanovich. “Perubahan rencana,” kata si laki-laki berbadan besar yang hanya bisa dilihat punggungnya oleh si wanita.

“Jadi bagaimana?” tanya Ivanovich dengan dahi berkerut.

“Ikutlah bersamaku untuk menemui gadis itu.”

Laki-laki bermata miring itu terlihat sedikit cemas tapi segera mengangguk.

“Baiklah,” kata si laki-laki berbadan besar, “kita sebaiknya pergi.”

Dia memanggil pelayan dan meminta bon. Si wanita melakukan hal yang sama, dan beberapa saat kemudian setelah dua laki-laki itu beranjak dari duduknya, dia mengikuti mereka menuruni tangga.

Ivanovich dan rekannya berjalan dengan cukup cepat menuju pintu masuk kereta bawah tanah East Brightcrown Tube. Si wanita melebarkan jangkauan kakinya dan dengan gesit, dia melewati beberapa pejalan kaki yang memenuhi tangga menuju lantai bawah. Hanya perlu beberapa langkah berikutnya dan dia telah berada tepat di belakang Ivanovich yang sedang membeli tiket kereta. Dia meminta tiket kereta kelas satu menuju Mamonaku yang berangkat pukul dua lebih lima belas menit siang pada petugas jaga. Si wanita kemudian melakukan hal yang sama.

Setelah berada di peron, Ivanovich melihat jam tangannya dan menghela napas dengan berat, “Kita masih harus menunggu.”

“Bukan masalah,” jawab si laki-laki berbadan besar.

Dua laki-laki itu tetap berdiri di peron sambil sesekali melakukan pembicaraan ringan yang segera berubah menjadi sebuah perdebatan kecil karena Ivanovich memutuskan untuk tetap tinggal. Mendengar perubahan rencana itu, si wanita mengambil ponselnya dan segera melakukan panggilan.

“Rita, kau bisa mendengarku?” tanya si wanita.

“Dengan jelas, Nona.” Jawab suara dari seberang telepon.

“Kau bisa melihat mereka berdua?”

“Sedikit lebih jelas daripada yang bisa Nona lihat.”

“Baiklah. Sepertinya hanya Ludwig yang akan pergi. Aku akan mengikutinya.”

“Kalau begitu buruan saya adalah si mata miring.”

“Ya, aku percayakan Ivanovich padamu.”

Delapan menit kemudian kereta menuju Mamonaku tiba. Ludwig, si laki-laki berbadan besar, segera melangkah masuk—meninggalkan rekannya yang masih berdiri di peron dengan wajah tidak menyenangkannya. Si wanita berjalan melewati Ivanovich dan mendengar sesuatu yang terucap darinya, “Kita sedang diikuti!”

Kalimat yang meluncur dengan cepat itu menciutkan hati si wanita seketika itu juga. Dia sedikit gemetar ketika melangkahkan kakinya ke dalam kereta, dan tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan mata Ludwig yang begitu waspada. Dengan cepat si wanita segera menyamarkan keberadaannya di antara penumpang kereta dan mengambil tempat duduk yang masih kosong untuk mengatur napasnya. Setelah memastikan jika Ludwig tidak melakukan pergerakan yang dapat mengancam dirinya, si wanita mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan untuk Rita:

Berhati-hatilah. Ivanovich menyadarinya. Hubungi V jika perlu.

Kereta segera melaju setelah satu menit berlalu dan tidak ada yang mengesankan dari perjalanan mereka. Dalam tujuh menit, kereta akhirnya berhenti di stasiun kereta bawah tanah Mamonaku. Sesaat setelah pintu kereta terbuka, Ludwig segera melangkahkan kakinya dengan cepat dan hilang di kerumunan. Si wanita berusaha mengejar bayang-bayang laki-laki berbadan besar itu dan terlihat olehnya jika Ludwig telah berada di tangga keluar stasiun. Dengan susah payah, dia segera mengejarnya.

Pintu keluar stasiun itu terletak di pusat kota Mamonaku—yang merupakan kota terpadat kedua setelah Brightcrown City. Tidak jauh dari tempat si wanita berdiri, ada sebuah stan minuman dingin bernama Moonlit Alley yang sedang ramai pengunjung. Ludwig menuju tempat itu dan melambaikan tangannya. Seorang pemuda kurus dan tinggi keluar dari Moonlit Alley. Mereka berdiri di samping stan dan mulai berbincang.

