Home / Thriller / THE FRAPPUCINO MURDER / Ingatan Lady Viscaria

Share

Ingatan Lady Viscaria

Author: eyes0cream
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Godfrey masuk membawakan sebuah set peralatan minum teh. Dituangkannya teh Chamomile yang masih panas itu ke dalam dua cangkir berwarna keemasan.

“Terima kasih, Godfrey,” puji Lady Viscaria. “Kau bisa tinggalkan tekonya di sini.”

Tanpa berkata sepatah katapun, kepala pelayan itu segera memberi hormat dan meninggalkan ruangan.

“Ini ada hubungannya dengan sebuah kasus yang pernah Dia tangani beberapa tahun yang lalu—yang melibatkan seorang Perdana Menteri, istrinya dan seorang wanita yang menjadi guru les anak-anak mereka,” jelas Lady Viscaria. “Indikasinya memang tipis, samar—tapi Dia yakin jika Ludwig dan komplotannya ada di balik kasus itu.”

“Apa yang terjadi?” tanya Azalea dengan tidak sabar.

“Pernah dengar nama Regen Whetherby? Dulu pernah menjabat sebagai seorang Perdana Menteri.”

“Maksudmu si public figure yang, rumornya, memiliki kekuatan yang setara dengan kaum bangsawan itu?”

“Oh, tentu jika kau lebih mengenalnya seperti itu,” gerutu Lady Viscaria. “Tentunya, tidak asing juga bagimu untuk mendengar tentang kematian tragis istrinya?”

“Ah, tentang itu..” Azalea sedikit ragu-ragu. “Kupikir, wawasanku tidak seluas yang kau kira.”

Lady Viscaria mendesah dengan berat. Dia berdiri dan berjalan menuju sebuah lemari  di sudut ruangan. Dibukanya laci kedua dari atas dan diambilnya sebuah amplop yang warnanya sudah bukan lagi warna aslinya. “Pada suatu pagi di bulan Oktober yang muram dua belas tahun yang lalu, Dia yang sedang memperhatikan daun-daun yang terbang dibawa angin menjauhi pepohonan asal mereka, dikejutkan dengan datangnya sepucuk surat yang dikirimkan oleh seseorang yang tidak dikenal-Nya. Sebaiknya kau baca ini dulu.”

Azalea membuka amplop itu dan mengeluarkan surat di dalamnya. Dia sedikit terkejut ketika menyadari bahwa surat itu ditulis tangan. Tulisannya mantap dan meyakinkan. Bunyinya sebagai berikut.

Hotel RedSwan,

5 Oktober

Lady Viscaria yang terhormat,

Saya mengerti sepenuhnya jika, apabila saya gunakan istilah orang kebanyakan, ujian Tuhan yang sedang dijatuhkan kepada saya adalah akibat perbuatan saya sendiri. Sungguh, tragedi ini sangat meresahkan, bukan hanya kehidupan rumah tangga saya yang akan hancur tapi juga reputasi dan karir yang telah saya bangun di atas darah dan keringat. Anda pasti sudah mendengar duduk perkaranya, tapi saya katakan jika ini bukan merupakan kesalahan Sully Anne. Wanita yang sangat baik itu—yang bahkan tidak sampai hati membunuh lalat, tidak akan berani untuk membunuh istri saya! Lady Viscaria yang baik, saya tidak bisa menjelaskan semuanya di sini. Saya akan berkunjung pukul sepuluh besok.

NB:

Keluarga Wisteria terkenal dengan kebijaksanaannya, dan Anda merupakan seorang pemimpin termuda yang pernah ada dalam sejarah keluarga bangsawan tersebut. Saya menantang Anda untuk menunjukkan kemampuan dan kebijaksanaan Anda dalam memecahkan permasalahan ini.

Hormat saya,

Regen Whetherby

“Dia pikir dia siapa!?” geram Azalea.

Lady Viscaria secara terang-terangan mengabaikan respon yang ditunjukkan Azalea dan menyeruput teh Chamomile-nya dengan tenang.

“Dia akan berbaik hati dan hanya akan memberikan fakta-faktanya saja. Regen Whetherby adalah seorang pria berkarakter yang sifatnya garang, tapi dihadapan masyarakat, dia dikenal sebagai seorang Perdana Menteri yang selalu berada di jalan kebenaran. Istrinya yang berpenampilan menarik dan memiliki daya tarik seksual tinggi, Jeanice Whetherby, adalah seorang aktris muda yang sedang naik daun. Namun, keputusannya untuk berhenti dari dunia hiburan dan memilih hanya menjadi ibu rumah tangga cukup mengecewakan banyak penggemarnya. Rumor yang beredar mengatakan jika setelah melahirkan putri mereka, Jeanice terlihat jauh lebih tua dan dianggap telah melalui masa jayanya. Malang baginya, di tengah keluarganya muncul seorang guru les yang kecantikannya memikat hati suami yang sangat dipujanya. Itulah ketiga titik—tokoh yang terlibat, dan lokasi kejadiannya adalah sebuah bangunan bangsawan kuno yang terletak cukup jauh dari rumah-rumah penduduk.”