Si wanita masuk ke dalam antrean dan memperhatikan Ludwig dan lawan bicaranya yang merupakan salah seorang staf Moonlit Alley. Pemuda itu berdiri dengan tidak nyaman dan terlihat sedang berusaha sekuat tenaga melawan rasa takutnya—tapi entah mengapa sebuah senyum tipis sempat terukir di wajahnya. Obrolan mereka berubah menjadi sebuah tanya jawab mengenai sesuatu, karena si pemuda beberapa kali mengangguk dan menggelengkan kepalanya. Termakan oleh rasa penasaran yang tidak lagi bisa dibendungnya, wanita itu bergerak sedikit keluar antrean untuk bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, tapi situasi jalanan yang padat hari itu mengaburkan suara mereka berdua.

“Katakan padanya untuk segera menemuiku malam ini.” Perintah Ludwig.

“Baik,” jawab si pemuda yang sedikit menunjukkan perasan lega.

Antrean di depan wanita itu mulai berkurang dan tepat setelah Ludwig meninggalkan si pemuda, wanita itu mendapat giliran. Seorang staf wanita berambut pendek sebahu menyapanya. Sambil sesekali melirik Ludwig yang telah berjalan menjauh, si wanita segera membuat pesanan.

“Nama Anda?” 

“Azalea.”

Wanita itu menuliskan nama pelanggannya yang terlihat gelisah dengan segera, “Baiklah, small cup Matcha Frappucino atas nama Azalea. Silakan.”

“Terima kasih,” kata Azalea sambil mengulurkan uang.

Di kejauhan, sebuah taksi berhenti tepat di mana Ludwig memanggilnya. Laki-laki berbadan besar itu masuk dan taksi mulai berjalan. Ada dua taksi dibelakangnya, tapi dengan segera telah memiliki penumpang.

“Sial,” gumam Azalea.

Dia berpikir sejenak dan menoleh ke Moonlit Alley yang masih ramai pengunjung. Azalea tersenyum dengan tidak percaya ketika diingatnya kembali perintah V untuk mengawasi stan itu, “Dasar, jangan bilang kalau dia telah memperkirakan kegagalanku di sini.”

Di sisi lain, Rita menghadapi petualangannya sendiri. Setelah keluar dari East Brightcrown Tube, tidak terlalu sulit baginya untuk mengikuti Ivanovich. Laki-laki itu berjalan sedikit memutar untuk mencapai King’s Garden. Dia kemudian mencari-cari bangku taman dekat pepohonan dan mulai merokok sambil memeriksa ponselnya. Beberapa menit berlalu dan tidak ada perubahan. “Waspada sekali,” pikir Rita yang mulai bosan.

Ivanovich akhirnya beranjak dari tempatnya duduk. Dia berjalan dengan cepat menuju pintu keluar dan memanggil sebuah taksi. Rita langsung saja mengekor laki-laki yang masih terlihat waspada itu, dan untungnya ada taksi lain yang berhenti untuknya.

“Ikuti taksi itu.” Perintah Rita. “Jangan sampai kehilangan jejak.”

Si supir tua tidak terlalu ingin tahu. Dia hanya menganggukkan kepalanya dan mulai mengikuti taksi di depannya. Lima belas menit berikutnya taksi Ivanovich masuk ke dalam lingkungan perumahan kelas atas—Paradis Hill.

Paradis Hill  merupakan perumahan dengan satu pintu masuk dan keluar—yang terbagi menjadi dua bagian; UpHill, yang terpenjara oleh pohon-pohon pinus, dan DownHill, sisi yang mengarah ke sebuah danau.. Perumahan itu hanya memiliki delapan bangunan kuno yang saling berjauhan letaknya. Masing-masing bangunan dimiliki oleh seorang bangsawan yang terlalu aristokratis untuk tinggal berdampingan dengan masyarakat pada umumnya. Rita memutuskan untuk turun di pintu masuk sebelum taksinya menjadi pusat perhatian. Dia kemudian merapikan pakaiannya dan mulai berjalan menyusuri trotoar perumahan itu hingga tiba di sebuah pertigaan. Rita berdiri mematung dan mengawasi dua cabang jalan dan menunggu.