“Aku cukup bisa menebak arah kasus ini,” gumam Azalea sambil memainkan ujung rambutnya.

“Pada hari yang dijanjikan, bukan Regen Whetherby yang datang berkunjung.” Lady Viscaria melanjutkan. “Melainkan kepala pelayan OldHall, bangunan bangsawan kuno yang ditempati pria arogan itu. Treves Royde, si kepala pelayan, bertubuh kurus, gemetaran, dan matanya terlihat sangat lelah. Dia menceritakan situasi yang sedang menghantui OldHall dan menyampaikan keinginan majikannya bahwa dengan cara apapun, Lady Viscaria harus datang berkunjung. Dengan berbagai macam pertimbangan, Dia setuju untuk ikut dengannya."

"Situasi macam apa?"

"Jeanice Whetherby selalu memaksa suaminya untuk mengusir Sully Anne karena wanita itu merasa jika si guru les akan membunuhnya kapan saja. Dia merengek dan bertingkah berlebihan setiap kali melihat Sully Anne. Namun demikian, sang suami mengabaikan hal itu dan mengatakan jika Sully Anne adalah wanita baik-baik yang tidak akan berbuat apapun seperti yang dibayangkan Jeanice Whetherby. Well, sialnya, para pelayan mulai bergosip dan mulai berpikir yang tidak-tidak. Agaknya, situasi di OldHall menjadi semakin rumit ketika salah seorang pelayan mendengar rumor tentang hubungan seksual antara Tuan Besar Regen Whetherby dengan si guru les, Sully Anne."

Azalea menggelengkan kepalanya, "Klasik!"

“Sore itu juga Dia tiba di OldHall. Seperti namanya, bangunan itu benar-benar sangat kuno. Kastil dua lantai dengan halaman yang luas itu berada di tengah-tengah pegunungan yang lebat hutannya, jauh dari rumah penduduk lainnya, dan terlihat begitu kesepian. Di kejauhan, Dia melihat sebuah istal—kandang kuda yang cukup besar berada di sebelah timur bangunan itu. ’Kosong, tapi kami berencana untuk mulai membeli beberapa Quarter Horse—dan mungkin juga Thoroughbred,’ jelas Jeanice Wheterby sambil tersenyum saat menyambut kedatangan-Nya. Wanita itu memang terlihat lebih tua daripada usia aslinya, tapi ada sesuatu di wajahnya yang masih terlihat menarik.

“Ketika jam makan malam tiba, Dia bertemu dengan seluruh anggota keluarga itu. Regen Whetherby terlihat gembira dan menyombongkan tempat tinggalnya. Jeanice Whetherby berpenampilan terlalu mencolok—off shoulder dress yang panjangnya di atas lutut, dia terlihat begitu mendambakan perhatian suaminya. Di sisi lain, Sully Anne terlihat cantik meski tidak begitu berusaha untuk menunjukkannya, tapi Dia yang selalu memperhatikan menyadari adanya kekosongan dan tekanan dibalik makeup-nya. Frederica Whetherby, putri tunggal pasangan itu, terlihat sibuk bercanda dengan seorang gadis yang seumuran dengannya—sekitar delapan atau sembilan tahun. Dan seorang bocah laki-laki yang memiliki fitur-fitur wajah yang mirip dengan si gadis, dia hampir tidak memedulikan lingkungan sekitarnya kecuali makanan yang ada di hadapannya.”

“Rasanya sesuatu yang buruk bisa terjadi kapan saja,” gumam Azalea.

Lady Viscaria mengangguk setuju.

“Sully Anne meminta diri di tengah-tengah jamuan makan malam itu. ‘Maafkan saya Lady Viscaria,’ katanya dengan lembut. ‘Anda adalah seorang Lady yang luar biasa. Suatu kehormatan bisa berada di satu meja yang sama dengan Anda, tapi sungguh, saya merasa harus beristirahat sekarang.’ Sebelum memberikan jawaban-Nya, Dia sempat melirik Jeanice Whetherby dan menangkap senyum tipis yang disembunyikan dibalik bibir gelas anggurnya. Dia mengangguk pada Sully Anne dan wanita itu langsung pergi meninggalkan ruang makan. Si kembar bertukar pandang dan si gadis memutuskan untuk mengikuti ibu mereka, tapi Frederica memintanya untuk tetap tinggal—gadis itu mengurungkan niatnya dan kembali duduk.”

“Lalu, bagaimana dengan tragedi itu?” tanya Azalea.

“Sekitar pukul satu dini hari Dia mendengar ribut-ribut di lorong. Dia bergegas keluar dari kamar-Nya dan bertanya pada salah seorang pelayan yang pucat wajahnya. ‘Nyonya Jeanice. Nyonya—’ isaknya. Setelah gagal memperoleh informasi, Dia menerobos keluar dan mengikuti beberapa pelayan lainnya menuju sungai yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari OldHall. Di sana, Dia mendapati Regen Wheterby yang sedang bersimpuh memeluk tubuh tidak bernyawa istrinya. Mayat Jeanice Whetherby masih mengenakan pakaian yang dikenakannya waktu makan malam. Syal melilit di lehernya dan tidak satupun perhiasan diambil dari tubuhnya.”