Tidak berselang cukup lama hingga Rita melihat taksi yang membawa Ivanovich muncul di kejauhan dari cabang jalan UpHill. Saat taksi itu melewatinya, dia tidak melihat seorangpun di kursi penumpang. Rita merasa puas dengan sebuah dugaan yang muncul dipikirannya, tapi dugaan itu segera dihapusnya saat itu juga. “Buntu, eh,” pikirnya. Dia kemudian memutuskan untuk mengakhiri petualangannya sore itu dan menghubungi V.

Bab terkait

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Wisteria Manor

    IPagi itu Rita sedang menyiapkan sarapan ketika dia mendengar Azalea menggerutu di ujung lorong. Wanita itu kemudian menyerbu ruang makan layaknya miniatur tornado. Dia berjalan sempoyongan dan terpincang-pincang setelah pulang dengan kaki terkilir beberapa jam sebelumnya. Ditunjukkannya layar ponsel wanita yang sedang kesal itu kepada Rita.Wisteria Manor. Pukul 10:15.—V“Ternyata memang tidak ada waktu untuk istirahat,” keluh Rita.Azalea duduk dan menyantap telur goreng dan roti panggangnya yang sudah siap di atas meja. Rita meletakkan secangkir teh mint di hadapannya dan kembali sibuk dengan urusannya sendiri. Segera setelah Azalea selesai dengan sarapannya, dia mengeluhkan pesan V.“Ah, nggak tahu deh harus gimana.”“Saya merasakan hal yang sama—”“Kau kehilangan jejaknya?”“Lebih tepatnya, saya memilih untuk tidak bertindak lebih jauh.”“Begitu? Di mana terakhir kali kau melihatnya?” tanya Azalea yang penasaran.“Paradis Hill.”Azalea bersiul ketika mendengar nama itu.“Seleran

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Ingatan Lady Viscaria

    Godfrey masuk membawakan sebuah set peralatan minum teh. Dituangkannya teh Chamomile yang masih panas itu ke dalam dua cangkir berwarna keemasan. “Terima kasih, Godfrey,” puji Lady Viscaria. “Kau bisa tinggalkan tekonya di sini.” Tanpa berkata sepatah katapun, kepala pelayan itu segera memberi hormat dan meninggalkan ruangan. “Ini ada hubungannya dengan sebuah kasus yang pernah Dia tangani beberapa tahun yang lalu—yang melibatkan seorang Perdana Menteri, istrinya dan seorang wanita yang menjadi guru les anak-anak mereka,” jelas Lady Viscaria. “Indikasinya memang tipis, samar—tapi Dia yakin jika Ludwig dan komplotannya ada di balik kasus itu.” “Apa yang terjadi?” tanya Azalea dengan tidak sabar. “Pernah dengar nama Regen Whetherby? Dulu pernah menjabat sebagai seorang Perdana Menteri.” “Maksudmu si public figure yang, rumornya, memiliki kekuatan yang setara dengan kaum bangsawan itu?” “Oh, tentu jika kau lebih mengenalnya seperti itu,” gerutu Lady Viscaria. “Tentunya, tidak asin

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Hanya Sebuah Dugaan

    Lady Viscaria mengambil teko teh dan menuangkan isinya ke cangkirnya yang telah kosong. Aroma teh Chamomile itu memanjakan saluran pernapasan si wanita paruh baya. “Ludwig,” ulang Azalea dingin. “Nah sekarang, apa yang kau ketahui tentang kasus keracunan yang menggemparkan itu?” Azalea mengeluarkan ponselnya dan membuka catatan yang telah dibuatnya. “Well,” ucap Azalea yang sedikit ragu. “Seperti yang kau ketahui, baru-baru ini ada kasus keracunan di sebuah coffee shop yang berada tidak jauh dari The Dorchester. Korban adalah Frederica Whetherby, anak seorang public figure ternama yang merupakan mahasiswi jurusan kedokteran yang baru saja memperoleh medali emas dalam International Microbiology, Parasitology and Immunology Competition. Tiga orang yang diduga sebagai pelaku—selain staf coffee shop itu tentu saja, adalah Emily Jess, Kay Hargreaves dan Bennett Reonardo.” “Siapa mereka?” tanya Lady Viscaria. “Kay Hargreaves adalah anak ketiga Jenderal Hargreaves—dia cukup terkenal di