Azalea bergidik mendengar penuturan Lady Viscaria, tapi dia berusaha menguasai dirinya. “Bagaimana dengan waktu kematiannya?”

“Pembunuhan tampaknya dilakukan beberapa jam sebelumnya.”

“Apa kata polisi setempat—dan keterangan dokter?”

“Mereka sempat memeriksa keadaan mayat malam itu, tapi gangguan datang dari Regen Whetherby. Dia memaksa agar mayat istrinya diangkat masuk ke dalam rumah dan menentang siapapun untuk memeriksanya lebih lanjut,” jawab Lady Viscaria dengan kesal. “Dalam perjalan menuju OldHall, Dia mencibir penampilan pria itu, ‘Untuk sebuah insiden tidak terduga, Anda tampaknya begitu siap.’ ‘Maaf?’ tanyanya. ‘Semua pelayan—bahkan diri-Nya tidak terkecuali, tidak sempat berpakaian dengan benar. Tapi coba lihat Anda saat ini, tali sepatu boots kulit Anda diikat dengan rapi dan kuat. Sedangkan dari apa yang Dia perhatikan, Anda termasuk satu dari beberapa orang yang sampai lebih dulu di lokasi kejadian.’ Pria itu melotot tapi buru-buru menutupi keterkejutannya dengan mengatakan jika dirinya sedang berduka dan tidak ingin diajak bercanda.”

Azalea tidak berkomentar selama beberapa saat.

“Regen Whetherby dengan jelas berusaha melindungi si guru les dan seakan-akan tahu—atau memang itu rencananya, jika sebuah pembunuhan akan terjadi,” katanya setelah cukup yakin dengan apa yang dipikirkannya. “Belum lagi jika apa yang aku dengar tidak salah, Sully Anne juga memiliki motif yang jelas untuk melakukan pembunuhan; kalau si istri disingkirkan, dia punya peluang besar untuk menjadi pendamping seorang Perdana Menteri yang memang terpikat oleh kecantikannya. Asmara, kekayaan, dan pangkat akan berada dalam genggamannya!”

“Memang benar, sayangku,” ucap Lady Viscaria.

“Bagaimana dengan alibinya?”

Well, itu yang menjadikan kasus ini cukup menarik. Traves Royde mengatakan jika dia menemani majikannya di ruang baca sebelum waktu terjadinya pembunuhan. Dia meninggalkan Regen Whetherby setelah majikannya itu mengatakan bahwa dia akan tidur—selepas waktu terjadinya pembunuhan. Sedangkan untuk Sully Anne, wanita itu tidak memiliki alibi dan mayat Jeanice Whetherby menggenggam secarik kertas yang berisi janji pertemuan mereka di tempat yang kemudian menjadi lokasi pembunuhan.”

“Tulisan tangan Sully Anne?”

Lady Viscaria membenarkan.

“Apakah ada saksi mata yang melihat guru les itu di lokasi kejadian saat pembunuhan terjadi?”

“Berdasarkan keterangan salah seorang pelayan, Sully Anne terlihat berjalan dari arah lokasi pembunuhan. ‘Saya tidak begitu ingat pukul berapa, semua orang sudah tidur, dan di luar sangat gelap. Tapi saya yakin itu Nyonya Sully—Karena di rumah ini hanya ada dua wanita yang tinggi dan bentuk tubuhnya hampir sama; Nyonya rumah dan Nyonya Sully. Sedangkan beberapa menit sebelumnya saya menjumpai Nyonya rumah di pintu keluar. Benar, karena syal yang dililitkan di lehernya—itu memang milik Nyonya—tapi mantel yang dikenakannya belum pernah saya lihat sebelumnya. Tidak. Sebagian wajahnya tertutup syal dan rambutnya terurai, sehingga cukup sulit melihat wajahnya. Sayangnya tidak. Beliau tidak mengatakan apapun kepada saya.’ Begitulah yang dikatakannya saat menjawab pertanyaan-pertanyaan-Nya. Perlu diketahui bahwa warna rambut kedua wanita itu cukup mirip; merah kecokelatan.”

“Jadi, bagaimana kau bisa memecahkan kasus itu?”

“Dia yang waktu itu masih sangat muda berhasil menunjukkan kemampuan-Nya, tapi tidak dengan kebijaksanaan-Nya,” sesal Lady Viscaria. “Jeanice Whetherby memang dibunuh. Sejak pertama melihat syal itu, Dia merasakan sesuatu yang aneh—sesuatu yang tidak pada tempatnya. Syal itu tidak seharusnya berada di sana karena banyak alasan, salah satunya adalah pakaian yang dikenakan korban. Sangat tidak cocok!”

“Apa maksudmu? Udara malam di bulan Oktober sangat dingin,” sanggah Azalea. “Dan bukankah si pelayan juga mengatakan jika Jeanice mengenakan mant—”

Azalea berhenti di tengah-tengah kalimatnya karena menyadari sesuatu.