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Bagaimana Segalanya Berubah Kacau

    Waktu berlalu—dengan cukup relatif, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang ahli fisika. Bagi Azalea, menunggu itu membosankan—maka waktu terasa begitu lama berlalu. Di sisi lain, waktu terasa begitu cepat berlalu bagi Rita yang sedang bergumul dengan komplotan penjahat di lokasi yang telah diberitahukan Albert. Ketika malam tiba, Azalea diminta untuk menunggu di ruang baca sementara Lady Viscaria menyiapkan diri untuk menghadapi seorang tersangka pembunuhan berencana yang pernah berada di bawah perlindungannya. Malam yang sunyi dan tenang itu menjadi gaduh ketika Vivian membawa masuk dua wanita yang terlihat sangat kacau ke ruang baca. “Astaga, Rita!” pekik Azalea. Rita menggelengkan kepalanya dan melirik wanita di sampingnya—yang mengalungkan tangannya di bahu Rita karena kelelahan dan shock berat. Azalea mengerti dan langsung merangkul Emily yang hampir kehilangan kesadarannya. Dituntunnya wanita itu dan disandarkannya punggung Emily ke kursi malas. “Brandy, Vivian! Brandy!

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Obrolan Ringan Saat Minum Teh

    Setelah dua hari ‘dikurung’ di Wisteria Manor untuk mengurus dan mempersiapkan berbagai hal, pada tanggal dua puluh tiga April 2024 pagi, Emily—ditemani Azalea, menyerahkan diri pada polisi dan juga membeberkan rahasia gelap sang public figure ternama. Mendengar berita tersebut, pendukung Regen Whetherby terpecah menjadi dua bagian; mereka yang mengutuk Emily Jess karena telah berkata dusta, dan mereka yang mulai ragu-ragu dengan dukungan mereka untuk si public figure. Publik mulai berdatangan dan bertingkah layaknya mayat hidup di depan gedung kepolisian Brightcrown City. Sialnya, kemarahan masyarakat Brightcrown City bukan hanya satu-satunya yang harus dihadapi para polisi. Jenderal Hargreaves murka setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Alasannya adalah pencemaran nama baik putri kesayangannya, yang selama menjadi tersangka terus merengek pada ayahnya yang ‘hebat’ untuk segera melakukan sesuatu. Bahkan pada akhirnya, sang Jenderal melampiaskan emosinya pada Regen Whetherb

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Nilai Sebuah Kehidupan

    I 17 April 2024 Starvale Medical Center merupakan rumah sakit yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas kesehatan modern yang terletak di Starfell Valley—dulunya adalah sebuah kota kecil bernama Peonia yang dibentengi pegunungan. Rumah sakit ini telah berhasil menyelamatkan ratusan—bahkan mungkin ribuan nyawa yang bukan hanya penduduk Starfell Valley saja tapi juga pasien-pasien dari berbagai macam kota lainnya. Namun, Starvale Medical Center memiliki sisi gelap yang hanya diketahui oleh para pejabat rumah sakit itu beserta beberapa dokter-dokter tertentu. Salah satu dokter yang terjebak di dalam kesialan itu adalah seorang dokter spesialis neurologi bernama Daniel Blalock. Usianya yang terbilang cukup muda untuk menjadi seorang ahli neurologi dan dedikasinya yang luar biasa di bidang tersebut berperan cukup signifikan dalam perjalanan karirnya. Sayangnya, bukan sesuatu yang baru ketika seorang dokter muda berbakat sepertinya terbelenggu oleh kemunafikan para pejabat rumah sa

  • THE FRAPPUCINO MURDER   The Aftermath

    Tiga minggu setelah pengakuan Emily Jess tentang perbuatannya yang telah menewaskan Frederica Whetherby dan apapun yang terjadi di masa lalu—yang menyangkut tragedi keluarga Whetherby, kedua orang tua angkat Emily datang berkunjung ke Wisteria Manor untuk berkonsultasi. Lady Viscaria menemui mereka di ruang bacanya tanpa menunjukkan minat terhadap apapun yang ditawarkan pasangan Jess itu. “Saya katakan sekali lagi, Lady Viscaria,” ucap sang suami. “Kami membesarkan Emily tidak dengan mendoktrinnya untuk melakukan balas dendam. Sungguh, dia anak yang manis dan penurut. Kami begitu menyayanginya dan benar-benar berharap agar Emily mendapatkan lingkungan dan pendidikan yang terbaik. Kami rasa—” “Tuan dan Nyonya Jess,” potong Lady Viscaria. “Dari pengalaman yang Dia miliki dalam urusan ini, siapapun dapat melakukan apapun selama mereka memiliki motif dan kesempatan untuk melakukannya. Selain itu, perlu dipahami jika trauma masa lalu Emily—yang jelas-jelas telah menyulut api balas dendam