Off shoulder dress yang panjangnya di atas lutut!” pekik Azalea. “Syal itu memang menjadi sesuatu yang tidak cocok. Jika dia memang berniat untuk keluar malam itu, tentunya tidak dengan pakaian seperti itu. Tapi ke mana perginya mantel yang dikenakannya?”

“Bukan itu yang seharusnya kau tanyakan,” keluh Lady Viscaria. “Si pelayan tidak menyadari siapa yang dijumpainya di pintu keluar malam itu karena wajah si wanita tertutup oleh rambut dan syalnya. Ingatkah apa yang dikatakan pelayan itu mengenai kemiripan mereka berdua?”

“Jeanice Whetherby dan Sully Anne memiliki kemiripan yang tidak dimiliki siapapun di sana—tinggi dan bentuk tubuh. Belum lagi warna rambut yang mirip. Itu berarti, akan sangat mudah untuk salah satunya menyamar menjadi yang lain!”

“Tepat.” Lady Viscaria mengangguk setuju. “Mantel yang kau khawatirkan itu bukan milik Jeanice Whetherby karena sejak awal mantel itu dikenakan oleh Sully Anne.”

“Kalau begitu alasan dibalik syal yang melilit di leher korban itu adalah untuk menunjukkan bahwa yang dijumpai si pelayan itu memang si Nyonya rumah?”

“Bukan,” sanggah Lady Viscaria. “Syal itu ‘ditambahkan’ padanya karena suatu alasan—untuk menyembunyikan sesuatu. Ketika Dia yang merasa penasaran itu berhasil meloloskan diri dari Regen Whetherby, Dia sempat memeriksa korban. Di balik syal yang melilit di lehernya, Dia menemukan bekas kuku jari tangan di banyak tempat di leher korban.”

“Dicekik hingga mati—” kata Azalea lirih. “Pelakunya?”

“Sully Anne,” jawab Lady Viscaria. “Kondisi mentalnya sedikit tidak stabil saat mengakui perbuatannya. Regen Whetherby terlihat begitu shock. Polisi memaksa untuk tetap membawanya tapi Dia menolak—bukan karena Dia berpikir jika itu adalah pengakuan yang salah, bukan, melainkan karena Dia melihat suatu perasaan lain yang telah lama disembunyikan Sully Anne. Dia meminta seorang pelayan untuk menemaninya malam itu dan seorang petugas polisi untuk berjaga di luar kamar.

“Keesokan harinya OldHall kembali diributkan oleh sebuah perkara lain. Sully Anne tidak ditemukan di kamarnya—atau di manapun juga. Sungguh, tidak seorangpun berguna di sana. Di tengah-tengah keributan itu, Dia memutuskan untuk mencari di satu-satunya tempat yang diabaikan—istal di sisi timur OldHall, dan di sanalah Sully Anne berada.

“’Kita tidak bisa menahannya,’ tegas-Nya kepada para polisi yang geram.

‘Dia seorang pembunuh!’ protes salah seorang polisi.

‘Pelaku pembunuhan dengan gangguan jiwa terbebas dari hukuman sebab kegilaannya.’

‘Tapi semalam dia masih terlihat baik-baik sa—’

‘Tidak,’ sanggah-Nya. ‘Sully Anne tidak sadar telah melakukan pembunuhan. Apapun yang dikatakannya semalam tidak bisa diaggap serius. Lihat saja wanita ini! Dia bahkan tidak lagi mengenali siapa dirinya.’

Dia yang saat itu sebenarnya tahu bahwa Sully Anne masih dalam keadaan sadar saat membunuh Jeanice Whetherby memutuskan untuk mengirim Sully Anne ke rumah sakit jiwa. Itu karena jika Sully Anne dipenjara, Regen Whetherby akan dengan mudah mengurus berkas-berkas untuk mengeluarkannya, meskipun mungkin pria itu tidak akan melakukannya. Terbunuhnya sang istri dan gilanya wanita yang dicintainya sudah merupakan pukulan yang cukup menyakitkan untuknya, karena itu Dia memilih untuk tidak mengotori tangannya lebih jauh lagi. Begitu yang Dia pikir—”

Azalea menatap mata Lady Viscaria dengan penuh pertanyaan.

“Di malam Sully Anne mengakui perbuatannya, dia sempat mengucapkan sebuah nama yang tidak asing bagi-Nya—nama seorang kriminal yang pernah lolos dari hukuman-Nya. Dia menyebutkan nama Ludwig dengan penuh ketakutan.”

Related chapters

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Hanya Sebuah Dugaan

    Lady Viscaria mengambil teko teh dan menuangkan isinya ke cangkirnya yang telah kosong. Aroma teh Chamomile itu memanjakan saluran pernapasan si wanita paruh baya. “Ludwig,” ulang Azalea dingin. “Nah sekarang, apa yang kau ketahui tentang kasus keracunan yang menggemparkan itu?” Azalea mengeluarkan ponselnya dan membuka catatan yang telah dibuatnya. “Well,” ucap Azalea yang sedikit ragu. “Seperti yang kau ketahui, baru-baru ini ada kasus keracunan di sebuah coffee shop yang berada tidak jauh dari The Dorchester. Korban adalah Frederica Whetherby, anak seorang public figure ternama yang merupakan mahasiswi jurusan kedokteran yang baru saja memperoleh medali emas dalam International Microbiology, Parasitology and Immunology Competition. Tiga orang yang diduga sebagai pelaku—selain staf coffee shop itu tentu saja, adalah Emily Jess, Kay Hargreaves dan Bennett Reonardo.” “Siapa mereka?” tanya Lady Viscaria. “Kay Hargreaves adalah anak ketiga Jenderal Hargreaves—dia cukup terkenal di

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Bagaimana Segalanya Berubah Kacau

    Waktu berlalu—dengan cukup relatif, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang ahli fisika. Bagi Azalea, menunggu itu membosankan—maka waktu terasa begitu lama berlalu. Di sisi lain, waktu terasa begitu cepat berlalu bagi Rita yang sedang bergumul dengan komplotan penjahat di lokasi yang telah diberitahukan Albert. Ketika malam tiba, Azalea diminta untuk menunggu di ruang baca sementara Lady Viscaria menyiapkan diri untuk menghadapi seorang tersangka pembunuhan berencana yang pernah berada di bawah perlindungannya. Malam yang sunyi dan tenang itu menjadi gaduh ketika Vivian membawa masuk dua wanita yang terlihat sangat kacau ke ruang baca. “Astaga, Rita!” pekik Azalea. Rita menggelengkan kepalanya dan melirik wanita di sampingnya—yang mengalungkan tangannya di bahu Rita karena kelelahan dan shock berat. Azalea mengerti dan langsung merangkul Emily yang hampir kehilangan kesadarannya. Dituntunnya wanita itu dan disandarkannya punggung Emily ke kursi malas. “Brandy, Vivian! Brandy!

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Obrolan Ringan Saat Minum Teh

    Setelah dua hari ‘dikurung’ di Wisteria Manor untuk mengurus dan mempersiapkan berbagai hal, pada tanggal dua puluh tiga April 2024 pagi, Emily—ditemani Azalea, menyerahkan diri pada polisi dan juga membeberkan rahasia gelap sang public figure ternama. Mendengar berita tersebut, pendukung Regen Whetherby terpecah menjadi dua bagian; mereka yang mengutuk Emily Jess karena telah berkata dusta, dan mereka yang mulai ragu-ragu dengan dukungan mereka untuk si public figure. Publik mulai berdatangan dan bertingkah layaknya mayat hidup di depan gedung kepolisian Brightcrown City. Sialnya, kemarahan masyarakat Brightcrown City bukan hanya satu-satunya yang harus dihadapi para polisi. Jenderal Hargreaves murka setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Alasannya adalah pencemaran nama baik putri kesayangannya, yang selama menjadi tersangka terus merengek pada ayahnya yang ‘hebat’ untuk segera melakukan sesuatu. Bahkan pada akhirnya, sang Jenderal melampiaskan emosinya pada Regen Whetherb

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Nilai Sebuah Kehidupan

    I 17 April 2024 Starvale Medical Center merupakan rumah sakit yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas kesehatan modern yang terletak di Starfell Valley—dulunya adalah sebuah kota kecil bernama Peonia yang dibentengi pegunungan. Rumah sakit ini telah berhasil menyelamatkan ratusan—bahkan mungkin ribuan nyawa yang bukan hanya penduduk Starfell Valley saja tapi juga pasien-pasien dari berbagai macam kota lainnya. Namun, Starvale Medical Center memiliki sisi gelap yang hanya diketahui oleh para pejabat rumah sakit itu beserta beberapa dokter-dokter tertentu. Salah satu dokter yang terjebak di dalam kesialan itu adalah seorang dokter spesialis neurologi bernama Daniel Blalock. Usianya yang terbilang cukup muda untuk menjadi seorang ahli neurologi dan dedikasinya yang luar biasa di bidang tersebut berperan cukup signifikan dalam perjalanan karirnya. Sayangnya, bukan sesuatu yang baru ketika seorang dokter muda berbakat sepertinya terbelenggu oleh kemunafikan para pejabat rumah sa

  • THE FRAPPUCINO MURDER   The Aftermath

    Tiga minggu setelah pengakuan Emily Jess tentang perbuatannya yang telah menewaskan Frederica Whetherby dan apapun yang terjadi di masa lalu—yang menyangkut tragedi keluarga Whetherby, kedua orang tua angkat Emily datang berkunjung ke Wisteria Manor untuk berkonsultasi. Lady Viscaria menemui mereka di ruang bacanya tanpa menunjukkan minat terhadap apapun yang ditawarkan pasangan Jess itu. “Saya katakan sekali lagi, Lady Viscaria,” ucap sang suami. “Kami membesarkan Emily tidak dengan mendoktrinnya untuk melakukan balas dendam. Sungguh, dia anak yang manis dan penurut. Kami begitu menyayanginya dan benar-benar berharap agar Emily mendapatkan lingkungan dan pendidikan yang terbaik. Kami rasa—” “Tuan dan Nyonya Jess,” potong Lady Viscaria. “Dari pengalaman yang Dia miliki dalam urusan ini, siapapun dapat melakukan apapun selama mereka memiliki motif dan kesempatan untuk melakukannya. Selain itu, perlu dipahami jika trauma masa lalu Emily—yang jelas-jelas telah menyulut api balas dendam