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Gambler

    NARASI ZAYLIE Kamis, 18 Desember 1986/10:44 Malam Sembilan tahun yang lalu aku akan sedang berbaring di bawah jembatan lengkung tua yang tidak jauh dari rel kereta karatan tempat berakhirnya orang-orang yang hobi bunuh diri. Entah apa yang mereka rasakan ketika mengetahui kereta yang melalui rel karatan itu sudah tidak dioperasikan lagi. Biasanya, akan membutuhkan tiga hingga empat hari sampai ada petugas kebersihan dengan anjing yang terus menyalak untuk datang dan memungut seonggok daging busuk dari rel karatan itu. Saat berjalan pulang, sesekali petugas kebersihan itu akan melirikku untuk memastikan apakah aku masih hidup. Aku akan melambaikan tangan dan tertawa riang untuk memberikan jawaban dari pertanyaannya. Kemudian, si pemilik wajah yang sama dengan orang-orang dengan hobi aneh itu akan menunjukkan rasa tidak puas karena melihatku masih bernyawa. Sekarang, di sinilah aku berada. Tempat ini berbentuk persegi panjang dengan satu pintu di bagian selatan yang diapit dua jendel

Bab terbaru

  • THE FRAPPUCINO MURDER   The Starting Line

    Sebelas Januari di tahun itu merupakan sebuah hari di mana Brightcrown City menerima ucapan selamat tahun baru yang mengejutkan dan mematikan. Melihat bagaimana kondisi stasiun kereta bawah tanah East Brightcrown Tube setelah terjadinya ledakan gas beracun dan sebuah taksi yang secara tiba-tiba meledak dan terbakar di jalan berliku menuju Paradis Hill—siapapun pelakunya, mereka telah benar-benar berhasil melukai hati Lady Viscaria dan para penduduk kota itu. Kepolisian Brightcrown City, tentu saja, menjadi sebuah neraka yang dipenuhi orang-orang dengan emosi yang hampir tidak terkendali setelah laporan terjadinya dua insiden itu masuk dari berbagai penjuru. Kekacauan yang pecah di dalam sana membuat hampir semua orang menjadi sangat sibuk. Namun, melihat bagaimana mengerikannya situasi di East Brightcrown Tube, stasiun kereta bawah tanah itu dengan jelas mendapat perhatian lebih dari para polisi dan petugas medis. Inspektur LeBlanc yang sedang menghabiskan pagi akhir pekannya segera

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Jarum di Tumpukan Jerami

    Si kembar Emily dan Barney Jess—juga Sully Anne, ditempatkan di tiga safehouse yang berbeda. Masing-masing safehouse merupakan tiga bangunan yang dari tampilannya terlihat cukup sederhana di tengah-tengah kota sehingga menjadikannya sebagai sebuah lokasi yang tidak mencolok.Kehidupan ketiga orang itu juga dapat dikatakan sangat baik bagi orang-orang yang sedang bersembunyi. Emily Jess, meskipun di larang menghubungi Keluarga Jess, menjalani kehidupan sehari-harinya dengan menekuni hobi lamanya dan sedikit melakukan eksperimen dengan senyawa-senyawa beracun atas izin Lady Viscaria. Beberapa polisi yang ditugaskan untuk tinggal bersama Emily merasa khawatir dengan apa yang dilakukan wanita itu, namun Lady Viscaria berhasil meyakinkan mereka jika Emily tidak akan menjadikan para polisi itu sebagai kelinci percobaannya.“Apakah Anda benar-benar mengizinkannya melakukan semua percobaan itu?” tanya serang polisi kepada Lady Viscaria setelah terjadi sebuah insiden kecil di laboratorium Emil