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Gambler

    NARASI ZAYLIE Kamis, 18 Desember 1986/10:44 Malam Sembilan tahun yang lalu aku akan sedang berbaring di bawah jembatan lengkung tua yang tidak jauh dari rel kereta karatan tempat berakhirnya orang-orang yang hobi bunuh diri. Entah apa yang mereka rasakan ketika mengetahui kereta yang melalui rel karatan itu sudah tidak dioperasikan lagi. Biasanya, akan membutuhkan tiga hingga empat hari sampai ada petugas kebersihan dengan anjing yang terus menyalak untuk datang dan memungut seonggok daging busuk dari rel karatan itu. Saat berjalan pulang, sesekali petugas kebersihan itu akan melirikku untuk memastikan apakah aku masih hidup. Aku akan melambaikan tangan dan tertawa riang untuk memberikan jawaban dari pertanyaannya. Kemudian, si pemilik wajah yang sama dengan orang-orang dengan hobi aneh itu akan menunjukkan rasa tidak puas karena melihatku masih bernyawa. Sekarang, di sinilah aku berada. Tempat ini berbentuk persegi panjang dengan satu pintu di bagian selatan yang diapit dua jendel

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Ketidakjelasan

    NARASI ZAYLIE I Jumat, 19 Desember 1986/00:22 Rasanya sulit menjelaskan apa yang sedang terjadi padaku saat ini, tapi sepertinya aku telah kehilangan sesuatu yang, bisa dibilang, telah lama kupertahankan. Sesuatu yang tidak ingin kubiarkan pergi apapun yang terjadi, tapi sepertinya aku telah kehilangan sesuatu itu. Jika kuperhatikan baik-baik, saat ini aku seperti sedang berbaring di suatu tempat dengan lantai keras yang cukup hangat. Aku juga merasakan embusan angin dingin yang sedari tadi mengusikku dari beberapa arah. Angin yang berembus rasanya asin dan kering. Apakah itu penjelasan yang benar—bau dan angin yang terasa asin? Seseorang pastinya sedang mencari masalah dengan membiarkan bau ikan segarnya tercium di saat semua orang sedang berusaha untuk tidur! Oh benar. Ini tengah malam. Gadis kecilku pasti sedang tidur saat ini. Apakah dia dapat mencium bau asin ini? Apakah dia tidak terganggu? Haruskah aku melapisi jendela dengan kayu tambahan agar bau asin ini tidak masuk lag

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Origin; Bagian Satu

    NARASI ZAYLIE I April 1974/7 Tahun Sejauh yang bisa kuingat, aku tinggal di sebuah panti asuhan kecil di pinggiran desa. Tempat yang nggak seorangpun tau keberadaannya. Setiap paginya kami akan melakukan upacara bendera yang hanya dihadiri oleh lima orang dewasa dan empat belas anak-anak yang satu di antaranya hanya bisa menangis. Setelah itu, kami akan berbaris untuk mendapatkan makan pagi yang hanya berisi potongan kecil roti gandum dan segelas air keran. Merasa nggak puas, aku dan beberapa anak lainnya akan menyusup ke gudang penyimpanan setelah jam makan pagi selesai. Kami akan mencari apapun yang bisa di makan—meski itu berupa serangga. Kepala panti asuhan adalah seorang bibi yang mirip babi. Tubuhnya pendek, berlemak dan dia selalu terlihat sedang memakan sesuatu. Aku penasaran apakah jumlah anak yang setiap minggunya berkurang ini ada hubungannya dengan si babi subur itu. Mungkin dia dan para petugas panti mengoyak tubuh kurus anak-anak panti dan membakarnya di pemanggang d

Latest chapter

  • THE FRAPPUCINO MURDER   The Starting Line

    Sebelas Januari di tahun itu merupakan sebuah hari di mana Brightcrown City menerima ucapan selamat tahun baru yang mengejutkan dan mematikan. Melihat bagaimana kondisi stasiun kereta bawah tanah East Brightcrown Tube setelah terjadinya ledakan gas beracun dan sebuah taksi yang secara tiba-tiba meledak dan terbakar di jalan berliku menuju Paradis Hill—siapapun pelakunya, mereka telah benar-benar berhasil melukai hati Lady Viscaria dan para penduduk kota itu. Kepolisian Brightcrown City, tentu saja, menjadi sebuah neraka yang dipenuhi orang-orang dengan emosi yang hampir tidak terkendali setelah laporan terjadinya dua insiden itu masuk dari berbagai penjuru. Kekacauan yang pecah di dalam sana membuat hampir semua orang menjadi sangat sibuk. Namun, melihat bagaimana mengerikannya situasi di East Brightcrown Tube, stasiun kereta bawah tanah itu dengan jelas mendapat perhatian lebih dari para polisi dan petugas medis. Inspektur LeBlanc yang sedang menghabiskan pagi akhir pekannya segera