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Rencana Lady Viscaria

    Senin, 22 April 2024/09:51 MalamRuang Baca Lady Viscaria“Hanya ada satu hal yang Dia inginkan darimu dan itu bukanlah sikap keras kepala ini! Dengarkan Dia baik-baik, Emily, Ludwig adalah kriminal yang tidak boleh kita sepelekan. Bantu Dia untuk meringkusnya dengan berkata jujur.”Emily terlihat sedikit gentar dan secara perlahan benteng pertahanannya mulai runtuh. Air matanya kembali mengalir dan dengan susah payah wanita itu berusaha menenangkan dirinya.“Akan sangat masuk akal jika alasanmu melakukan semua hal tidak masuk akal ini adalah karena Sully Anne berada dalam situasi yang sulit—situasi yang berbahaya. Namun, sekali lagi Dia ingatkan bahwa wanita itu sudah berada dalam perlindungan-Nya.”Emily mengangguk dengan pasrah, lalu dia berkata, “Itu memang benar. Ludwig memang mengancam akan membunuhnya jika salah satu dari kami berdua tidak melakukan apa yang dikatakannya.”“Kami bedua?” ulang Lady Viscaria. “Kau tidak sedang berbicara tentang Sully Anne.”Lawan bicara wanita pa

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Reopening the Closed Case; Bagian Dua

    Dengan bantuan Vivian, Godfrey menyiapkan teh dan cemilan di dapur. Sedangkan yang lainnya duduk di ruang keluarga dengan ketegangan yang masih tersisa di sana.“Jadi,” ucap Azalea memecah keheningan. “Apa yang ingin kau bicarakan?”“Tunggulah hingga Dia dapat mencium aroma teh yang sedang disiapkan Godfrey.”Jawaban Lady Viscaria benar-benar tidak membantu mengurai suasana yang ada di sana. Azalea menjadi sedikit kesal dengannya dan mulai mengobrol tentang sesuatu yang hanya diketahui olehnya dan Rita.“Siapa yang sedang bersama Anda ini, Inspektur LeBlanc?” tanya Alphonse.“Oh, benar. Dia anggota baru dalam tim saya, Pearce.”Pearce mengangguk kepada Alphonse sambil tersenyum, lalu dia berkata, “Anda pasti putra Lady Viscaria. Saya tahu sedikit banyak kasus yang Anda tangani.”“Apakah Anda memeriksa latar belakang saya?”“Tentu bukan itu maksud saya,” jawab Peace cepat-cepat. “Ketika saya masih berada di Akademi, banyak orang membicarakan kehebatan Anda dalam memecahkan berbagai mac

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Reopening the Closed Case; Bagian Satu

    Rabu, 8 Januari 2025/09:17 PagiRuang Keluarga Wisteria Manor“Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku?” tanya Azalea setelah dirinya merasa cukup dengan basa basi Alphonse. “Kau membuat dirimu terdengan cukup serius tadi.”Rita melirik Alphonse dan berhenti dari permainannya.“Itu benar. Jika ini sesuatu yang serius, saya lebih baik tidak ada di sini.”Alphonse menatap kedua wanita itu secara bergantian dan berkata, “Ini tentang kasus yang kalian tangani sebelum malam panjang yang harus kalian lalui di Hawthorn Lodge.”Mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari Alphonse itu, Azalea dan Rita saling bertukar pandang. Rita mengangkat bahunya kepada Azalea—yang membuat wanita itu mengeluh dan menoleh ke arah Alphonse sambil bertanya, “The Frappuccino Murder?”“The what?” tanya Alphonse dengan bingung. “Kau nggak sedang bercanda, ‘kan?”“Aku memang menyebutnya bagitu,” kata Azalea dengan serius.Alphonse hampir tertawa namun disadarinya bahwa tatapan Azalea dan Rita benar