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Jarum di Tumpukan Jerami

    Si kembar Emily dan Barney Jess—juga Sully Anne, ditempatkan di tiga safehouse yang berbeda. Masing-masing safehouse merupakan tiga bangunan yang dari tampilannya terlihat cukup sederhana di tengah-tengah kota sehingga menjadikannya sebagai sebuah lokasi yang tidak mencolok.Kehidupan ketiga orang itu juga dapat dikatakan sangat baik bagi orang-orang yang sedang bersembunyi. Emily Jess, meskipun di larang menghubungi Keluarga Jess, menjalani kehidupan sehari-harinya dengan menekuni hobi lamanya dan sedikit melakukan eksperimen dengan senyawa-senyawa beracun atas izin Lady Viscaria. Beberapa polisi yang ditugaskan untuk tinggal bersama Emily merasa khawatir dengan apa yang dilakukan wanita itu, namun Lady Viscaria berhasil meyakinkan mereka jika Emily tidak akan menjadikan para polisi itu sebagai kelinci percobaannya.“Apakah Anda benar-benar mengizinkannya melakukan semua percobaan itu?” tanya serang polisi kepada Lady Viscaria setelah terjadi sebuah insiden kecil di laboratorium Emil

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Rencana Lady Viscaria

    Senin, 22 April 2024/09:51 MalamRuang Baca Lady Viscaria“Hanya ada satu hal yang Dia inginkan darimu dan itu bukanlah sikap keras kepala ini! Dengarkan Dia baik-baik, Emily, Ludwig adalah kriminal yang tidak boleh kita sepelekan. Bantu Dia untuk meringkusnya dengan berkata jujur.”Emily terlihat sedikit gentar dan secara perlahan benteng pertahanannya mulai runtuh. Air matanya kembali mengalir dan dengan susah payah wanita itu berusaha menenangkan dirinya.“Akan sangat masuk akal jika alasanmu melakukan semua hal tidak masuk akal ini adalah karena Sully Anne berada dalam situasi yang sulit—situasi yang berbahaya. Namun, sekali lagi Dia ingatkan bahwa wanita itu sudah berada dalam perlindungan-Nya.”Emily mengangguk dengan pasrah, lalu dia berkata, “Itu memang benar. Ludwig memang mengancam akan membunuhnya jika salah satu dari kami berdua tidak melakukan apa yang dikatakannya.”“Kami bedua?” ulang Lady Viscaria. “Kau tidak sedang berbicara tentang Sully Anne.”Lawan bicara wanita pa

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Reopening the Closed Case; Bagian Dua

    Dengan bantuan Vivian, Godfrey menyiapkan teh dan cemilan di dapur. Sedangkan yang lainnya duduk di ruang keluarga dengan ketegangan yang masih tersisa di sana.“Jadi,” ucap Azalea memecah keheningan. “Apa yang ingin kau bicarakan?”“Tunggulah hingga Dia dapat mencium aroma teh yang sedang disiapkan Godfrey.”Jawaban Lady Viscaria benar-benar tidak membantu mengurai suasana yang ada di sana. Azalea menjadi sedikit kesal dengannya dan mulai mengobrol tentang sesuatu yang hanya diketahui olehnya dan Rita.“Siapa yang sedang bersama Anda ini, Inspektur LeBlanc?” tanya Alphonse.“Oh, benar. Dia anggota baru dalam tim saya, Pearce.”Pearce mengangguk kepada Alphonse sambil tersenyum, lalu dia berkata, “Anda pasti putra Lady Viscaria. Saya tahu sedikit banyak kasus yang Anda tangani.”“Apakah Anda memeriksa latar belakang saya?”“Tentu bukan itu maksud saya,” jawab Peace cepat-cepat. “Ketika saya masih berada di Akademi, banyak orang membicarakan kehebatan Anda dalam memecahkan berbagai mac

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Reopening the Closed Case; Bagian Satu

    Rabu, 8 Januari 2025/09:17 PagiRuang Keluarga Wisteria Manor“Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku?” tanya Azalea setelah dirinya merasa cukup dengan basa basi Alphonse. “Kau membuat dirimu terdengan cukup serius tadi.”Rita melirik Alphonse dan berhenti dari permainannya.“Itu benar. Jika ini sesuatu yang serius, saya lebih baik tidak ada di sini.”Alphonse menatap kedua wanita itu secara bergantian dan berkata, “Ini tentang kasus yang kalian tangani sebelum malam panjang yang harus kalian lalui di Hawthorn Lodge.”Mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari Alphonse itu, Azalea dan Rita saling bertukar pandang. Rita mengangkat bahunya kepada Azalea—yang membuat wanita itu mengeluh dan menoleh ke arah Alphonse sambil bertanya, “The Frappuccino Murder?”“The what?” tanya Alphonse dengan bingung. “Kau nggak sedang bercanda, ‘kan?”“Aku memang menyebutnya bagitu,” kata Azalea dengan serius.Alphonse hampir tertawa namun disadarinya bahwa tatapan Azalea dan Rita benar

  • THE FRAPPUCINO MURDER   22 April 2024

    09:33 MalamDengan langkah pendek dan berat, Emily Jess berjalan menuju ruang baca Lady Viscaria. Sesekali dia akan berhenti dan melihat ke luar jendela yang berada di sisi kirinya. Malam itu begitu sunyi dan menyesakkan—hampir-hampir membuat kedua tangan dan kakinya tidak berhenti bergetar. Emily menggenggam tangannya erat-erat di dekat dadanya dan melanjutkan langkah kakinya.“Rasanya seperti sedang menuju tiang gantungan,” gumam Emily.Wanita itu berhenti di depan pintu ruang baca dan memberanikan diri untuk mengetuk. Beberapa saat dia menunggu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Emily mengetuk sekali lagi dengan sedikit lebih keras.“Masuk,” kata suara dari dalam ruang baca.Mendengar suara Lady Viscaria yang begitu dingin dan tegas, Emily segera membuka pintu dengan hati-hati.Ketika pintu terbuka, kondisi di ruang baca cukup mengejutkan Emily.Tidak ada satupun lampu di ruangan itu yang menyala—perapian pun tidak. Satu-satunya cahaya yang menerangi sebagian tempat itu adalah caha

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Alphonse Ingin Terlibat

    Sebuah mobil polisi memperlambat lajunya ketika berbelok memasuki gerbang Wisteria Manor yang terbuat dari bebatuan setinggi satu meter dengan tiang-tiang besi yang tertancap padanya membentuk sebuah pagar kokoh mengitari kediaman sang detektif. Jalan masuknya yang sedikit berputar mengitari taman bunga dan pepohonan wisteria membuat siapapun yang datang berkunjung akan secara tidak langsung menikmati keindahan pemandangan itu.“Sudah lama saya tidak mengunjungi tempat ini,” kata seorang polisi yang duduk dibelakang kemudi sambil sesekali mengagumi lingkungan tempat tinggal Lady Viscaria.“Kau berbicara seolah-olah ini adalah sebuah lokasi wisata,” sindir Inspektur LeBlanc. “Perhatikan saja jalannya, aku tidak ingin membuat masalah dengan wanita itu.”Polisi yang sedang mengemudi itu tertawa mendengar kata-kata atasannya yang hampir tidak pernah didengarnya ketika sedang bertugas.“Saya selalu menikmati kunjungan ke Wisteria Manor karena selain tamannya yang indah, saya berkesempatan

  • THE FRAPPUCINO MURDER   Di Meja Makan

    Ruang makan Wisteria Manor terletak di lantai satu—tepatnya di sebelah kanan foyer. Ruangan itu berbentuk persegi panjang dan memiliki dua sisi terbuka berbentuk L di mana sisi lebarnya menghadap tangga di foyer yang menuju ke lantai dua, sedangkan sisi panjangnya menghadap ke dapur. Malam itu merupakan salah satu malam yang cukup tenang dan hangat di kediaman Lady Viscaria yang hampir setiap waktunya menerima surat-surat berisikan permohonan penyelidikan dan lain sebagainya. Malam itu, Lady Viscaria meletakkan topengnya dan tersenyum dengan kepuasan yang terasa asing. “Ini malam yang menyenangkan,” gumamnya. Dilihatnya Vivian dan Rita yang sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk malam itu sambil sesekali bercanda—yang tentu saja membuat Vivian sering melirik majikannya karena bertingkah saat bekerja. Namun, Lady Viscaria berpura-pura untuk tidak melihatnya dan sebisa mungkin tidak memunculkan pandangan penuh selidik ke arah gadis canggung itu. Di seberang meja makan, Aza

  • THE FRAPPUCINO MURDER   A Small Talk

    I “Selamat datang, Nyonya,” sambut Vivian dengan penuh perasaan lega. “Biar saya bawakan barang-barang Anda.” “Terima kasih, Vivian.” Gadis itu segera mengambil barang-barang bawaan Lady Viscaria dan membawanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan majikannya yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam Wisteria Manor. Lady Viscaria berhenti sejenak sambil memejamkan matanya. Azalea dan Rita yang ada di belakangnya hanya menunggu tanpa pikiran penuh pertanyaan. Bagi mereka, apa yang dilakukan Lady Viscaria adalah sesuatu yang biasa—sebuah ritual yang dilakukannya ketika kembali ke habitatnya. “Sepertinya ada yang baru di sini,” ucap Lady Viscaria. “Aku nggak melihat ada dekorasi baru di sini,” kata Azalea. “Bukan—bukan itu, ada orang lain selain Vivian dan para pelayan lainnya.” Mendengar perkataan Lady Viscaria yang cukup mencurigakan, Azalea dan Rita segera mengambil posisi berisiap untuk kemungkinan terburuk yang dapat mereka alami. Si wanita paruh baya menoleh ke arah me

DMCA.com Protection Status