  • THE FRAPPUCINO MURDER   22 April 2024

    09:33 MalamDengan langkah pendek dan berat, Emily Jess berjalan menuju ruang baca Lady Viscaria. Sesekali dia akan berhenti dan melihat ke luar jendela yang berada di sisi kirinya. Malam itu begitu sunyi dan menyesakkan—hampir-hampir membuat kedua tangan dan kakinya tidak berhenti bergetar. Emily menggenggam tangannya erat-erat di dekat dadanya dan melanjutkan langkah kakinya.“Rasanya seperti sedang menuju tiang gantungan,” gumam Emily.Wanita itu berhenti di depan pintu ruang baca dan memberanikan diri untuk mengetuk. Beberapa saat dia menunggu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Emily mengetuk sekali lagi dengan sedikit lebih keras.“Masuk,” kata suara dari dalam ruang baca.Mendengar suara Lady Viscaria yang begitu dingin dan tegas, Emily segera membuka pintu dengan hati-hati.Ketika pintu terbuka, kondisi di ruang baca cukup mengejutkan Emily.Tidak ada satupun lampu di ruangan itu yang menyala—perapian pun tidak. Satu-satunya cahaya yang menerangi sebagian tempat itu adalah caha

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Alphonse Ingin Terlibat

    Sebuah mobil polisi memperlambat lajunya ketika berbelok memasuki gerbang Wisteria Manor yang terbuat dari bebatuan setinggi satu meter dengan tiang-tiang besi yang tertancap padanya membentuk sebuah pagar kokoh mengitari kediaman sang detektif. Jalan masuknya yang sedikit berputar mengitari taman bunga dan pepohonan wisteria membuat siapapun yang datang berkunjung akan secara tidak langsung menikmati keindahan pemandangan itu.“Sudah lama saya tidak mengunjungi tempat ini,” kata seorang polisi yang duduk dibelakang kemudi sambil sesekali mengagumi lingkungan tempat tinggal Lady Viscaria.“Kau berbicara seolah-olah ini adalah sebuah lokasi wisata,” sindir Inspektur LeBlanc. “Perhatikan saja jalannya, aku tidak ingin membuat masalah dengan wanita itu.”Polisi yang sedang mengemudi itu tertawa mendengar kata-kata atasannya yang hampir tidak pernah didengarnya ketika sedang bertugas.“Saya selalu menikmati kunjungan ke Wisteria Manor karena selain tamannya yang indah, saya berkesempatan

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Di Meja Makan

    Ruang makan Wisteria Manor terletak di lantai satu—tepatnya di sebelah kanan foyer. Ruangan itu berbentuk persegi panjang dan memiliki dua sisi terbuka berbentuk L di mana sisi lebarnya menghadap tangga di foyer yang menuju ke lantai dua, sedangkan sisi panjangnya menghadap ke dapur. Malam itu merupakan salah satu malam yang cukup tenang dan hangat di kediaman Lady Viscaria yang hampir setiap waktunya menerima surat-surat berisikan permohonan penyelidikan dan lain sebagainya. Malam itu, Lady Viscaria meletakkan topengnya dan tersenyum dengan kepuasan yang terasa asing. “Ini malam yang menyenangkan,” gumamnya. Dilihatnya Vivian dan Rita yang sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk malam itu sambil sesekali bercanda—yang tentu saja membuat Vivian sering melirik majikannya karena bertingkah saat bekerja. Namun, Lady Viscaria berpura-pura untuk tidak melihatnya dan sebisa mungkin tidak memunculkan pandangan penuh selidik ke arah gadis canggung itu. Di seberang meja makan, Aza

  • THE FRAPPUCINO MURDER   A Small Talk

    I “Selamat datang, Nyonya,” sambut Vivian dengan penuh perasaan lega. “Biar saya bawakan barang-barang Anda.” “Terima kasih, Vivian.” Gadis itu segera mengambil barang-barang bawaan Lady Viscaria dan membawanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan majikannya yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam Wisteria Manor. Lady Viscaria berhenti sejenak sambil memejamkan matanya. Azalea dan Rita yang ada di belakangnya hanya menunggu tanpa pikiran penuh pertanyaan. Bagi mereka, apa yang dilakukan Lady Viscaria adalah sesuatu yang biasa—sebuah ritual yang dilakukannya ketika kembali ke habitatnya. “Sepertinya ada yang baru di sini,” ucap Lady Viscaria. “Aku nggak melihat ada dekorasi baru di sini,” kata Azalea. “Bukan—bukan itu, ada orang lain selain Vivian dan para pelayan lainnya.” Mendengar perkataan Lady Viscaria yang cukup mencurigakan, Azalea dan Rita segera mengambil posisi berisiap untuk kemungkinan terburuk yang dapat mereka alami. Si wanita paruh baya menoleh ke arah me

DMCA.com Protection Status